Model – Model Penjaminan Mutu di Pendidikan tinggi.

24

C. Model – Model Penjaminan Mutu di Pendidikan tinggi.

Salah satu model penjaminan mutu yang mencakup proses pembelajaran yang telah melibatkan pihak ekternal antara lain yang dikembangkan pada gambaran di bawah ini. Keterlibatan ekternal antara lain nampak dalam bentuk keterlibatan intervensi dalam penilaian kelayakan perguruan tinggi melalui tindakan akreditasi. Dalam model penjaminan mutu perguruan tinggi ini secara ideal menegaskan bahwa pelaksana akreditasi adalah pihak yang otonom serta bukan dari lingkungan perguruan tinggi bersangkutan. Model penjaminan mutu dengan tindakan keterlibatan berupa akreditasi ekternal apabila diterapkan cukup sulit sebab pihak ekternal harus melakukan akreditasi yang menyeluruh. Pekerjaan ini sangat berat apalagi bila jumlah perguruan tinggi sangat banyak. Adapun model yang dimaksud adalah sebagai berikut : Gambar 2. Model Penjaminan Mutu Untuk Pembelajaran Sumber : Lewis, R. 1994: 11 Dalam model penjaminan mutu yang dikembangkan oleh Lewis ini, penjaminan mutu diterapkan dalam tiga domain yaitu input, proses dan output. PENINGKATAN MUTU TERUS MENERUS AKREDITASI PENILAIAN INPUT PROSES TRANSFORMASI OUTPUT Karakter mahasiswa Karateristik fakultas Sumber pembiayaan Sarana prasarana Program Dukungan layanan Desain : masukan , program, metode Penyajian Sistem Data Umpan balik analisis Prestasi mahasiswa lulusan putus kuliah studi lanjut tambahan pendidikan tenaga kerja prestasi 25 Dalam domain input, penjaminan mutu dilaksanakan dengan menerapkan akreditasi yang dikenakan terhadap tujuh aspek dalam cakupan input. Dalam kerangka ini misalnya akan dinilai bagaimana sumber pendanaan, apakah akan terjadi disalokasi dana dalam pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi, bagaimana kelayakan dan kecukupan fasilitas pokok dan pendukungnya, sedangkan dalam proses, selalu dilakukan peningkatan secara terus menerus baik dalam disain input, sistem penyajian materi dan sebagainya. Dalam domain input penjaminan mutu, diterapkan pengukuran pada beberapa aspek melalui asesmen atas pencapaian akademik mahasiswa, lulusan dan seterusnya. Ketersediaan berbagai pilihan standar mutu telah menempatkan lembaga pendidikan tinggi untuk melakukan pilihan sesuai dengan kondisi internal maupun misi dan visi yang diembannya. Berbagai persepsi yang berkembang pada pengelola institusi mempunyai andil besar terhadap pemaknaan penjaminan mutu baik atas kerangka kerja, misi yang dikembangkan maupun status kelembagaan yang dibangun. Ini semua akhirnya menyebabkan model kerja penjaminan mutu yang diselenggarakan berbeda satu dengan lainnya. Memang ada sesungguhnya mekanisme maupun kerangka kerja yang telah dikembangkan oleh para ahli sehingga dalam mekanismenya dapat melakukan benchmarking maupun juga melakukan pengambilalihan atas model kerangka kerja yang telah tersedia. Dalam strategi mendorong penerapan penjaminan mutu di Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi menempuh jalan stimulatif berupa memberikan ancangan sebagai inspirasi bagi pengembangan model penjaminan di perguruan tinggi dengan menyesuaikan kemampuan dan ketersediaan daya 26 dukung setempat. Bagi Dikti pelaksanaan penjaminan mutu sangat membutuhkan komitmen sehingga strategi yang diterapkan adalah sebagai berikut : a. Dengan melalui pedoman penjaminan mutu diharapkan perguruan tinggi segera menanggapi untuk melakukan penjaminan mutu. b. Perguruan tinggi menggalang komitmen untuk menjalankan penjaminan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. c. Perguruan tinggi memilih dan menetapkan sendiri standar mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakan untuk setiap program studi. d. Perguruan tinggi menetapkan dan menjalankan organisasi beserta mekanisme kerja penjaminan mutu pendidikan tinggi. e. Perguruan tinggi melakukan benchmarking mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan. Model di atas merupakan model yang fungsi pokoknya memfokus pada student learning . Dalam model ini terdapat dua pendekatan untuk mengukur kualitas di perguruan tinggi yaitu melalui akreditasi dan pengukuran lulusan. Namun demikian untuk implementasi model ini dalam perguruan tinggi swasta tentunya harus dimodifikasi terutama dalam penanganan dan pelaksanaan akreditasi pada input. Mengapa harus dimodifikasi dalam aspek input ? sebab telah diketahui oleh umum bahwa perguruan tinggi swasta tidaklah mungkin apabila input terlalu ketat diberlakukan standarisasi. Pengketatan standar pada penerimaan mahasiswa baru dikawatirkan dapat berakibat fatal pada perguruan tinggi swasta yaitu tidak memperoleh atau setidaknya berkurang penerimaan calon mahasiswa dan pada gilirannya membahayakan eksistensinya. Demikian juga 27 standarisasi dosen atau sarana prasrana, apabila diperketat maka dapat menyulitkan perguruan tinggi swasta untuk mendapatkan dosen pendukung apalagi untuk perguruan tinggi swasta di daerah. Masih banyak perguruan tinggi swasta yang berpandangan bahwa pelaksanaan seleksi yang ketat justru merugikan perguruan tinggi yang bersangkutan. Pandangan ini diperkuat kesimpulan yang dibuat oleh Chowdhury, S.A. 2004 yang memberikan penegasan bahwa kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia lebih berorientasi pada efisiensi saja. Sebagai imbangan dari kekurang ketatan dalam kualitas mutu maka pada fase proses penyelenggaraan pembelajaran justru akan diperkuat agar output yang dihasilkan maksimal. Khusus menyangkut penjaminan mutu dalam fokus pembelajaran, maka sistem penjaminan mutu meliputi tujuh aspek sebagai variabel yang berpengaruh. Penjaminan mutu dalam bidang pembelajaran ini menjadi fokus beberapa perguruan tinggi karena dipandang pembelajaran sebagai inti kegiatan di perguruan tinggi Henson, T. Kenneth. 1999: 197. Pandangan ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan porsi terbesar kegiatan dalam penyelenggaraan perguruan tinggi serta bagian yang paling nampak dan diterima layanannya oleh stakeholders. Adapun tujuh aspek yang dimaksud dalam penjaminan mutu dalam pembelajaran adalah : 28 Gambar 3. Aspek yang dikenai penjaminan mutu dalam pembelajaran Sumber : Anwar, Moch. 2002 Menurut konsep penjaminan mutu Dikti, aspek sebagaimana dikemukan di atas belumlah cukup, harus diperluas lagi skopenya sehingga cakupan yang dikenai standar mutu meliputi : 1. Kurikulum program studi 2. Sumber daya manusia 3. Mahasiswa 4. Proses pembelajaran 5. Prasarana dan sarana 6. Suasana akademik 7. Keuangan 8. Penelitian dan publikasi 9. Pengabdian masyarakat 10. Tata pamong 11. Manajemen lembaga 12. Sistem informasi 13. Kerjasama ekternal. Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi. 2003: 12 Aspek utama di atas tentunya dalam implementasinya sangat terpengaruh oleh lingkungan lokal dalam hal ini situasi dan keadaan perguruan tinggi bersangkutan sebab diakui bahwa pengaruh lokal punya andil dalam pembentukan kualitas. Itulah sebabnya kualitas perguruan tinggi bersifat khas. Signifikansi SISTIM PENJAMINAN MUTU PEMBELAJARAN KURIKULUM STAF PENGAJAR MAHASISWA SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN BELAJAR PENILAIAN TEKNOLOGI INFORMASI 29 pengaruh lokal ini sejak awal telah diidentifikasi oleh Hoy, Charles. 2000: 72 berpeluang sangat mewarnai model dan karakteristik penjaminan mutu sehingga memungkinkan tumbuhnya model pengelolaan kualitas dengan caranya sendiri maupun tipe evaluasi menuju tercapainya kemajuan. Fenomena ini dipertegas lagi oleh Owens, G. Robert. 1995: 206 bahwa lingkungan setempat seperti nilai budaya serta keadaan sosial merupakan aspek yang kuat sebagai faktor dinamik perubahan yang membentuk corak khas suatu produk masyarakat termasuk di dalamnya sistem pendidikan.

D. Unsur-Unsur Yang Dikenai Penjaminan Mutu .