35
Salah satu karakteristik dari adsorben adalah luas permukaan. Beberapa jenis adsorben komersial memiliki standar luas permukaan yaitu alumina aktif 320 m
2
g; silika gel 750-850 m
2
g; karbon aktif 400-1.200 m
2
g; karbon molecular sieve 400 m
2
g; dan zeolit 600-700 m
2
g [42]. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa luas permukaan adsorben cangkang kerang pada berbagai suhu aktivasi telah sesuai dengan standar luas
permukaan adsorben komersial yang ada.
4.3 PENENTUAN BERAT JENIS ADSORBEN DARI CANGKANG KERANG
BULU
Penentuan berat jenis adsorben cangkang kerang dilakukan dengan menggunakan piknometer 25 ml. Tabel 4.2 menampilkan hasil pengukuran densitas dari adsorben
cangkang kerang yang diaktivasi pada suhu 110, 500, dan 800 C.
Tabel 4.2 Berat Jenis Adsorben Dari Cangkang Kerang Bulu pada Berbagai Suhu Aktivasi
Suhu Aktivasi C
Berat Jenis Adsorben gml Penurunan
110 2,9613
3,5745 500
2,9361 2,6931
800 2,6800
6,2642 Rata-Rata
2,8591 4,1772
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa suhu aktivasi adsorben berbanding terbalik terhadap berat jenis adsorben yang dihasilkan. Dari tabel dapat dilihat adsorben yang
dihasilkan terjadi penurunan berat jenis dengan persentase rata-rata penurunan sebesar 4,1172 yang diaktivasi pada suhu 110, 500, dan 800
C. Untuk mendapatkan berat jenis adsorben digunakan persamaan 3.1.
Berat jenis yang kecil menunjukkan berkembangnya struktur pori dari adsorben yang menandakan luas permukaan yang lebih besar. Jadi semakin berkembang struktur
pori adsorben maka semakin kecil berat jenis yang diperoleh. Selain mengindikasikan berkembangnya struktur pori, berat jenis juga mengindikasikan volume pori, semakin
kecil berat jenis yang dihasilkan maka semakin besar volume pori internal yang diperoleh. Semakin meningkatnya suhu aktivasi, maka berat jenis adsorben semakin
kecil. Proses aktivasi merupakan proses yang mampu mengembangkan struktur pori berupa membukanya pori yang masih tertutup oleh CO
2
dan H
2
O dan juga pembentukan pori baru oleh adanya dekomposisi termal, sehingga secara tidak langsung berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
36
terhadap kecilnya berat jenis adsorben yang dihasilkan [15]. Berdasarkan teori yang ada hal ini telah sesuai dengan hasil yang disajikan pada tabel 4.2
4.4 PENENTUAN KADAR AIR ADSORBEN DARI CANGKANG KERANG BULU
Penentuan kadar air adsorben cangkang kerang dilakukan dengan menggunakan furnace. Tabel 4.3 menampilkan hasil perhitungan kadar air dari adsorben dari cangkang
kerang bulu. Tabel 4.3 Kadar Air Adsorben Dari Cangkang Kerang Bulu
Suhu Aktivasi C
Persentase Kadar Air
110 0,6919
500 1,6929
800 1,7125
Melalui uji kadar air ini dapat diketahui seberapa banyak air yang dapat teruapkan agar air yang terikat pada adsorben tidak menutup pori dari adsorben itu sendiri.
Hilangnya molekul air yang ada pada karbon aktif menyebabkan pori-pori pada adsorben semakin besar. Semakin besar pori- pori maka luas permukaan adsorben semakin
bertambah. Bertambahnya luas permukaan ini mengakibatkan semakin meningkatnya kemampuan adsorpsi dari adsorben [38].
Kadar air dipengaruhi oleh jumlah uap air diudara, lamanya proses pendinginan, penggilingan dan pengayakan [43]. Dari tabel 4.3 terlihat peningkatan kadar air antara
adsorben yang diaktivasi pada suhu 110, 500, dan 800 C. Peningkatan signifikan terjadi
antara adsorben yang diaktivasi pada suhu 110 dan 500 C. Hal ini sesuai kenaikan luas
permukaan yang signifikan pada adsorben yang diaktivasi pada suhu 110 dan 500 C bila
dibandingkan adsorben yang diaktivasi pada suhu 500 dan 800 C sehingga kenaikan
kadar air yang diserap juga lebih banyak antara adsorben yang diaktivasi suhu 110 dan 500
C walaupun demikian adsorben yang dibuat sudah memenuhi nilai Standar Nasional Indonesia yakni kurang dari 15 [48].
Universitas Sumatera Utara
37
4.5 PENENTUAN KADAR ABU ADSORBEN DARI CANGKANG KERANG BULU