SIKAP MASYARAKAT DESA KARANGSEWU TERHADAP TAMBAK UDANG DI SEPANJANG PANTAI TRISIK

(1)

Skripsi

Disusun Oleh :

Rasyid Hadi Wijaya Kusuma 2012 022 0087

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya karena rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Sikap Masyarakat Desa Karangsewu Terhadap Tambak Udang Di Sepanjang Pantai Trisik”.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua saya terutama Ibu yang tak henti-hentinya berdoa untuk kebaikan anak-anaknya, yang selalu memberikan nasihat, dorongan moril serta materi.

2. Kakak terbaik Hadi Pranata Yudha Bakti, S.T. yang selalu memberikan do`a, dorongan motivasi serta materi.

3. Keluarga Besar HADI KARTOMO`S atas semangat dan do`a nya. 4. Ibu Ir. Sarjiyah, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Ibu Retno Wulandari, SP. M.S.c selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Sutrisno, SP. M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan selama penyusunan skripsi.

7. Ibu Ir. Siti Yusi Rusimah, MS selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis saat ujian skripsi.

8. Ibu Francy Risvansuna F. SP, MP selaku Dosen Pendamping Akademik 9. Bapak Solichin selaku Kepala Dusun Imorenggo yang telah bersedia


(3)

ii

10.Yuni Sofiana yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih atas do`a nya, semoga cepat tercapai cita-cita nya, segera menyusul ya…

11.Teman-teman seperjuangan Agribisnis angkatan 2012 (Akhmad Khusaini, SP, Edi Yanto, Sri Utami Lestari, SP, Kartika Farah Istiqomah, SP , Ayu Rahayu, SP, Nala Rohmayani, SP, Nizar Alfian SP , Hanif Nafiah, SP, Ayu Fitrianingsih, SP) dan teman-teman Agribisnis angkatan 2012.

12.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini

Semoga Allah SWT selalu meridhoi setiap langkah dan senantiasa membalas budi kebaikan Bapak/Ibu/Sdr sekalian. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan informasi dan memberikan manfaat bagi kita

semua. Amin…

Yogyakarta, September 2016


(4)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan ... 3

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 4

A. Tinjauan Pustaka ... 4

1. Pengelolaan Tambak Udang ... 4

2. Peraturan Tambak Udang ... 7

3. Sikap Masyarakat ... 8

4. Hasil Penelitian Tentang Sikap Manusia ... 10

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat ... 12

B. Kerangka Pemikiran ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15

A. Metode Dasar ... 15

B. Metode Pengambilan Sampel ... 16

C. Teknik Pengumpulan Data ... 18

D. Pembatasan Masalah ... 19

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 19

F. Teknik Analisis Data... 27

IV. KEADAAN UMUM DAERAH ... 31

A. Letak Geografis ... 31

B. Topografi dan Kondisi Tanah ... 32

C. Kependudukan... 33

1. Penduduk Berdasarkan Usia ... 33

2. Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 34

D. Perekonomian Desa ... 35


(5)

iv

F. Keadaan Perikanan ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Profil Masyarakat Desa Karangsewu ... 40

B. Paguyuban Petambak Imorenggo ... 43

C. Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan Tambak Udang ... 46

D. Sikap Masyarakat Terhadap Tambak Udang di Sepanjang Pantai Trisik .... 52

1. Sikap Kognitif (Pengetahuan) ... 52

2. Sikap Afektif (Kesetujuan) ... 58

3. Sikap Konatif (Kecenderungan) ... 65

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat Desa Karangsewu .. 66

KESIMPULAN DAN SARAN ... 68


(6)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Proses pengambilan sampel dusun, Desa Karangsewu. ... 17

Tabel 2. Proses pengambilan sampel masyarakat dari kelompok dusun ... 18

Tabel 3. Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang peraturan tambak ... 21

Tabel 4. Menunjukkan pengukuran aspek kognitif ... 23

Tabel 5. Menunjukkan pengukuran aspek afektif ... 24

Tabel 6. Menunjukkan pengukuran aspek konatif ... 26

Tabel 7. Pengetahuan masyarakat tentang peraturan tambak udang ... 28

Tabel 8. Sikap masyarakat terhadap tambak udang dilihat dari sisi kognitif... 28

Tabel 9. Sikap masyarakat terhadap tambak udang dilihat dari sisi afektif ... 29

Tabel 10. Sikap masyarakat terhadap tambak udang dilihat dari sisi konatif ... 29

Tabel 11. Besaran Angka Korelasi Rank Spearman ... 30

Tabel 12. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Galur ... 31

Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan ... 32

Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 34

Tabel 15. Pendidikan Penduduk Desa Karangsewu ... 35

Tabel 16. Sarana Transportasi Desa Karangsewu 2012 ... 37

Tabel 17. Profil Masyarakat Desa Karangsewu ... 40

Tabel 18. Pengetahuan Masyarakat Tentang Peraturan Tambak ... 47

Tabel 19. Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tambak Udang ... 53

Tabel 20. Kesetujuan Masyarakat Terhadap Tambak Udang ... 59

Tabel 21. Kecenderungan Masyarakat Terhadap Tambak Udang ... 66


(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian ... 14


(8)

(9)

viii

SIKAP MASYARAKAT DESA KARANGSEWU TERHADAP TAMBAK UDANG DI SEPANJANG PANTAI TRISIK

THE SOCIETY ATTITUDE TOWARD SHRIMPS POND OVER TRISIK BEACH IN KARANGSEWU VILLAGE

Rasyid Hadi Wijaya Kusuma / 2012 022 0087 Retno Wulandari, SP, M.Sc / Sutrisno, SP, MP

Agriculture Faculty

Muhammadiyah Yogyakarta University

ABSTRACT

South coastal of Kulon progo has a various potential and problem. Such as chicken husbandry, shrimp pond, watermelon and vegetables cultivation. With that potentials will bring the expectation to increase native economics level by good managements. Illegal shrimp fishing appears and disturb the people there, causing environment matter such waste scent and loudly sound from the diesel machine which use in shrimp pond operation.

This research aims to describe people’s knowledge in Karangsewu about shrimp pond rules, describe society attitude toward shrimp pond over Trisik beach, and to find out the factors that influence that society attitude in Karangsewu village. The respondents in this research are 60 head of household by Descriptive analysis. The results show that people in Karangsewu knew about the shrimp pond rules and people also agree about the existence of shrimp pond and make it if there is an official rule by the native government.


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 17.504 pulau dengan pesisir yang mempunyai garis sepanjang 95.181 km, sehingga mempunyai potensi dan permasalahan yang beraneka ragam. Wilayah kepesisiran merupakan wilayah yang unik, dinamis dan rentan terhadap perubahan lingkungan. Sumberdaya alam tersedia beraneka ragam dengan berbagai fungsi, yaitu untuk pertanian, perikanan, pemukiman, pelabuhan, pariwisata dan industri. (Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Pesisir, 2004).

Pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, peningkatan permintaan akan ruang dan sumberdaya, merupakan contoh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pesisir (Dahuri dkk, 2001). Berbagai macam aktivitas manusia yang dilakukan baik di daratan maupun di lautan mendorong terjadinya perubahan lingkungan di wilayah kepesisiran. Hal ini menyebabkan pengelolaannya sering tumpang tindih, karena digunakan berbagai kepentingan yang mengakibatkan daya dukung pesisir terlampaui.

Lahan pesisir terdiri dari berbagai ekosistem yang memiliki karakteristik tersendiri. Karaktersitik ini dapat didefinisikan melalui bentuk lahan yang membentuk kehidupan dalam ekosistem lahan pasir. Lahan pasir merupakan sistem penyangga kehidupan menjadi sumber air, sumber pangan, menjaga kekayaan keanekaragaman hayati dan berfungsi sebagai pengendali iklim global. Fungsi ekologi lahan pesisir salah satunya sebagai bentuk pengurangan resiko


(11)

terhadap bencana yang mungkin timbul di wilayah pesisir. Setiap ekosistem yang tergolong dalam lahan pesisir ini memiliki bentuk pengurangan resiko yang berbeda-beda. Pengetahuan masyarakat terkait peranan tiap ekosistem penting untuk diketahui karena masyarakat berperan sebagai subyek dan obyek dalam manajemen bencana. Kesadaran masyarakat terkait fungsi tiap ekosistem dalam lahan pesisir berperan penting dalam upaya pengurangan resiko bencana.

Pesisir selatan Pulau Jawa berada di jalur subduksi atau petemuan dua lempeng besar yang saling bertumbukan, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Kondisi ini menyebabkan pesisir selatan Pulau Jawa berada pada wilayah jalur gempa aktif yang rawan terhadap bencana tsunami. Salah satu contohnya adalah kawasan hilir suatu daerah aliran sungai (DAS) hilir yang berpotensi terhadap bahaya banjir luapan sungai akibat curah hujan yang tinggi.

Pesisir pantai selatan Kulon Progo mempunyai potensi dan permasalahan yang beraneka ragam. Potensi tersebut antara lain untuk peternakan ayam pedaging, budidaya tambak udang, budidaya semangka, budidaya melon dan budidaya sayur-sayuran. Dengan adanya potensi tersebut akan meningkatkan perekonomian warga setempat apabila dikelola dengan baik dan benar serta tidak merusak lingkungan. Dengan adanya petambak udang liar yang akhir-akhir ini bermunculan, warga mulai terganggu dan resah dengan adanya tambak udang karena menimbulkan pencemaran lingkungan, seperti bau limbah dan suara bising dari mesin diesel yang digunakan untuk mengoperasikan tambak udang. Keberadaan tambak udang di sepanjang Pantai Trisik saat ini sebagian sudah


(12)

merusak konservasi alam, bahkan sebagian berada diatas lahan gumuk pasir yang dapat merusak kelestariannya dan sudah membuat abrasi pantai semakin parah.

B. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) di sepanjang Pantai Trisik.

2. Mendeskripsikan sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik.

C. Kegunaan

1. Jika pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang di sepanjang Pantai Trisik diketahui, maka diharapkan masyarakat Desa Karangsewu akan lebih tahu dengan peraturan pembuatan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) dan masyarakat Desa Karangsewu akan mentaati peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI).

2. Jika sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik diketahui, maka dapat mengatasi atau menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi serta dapat membantu manusia untuk meningkatkan kemampuannya menginterpretasikan fenomena-fenomena yang terjadi di dalam masyarakat dan sekitarnya yang bersifat kompleks dan saling terkait.


(13)

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengelolaan Tambak Udang

Pembudidayaan udang adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan atau memperkembangbiakkan udang serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol (UU No. 31 / 2004). Kegiatan-kegiatan yang umum termasuk didalamnya adalah budidaya udang, budidaya ikan, budidaya tiram dan budidaya rumput laut. Di Indonesia, budidaya perairan dilakukan melalui berbagai sarana. Kegiatan budidaya yang paling umum dilakukan di kolam/empang, tambak, tangki, karamba, serta karamba apung.

Definisi tambak atau kolam menurut Biggs et al. (2005) adalah badan air yang berukuran 1m² hingga 2 hektar yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan manusia. Rodriguez-Rodriguez (2007) menambahkan bahwa tambak atau kolam cenderung berada pada lahan atau lapisan tanah yang terdapat didaratan dengan air tawar, sedangkan tambak untuk air payau atau air asin. Biggs et al. (2005) menyebutkan salah satu fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis biota air. Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota yang dibudidayakan.

Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi: tambak intensif, tambak semi intensif, tambak tradisional dan tambak organik. Perbedaan dari jenis tambak tersebut terdapat pada tekhnik pengelolaan mulai dari padat penebaran,


(14)

pemberian pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan (Widigdo, 2000). Hewan yang dibudidayakan dalam tambak adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang.

Perkembangan tambak di Indonesia secara intensif meningkat sejak tahun 1990. Pengembangan tambak tersebut dilakukan melalui upaya konversi hutan mangrove (Gunarto, 2004). Peningkatan luas lahan tambak diiringi dengan berkurangnya luas mangrove diwilayah pesisir tersebut memicu terjadinya kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari polusi kegiatan pertambakan.

Keberlanjutan budidaya tambak sangat tergantung pada kondisi kualitas lingkungan perairan. Kondisi lingkungan perairan yang berbeda mempengaruhi kondisi kualitas lingkungan, baik secara fisika kimia maupun biologi. Cottenie et al. (2001) menunjukkan adanya perbedaan struktur komunitas zooplankton pada kondisi lingkungan perairan yang berbeda. Shartau et al. (2010) menunjukkan adanya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan zooplankton dalam tambak. Sementara Senarah dan Vishvanathan (2001) menyebutkan bahwa pengembangan usaha budidaya tambak juga menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan disamping keuntungan secara ekonomi. Biao et al. (2009) menunjukkan bahwa jenis tambak yang berbeda akan menghasilkan kondisi kualitas lingkungan yang berbeda pula. Yuvanatamya (2007) juga menunjukkan adanya interaksi antara bahan organik dengan efisiensi produksi dari tanah tambak dimana kandungan bahan organik pada tambak yang produktivitasnya rendah cenderung lebih rendah dibandingkan tambak dengan produktivitas tinggi. Sementara Rahimibashar (2012) menyebutkan adanya pengaruh lingkungan tambak terhadap aliran sungai


(15)

di sekitarnya dimana kondisi air buangan tambak yang buruk (tercemar) juga akan menurunkan kondisi kualitas air sungai.

Sebagai media pemeliharaan biota air, tambak membutuhkan pengelolaan terkait dengan kesesuaian kondisi lingkungan budidaya untuk biota yang dibudidayakan. Pengelolaan yang dilakukan dalam budidaya tambak diantaranya adalah pengelolaan kualitas lingkungan, baik fisika, kimia maupun biologis (Abowei et al, 2011). Beberapa parameter lingkungan yang sangat penting menurut Kalita et al (2004) adalah kandungan oksigen terlarut, kekeruhan serta masuknya organisme pengganggu (predator/parasit). Sementara Morris dan Mischke (1999) menyebutkan salah satu faktor yang penting dalam pengelolaan tambak adalah plankton sebagai pakan alami serta sebagai indikator bagi kualitas tambak.

Abowei et al. (2011) menyatakan bahwa pengelolaan tambak tidak hanya sebatas pada upaya untuk menghasilkan ikan, tetapi juga penting untuk menjaga kondisi lingkungan yang layak, mengawasi panen dan pertumbuhan ikan, pemeriksaan keberhasilan reproduksi ikan dan menjauhkan ikan-ikan yang tidak diinginkan (predator/parasit). Disamping itu juga masih terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tambak udang seperti pengelolaan populasi ikan, pengelolaan sistem, pemilihan spesies ikan, pemberian pakan, pemasaran dan sebagainya. Tambak udang yang dikelola dengan baik cenderung memiliki kualitas air yang lebih baik (Silva et al., 2007).


(16)

2. Peraturan Tambak Udang

Adapun peraturan tentang tambak udang yang dibuat oleh organisasi Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) yang berdiri pada tanggal 3 Mei 2014 adalah sebagai berikut

1. Pembuatan tambak tidak boleh di selatan gunungan yang ada di sempadan pantai (harus di utara gunungan).

2. Pembuatan tambak minimal 2 meter dari bibir jalan aspal dan minimal ½ meter dari batas lahan sebelahnya.

3. Pembuatan tambak dilarang merusak gunungan sempadan pantai ke selatan sampai laut kecuali untuk sementara pemasangan paralon dan sebagainya dan setelah selesai wajib memulihkan minimal seperti sebelumnya.

4. Pihak tambak wajib menanam, merawat dan menjaga tanaman mangrove/ tanaman lindung khususnya di gunungan sempadan pantai ke selatan (kecuali lahan yang telah digarap pribadi/lahan usaha transmigrasi).

5. Pihak tambak wajib menjaga ekosistem lingkungan (termasuk kebersihan dan kerapian lingkungan).

6. Menjaga dan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat/ lingkungan sekitar. 7. Setelah masa kerjasama antara pemilik tambak dan pemilik lahan sudah habis/ selesai, pemilik tambak wajib mengembalikan lahan seperti semula (kecuali ada perjanjian khusus)

Apabila dikemudian hari ada penambahan maupun perubahan aturan kesepakatan akan diselesaikan dan diputuskan secara musyawarah untuk mufakat.


(17)

3. Sikap Masyarakat

Definisi sikap dikemukakan oleh Thurstone pada tahun 1993, sikap sebagai salah satu konsep yang cukup sederhana yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang atas atau menentang suatu objek. Beberapa tahun kemudian,

Gordon Allphort mengajukan definisi yang lebih luas, yaitu : „„Sikap adalah suatu

mental dan syaraf penghubung dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarah dan dinamis terhadap

perilaku‟‟.

Definisi yang dikemukakan oleh Gordon Allphort tersebut mengandung makna bahwa sikap mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu objek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Tradisi dan ahli lainnya mengkombinasikan tiga jenis tanggapan yaitu : (pikiran, perasaan dan tindakan) kedalam model tiga unsur dari sikap (Tripartite Model Attitude). Dalam skema ini sikap dipandang mengandung tiga komponen yang terkait, yaitu : kognisi (pengetahuan tentang objek), afeksi (evaluasi positif atau negative terhadap suatu objek) dan konasi (perilaku aktual terhadap suatu objek).

Selanjutnya Fisbein, seperti halnya Thurstone, meyatakan bahwa lebih berguna untuk melihat sikap sebagai suatu konsep suatu dimensi sederhana. Saat ini sebagian periset setuju bahwa konsep sederhana dari sikap yang diajukan oleh Thurstone dan Fishbein adalah yang paling bermanfaat. Artinya sikap mewakili perasaan senang atau tidak senang terhadap objek yang dipertanyakan. Kepercayaan (kognisi) dan keinginan untuk bertindak (konasi) dipandang


(18)

memiliki hubungan dengan sikap dan merupakan konsep negative yang terpisah, bukan merupakan bagian dari sikap itu sendiri.

Sikap memiliki beberapa fungsi. Daniel Kazt mengklasifikasikan empat sikap, yaitu sebagai barikut

a) Fungsi pengetahuan, merupakan sikap membentuk seseorang mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu seseorang mengurangi ketidak pastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhannya.

b) Fungsi mempertahankan ego, merupakan sikap yang dikembangkan oleh seseorang cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.

c) Fungsi utilitarian, merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman.

d) Fungsi ekspresi nilai, seseorang mengembangkan suatu objek bukan didasarkan atas objek manfaat objek itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan objek.

Selain fungsi diatas, sikap juga mempunyai komponen. Dalam Azwar (2005) struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang paling menunjang yaitu sebagai berikut

a) Komponen Kognitif, komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan dan kepercayaan. Mann (1969), dalam Azwar (2005) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan


(19)

stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sering kali kepercayaan yang telah terbentuk akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai objek tertentu terlepas benar atau tidak. Namun kadang-kadang kepercayaan terbentuk karena kurangnya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.

b) Komponen Afektif, menyangkut masalah emosional yang subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang memungkinkan mengubah sikap seseorang. c) Komponen Konatif, menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku ada

pada diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Ketika berada dalam situasi dan lingkungan sosial, selalu ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku terhadap manusia atau sesuatu yang sedang dihadapi bahkan terhadap diri sendiri. Pandangan dan perasaan terpengaruh oleh ingatan akan rasa malu, apa yang diketahui dan kesan terhadap apa yang sedang dihadapi, itulah fenomena sikap (Azwar, 2005).

4. Hasil Penelitian Tentang Sikap Manusia

Penelitian Sikap Pelajar di Kabupaten Sleman Terhadap Pembangunan Pertanian Subsektor Tanaman Pangan berdasarkan hasil penelitian dari


(20)

Hayuningsih (2010), secara umum sikap pelajar terhadap pembangunan pertanian sub sektor pertanian tanaman pangan adalah positif dan faktor-faktor korelasi terhadap sikap pelajar di Kabupaten Sleman terhadap pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan adalah persepsi, pengalaman, inovasi dan keberadaan media. Hal ini ditunjukkan dengan kesetujuan pelajar terhadap pembangunan pertanian yang sudah dilakukan selama ini dan mempunyai keinginan untuk berperan dalam usaha pembangunan pertanian di masa mendatang walaupun dari segi pengetahuan masih kurang.

Penelitian tentang Sikap Generasi Muda Terhadap Sektor Pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis oleh Murbayati, yaitu sikap generasi muda terhadap sektor pertanian adalah baik, jika dilihat dari sikap kognitif (tingkat pengetahuan) tergolong cukup dan jika dilihat dari komponen afektif (perasaan atau sikap emosi) tergolong kategori baik. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi sikap generasi muda terhadap sektor pertanian adalah latar belakang keluarga, terpaan media massa, latar belakang sosial budaya dan pengalaman agraris.

Hasil penelitian Lestariningsih (2010) mengenai “ Sikap Petani Terhadap

Proyek Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pantai di Kabupaten Bantul”

menunjukkan terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi petani dengan sikap antara lain, umur, tingkat pendidikan, mobilitas sosial, aktivitas komunikasi dan pemilikan lahan. Faktor umur mempunyai hubungan dengan sikap yaitu semakin bertambahnya umur seseorang maka sikap akan semakin rendah. Sedangkan tingkat pendidikan, mobilitas sosial, aktivitas komunikasi dan


(21)

kepemilikan lahan mempunyai hubungan positif dengan sikap, artinya makin tinggi pengaruh faktor-faktor tersebut maka sikap akan semakin tinggi.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat

Adanya sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dibentuk oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan yang saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat.

Menurut Azwar (2005), diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting (tokoh masyarakat), institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama.

a. Pengalaman pribadi

Segala sesuatu yang telah dan akan dialami akan turut membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang dalam stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Sehubungan dengan hal itu, Middlebrook (1974) dalam Azwar (2005) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negative terhadap objek tersebut.

b. Orang lain yang dianggap penting (tokoh masyarakat)

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting akan banyak mempengaruhi


(22)

pembentukan sikap terhadap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap yang dianggapnya penting.

c. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan sikap karena kedua hal tersebut meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan agama. Oleh karena itu, konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system kepercayaan, maka wajar saja jika pada saatnya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal.

B. Kerangka Pemikiran

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang serius mengembangkan tambak udang, sangat positif bagi pengembangan yang berwawasan lingkungan. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menyadari bahwa upaya pengembangan tambak udang di sepanjang Pantai Trisik tidak dapat dilakukan oleh Pemkab dan pihak kelurahan terkait, sehingga instansi tersebut menginstruksikan ke Kelurahan untuk melakukan sosialisasi dan pengarahan kepada masyarakat Desa Karangsewu agar pembuatan dan pengembangan tambak udang tersebut berjalan dengan lancar. Jadi, sosialisasi berawal dari Kabupaten Kulon Progo kemudian ke Kelurahan Karangsewu dan berakhir pada masyarakat Desa Karangsewu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain pendidikan terakhir, pekerjaan, dan umur. Faktor tersebut merupakan faktor-faktor yang sering diuji


(23)

pada penelitian terdahulu. Walaupun hasil korelasi faktor-faktor tersebut terhadap sikap masyarakat tidak selalu sama pada tiap-tiap penelitian.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas lebih jelasnya dapat diihat pada gambar skema kerangka pemikiran di bawah ini

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang

-Kognitif -Afektif -Konatif Pengembangan Tambak udang di

sepanjang Pantai Trisik

Pengetahuan terhadap peraturan Paguyuban Petambak Imorenggo

Faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang : - Pendidikan Terakhir - Pekerjaan


(24)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif analisis, penelitian yang berusaha menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat dan lengkap yang bertujuan untuk memahami (to understand) fenomena atau gejala sosial sesuai dengan apa adanya, tetapi berupa deskripsi atas gejala-gejala yang diamati (Wiratha, 2005).

Penelitian ini berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, mendeskripsikan sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan berikut

1. Desa Karangsewu terdapat usaha budidaya tambak udang ilegal yang berada di sepanjang Pantai Trisik, Kulon Progo.

2. Masyarakat Desa Karangsewu sebagaian besar sebagai petani dan mampu memanfaatkan pertanian lahan pasir untuk budidaya tanaman hortikultura. 3. Desa Karangsewu, khususnya Dusun Imorenggo sering dijadikan tempat studi

banding oleh daerah-daerah transmigrasi lokal dari provinsi lain dan dijadikan daerah transmigrasi lokal percontohan bagi daerah lain. Dusun Imorenggo tersebut keberadaannya sangat dekat dengan lokasi tambak udang.


(25)

4. Pemerintah Daerah menganggap bahwa usaha tambak udang di sepanjang pantai Trisik belum terdapat ijin resmi.

B. Metode Pengambilan Sampel

Penentuan lokasi penelitian untuk sampel masyarakat dilakukan dengan pertimbangan bahwa wilayah Desa Karangsewu ada yang dekat, sedang, dan jauh dari lokasi tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Dusun yang dalam kategori dekat yaitu Dusun Imorenggo, Dusun Bedoyo, Dusun Gupit, Dusun Siliran V, Dusun Siliran VI, Dusun Boro I dan Dusun Boro II, ≤3 kilometer dari lokasi tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Dusun yang dalam kategori sedang yaitu Dusun Sorogaten I, Dusun Sorogaten II, Dusun Bapangan, Dusun Mabeyan dan Dusun Wonopeti, 3 sampai 4 kilometer dari lokasi tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Dusun yang dalam kategori jauh yaitu Dusun Barongan, Dusun Kempleng I, Dusun Kempleng II, Dusun Dalen dan Dusun Sewugalur, >5 kilometer dari lokasi tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Berikut ini (lihat tabel 1) proses pengambilan sampel dusun di Desa Karangsewu.

Untuk pengambilan sampel masyarakat Desa Karangsewu dilakukan dengan mengambil tiga dusun berdasarkan jarak lokasi tambak udang di Sepanjang Pantai Trisik, yaitu : kategori dekat (≤3 kilometer) yang terdiri dari Dusun Imorenggo, Dusun Bedoyo, Dusun Gupit, Dusun Siliran V, Dusun Siliran VI, Dusun Boro I, Dusun Boro II, dari ke tujuh dusun tersebut yang menjadi sampel dusun adalah Dusun Bedoyo. Kategori sedang (3-4 kilometer) yang terdiri dari Dusun Sorogaten I, Dusun Sorogaten II, Dusun Bapangan, Dusun Mabeyan, Dusun Wonopeti, dari ke lima dusun tersebut yang menjadi sampel dusun adalah Dusun


(26)

Bapangan. Kategori jauh (>5 kilometer) yang terdiri dari Dusun Barongan, Dusun Kempleng I, Dusun Kempleng II, Dusun Dalen, Dusun Sewugalur, dari ke lima dusun tersebut yang menjadi sampel dusun adalah Dusun Sewugalur. Metode yang digunakan untuk menentukan 3 dusun tersebut yaitu Cluster Sampling

merupakan teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada kelompok bukan pada individu.

Tabel 1. Proses pengambilan sampel dusun, Desa Karangsewu. Jarak lokasi

tambak udang dengan Dusun (Kilo meter)

Dusun Sampel dusun Jumlah sampel

Dekat, ( ≤3 Kilometer )

1. Imorenggo 2. Bedoyo 3. Gupit 4. Siliran V 5. Siliran VI 6. Boro I 7. Boro II

Bedoyo

19 Kepala Keluarga

Sedang, ( 3-4 Kilometer )

1. Sorogaten I 2. Sorogaten II 3. Bapangan 4. Mabeyan 5. Wonopeti

Bapangan 22 Kepala

Keluarga

Jauh, ( >5 Kilometer )

1. Barongan 2. Kempleng I 3. Kempleng II 4. Dalen

5. Sewugalur Sewugalur 19 Kepala

Keluarga Sumber : Desa Karangsewu 2016, diolah kembali.


(27)

Tabel 2. Proses pengambilan sampel masyarakat dari kelompok dusun

No. Nama Dusun Jumlah Kepala

Keluarga Sampel Masyarakat

1 Bedoyo x60 19

2 Bapangan x60 22

3 Sewugalur x60 19

Jumlah 565 60

Sumber: Desa Karangsewu 2016, diolah kembali

Kemudian setelah diketahui masing-masing kelompok dusun terpilih, dilakukan pengambilan sampel secara Simple Random Sampling merupakan metode penentuan sampel dengan acak sederhana yaitu dengan mengundi responden berdasarkan nomor urut pada daftar anggota kelompok dusun sesuai dengan kuota sampel yang dibutuhkan sehingga dapat dijadikan perwakilan sampel data (Sugiono, 2010). Sampel Dusun Bedoyo yang berjumlah 174 kepala keluarga dibagi jumlah kepala keluarga (565 KK) dikalikan jumlah sampel (60 KK) akan mendapatkan 19 sampel masyarakat. Sampel Dusun Bapangan yang berjumlah 210 kepala keluarga dibagi jumlah kepala keluarga (565 KK) dikalikan jumlah sampel (60 KK) akan mendapatkan 22 sampel masyarakat. Sampel Dusun Sewugalur yang berjumlah 181 kepala keluarga dibagi jumlah kepala keluarga (565 KK) dikalikan jumlah sampel (60 KK) akan mendapatkan 19 sampel masyarakat. Total sampel yang dibutuhkan yakni sebanyak 60 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.


(28)

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, antara lain data tentang biodata masyarakat Desa Karangsewu, data pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo, data sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik. Data primer dikumpulkan dengan metode wawancara secara mendalam kepada responden. Peneliti menggunakan panduan wawancara, selain itu peneliti juga melakukan pengamatan langsung saat survey pra penelitian maupun saat berada di lokasi penelitian

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung atau data primer yang telah diolah. Data sekunder didapatkan dari data penduduk Desa Karangsewu, buku profil Desa Karangsewu dan dokumentasi kelompok. Data sekunder ini meliputi keadaan umum, keadaan penduduk, sarana dan prasarana serta keadaan pertanian di wilayah tersebut.

D. Pembatasan Masalah

Masyarakat yang menjadi responden adalah penduduk asli Desa Karangsewu dan bukan pendatang.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Profil masyarakat Desa Karangsewu adalah informasi data diri responden yang menunjukkan keterangan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terakhir.


(29)

a. Umur adalah usia responden saat penelitian dilakukan dan dinyatakan dalam satuan tahun.

b. Jenis kelamin adalah pembeda antara responden satu dengan yang lain dilihat dari sisi seksualitasnya, dibedakan menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan.

c. Pekerjaan adalah suatu aktifitas ekonomi yang dilakukan masyarakat Desa Karangsewu dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga kesehariannya.

d. Pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden sampai saat penelitian dilakukan yakni pada tingkatan SD, SMP, SMA (sederajat), Akademi/Perguruan Tinggi.

2. Pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh organisasi Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) di sepanjang Pantai Trisik terdiri dari :


(30)

Tabel 3. Menunjukkan pengukuran pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh organisasi Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) di sepanjang Pantai Trisik

NO Indikator Skor

1 2 3 4

1 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan

kesepakatan paguyuban petambak Imorenggo yang berbunyi

pembuatan tambak tidak boleh di selatan

gunungan yang ada di sempadan pantai (harus di utara gunungan)?

Tidak tahu

Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

2 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan

kesepakatan paguyuban petambak Imorenggo yang berbunyi pembuatan tambak minimal 2 meter dari bibir jalan aspal dan minimal ½ meter dari batas lahan sebelahnya?

Tidak tahu

Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

3 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan kesepakatan paguyuban petambak Imorenggo yang berbunyi pembuatan tambak dilarang merusak gunungan sempadan pantai ke selatan sampai laut kecuali untuk sementara pemasangan paralon dan sebagainya dan setelah selesai wajib memulihkan minimal seperti sebelumnya? Tidak tahu Kurang tahu

Tahu Sangat tahu


(31)

4 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan

kesepakatan paguyuban petambak Imorenggo yang berbunyi pihak tambak wajib menanam, merawat dan menjaga tanaman mangrove/ tanaman lindung khususnya di gunungan sempadan pantai ke selatan. (kecuali lahan yang telah digarap pribadi/ lahan usaha transmigrasi)?

Tidak tahu

Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

5 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan

kesepakatan paguyuban petambak Imorenggo yang berbunyi pihak tambak wajib menjaga ekosistem lingkungan (termasuk kebersihan dan kerapian lingkungan)? Tidak tahu Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

6 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan

kesepakatan paguyuban petambak Imorenggo yang berbunyi menjaga dan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat/ lingkungan sekitar? Tidak tahu Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

7 Apakah bapak/ibu tahu dengan aturan

kesepakatan paguyuban petambak Imorenggo yang berbunyi setelah masa kerjasama antara pemilik tambak dan pemilik lahan sudah habis/ selesai, pemilik tambak wajib mengembalikan lahan seperti semula? Tidak tahu Kurang tahu

Tahu Sangat tahu


(32)

3. Sikap masyarakat merupakan kecenderungan masyarakat untuk memberikan reaksi terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, yang terdiri dari :

a. Aspek kognitif yaitu pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik.

Tabel 4. Menunjukkan pengukuran aspek kognitif

NO Indikator Sikap Skor

1 2 3 4

1 Apakah bapak/ibu tahu di sepanjang Pantai Trisik ada tambak udang?

Tidak tahu

Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

2 Apakah bapak/ibu tahu tambak udang harus diutara gunungan sempadan pantai? Tidak tahu Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

3 Apakah bapak/ibu tahu tambak udang minimal dua meter dari jalan aspal?

Tidak tahu

Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

4 Apakah bapak/ibu tahu kalau pihak tambak wajib menjaga kebersihan lingkungan tambak? Tidak tahu Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

5 Apakah bapak/ibu tahu kalau di sekitar tambak harus ditanami tanaman lindung?

Tidak tahu

Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

6 Apakah bapak/ibu tahu kalo pihak tambak harus menjaga dan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat/ lingkungan sekitar? Tidak tahu Kurang tahu

Tahu Sangat tahu


(33)

7 Apakah bapak/ibu tahu setelah masa kerjasama antara pemilik tambak dan pemilik lahan sudah habis/ selesai, pemilik tambak wajib mengembalikan lahan seperti semula? Tidak tahu Kurang tahu

Tahu Sangat tahu

b. Aspek afektif yaitu kesetujuan masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, yang terdiri dari :

Tabel 5. Menunjukkan pengukuran aspek afektif

NO Indikator Sikap Skor

1 2 3 4

1 Apakah bapak/ibu setuju di sepanjang Pantai Trisik ada tambak udang?

Tidak setuju

Kurang setuju

Setuju Sangat setuju

2 Apakah bapak/ibu setuju tambak udang harus diutara gunungan sempadan pantai? Tidak setuju Kurang setuju

Setuju Sangat setuju

3 Apakah bapak/ibu setuju tambak udang minimal dua meter dari jalan aspal?

Tidak setuju

Kurang setuju

Setuju Sangat setuju

4 Apakah bapak/ibu setuju kalau pihak tambak wajib menjaga kebersihan lingkungan tambak? Tidak setuju Kurang setuju

Setuju Sangat setuju

5 Apakah bapak/ibu setuju kalau di sekitar tambak harus ditanami tanaman lindung?

Tidak setuju

Kurang setuju

Setuju Sangat setuju

6 Apakah bapak/ibu setuju kalo pihak tambak harus menjaga dan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat/ lingkungan sekitar? Tidak setuju Kurang setuju

Setuju Sangat setuju


(34)

7 8 9 10 11 12

Apakah bapak/ibu setuju setelah masa kerjasama antara pemilik tambak dan pemilik lahan sudah habis/ selesai, pemilik tambak wajib

mengembalikan lahan seperti semula? Apakah bapak/ibu nyaman berada di sekitar tambak udang di

sepanjang Pantai Trisik? Bagaimana kondisi tambak udang yang bapak/ibu lihat? Bagaimana kebersihan tambak yang bapak/ibu lihat sekarang?

Bagaimana kerapian tambak udang yang bapak/ibu lihat sekarang? Apakah bapak/ibu terganggu dengan keberadaan tambak udang? Tidak setuju Tidak nyaman Tidak baik Tidak bersih Tidak rapi Sangat ganggu Kurang setuju Kurang nyaman Kurang baik Kurang bersih Kurang rapi Ganggu Setuju Nyaman Baik Bersih Rapi Tdk trll ganggu Sangat setuju Sangat nyaman Sangat baik Sangat bersih Sangat rapi Ganggu

c. Aspek konatif yaitu kecenderungan atau perilaku masyarakat Desa

Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, yang terdiri dari :


(35)

Tabel 6. Menunjukkan pengukuran aspek konatif

NO Indikator Sikap

Skor

1 2 3 4

1 Apakah bapak/ibu mempunyai keinginan untuk budidaya tambak udang di sepanjang Pantai Trisik?

Tidak ingin Tidak terlalu ingin

Ingin Sangat ingin

2 Apakah bapak/ibu mendukung usaha budidaya tambak udang di sepanjang Pantai Trisik?

Tidak mendukung

Kurang mendukung

Mendukung Sangat mendukung

4. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik

a. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh responden sampai saat penelitian dilakukan yakni pada tingkatan SD, SMP, SMA (sederajat), Akademi/Perguruan Tinggi.

b. Pekerjaan merupakan suatu aktifitas ekonomi yang dilakukan masyarakat dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga kesehariannya.

c. Umur merupakan tingkat kedewasaan atau usia responden yang dihitung mulai dari waktu kelahiran sampai pada waktu wawancara dalam satuan tahun.


(36)

F. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan dalam penggambaran data karakteristik masyarakat Desa Karangsewu. Analisis deskripitif dipilih karena dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik serta sikap masyarakat Desa Karangsewu. Kemudian, hasil wawancara kuisioner akan diklasifikasikan dan dihitung persentasenya. Profil masyarakat Desa Karangsewu, pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang dan sikap masyarakat Desa Karangsewu dapat dilihat dari hasil klasifikasi dan perhitungan.

Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Desa karangsewu tentang peraturan tambak udang dan sikap masyarakat Desa Karangsewu secara keseluruhan yang meliputi sikap kognitif, afektif dan konatif, dapat diukur dengan perhitungan interval dan dapat dijelaskan secara deskriptif.

Interval (i) =

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) di sepanjang Pantai Trisik adalah sebagai berikut.

28-7 Interval (i) = = 5,25


(37)

Tabel 7. Tingkat pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI) di sepanjang Pantai Trisik

Kategori Indikator Sikap Pengukuran Skor

Tidak Baik 7,00 – 12,25

Kurang Baik 12,26 – 17,50

Baik 17,51 – 22,76

Sangat Baik 22,77 – 28,00

Kisaran Skor 7,00 - 28,00

2. Untuk mengetahui kategori sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang (kognitif) adalah sebagai berikut.

Interval (i) = 28-7 =5,25 4

Tabel 8. Tingkat sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang dilihat dari sisi kognitif (pengetahuan)

Kategori Indikator Sikap Pengukuran Skor

Tidak Baik 7,00 – 12,25

Kurang Baik 12,26 – 17,50

Baik 17,51 – 22,76

Sangat Baik 22,77 – 28,00

Kisaran Skor 7,00 - 28,00

3. Untuk mengetahui kategori sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang (afektif) adalah sebagai berikut.

Interval (i) = 48-12 = 9 4


(38)

Tabel 9. Tingkat sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang dilihat dari sisi afektif (kesetujuan)

Kategori Indikator Sikap Pengukuran Skor

Tidak Baik 12.00 – 21.00

Kurang Baik 21.01 – 30,01

Baik 30.02 – 39.02

Sangat Baik 39.03 – 48.03

Kisaran Skor 12,00 - 48,00

4. Untuk mengetahui kategori sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang (konatif) adalah sebagai berikut.

Interval (i) = 28-7 =5,25 4

Tabel 10. Tingkat sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang dilihat dari sisi konatif (kecenderungan)

Kategori Indikator Sikap Pengukuran Skor

Tidak Baik 2,00 – 3,50

Kurang Baik 3,51 – 5,01

Baik 5,02 – 6.52,

Sangat Baik 6,53 – 8.03

Kisaran Skor 2,00 - 08,00

5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang di sepanjang Pantai Trisik, dilakukan perhitungan menggunakan rumus Rank Spearman (rs) dengan rumus sebagai berikut:

rs

= 1

Keterangan: rs = Rank Spearman

di = Ranking dari anggota sampel n = Jumlah sampel


(39)

Jika sudah didapatkan hasil dari perhitungan Rank Spearman, selanjutnya adalah proses pengambilan keputusan dengan penafsiran besaran angka korelasi menggunakan kriteria dalam Tabel 11 di bawah ini:

Tabel 11. Besaran Angka Korelasi Rank Spearman

Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat


(40)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH

A. Letak Geografis

Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu, Pandowan dan Tirtorahayu yang terbagi dalam 75 pedukuhan, 148 RW, 305 RT dengan luas wilayah 3.291.2325 ha, jumlah penduduk 35.489 jiwa. Dengan batas wilayah Kecamatan Galur adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lendah, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Srandakan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Panjatan. Dengan perincian penggunaan lahan sebagai berikut

Tabel 12. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Galur

Kecamatan Galur dalam angka (BPS)

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa Kecamatan Galur memiliki lahan yang paling luas yaitu lahan sawah dengan persentase 37,28% dan lahan tegalan dengan nilai persentase 29,05%.

Desa Karangsewu merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Galur. Desa Karangsewu mempunyai luas wilayah 926,13 Ha dan memiliki 17 pedukuhan. Secara administrasi Desa Karangsewu memiliki batas wilayah yaitu sebelah barat berbatasan dengan Desa Bugel, sebelah utara berbatasan dengan

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan(Ha) Persentase (%)

1. Lahan Pekarangan 217, 8705 6,62

2. Lahan Sawah 1.227,0000 37,28

3. Lahan Tegalan 956,2364 29,05

4. Lain-lain 890,1256 27,05


(41)

Desa Tirtorahayu, sebelah timur berbatasan dengan Desa Nomporejo dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

Tabel 13. Luas Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Tanah Sawah 264,15 28,52

2. Tanah Kering 374,62 40,45

3. Bangunan 23,24 2,52

4. Lainnya 264,12 28,52

Jumlah 926,13 100,00

Monografi Desa Karangsewu 2012

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling banyak yaitu tanah kering seluas 374,62 Ha yang meliputi tanah pasir dan tanah pekarangan, kemudian lahan sawah yang meliputi pengairan teknis dan tadah hujan memiliki luas 264,15 Ha. Sementara tanah bangunan terdiri dari permukiman/rumah, perkantoran, masjid/mushola, sekolah, kuburan, dan jalan seluas 23,24 Ha, dan lainnya meliputi rekreasi dan olahraga, pembuatan kolam, dan tanggul/tempat pengembalaan seluas 264,12 Ha.

B.Topografi dan Kondisi Tanah a. Topografi

Desa Karangsewu terletak di kawasan tepi pantai dengan kondisi topografi yang landai dan datar. Elevasi ketinggian rata-rata Desa Karangsewu adalah 2-7 meter diatas permukaan laut dengan Sungai Progo sebagai muara serta sungai-sungai lain yang dimanfaatkan sebagai saluran irigasi dan drainase. Karena hal tesebut, lahan dipinggir pantai banyak dimanfaatkan untuk membuat kolam budidaya tambak udang vannamei di daerah tersebut, hal ini dikarenakan untuk memudahkan pengisian air kolam yang diambil dari air laut.


(42)

b. Jenis Tanah

Karangsewu merupakan wilayah pesisir alluvial dengan material penyusun tanah berupa pasir bercampur dengan tanah regosol serta grumusol. Penyebaran jenis tanah tersebut membuat wilayah desa menjadi cocok untuk budidaya tanaman pertanian karena tingkat kesuburan yang cukup baik selain juga material tambahan yang merupakan sedimentasi dari vulkanik gunung Merapi yang terendapkan lewat aliran sungai Progo. Selain tanaman pertanian, jenis tanah ini banyak juga dimanfaatkan untuk membuat kolam budidaya tambak udang vannamei di daeraha tersebut.

C. Kependudukan

1. Penduduk Berdasarkan Usia

Berdasarkan data kependudukan Pemerintahan Desa, jumlah penduduk Desa Karangsewu yang tercatat, terdiri dari 2.094 KK dengan jumlah total 8.233 jiwa. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki 3.966 jiwa, sedangkan berjenis kelamin perempuan berjumlah 4.267 jiwa. Desa Karangsewu mempunyai luas 927 Ha, maka dengan jumlah penduduk 8.233 jiwa didapatkan ratio kepadatan penduduk 889 jiwa/Km². Desa Karangsewu termasuk

desa dengan penduduk golongan usia muda.

sehingga pertumbuhan penduduknya masih tergolong tinggi. Dapat pula dilihat pada tabel berikut:


(43)

Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Monografi Desa Karangsewu 2012

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa usia penduduk Desa Karangsewu mayoritas berada dalam golongan usia yang tergolong usia produktif yaitu sebesar 62,71%. Hal ini menunjukan sebagian besar penduduk Desa Karangsewu pada usia tersebut mereka memiliki kekuatan fisik yang yang bagus dan semangat kerja yang tinggi.

2. Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting bagi setiap orang. Dari pendidikan tersebut orang dapat meningkatkan pola pikir dan jangkauan wawasan yang lebih luas. Pendidikan dapat dijadikan salah satu ukuran kemajuan suatu daerah, faktor penyebab perubahan sikap, tingkah laku dan pola pikir seseorang. Selain itu, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh suatu masyarakat pada suatu daerah menunjukan keadaan sosial penduduknya dan tingkat kemajuan pada daerah tersebut.

Dalam dunia pertanian bahkan perikanan dalam menerima teknologi dan pengetahuan baru ditentukan oleh tingkat pendidikan penduduk setempat. Pendidikan Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 15 berikut:

No. Golongan Usia Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(%) Laki-laki Perempuan

1 0 – 15 tahun 1036 1115 2151 26,13

2 16 – 60 tahun 2518 2645 5163 62,71

3 >61 412 507 919 11,16


(44)

Tabel 15. Pendidikan Penduduk Desa Karangsewu

No. Uraian Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 638 28.70

2 Tamat SD 362 16.28

3 Tamat SLTP 481 21.64

4 Tamat SLTA 599 26.95

5 Tamat Perguruan Tinggi 143 6.43

6 Kejar Paket yang mengikuti Ujian Persamaan :

a. SD 0 0.00

b. SLTP 0 0.00

Jumlah 2223 100.00

Monografi Desa Karangsewu

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa pendidikan penduduk Desa Karangsewu telah menempuh pendidikan, meskipun masih sebagian besar penduduk yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 28,70%. Namun, tingkat pendidikan penduduk Desa Karangsewu sebagian besar lagi yaitu tamatan SLTA/SMA sebanyak 26,95%. Kemudian ada pula yang tamatan perguruan tinggi sebanyak 6.43%. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran penduduk Desa Karangsewu terhadap pendidikan sudah cukup tinggi, dan akan berpengaruh dalam upaya penerapan, pengolahan dan usaha untuk meningkatan produksi baik dalam sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan sektor lainnya di desa tersebut.

D. Perekonomian Desa

Potensi perekonomian Desa Karangsewu sangat variatif yang terdiri sektor pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, industri dan pariwisata. Kegiatan pertanian di Desa Karangsewu menyerap sebanyak 3.341 tenaga yang terdiri dari pemilik, dan buruh tani, selain itu sebanyak 1.000 penduduk bergerak di perkebunan kelapa yang diusahakan di Desa Karangsewu. Sebanyak 36 jiwa


(45)

merupakan nelayan yang melaut baik merupakan pemilik kapal ataupun buruh nelayan. Selain itu, mayoritas penduduk bergerak di sektor perdagangan baik produk ataupun jasa. Potensi perikanan berupa bandeng, lele, gurame, dan yang merupakan sektor penopang roda ekonomi desa. Perikanan ini dibudidayakan di pekarangan-pekarangan warga karena tidak memerlukan area yang luas. Sedangkan sektor peternakan yang juga cukup berkembang baik dimana ternak sapi 962 orang merupakan peternak sapi, serta peternak ayam buras sebesar 2.062 orang.

E. Sarana Transportasi

Sarana Transportasi merupakan perpindahan atau pergerakan orang, barang, informasi, untuk tujuan spesifik dari satu tempat ke tempat lain. Peranan transportasi yaitu memungkinkan manusia dan barang bergerak/berpindah tempat dengan aman dan cepat. Dengan transportasi peralatan atau kebutuhan dapat sampai ke tempat produksi dan dengan transportasi hasil produksi dapat dipasarkan. Dengan demikian sarana transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan dan pemberi jasa bagi perkembangan ekonomi khususnya Desa Karangsewu. Adapun jumlah sarana transportasi yang terdapat di Desa Karangsewu adalah sebagai berikut


(46)

Tabel 16. Sarana Transportasi Desa Karangsewu 2012

No. Jenis Prasarana Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kendaraan Umum Roda Empat : a. Bis (yang trayeknya melewati

Desa) b. Truk

c. Colt Pick Up Mobil Pribadi

Kendaraan Umum Roda Tiga Kendaraan Bermotor Roda Dua Kendaraan Tidak Bermotor Roda Dua Kereta Api

Alat Transportasi Tradisional : a. Dokar b. Becak 6 7 40 72 2 1.036 1.752 - - 2 0.21 0.24 1.37 2.47 0.07 35.52 60.06 0.00 0.00 0.07

Jumlah 2917 100

Monografi Desa Karangsewu

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa transportasi di Desa Karangsewu sudah cukup tersedia, sehingga dapat menunjang dan memperlancar dalam kegiatan usaha udang vannamei. Dengan tersedianya transportasi truk dan colt pick up akan membantu memudahkan untuk memasarkan hasil panen udang ke pasar atau bahkan daerah lainnya.

F. Keadaan Perikanan

Potensi sektor perikanan di Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu sektor andalan Kabupaten Kulon Progo. Potensi perikanan sangat berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi pada sumber daya kelautan meliputi perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Perikanan budidaya dikawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo memungkinkan untuk dikembangkan yakni udang, gurami dan lele. Namun, karena tekstur pasir di pesisir Kulon Progo menyebabkan strategi pengembangan perikanan budidaya harus menggunakan


(47)

konstruksi khusus, yakni (tambak plastik/biokrit), dan hal ini membutuhkan modal yang cukup besar selain cara pengembangan khusus yang memerlukan pengetahuan. Berikut ini adalah data potensi perikanan sumberdaya kelautan dan perikanan tangkap.

Potensi perikanan Desa Karangsewu meliputi perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Permasalahan yang dihadapi di Desa Karangsewu yakni minimnya sarana melaut nelayan dan juga masih sangat terbatasnya peralatan melaut. Aksesibilitas jalan yang masih terbatas dengan jalan yang sempit menyebabkan akses menuju TPI menjadi terkendala. Selain itu kemampuan sumberdaya manusia yang bergelut di perikanan tangkap menjadi permasalahan yang berpengaruh pada hasil tangkapan.

1. Budidaya Udang Vannamei a. Persiapan Lahan (Kolam)

Persiapan Lahan merupakan kegiatan pengolahan lahan mulai dari membuat petak lahan/kolam, pemasangan mulsa, pemberian kapur dan pengisian air sebelum benur ditebar kedalam petak kolam.

b. Penebaran Benur

Penebaran benur dilakukan dengan cara adaptasi benur dengan air kolam terlebih dahulu dengan memasukan benur yang berada didalam plastik ke kolam, kemudian di ciprati air, apabila benur yang didalam plastik sudah beruap kemudian ikatan plastik dibuka. Apabila sebagian benur mulai keluar dari plastik itu menandakan bahwa benur-benur tersebut sudah beradaptasi dengan air yang ada di kolam.


(48)

c. Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari dalam waktu 4 jam sekali. Jenis pakan yang diberikan adalah pelet. Pemberian pakan dilakukan dengan melihat usia benur apabila semakin besar usia benur maka pakan yang diberikan akan semakin banyak.

d. Pemeliharaan dan pengendalian penyakit

Pemeliharaan dan pengendalian dilakukan dengan cara mengganti mulsa yang sudah rusak, mengontrol kualitas air dengan cara mengganti atau menambah air apabila air sudah terlihat bening, memberi pakan secara teratur, melakukan penyiponan apabila kotoran udang sudah teralu banyak. Jenis penyakit yang sering menyerang udang adalah white feces desease (berak putih) dan myo (ekor dan sebagian badan merah).

e. Panen

Pemanenan udang Vannamei dilakukan setelah udang berusia 90-120 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara parsial dan langsung habis. Namun, apabila udang terkena penyakit myo ataupun berak putih udang harus segera dipanen, karena pertumbuhan udang tidak akan baik lagi dan apabila tidak dijual segera, udang akan mati dan harga mengalami penurunan.


(49)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Masyarakat Desa Karangsewu

Profil masyarakat Desa Karangsewu merupakan gambaran identitas yang dapat menonjolkan karakteristik diri seseorang yang membedakan dirinya dengan masyarakat lainnya. Profil masyarakat Desa Karangsewu meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Berikut penjelasan profil masyarakat Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 17. Profil Masyarakat Desa Karangsewu

Identitas Diri Jumlah (orang) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 60 100

Perempuan 0 0

Jumlah 60 100

Umur (tahun)

24-34 14 23.33

35-45 20 33.33

46-56 26 43.33

Jumlah 60 100

Pendidikan

SD 14 23.33

SMP 13 21.67

SMA 33 55

Jumlah 60 100

Pekerjaan

Tani 24 40

Buruh 1 1.67

Wiraswasta 19 31.67

Karyawan swasta 16 26.67

Jumlah 60 100

Jenis Kelamin. Jenis kelamin adalah pembeda antara responden satu dengan yang lain dilihat sisi seksualitasnya. Jenis kelamin dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori yaitu perempuan dan laki-laki.Dapat diketahui bahwa untuk


(50)

responden masyarakat Desa Karangsewu secara keseluruhan berjenis kelamin laki-laki.

Umur. Umur merupakan tingkat kedewasaan atau usia masyarakat Desa Karangsewu yang dihitung mulai dari waktu kelahiran sampai pada waktu wawancara dalam satuan tahun. Menunjukkan bahwa usia termuda masyarakat Desa Karangsewu adalah 24 tahun, usia tertua adalah 56 tahun dan usia yang paling banyak (26 orang) antara 46-56 tahun. Masyarakat Desa Karangsewu memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar karena pada tingkst umur tersebut masyarakat Desa Karangsewu berada pada usia yang masih mampu bekerja dengan maksimal. Selain itu, potensi sumber daya manusia yang potensial tersebut dapat membawa perubahan yang lebih baik pada Desa Karangsewu di masa yang akan mendatang karena usia penduduk berada pada tingkat produktif.

Pendidikan. Pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang digunakan oleh pemerintah serta disyahkan oleh pendidikan. Dalam penelitian ini jenjang pendidikan yang digunakan terdiri dari 3 jenjang yaitu SD, SMP,dan SMA. Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu yang berjumlah 60 orang, mayoritas (33 orang) berpendidikan SMA dengan persentase 55%, dan sebanyak 14 orang berpendidikan SD dengan persentase 23.33%. Sedangkan yang berpendidikan SMP sebanyak 13 orang dengan persentase 21.67%. Berdasarkan pengamatan terhadap data yang penulis dapatkan, penduduk Desa Karangsewu merupakan penduduk yang mayoritas berpendidikan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu memiliki potensi untuk lebih maju karena ditunjang


(51)

oleh penduduk yang berlulusan SMA, masuknya informasi serta ilmu pengetahuan dari bangku pendidikan akan mendukung pola pikir yang mampu membawa perubahan pada sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka masyarakat Desa Karangsewu akan lebih terbuka dalam hal-hal baru terutama dalam bersikap terhadap keberadaan tambak udang di sepanjang Pantai Trisik.

Pekerjaan. Pekerjaan adalah suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Masyarakat Desa Karangsewu bekerja sebagai tani yaitu sebesar 40%, masyarakat Desa Karangsewu sebagian besar bertani karena dilihat dari sisi lahan persawahannya cukup luas. Para petani tersebut masih mempunyai kemampuan untuk berusaha, sehingga kegiatan pertanian yang paling mudah untuk dijadikan sebagai pekerjaan. Wiraswasta berjumlah 19 orang dengan persentase 31.67%, sebagai karyawan swasta 16 orang dengan persentase 26.67%. Serta buruh terdapat satu orang dengan persentase 1.67%, bekerja sebagai buruh karena tidak mempunyai lahan atau sawah untuk bertani, pekerjaan buruh yang sering dilakukan yaitu kerja serabutan seperti cuci tambak, pasang mulsa untuk kolam tambak, panen udang, menjemur padi, dan lain-lain.


(52)

B. Paguyuban Petambak Imorenggo 1. Latar Belakang

Semenjak kian maraknya kegiatan pembuatan tambak di wilayah pesisir pantai selatan yang dimulai sekitar delapan bulan yang lalu, kami warga masyarakat Imorenggo khususnya, merasa sangat prihatin dengan keseimbangan ekosistem alam yang kian terancam, namun disisi lain, dengan adanya tambak udang memang membuka/ meningkatkan kesejahteraan masyarakat diantaranya warga masyarakat dapat ikut serta dalam penanaman modal usaha, juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baik mulai dari pembuatan tambak, perawatan, pemanenan maupun rehabilitasi tambak dan untuk meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana fasilitas umum, dari pihak investor tambak udang akan memberikan kontribusi ke pedukuhan Imorenggo yang nantinya akan dikelola oleh paguyuban ini.

Selain itu, dengan adanya tambak udang juga menjadi salah satu aspek daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Desa Wisata Agro Bahari Imorenggo yang secara otomatis juga membawa manfaat bagi masyarakat Imorenggo yang bergerak di bidang kuliner khususnya.

Dengan berdasar fakta-fakta yang terjadi di lapangan tersebut diatas, kami perwakilan tokoh masyarakat Imorenggo pada hari Sabtu tanggal 3 Mei 2014 jam 20.00 bertempat di rumah Bapak Sapto Raharjo bermusyawarah dan mufakat membentuk suatu kelompok pengendali dan pelestari lingkungan dengan nama kelompok Paguyuban Petambak Imorenggo disingkat PPI serta mufakat tentang


(53)

aturan pembuatan tambak, kewajiban pemilik tambak terhadap masyarakat Imorenggo dan kesanggupan PPI kepada pemilik tambak.

2. Tujuan

1. Pengendalian pembuatan/ usaha tambak udang

2. Pelestarian alam khususnya gumuk pasir sempadan pantai selatan 3. Meningkatkan SDM masyarakat

4. Mengurangi angka pengangguran

5. Menjaga dan meningkatkan keamanan dan ketertiban

6. Menciptakan kerjasama dan keharmonisan antara investor dan warga masyarakat

3. Manfaat

1. Meningkatkan pendapatan masyarakat/ SDM

2. Menciptakan kelestarian alam (khususnya hutan tanaman lindung di pesisir pantai)

3. Terkendalinya proses pembuatan/ usaha tambak udang 4. Meningkatkan kunjungan wisatawan

5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur fasilitas umum 6. Menciptakan keamanan dan ketertiban

7. Menciptakan keharmonisan masyarakat

4. Sasaran Kegiatan

1. Masyarakat Imorenggo dan sekitarnya 2. Kelestarian alam


(54)

4. Peningkatan pembangunan infrastruktur fasilitas umum

5. Rencana Kegiatan

a. Jangka Pendek

- Konservasi gumuk pasir

- Pemasangan plakat idetitas masing-masing tambak - Legalitasi PPI

- Penertiban pendaftaran pelaku usaha budidaya tambak b. Jangka Menengah

- Merealisasikan penerangan jalan - Konservasi selatan gumuk pasir - Perawatan mangrove

- Pembersihan dan perawatan jalan

- Membantu pelaksanaan dan pendanaan kegiatan-kegiatan pedukuhan Imorenggo

c. Jangka Panjang

- Konservasi dan perawatan mangrove

- Pengadaan jaringan listrik untuk usaha budidaya udang

- Membantu pelaksanaan dan pendanaan pembangunan infrastruktur pedukuhan Imorenggo

6. Susunan Pengurus

Penasehat : 1. Anton Hermawan (Kepala Desa Karangsewu) 2. Solichin (Kepala Dusun XVII Imorenggo) Ketua : 1. Erwan Effendi

2. Eko Yulianto Sekretaris : 1. Riyanto


(55)

2. Samroni Bendahara : 1. Sudiyanto

2. Sapto Raharjo Seksi-seksi :

Humas : 1. Eko Purwanto 2. Muridin

3. Taufik Mulyono Keamanan : 1. Hariyanto

2. Iskak 3. Suminto

7. Anggota : Warga masyarakat Imorenggo dan sekitarnya

C. Pengetahuan Masyarakat Desa Karangsewu Tentang Peraturan Tambak Udang yang Dibuat Oleh Paguyuban Petambak Imorenggo

Paguyuban Petambak Imorenggo mempunyai peraturan dalam budidaya tambak udang, peraturan tersebut untuk mencegah terjadinya pembuatan tambak udang yang merugikan masyarakat Desa Karangsewu.

Peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo antara lain: Pembuatan tambak tidak boleh di selatan gunungan yang ada di sempadan pantai (harus di utara gunungan). Pembuatan tambak minimal dua meter dari bibir jalan aspal dan minimal setengah meter dari batas lahan sebelahnya. Pembuatan tambak dilarang merusak gunungan sempadan pantai ke selatan sampai laut kecuali untuk sementara pemasangan paralon dan sebagainya dan setelah selesai wajib memulihkan minimal seperti sebelumnya. Pihak tambak wajib menanam, merawat dan menjaga tanaman mangrove atau tanaman lindung khususnya di gunungan sempadan pantai ke selatan. Pihak tambak wajib menjaga ekosistem lingkungan. Menjaga dan meningkatkan kerjasama dengan masyarakat atau lingkungan sekitar. Setelah masa kerjasama antara pemilik tambak dan pemilik lahan sudah habis/selesai, pemilik tambak wajib mengembalikan lahan


(56)

seperti semula (kecuali ada perjanjian khusus). Adapun peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18. Kognitif Masyarakat Desa Karangsewu Tentang Peraturan Tambak Udang yang Dibuat Oleh Paguyuban Petambak Imorenggo (PPI)

1. Tidak di selatan gunungan, harus di utara gunungan

Skor Jumlah (orang) Persentase (%)

4 = Sangat tahu 0 0

3 = Tahu 54 90

2 = Kurang tahu 6 10

1 = Tidak tahu 0 0

Jumlah 60 100

2. Dua meter dari bibir jalan aspal

4 = Sangat tahu 2 3.33

3 = Tahu 52 86.7

2 = Kurang tahu 6 10

1 = Tidak tahu 0 0

Jumlah 60 100

3. Dilarang merusak gunungan

4 = Sangat Tahu 0 0

3 = Tahu 54 90

2 = Kurang tahu 6 10

1 = Tidak tahu 0 0

Jumlah 60 100

4. Petambak menjaga tanaman pelindung

4 = Sangat tahu 1 1.67

3 = Tahu 53 88.3

2 = Kurang tahu 6 10

1 = Tidak tahu 0 0

Jumlah 60 100

5. Wajib menjaga kebersihan lingkungan

4 = Sangat tahu 2 3.33

3 = Tahu 52 86.7

2 = Kurang tahu 6 10

1 = Tidak tahu 0 0

Jumlah 60 100

6. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat

4 = Sangat tahu 2 3.33

3 = Tahu 52 86.7

2 = Kurang tahu 6 10

1 = Tidak tahu 0 0

Jumlah 60 100

7. Setelah selesai mengembalikan lahan seperti semula

4 = Sangat tahu 1 1.67

3 = Tahu 53 88.3

2 = Kurang tahu 6 10

1 = Tidak tahu 0 0

Jumlah 60 100


(57)

Pembahasan pengetahuan masyarakat Desa Karangsewu tentang peraturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo, dapat dilihat pada uraian dibawah ini:

a. Tidak di selatan gunungan, harus di utara gunungan.

Bahwa masyarakat Desa Karangsewu 90% mengetahui dengan aturan tersebut, masyarakat beranggapan bahwa tambak udang jika diselatan gunungan akan merusak gumuk pasir dan akan mengakibatkan abrasi serta merusak lingkungan. jika di utara gunungan petambak harus merawat tambaknya supaya lahan atau pasir.

Adapun 10% kurang mengetahui dengan adanya butir peraturan tidak di selatan gunungan, harus di utara gunungan, hal ini dikarenakan mereka kekurangan informasi dari masyarakat sekitar, mereka hanya mengetahui sebagian dari butir peraturan tersebut. Mereka sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat dalam mengikuti paguyuban. Mayoritas responden yang tidak mengetahui butir peraturan adalah mereka yang bekerja sebagai karyawan swasta atau di pabrik rokok dan tidak mempunyai waktu luang untuk mengikuti sosialisasi maupun ikut paguyuban, sehingga informasi yang didapatkan berkurang.

b. Dua meter dari bibir jalan aspal.

Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu mengetahui aturan tambak dua meter dari bibir jalan aspal, responden mengetahui butir aturan tersebut karena mayoritas pernah melewati dan melihat langsung dengan obyek atau tambak udang bahwa dalam membuat tambak minimal dua meter dari bibir aspal, selain itu untuk kenyamanan transportasi tidak akan terganggu dan aspal


(58)

tidak cepat rusak terkena galian sekitar tambak, responden yang mngetahui butir peraturan yaitu sebesar 86.67%.

Adapaun 3.33% menunjukkan masyarakat Desa Karangsewu sangat mengetahui dengan adanya butir aturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo tersebut dikarenakan mereka adalah petani yang mempunyai lahan di sekitar tambak udang yang sering melewati obyek tersebut, sehingga mereka sangat mengetahui.

c. Dilarang merusak gunungan.

Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu mengetahui dengan adanya butir aturan dilarang merusak gunungan sebesar 90%, responden beranggapan bahwa dengan adanya gunungan sebagai pembatas pembuatan tambak udang dan gunungan itu bisa mencegah air laut yang merusak tambak udang yang bisa mengakibatkan abrasi. Adapun 10% menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu kurang mengetahui dengan aturan tambak udang yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo tersebut, mereka kurang mengetahui karena tidak ikut dalam paguyuban petambak imorenggo dan mereka kurang mengetahui dampak dari kerusakan gunungan, mayoritas mereka adalah responden yang bekerja sebagai karyawan dan kurang mempunyai waktu untuk ikut bersosialisasi.

d. Petambak menjaga tanaman pelindung

Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu sangat mengetahui butir aturan petambak menjaga tanaman pelindung, hal ini bisa dilihat di sekitaran tambak bahwa disana banyak tanaman pelindung yang terjaga dan terawat,


(59)

mereka adalah responden yang bekerja sebagai buruh serta mengetahui seluk beluk tambak udang dengan persentase 1.67%.

Adapun 88.3% masyarakat Desa Karangsewu mengetahui bahwa petambak wajib menjaga tanaman pelindung, hal ini responden mengetahui dan meihat secara langsung bahwa tanaman pelindung di sekitaran tambak terawat dan terjaga kesuburunnya. 10% menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu kurang mengetahui dengan adanya butir aturan petambak menjaga tanaman lindung dikarenakan hanya mengetahui sebagian butir peraturan tambak udang tersebut dan sering tidak hadir dalam sosialisasi paguyuban.

e. Wajib menjaga kebersihan lingkungan.

Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu mengetahui dengan adanya aturan wajib menjaga kebersihan lingkungan sebesar 86.7%, responden mengetahui butir dari aturan tesebut karena responden melihat langsung area atau lokasi tambak udang dengan keadaan yang sebenarnya bahwa sekitar tambak udang bersih dari sampah. Adapun 10% menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu kurang mengetahui dengan adanya butir aturan wajib menjaga kebersihan lingkungan, responden yang kurang mengetahui butir peraturan menjaga kebersihan tambak adalah responden yang bekerja sebagai karyawan swasta dan kurang memiliki waktu untuk melihat atau melewati tambak udang secara langsung. Adapun 3.33% menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu sangat mengetahui dengan adanya aturan wajib menjaga kebersihan lingkungan, dikarenakan responden aktif dalam paguyuban dan salah satu dari responden tersebut mempunyai lahan untuk bertani dan ada juga responden yang


(60)

bekerja sebagai buruh, oleh hal itu mereka sangat mengetahui bahwa petambak wajib menjaga lingkungan.

f. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat.

Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu mengetahui dengan adanya butir aturan meningkatkan kerja sama dengan masyarakat, dengan hal ini menunjukkan sebagian masyarakat bekerja di area tambak, ada responden yang bekerja sebagai buruh tambak. Adapun 10% menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu kurang mengetahui dengan adanya butir aturan meningkatkan kerja sama dengan masyarakat tersebut, responden yang kurang mngetahui mayoritas bekerja sebagai karywan swasta dan mereka kekurangan informasi karena tidak ikut dalam paguyuban. Masyarakat Desa Karangsewu sangat mengetahui dengan adanya aturan meningkatkan kerja sama dengan masyarakat, hal ini ditunjukkan bahwa responden melihat area tambak dan responden mngetahui bahwa anak tambak rata-rata adalah masyarakat Desa Karangsewu. g. Setelah selesai mengembalikan lahan seperti semula.

Menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu mengetahui dengan adanya butir aturan setelah selesai mengembalikan lahan seperti semula dengan persentase sebesar 88.3%, hal ini responden beranggapan ketika sudah selesai budidaya tambak, di kembalikan seperti semula akan tertata rapi lahannya dan bisa digunakan untuk kegiatan pertanian. Adapun 10% menunjukkan bahwa masyarakat Desa Karangsewu kurang mengetahui dengan adanya butir aturan setelah selesai mengembalikan lahan seperti semula, responden yang kurang mengetahui yaitu mereka yang bekerja sebagai karyawan swasta dan kurang


(1)

dan nyaman serta kerapian akan selalu terjaga walaupun tambak udang sudah tidak ada lagi nantinya.

8. Kenyamanan di sekitar tambak.

Masyarakat Desa Karangsewu nyaman dengan keberadaan tambak udang tersebut memiliki persentase 81.66% dengan alasan selagi pihak tambak mau menjaga kebersihannya dan mau bekerja sama dengan masyarakat Desa Karangsewu, dan 18.33% warga masyarakat Desa Karangsewu menyatakan sangat nyaman dengan keberadaan tambak udang tersebut karena tidak mengganggu aktivitas warga dalam melakukan pekerjaan.

9. Kondisi tambak udang

Masyarakat Desa Karangsewu beranggapan kalau tambak udang yang dilihat sekarang ini kondisinya baik dan memenuhi syarat untuk budidaya dilihat dari kolam maupun sisi mulsanya dengan persentase 61.66% dan kondisinya sangat baik dengan persentase 38.33%, hal ini menunjukkan petambak bisa merawat dan menjaga kolam nya dengan baik.. Mayoritas bahwa tambak udang tersebut kondisinya baik karena masyarakat menilai bahwa tambak udang tersebut baik dari sisi kolam maupun perairannya, tambak udang bisa beroperasi sebagaimana layaknya untuk budidaya.

10.Kebersihan tambak udang.

Masyarakat Desa Karangsewu beranggapan kalau tambak udang itu kondisinya bersih dengan persentase 53.33%, hal ini karena masyarakat melihat langsung kondisi tambak udang yang berada di Pantai Trisik, di sekitaran tambak bersih tidak ada plastic maupun sampah yang berserakan, dan beranggapan sangat


(2)

bersih dengan persentase 46.66%, hal ini responden adalah mereka yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan tambak udang dan sering melihat atau mengetahui kondisi yang sebenarnya. Mayoritas masyarakat Desa Karangsewu beranggapan baik dengan kebersihan tambak udang tersebut, masyarakat Desa Karangsewu berharap kebersihannya selalu terjaga agar tidak menimbulkan jentik jentik nyamuk dan tidak menimbulkan sarang penyakit.

11.Kerapian tambak

Masyarakat Desa Karangsewu menganggap kalau tambak udang di sepanjang Pantai Trisik itu sangat rapi dengan persentase 71.66%, hal ini berkaitan dengan tata letak dalam pembuatan kolam tambak udang, petambak sangat memahami dari sisi aturan yang dibuat oleh paguyuban, dan menilai rapi dengan persentase 28.33%, hal ini berarti masyarakat menilai tambak udang tersebut rapi dilihat dari sisi letaknya. Semua tambak udang yang ada di sepanjang Pantai Trisik sudah rapi dan mentaati batas antar tambak yaitu minimal setengah meter dari batas tambak sebelahnya dan minimal dua meter dari jalan aspal, petambak itu sendiri mematuhi aturan yang dibuat oleh Paguyuban Petambak Imorenggo.

12.Terganggu dengan keberadaan tambak udang.

Masyarakat Desa Karangsewu tidak terganggu dan tidak terlalu keganggu dengan keberadaan tambak udang dengan persentase yang sama yaitu 50%. Hal ini bisa dikatakan bahwa masyarakat Desa Karangsewu merasa nyaman dengan keberadaan tambak udang tersebut karena sama sekali tidak mengganggu aktivitas masyarakat Desa Karangsewu.


(3)

3. Sikap Konatif (Kecenderungan)

Sikap Konatif (kecenderungan) terhadap tambak udang adalah mengukur sejauh mana kecenderungan masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang. Kecenderungan terhadap tambak udang terdiri dari keinginan untuk budidaya dan mendukung usaha budidaya tambak udang. Hasil penskoran terhadap jawaban kecenderungan terhadap tambak udang dapat dilihat pada tabel 21.

Pembahasan sikap konatif (kecenderungan) masyarakat Desa Karangsewu terhadap tambak udang, yaitu sebagai berikut :

1. Keinginan untuk budidaya

Masyarakat Desa Karangsewu tidak terlalu menginginkan budidaya tambak udang dengan persentasi 93.33%, mereka tidak terlalu ingin budidaya tambak udang karena pemerintah belum memberikan ijin resmi. Sedangkan warga masyarakat Desa Karangsewu ingin budidaya tambak udang dengan persentase 6.66%, cukup kecil persentasinya karena melihat dari modalnya saja sudah cukup besar, masyarakat kurang mampu untuk budidaya tamba udang, sebagian kecil responden yang menginginkan buididaya tambak udang adalah responden yang bekerja sebagai karyawan swasta.

2. Mendukung usaha budidaya

Masyarakat Desa Karangsewu kurang mendukung usaha budidaya tambak udang di sepanjang Pantai Trisik dengan persentase 98.33% dikarenakan tambak tersebut belum dapat ijin resmi dari pihak pemerintah. Masyarakat Desa Karangsewu yang mendukung usaha budidaya tambak udang dengan persentase


(4)

1.66% karena mereka beranggapan bahwa tambak akan bisa meningkatkan perekonomian warga dan responden bekerja sebagai karyawan.

Tabel 21. Kecenderungan Masyarakat Desa Karangsewu Terhadap Tambak Udang di Sepanjang Pantai Trisik

1. Keinginan untuk budidaya

Skor Jumlah (orang) Persentase (%)

4 = sangat ingin 0 0

3 = ingin 4 6.66

2 = tidak terlalu ingin 56 93.33

1 = tidak ingin 0 0

Jumlah 60 100

2. Mendukung usaha budidaya

4 = sangat mendukung 0 0

3 = mendukung 59 98.33

2 = kurang mendukung 1 1.66

1 = tidak mendukung 0 0

Jumlah 60 100

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat Desa Karangsewu Proses terjadinya sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam maupun dari luar masyarakat Desa Karangsewu. Faktor-fktor tersebut dapat menyebabkan pembentukan sikap yang berbeda dari setiap individu. Terdapat faktor yang dapat menyebabkan sikap yang baik atau bahkan sebaliknya. Pada penelitian ini faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi dalam proses pembentukan sikap masyarakat Desa Karangsewu antara lain: pendidikan, pekerjaan, dan umur. Adapun nilai koefisien korelasi faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu dapat dilihat pada tabel 19.


(5)

Tabel 22. Korelasi Rank Spearman faktor-fakor yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Karangsewu

Variabel faktor

Kognitif Afektif Konatif Sikap

rs Sig rs sig rs sig Rs sig

Pendidikan -0.104 0.431 0.258 0.046* 0.035 0.792 0.036 0.784 Pekerjaan 0.044 0.740 -0.127 0.334 0.008 0.953 -0.042 0.749 Umur -0.065 0.620 -0.098 0.455 0.217 0.095 -0.033 0.805

Sumber: Analisis Data Primer (2016) * : Signifikan pada  = 0,05

Hasil analisis Tabel 22, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir masyarakat Desa Karangsewu memiliki hubungan terhadap sikap afektif. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka sikap afektifnya semakin tinggi karena masyarakat sebagian besar berpendidikan SMA sehingga lebih mudah menerima hal-hal baru yang disebarluaskan.

Faktor-faktor lain seperti pekerjaan dan umur tidak memiliki hubungan terhadap sifat kognitif, afektif dan konatif karena rata-rata pekerjaan masyarakat Desa Karangsewu berprofesi sebagai petani dan memiliki interval umur yang sama sehingga masyarakat memiliki sikap yang sama terhadap tambak udang. Sementara tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan sikap kognitif karena rata-rata masyarakat Desa Karangsewu sudah tergabung dalam paguyuban sehingga masyarakat mengetahui tambak udang. Masyarakat Desa Karangsewu yang bergabung dalam paguyuban mengadakan sosialisasi, rapat, pertemuan dan saling tukar pendapat, dari hal itu mereka bisa mendapatkan informasi tentang tambak udang.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jamilah Hj, dkk. 2011. Pengetahuan, Sikap, dan Amalan Masyarakat Terhadap Isu Alam Sekitar. [Internet]. [diakses 28 April 2016].

Akademika. Dapat diunduh dari:

http://ejournal.ukm.my/akademika/article/view/488/0

Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.

Budidaya Udang Vannamei.2016. http://dkp.kaltimprov.go.id/jurnal-3-budidaya-udang-vannamei-litopenaeus-vannamei-pola-tradisional-plus.html diakses 09 April 2016

Dilisti. 2011. Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan Wilayah Pesisir. [Internet]. [dikutip 14 April 2014]. Jurnal Lingkungan Hidup. Dapat diunduh dari: http://uwityangyoyo.wordpress.com /2011/05/11/tingkat-kesadaran-masyarakat-dalam-pelestarian-lingkungan-wilayah-pesisir/

Dutton, Ian M. 2001. Sikap dan Persepsi Masyarakat Mengenai Sumberdaya Pesisir dan Laut Di Indonesia. Pesisir dan Laut [Internet]. [dikutip 14 April 2016]; 3(3) : 45-51. Dapat diunduh dari: http://www.crc.uri.edu/download/ JurnalPLVol3No3-O.pdf#page=47

Garnadi, Dodi. 2004. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Hutan (Kasus di Hutan Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kadipaten, Kabupaten Majalengka). [Skripsi]. [Internet]. [dikutip 14 April 2016]. Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/7241

Hayuningsih. 2010. Sikap Pelajar di Kabupaten Sleman Terhadap Pembangunan Pertanian sub sektor Tanaman Pangan. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UMY, Yogyakarta.

Lestaringssih. 2010. Sikap Petani Terhadap Proyek Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pantai di Kabupaten Bantul. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UMY, Yogyakarta.

Murbayati. 2010. Sikap Generasi Muda Terhadap Sektor Pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UMY

Nazir. 2003. Metodelogi Penelitian. Bina Cipta. Bandung.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D. CV ALFABETA. Bandung.