STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH (STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)

(1)

PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Oleh

Mu’tashim Billah Alfawaz

NPM: 20120730064

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

Mu’tashim Billah Alfawaz

NPM: 20120730064

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

Hal : Persetujuan

Kepada Yth. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu'alaikwn wr.wb. Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Mu’tashim Billah Alfawaz

NPM : 20120730064

Judul : Strategi Pemasaran Produk Produk BMT Dalam Menarik Minat Calon Nasabah

(Studi Komparasi Pada BMT ELTAMANI Pangandaran Dan BMT UMY Yogyakarta)

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiarmya diucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikwn wr.wb.

Pembimbing


(4)

Judul Skripsi:

STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH

(STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Mu’tashim Billah Alfawaz

NPM : 20120730064

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 14 Juni, 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat diterima:

Sidang Dewan Penguji

Ketua Sidang :

Pembimbing : Amelia Pratiwi, S.E., M.E

Penguji :

Yogyakarta, 14 Juni, 2016

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan


(5)

Nama Mahasiswa : Mu’tashim Billah Alfawaz Nomor Mahasiswa : 202120730064

Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul " Strategi Pemasaran Produk Produk BMT Dalam Menarik Minat Calon Nasabah (Studi Komparasi Pada BMT ELTAMANI Pangandaran Dan BMT UMY Yogyakarta" merupakan karya saya sendiri dan belun pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 14 Juni, 2016 Yang membuat pernyataan


(6)

La insyakartum la aziidannakum

-Q.S. 14:7

Man arooda addunya fa’alaihi bil ilmi, wa man arooda alakhiroh

fa’alaihi bil ilmi, wa man arooda huma fa’alaihi bil ilmi

-H.R. Bukhari

Man jadda wajada

-Pribahasa Arab

Dimana pun kalian berada, disitu lah bumi Allah.

-Buya

Kudu silih asih silih asah jeung silih asuh

-Umi

Harapan bakal terwujud keur jelema nu daek usaha jeung selalu

ngadoa.

-Mu’tashim Billah Alfawaz

Lain ngke kumaha, tapi kumaha ngke, leumpang we heula

-Mu’tashim Billah Alfawaz


(7)

-Pribahasa Sunda

Ulah gugur samemeh tempur perlaya samemeh perang. Indit ka

medan jerit ulah dengki lumampah ka medan dadalaga ulah

dendam lumaku ka medan tempur ulah ujub.

-Pribahasa Sunda

Geus loba pangarti nu kapimilik, pangabisa nu geus kapibanda,

elmu nu geus katimu, kari diamalkeun

-Pribahasa Sunda

Kudu paheuyeuk-heuyeuk leungeun paantay-antay tangan

-Pribahasa Sunda


(8)

Almamaterku


(9)

telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “STRAREGI PEMASARAN PRODUK-PRODUK BMT DALAM MENARIK MINAT CALON NASABAH

(STUDI KOMPARASI PADA BMT ELTAMANI PANGANDARAN DAN BMT UMY YOGYAKARTA)” tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti.

Laporan penelitian atau skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian lapangan yang peneliti laksanakan di BMT ELTAMANI Jl. Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat dan BMT UMY Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Penelitian skripsi ini merupakan salah syarat wajib yang harus ditempuh dalam Program Studi Ekonomi dan Perbankan Islam untuk mendapatkan gelar Strata Satu (S1). Selain untuk menuntaskan program studi yang penulis tempuh, penelitian skripsi ini ternyata banyak memberikan pengalaman baru bagi penulis.

Dalam penyusunan laporan hasil penelitisn skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto. MA.

yang telah memberikan peluang kepada penulis untuk menimba ilmu di institusi ini.

2. Kepada Dekan Fakultas Agama Islam Bapak Dr. Mahli Zainudin Tago, M.Si 3. Kepada Kaprodi Ekonomi dan Perbankan Islam Bapak Syarif As’ad, S.EI. M.Si. 4. Dosen-Dosen serta jajaran Staf Fakultas Agama Islam Program Studi Ekonomi dan

Perbankan Islam yang telah memberikan ilmunya kepada kami.

5. Kepada kedua orang tua kami yang bersemangat membesarkan kami anak-anaknya

hingga lulus perguruan tinggi, dengan pengorbanan yang tiada sanggup kami membalasnya. Adik-adikku serta keluarga ku yang tak henti-hentinya memberikan semangat moril maupun non moril agar cepat wisuda.

6. Saudara-saudara yang selalu memberikan semangat moril, maupun non moril

7. Teman-teman satu angkatan EPI 2012 dari A sampai E jangan sampai putus tali


(10)

9. Kepada Ibu serta Bapak Dosen yang mengajari serta membimbing selama kami berada

di universitas ini. Khusus nya kepada Bapak Syakir Jamaluddin S.Ag,. M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang baik hati, serta Ibu Amelia Pratiwi, S.E., M.E yang tak henti memberikan semangat dengan senyuman dan candaan nya agar saya cepat menyelesaikan tugas akhir ini.

Yogyakarta, 14 Juni, 2016 Penulis


(11)

HALAMAN NOTA DINAS………ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN………iv

HALAMAN MOTTO………...v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….vi

KATA PENGANTAR………vii

DAFTAR ISI………...ix

DAFTAR TABEL………x

ABSTRAK……….xi

BAB I PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Masalah………1

B. Rumusan Masalah……….8

C. Tujuan Penelitian………...9

D. Kegunaan Penelitian……….10

E. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori……….11

1. Tinjauan Pustaka……….11

2. Kerangka teori……….15

a. Strategi Pemasaran………15

b. BMT……….

c. Minat………. F. Metodelogi Penelitian………

1. Lokasi Penelitian……… 2. Metode Pengumpulan Data……….


(12)

B. Visi Dan Misi BMT ELTAMANI……….. C. Struktur Organisasi BMT ELTAMANI………. D. Produk produk BMT ELTAMANI……… E. Sejarah Berdirinya BMT UMY………. F. Visi Dan Misi BMT UMY……… G. Struktur Organisasi BMT UMY……….. H. Produk produk BMT UMY………..

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN……….

A. Analisis Strategi Pemasaran Produk BMT ELTAMANI………. B. Analisis Strategi Pemasaran Produk BMT UMY………..

C. Analisis Penerapan Sistem Pemasaran Serta Promosi BMT ELTAMANI… D. Analisis Penerapan Sistem Pemasaran Serta Promosi BMT UMY………..

BAB IV PENUTUP………

A. Kesimpulan……….

B. Saran……….

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

Tabel 2……….66

Tabel 3……….71

Gambar 1……….23

Gambar 2……….………40

Gambar 3……….………45


(14)

permasalahan ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang tidak tersentuh oleh perbankan serta praktik dari ekonomi yang tidak sehat, yaitu praktik rentenir yang memperburuk keadaan masyarakat ekonomi lemah. Peneliti mengambil penelitian ini berlokasi di Pangandaran Jawa Barat, serta di Yogyakarta. Dengan menggunakan metode kualitatif serta pendekatan komparatif, teknik pengambilan data yang peneliti lakukan dengan cara wawancara, observasi, penggunaan data-data yang dihimpun, mengacu kepada informan-informan, serta menganalisis data data tersebut, maka semua pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah akan terjawab.


(15)

(16)

(17)

(18)

ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang tidak tersentuh oleh perbankan serta praktik dari ekonomi yang tidak sehat, yaitu praktik rentenir yang memperburuk keadaan masyarakat ekonomi lemah. Peneliti mengambil penelitian ini berlokasi di Pangandaran Jawa Barat, serta di Yogyakarta. Dengan menggunakan metode kualitatif serta pendekatan komparatif, teknik pengambilan data yang peneliti lakukan dengan cara wawancara, observasi, penggunaan data-data yang dihimpun, mengacu kepada informan-informan, serta menganalisis data data tersebut, maka semua pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah akan terjawab.

Judul:

Strategi Pemasaran Produk Produk BMT Dalam Menarik Minat Calon Nasabah (Studi Komparasi Pada BMT ELTAMANI Dan BMT UMY)


(19)

problems of middle to low economic class community who have limited access to banking system and are challenged by unhealthy practices of economy that is moneylending practice which worsens the low economic class community. The researcher conducted the research at Pangandaran, West Java and Yogyakarta. The research employed qualitative method and comparative approach. The data collection techniques were interview and observation. The data were then collected and analyzed in order to answer the questions.

Title:

Marketing Strategy of BMT Products to Interest Prospective Customers (Comparative Study on BMT Eltamani and BMT UMY)


(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah Perang Dunia Kedua, banyak negara-negara berkembang mengejar pertumbuhan ekonomi.Hhal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Salah satu kendala yang mungkin dihadapi oleh suatu negara berkembang dalam mengejar pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya krisis ekonomi di negara tersebut. Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang tersebut yang juga mengejar pertumbuhan ekonomi bagi kemajuan bangsa. Pada masa awal kemerdekaan sampai tahun 1965 pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mengalami perkembangan apa-apa, bahkan perekonomian negara hampir bangkrut. Defisit anggaran sangat besar, seringkali melebihi 100%. Uang beredar pun juga sangat cepat, inflasi pada saat itu mencapai 650% (Tambunan, 2015:17-20).

Dalam masa pemerintahan selanjutnya pada tahun 1967-1998, atau dikenal dengan masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah berhasil menciptakan pembangunan yang mengagumkan, pemerintah pada masa itu berhasil menjalankan program swasembada beras dan Indonesia pun disebut-sebut sebagai salah satu Macan Asia dikarenakan pertumbuhan ekonominya yang mengagumkan, sekalipun masih memunculkan penilaian yang kontroversial. Banyak pihak memuji pemerintahan Orde Baru


(21)

Indonesia yang hampir bangkrut pada tahun 1965. Namun pemerintahan Orde Baru juga terdapat cacat yang menyebabkan krisis ekonomi besar-besaran dan kekacauan politik pada tahun 1998. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 sudah cukup menjelaskan bagaimana rentannya modal asing terhadap krisis. Keterkaitan Indonesia dengan pihak asing yang terlalu banyak menyebabkan ketergantungan yang rentan akan krisis. Ketergantungan tersebut dapat menyebabkan Indonesia ikut-ikutan

collapse pada saat pihak asing collapse, tidak hanya rakyat miskin yang dibuat menderita tetapi juga konglomerat yang terlilit hutang (http://www.kompasiana.com/).

Menurut Hamid dan Anto (2000) dalam Supadie (2013:3) pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu tidak didukung oleh sumberdaya domestik yang tangguh, tapi karena investasi asing, bahkan kebanyakan jangka pendek sehingga sewaktu-waktu bisa keluar dari Indonesia. Krisis ekonomi yang berawal dari depresi rupiah terhadap dolar AS pada pertengahan 1997, menjadi pembenar atas berbagai kritik terhadap prestasi pembangunan ekonomi selama pemerintahan Orde Baru tersebut.

Pada saat krisis tersebut terdapat hal yang menarik untuk dilihat, yaitu banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berhasil bertahan dari krisis ketika banyak perusahaan besar tumbang karena terlalu mengandalkan investasi asing. Berdasarkan data BPS di Indonesia dari tahun 1997 hingga pada tahun 1998 menunjukkan bahwa UMKM dapat bertahan terhadap serangan krisis. Tabel penyerapan tenaga kerja pada 1997


(22)

menunjukkan perusahaan kecil 57,40 juta (87,62%), perusahaan sedang 7,7 juta (11,75%) dan perusahaan besar 0,393 juta (0,61%). Sedangkan pada 1998 menunjukkan perusahaan kecil 57,34 juta (88,66%), perusahaan sedang 6,9 juta (10,78%) dan perusahaan besar 0,364 juta (0,56%). UMKM dapat dikatakan sebagai salah satu penyelamat kondisi perekonomian Indonesia karena mampu menyerap banyak tenaga kerja yang saat itu pengangguran atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). UMKM ini tergolong kepada sektor riil dalam perekonomian, dimana sektor riil inilah yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis global.

UMKM dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja. Bila melihat data terbaru yang peneliti dapatkan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2013, di Indonesia terdapat 57.900.787 UMKM dan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya terhitung dari tahun 1998 yang berjumlah 36.813.578. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang begitu besar, dengan jumlah yang sangat besar, UMKM mampu menyerap tenaga kerja yang besar pula. Dimana UMKM mampu menyerap 117.681.244 tenaga kerja pada tahun 2013 dan selalu mengalami peningkatan juga sejalan dengan bertambahnya jumlah UMKM. UMKM juga memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap PDB, yaitu sebesar Rp. 1,5 triliun. Melihat data tersebut seharusnya UMKM jika benar-benar diberdayakan dan dimaksimalkan keberadaannya akan sangat membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskikan.


(23)

Besarnya Peranan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi menyebabkan pentingnya dilakukan perhatian khusus dalam sektor ini terutama dalam pembiayaan modal UMKM. UMKM di Indonesia sebagai salah satu fondasi perekonomian yang kuat masih memiliki beberapa masalah dalam perkembangannya. Menurut Bambang (2003) dalam Supadie (2013:61-62) permasalahan terbesar yang dihadapi oleh UMKM dalam perkembangannya adalah persoalan permodalan. Pembiayaan yang diberikan dari sektor formal seperti perbankan terhadap UMKM jelas tergolong masih rendah, hal ini disebabkan penggerak UMKM yang kebanyakan adalah masyarakat lapisan bawah dianggap tidak memiliki potensi dana oleh lembaga keuangan formal, sehingga menjadikan perkembangan ekonominya terhambat. Karena permasalahan modal yang begitu mendesak maka mau tidak mau UMKM mencari alternatif pinjaman kepada rentenir, syarat yang mudah dalam peminjaman modal menjadikan hal tersebut sebagai alasan utama UMKM meminjam modal kepada rentenir. Kisaran bunga rentenir sendiri sangatlah tinggi dan memiliki jangka waktu yang pendek. Praktik rentenir yang seperti ini justru menjadikan beban perekonomian UMKM semakin kompleks dan belum memberikan solusi terhadap permasalahan modal tersebut.

Dalam Islam terdapat instrumen penting yang sangat berperan dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan umat tersebut, yaitu Zakat. Selain bernilai ibadah ketuhanan, zakat juga berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang bernilai sosial. Kemampuan zakat dalam


(24)

mengentaskan kemiskinan tersebut sudah teruji sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah SAW zakat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian negara dan semakin berkembang menjadi instrumen penting pada masa pemerintahan khalifah-khalifah selanjutnya. Menurut (Daud Ali, 1988:9), dalam Sistem Ekonomi Islam ada lima instrumental yang strategis dalam mempengaruhi tingkah-laku ekonomi seorang muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya, salah satu nilai instrumental tersebut adalah zakat. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin. Jika melihat potensi zakat yang ada, maka zakat merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengentaskan kemiskinan tersebut, karena terdapat potensi yang sangat besar dalam zakat tersebut, terutama di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan memiliki potensi zakat terbesar di dunia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin Hafidhuddin yang menyatakan potensi zakat Indonesia mencapai Rp. 217 triliun lebih per tahun dan dapat membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan (http://pusat.baznas.go.id/).

Dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat juga tidak terlepas dari peran Lembaga Amil Zakat (LAZ), LAZ sendiri merupakan sebuah lembaga zakat yang bertugas mengurus zakat. LAZ juga merupakan organisasi yang tumbuh atas dasar inspirasi masyarakat sehingga pergerakannya lebih cenderung pada usaha swasta atau swadaya. Yang


(25)

menjadi pekerjaan amil zakat paling besar di antara usaha-usaha lainnya adalah penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Pendayagunaan merupakan usaha amil zakat dalam mengelola dan mendistribusikan zakat sehingga selain mencari cara agar tersalurkannya dana zakat kepada orang-orang yang menjadi haknya, zakat juga mendapat nilai dan kekuatan lebih tinggi dalam kehidupan umat atau menyalurkan dana zakat secara produktif. Sementara pengumpulan zakat merupakan usaha amil dalam menghimpun zakat dari para muzaki. Besar-kecilnya dana zakat yang bisa dihimpun tentu bergantung dari kepercayaan para muzaki dalam menitipkan ibadah zakatnya pada lembaga tersebut. Dan tumbuh-tidaknya kepercayaan muzaki

terhadap lembaga tersebut tentu bergantung pada bagus tidaknya kinerja sebuah lembaga zakat, serta sesuai tidaknya penyaluran zakat terhadap para

mustahiqnya.

Dengan menyalurkan dana zakat secara produktif tersebut, berarti zakat tidak hanya membantu mengurangi beban para orang-orang miskin saja, namun juga membantu mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia. Dengan adanya modal dari zakat yang didayagunakan tersebut, maka para penerima zakat bisa mengembangkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dengan pola produktif ini, tentunya tidak akan mustahil zakat dapat mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu permasalahan modal UMKM di atas, dengan adanya zakat produktif ini juga dapat membantu para pelaku UMKM yang kebanyakan adalah masyarakat dari kalangan menengah ke bawah untuk


(26)

mengembangkan usahanya sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Hal ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi, berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa, meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.

Dalam penelitian ini penulis memilih tempat di Dompet Dhuafa dikarenakan Dompet Dhuafa berhasil memperoleh penghargaan sebagai

Indonesia Middle-Class Brand Champion 2015 dalam kategori lembaga amal zakat, infak, sedekah nasional. Indonesia Middle-Class Brand Champion 2015 merupakan ajang yang diberikan kepada pemegang dan pemilik merek yang mereknya terbaik dan terpercaya di kelas menengah. Ini artinya Dompet Dhuafa merupakan lembaga zakat yang paling dipercaya oleh masyarakat kelas menengah dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat (http://www.dompetdhuafa.org/). Sedangkan penulis memilih tempat di Dompet Dhuafa Jogja dikarenakan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan provinsi termiskin di Pulau Jawa. Besarnya persentase penduduk miskin di DIY tak bisa ditutupi meski selama ini boleh jadi tertutup oleh sejuta pesona DIY. Beberapa aspek kehidupan masyakarat yang diduga menyebabkan tingginya kemiskinan di DIY adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, ketiadaan usaha produktif meliputi keterampilan dan daerah yang kurang


(27)

produktif serta ketiadaan modal (http://www.kompasiana.com/). Besarnya kepercayaan dari masyarakat tersebut salah satu penyebabnya adalah Dompet Dhuafa dapat menyalurkan dana zakatnya dengan baik, artinya peran Dompet Dhuafa dalam hal tersebut sangat besar dan menjadikan penulis tertarik untuk melihat lebih jauh tentang peran Dompet Dhuafa Jogja dalam memberdayakan UMKM yang ada di DIY.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PERAN LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) MELALUI DANA ZAKAT (STUDI KASUS DOMPET DHUAFA JOGJA)”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran Dompet Dhuafa Jogja dalam memberdayakan

UMKM?

2. Bagaimana dampak pemberdayaan yang dilakukan Dompet Dhuafa

Jogja dalam perkembangan UMKM?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran Dompet Dhuafa Jogja dalam

memberdayakan UMKM.

2. Untuk mengetahui dampak pemberdayaan yang dilakukan Dompet


(28)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penulis ingin menjadikan penelitian ini sebagai bahan tambahan dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Zakat, terutama dalam hal pemberdayaan UMKM melalui dana Zakat. Selain itu penulis juga berharap penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya yang lebih baik.

2. Manfaat Praktis

a. Penulis berharap penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Dompet Dhuafa Jogja agar lebih efektif dalam hal pemberdayaan UMKM melalui dana zakat dan infak/sedekah.

b. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat luas untuk lebih memahami tentang peran Lembaga Amil Zakat dalam memberdayakan UMKM melalui zakat dan infak/sedekah, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk berzakat.

E. Tinjauan Pustaka

Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tentang pemberdayaan UMKM sudah pernah dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut:

Penelitian pertama dilakukan oleh Hermanita (2013) yang berjudul

“Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui


(29)

Hasil pnelitian ini adalah Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui pembiayaan dengan skema bagi hasil di Kota Metro masih terbentur pada risiko yang harus dihadapi. Risiko tersebut berkaitan dengan kesulitan bank sebagai shahibul maal mendapatkan informasi yang akurat mengenai karakter nasabah pengelola (mudharib) dan mengenai usaha yang akan dibiayai pada saat menyeleksi mudharib dan usahanya tersebut. Oleh sebab itu, maka untuk meminimalisir risiko yang ada bank

dapat menerapkan pola executing, yaitu melakukan pembiayaan

mudharabah tidak secara langsung kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melainkan memberikan pembiayaan tersebut kepada koperasi primer serta Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) oleh lembaga keuangan syariah terkendala oleh beberapa hal, misalnya berkaitan dengan prinsip kehati-hatian perbankan sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang yaitu usaha yang tidak memiliki agunan maka dianggap tidak layak untuk mendapatkan pembiayaan. Keterbatasan sumber daya insani dalam hal pengawasan usaha mudharib juga menjadi kendala tersendiri, sumber daya insani yang dimiliki bank haruslah kompeten di bidangnya.

Penelitian kedua dilakukan oleh Indah Yuliana (2014) yang berjudul

“Implementasi Pendistribusian Dana Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS)

Perbankan Syariah untuk Pemberdayaan Usaha Kecil Mikro (UKM) di

Malang”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Dari penelitian ini dapat diketahui


(30)

bahwa penyaluran dana ZIS Bank Syariah dilakukan dengan mengadakan kerja sama dengan BMT dan masjid. Penyaluran dana ZIS tersebut bersifat konsumtif dan produktif . Untuk yang bersifat produktif disalurkan kepada pemberdayaan usaha kecil mikro. Pemberdayaan yang dilakukan dengan dana ZIS tersebut adalah dengan memberikan modal guna mengembangkan usaha dan memulai usaha. Penambahan modal ini diberikan pada usaha kecil mikro agar bisa mengembangkan usaha yang telah dirintisnya. Bila usahanya berkembang, maka pendapatan akan naik dan diharapkan akan adanya transformasi dari penerima bantuan. Bila saat ini mereka diberdayakan dengan memberikan suntikan permodalan bagi usaha mereka maka pada periode berikutnya mereka akan bisa untuk memberdayakan pelaku usaha kecil mikro yang lain, dengan kata lain dari mustahiq menjadi

muzakki.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Muhammad Nurul Hamdi, Evi Nurjanah dan Latifah Safitri Handayani (2014) yang berjudul “Community

Development Based On Ibnu Khaldun Thought, Sebuah Interpretasi Program Pemberdayaan UMKM Di Bank Zakat El-Zawa”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan model pemberdayaan UMKM yang terinterpretasi dari pemikiran Ibnu Khaldun tentang pengembangan masyarakat yang disuguhkan sebagai solusi dari kendala teknis Bank Zakat el-Zawa. Dalam menyalurkan dana zakatnya el-Zawa mengalami kesulitan dalam menyeleksi calon mitra. Hal ini dikarenakan


(31)

pihak el-Zawa kekurangan SDM yang kompeten untuk menyeleksi calon mitranya tersebut. Hasil penelitian tersebut adalah program yang terinterpretasi dari community development hasil pemikiran Ibnu Khaldun ini efektif untuk meningkatkan kualitas program el-Zawa dalam memberdayakan UMKM. Dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, el-Zawa seyogyanya dapat bekerjasama dengan akademisi dan pemuka agama yang cenderung memiliki kedekatan dengan el-Zawa sendiri dalam peningkatan kualitasnya dan UMKM binaannya. Selain itu el-Zawa juga dapat memfokuskan daerah pemberdayaan para pelaku UMKM yang berdomisili di sekitar kampus dengan membentuk sebuah kelompok usaha. Kelompok ini berfungsi sebagai wadah saling bertukar informasi dan penjaringan UMKM potensial serta dapat meningkatkan ikatan emosional dan rasa solidaritas. Dengan keberadaan sistem ini, akan terwujud sistem pemberdayaan UMKM yang komprehensif dan mampu menjawab problematika yang ada.

Penelitian keempat dilakukan oleh Muji Santoso (2014) yang

berjudul “Analisis Penyaluran Dana ZIS pada Program Pemberdayaan Ekonomi”. Penelitian ini menggubakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk penyaluran dana ZIS pada Program Pemberdayaan Ekonomi Institut Mentas Unggul (IMU) Dompet Dhuafa Yogyakarta, pada penelitian ini membahas bagaimana Dompet Dhuafa Yogyakarta menggelola dananya dalam memberdayakan masyarakat dan mengurangi jumlah pengangguran


(32)

melalui program ini. Hasil penelitian yang didapatkan adalah program pemberdayaan yang dilakukan berdampak terhadap peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat kurang mampu dan pengangguran, namun masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya sehingga perlu adanya peningkatan pendampingan dan pelatihan kewirausahaan yang lebih lanjut.

Penelitian kelima dilakukan oleh Ardian Fitria Kusuma (2014) yang

berjudul “Pengelolaan Zakat Produktif untuk Peningkatan Usaha Mikro”.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan observasi dan wawancara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengelolaan zakat produktif melalui program ekonomi pada lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta terhadap peningkatan ekonomi pengelola usaha kecil dari masyarakat dhuafa, serta perannya dalam mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat kurang mampu. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan dana pada lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta berpengaruh pada peningkatan ekonomi masyarakat peserta program dan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka, namun masih terdapat kekurangan dalam pengelolaan dana zakat pada lembaga sosial Dompet Dhuafa Yogyakarta.

Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian di atas adalah objek dan subjek penelitian-penelitian. Penulis dalam hal ini meneliti tentang peran yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat dalam memberdayakan UMKM terutama dalam permasalahan permodalan,


(33)

berikut ini adalah tabel yang akan memperjelas perbedaan-perbedaan yang ada untuk lebih jelasnya:


(34)

Tabel 1.1

Tabel perbedaan penelitian

Peneliti Metode Penelitian Subjek dan Objek Penelitian

Anshar Bayu Syafrian (2016) “Peran

Lembaga Amil Zakat dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Melalui Dana Zakat (Studi Kasus Dompet Dhuafa Jogja)”

Kualitatif deskriptif Peneliti dalam hal ini ingin melihat bagaimana peran Lembaga Amil Zakat dalam memberdayakan UMKM melalui dana zakatnya, peneliti juga ingin melihat Lembaga Amil Zakat dapat membantu masyarakat kelas menengah ke bawah yang kesulitan modal dan tidak kesulitan mendapatkan dana dari sektor formal seperti perbankan. Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Hermanita (2013) “Pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Hermanita meneliti peran Bank Syariah dalam memberdayakan UMKM melalui


(35)

Melalui Pembiayaan dengan Skema Bagi

Hasil oleh Lembaga Keuangan Syariah”

pembiayaan dengan skema bagi hasil. Penelitian ini juga dilakukan di kota Metro.

Indah Yuliana (2014) “Implementasi

Pendistribusian Dana Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) Perbankan Syariah untuk Pemberdayaan Usaha Kecil Mikro (UKM) di

Malang”

Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini, Indah Yuliana ingin mengetahui tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang untuk memberdayakan UKM melalui dana zakat infak dan sedekah Perbankan Syariah. Penelitian ini dilakukan di kota Malang, Provinsi Jawa Timur

Muhammad Nurul Hamdi, Evi Nurjanah dan

Latifah Safitri Handayani (2014)

Community Development Based On Ibnu

Khaldun Thought, Sebuah Interpretasi

Program Pemberdayaan UMKM Di Bank Zakat El-Zawa”

Kualitatif deskriptif Peneliti dalam hal ini ingin menjelaskan model pemberdayaan UMKM yang terinterpretasi dari pemikiran Ibnu Khaldun tentang pengembangan masyarakat yang disuguhkan sebagai solusi dari kendala teknis Bank Zakat el-Zawa. Penelitian ini dilakukan di kota Malang, provinsi Jawa Timur.


(36)

Muji Santoso (2014) “Analisis Penyaluran

Dana ZIS pada Program Pemberdayaan

Ekonomi”

Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Muji Santoso meneliti bentuk penyaluran dana ZIS pada Program Pemberdayaan Ekonomi Institut Mentas Unggul (IMU) Dompet Dhuafa Yogyakarta, pada penelitian ini membahas bagaimana Dompet Dhuafa Yogyakarta menggelola dananya dalam memberdayakan masyarakat dan mengurangi jumlah pengangguran melalui program yang ada.

Ardian Fitria Kusuma (2014) “Pengelolaan

Zakat Produktif untuk Peningkatan Usaha

Mikro”

Kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini Ardian Fitria Kusuma meneliti pengelolaan dana zakat produktif di Dompet Dhuafa Yogyakarta dalam peningkatan ekonomi pengelola usaha kecil dari masyarakat dhuafa, serta perannya dalam mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat kurang mampu.


(37)

F. Kajian Teori 1. Peran

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan Hubungan-hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku (Soekanto, 2012: 212-213).

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi.

Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial, peran menurut Levinson dalam Soekanto (2012: 213) mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan;

b. Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat

dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai


(38)

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi di antara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu muncu lah apa yang dinamakan peran (role).

Jika melihat pengertian tersebut bisa dikatakan peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Peran yang dijalankan seseorang merupakan kewajiban yang harus dia laksanakan terkait dengan status yang dia miliki. Dengan demikian peran dapat diartikan sebagai perilaku yang diharapkan dari seseorang dengan status yang disandangnya. Perilaku yang sudah dijalankan itu merupakan perilaku yang sesungguhnya atau disebut perilaku peran.

2. Pemberdayaan

a. Definsi Pemberdayaan

Dalam kajian literatur mengenai pengertian konsep pemberdayaan, terdapat beberapa tokoh yang mengungkapkan mengenai substansi pengertian pemberdayaan


(39)

Pemberdayaan dapat dimaknai perubahan sosial masyarakat, sikap, perilaku masyarakat yang perlu diubah kearah yang positif agar masyarakat berdiri mandiri dan berdaya (Suharto, 2009 : 60).

Menurut Parsons dalam Suharto (2009: 58-59),

pemberdayaan adalah sebuah proses orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

Menurut Rappaport dalam Suharto (2009: 59), pemberdayaan adalah suatu cara tentang rakyat, organisasi, dan komunitas diberikan petunjuk agar ia mampu berkuasa atas apa yang ia miliki dalam kehidupannya.

Menurut Mc Ardle dalam Hikmat (2010: 3), pemberdayaan merupakan proses penjustifikasian oleh orang-orang secara konsekuen. Mereka melakukannya secara bersama-sama dengan tujuan yang telah disepakati agar dalam taraf selanjutnya mencapai kemandirian. Kemandirian itu dicapai berdasarkan pengolahan dari akumulasi pengetahuan, keterampilan dan kreatifitasnya tanpa dorongan dari pihak eksternal.


(40)

Sedangkan menurut Mahendrawati (1994: 42), pemberdayaan adalah suatu upaya pemberian pilihan bagi masyarakat dalam berbagai opsi untuk memberikan manfaat bagi dirinya. Dengan demikian, masyarakat itu akan memiliki daya terhadap dirinya sendiri.

Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri (UU No 20 tahun 2008 pasal 1 ayat 8).

Jadi bisa dikatakan bahwa pemberdayaan adalah cara atau usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk merubah kondisi masyarakat yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik lagi, dan menjadikan masyarakat tersebut menjadi mandiri. Hal tersebut juga menjadi perhatian dalam Islam, sebagaimana di tuliskan dalam surat Ar-Ra’d: 11

Artinya: ”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,

mereka menjaganya atas perintah Allah.


(41)

kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

b. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan pemberdayaan adalah memperkuat masyarakat lemah baik dalam aspek internal maupun aspek eksternal. Dalam aspek internal dilakukan dengan cara memperkuat mentalitas ataupun persepsi dalam berjuang menuju ke arah yang lebih baik. Sedangkan dalam aspek eksternal dilakukan dengan cara menolongnya keluar dari struktur sosial yang menindasnya (Suharto, 2009 : 60)

Menurut Jamasy (2004: 42) tujuan pemberdayaan dapat dianalisis yang pada dasarnya merupakan penanggulangan terhadap kemiskinan. Tujuan-tujuan tersebut ialah:

1) Menekankan rasa ketidak berdayaan masyarakat menghadapi

struktur sosial politis.

2) Menghentikan segala bentuk upaya eksploitasi lapisan

masyarakat miskin apabila terjadi perubahan sosial, politik, dan budaya.

3) Terciptanya pemahaman dalam masyarakat bahwa kemiskinan

merupakan struktur sosial dan bukan merupakan takdir yang harus dijalani.


(42)

4) Memberikan ruang bagi masyarakat golongan miskin dalam setiap pembuatan kebijakan.

5) Pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin.

6) Distribusi infrastruktur yang lebih merata.

c. Upaya Pemberdayaan

Menurut Suriadi (2005: 56), upaya dalam membangun pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga tahapan yang meliputi: 1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang. Titik tolaknya adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu dapat dikembangkan.

2) Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat. Hal tersebut memerlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta pembukaan berbagai akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif, pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial, dan pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.


(43)

3) Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

3. UMKM

UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. UMKM diatur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. Rinciannya sebagai berikut: a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria UMKM sebagai mana di atur dalam UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah sebagai berikut:


(44)

a. Usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 juta rupiah dengan pendapatan sampai 300 juta rupiah per tahun digolongkan sebagai Usaha Mikro.

b. Usaha produktif yang nilai kekayaan usahanya antara 50 juta hingga 500 juta rupiah dengan total penghasilan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar rupiah per tahun dikategorikan sebagai Usaha Kecil.

c. Sedangkan Usaha Menengah merupakan usaha produktif yang

memiliki kekayaan (modal) 500 juta hingga 10 milyar rupiah dengan jumlah pendapatan pertahun berkisar 2,5 – 50 milyar rupiah.

Sedangkan menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang), Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang) dan Usaha Menengah/Medium (jumlah karyawan hingga 300 orang).

Adapun ciri-ciri usaha mikro menurut Supadie (2013:61) adalah sebagai berikut:

a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak terlalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu waktu dapat pindah tempat;

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana

sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

d. Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;

e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Sedangkan ciri-ciri industri kecil/usaha kecil menurut Supadie (2013:62) adalah sebagai berikut:

a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;


(45)

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau

masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

e. Sumber daya manusia memiliki pengalaman dalam berwirausaha;

f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan

baik seperti business planning.

4. Zakat

Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, setiap muslim diwajibkan untuk membayar zakat sesuai dengan hukum ajaran Islam. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti,

yaitu al-barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘pertumbuhan dan

perkembangan’, ath-thaharatu ‘kesucian’, dan ash-shalahu ‘keberesan’. Sedangkan secara istilah, zakat itu adalah bagian dari harta

dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 2008: 7). Secara sosiologi zakat adalah refleksi dari rasa kemanusiaan, keadilan, keimanan, serta ketaqwaan yang mendalam yang harus muncul dalam sikap orang kaya (Sari, 2007:1).

Hubungan antara pengertian zakat di atas sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat At-Taubah: 103


(46)

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Zakat memiliki posisi yang sangat penting, strategis, dan menentukan baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Zakat sangat erat kaitannya dengan masalah bidang sosial dan ekonomi di mana zakat mengikis sifat ketamakan dan keserekahaan si kaya. Masalah sosial di mana zakat bertindak sebagai alat yang diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki, sedangkan dalam bidang ekonomi zakat mencegah pemupukkan kekayaab dalam tangan seseorang (Sari, 2007:1-2).

5. Zakat Produktif

Zakat dalam penyalurannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu zakat konsumtif dan zakat produktif. Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan perjalanan dan lain-lain. Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu memberikan zakat untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan zakat produktif adalah zakat yang


(47)

diberikan kepada fakir miskin berupa modal usaha atau yang lainnya yang digunakan untuk usaha produktif yang mana hal ini akan meningkatkan taraf hidupnya, dengan harapan seorang mustahiq akan bisa menjadi muzakki jika dapat menggunakan harta zakat tersebut untuk usahanya. Lebih tegasnya zakat produktif adalah pendayagunaan zakat secara produktif, yang pemahamannya lebih kepada bagaimana cara atau metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam pengertian yang lebih luas, sesuai ruh dan tujuan syara’. Cara pemberian yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syariat dan peran serta fungsi sosial ekonomis dari zakat (Asnaini, 2008: 64).

Zakat produktif dengan demikian adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahiq tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehungga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus (Asnaini, 2008: 64).

Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana yang pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW yang dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW telah memberikan kepadanya


(48)

zakat lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Dalam kaitan dengan zakat yang bersifat produktif, terdapat pendapat yang menarik sebagaimana dikemukakan oleh Yusuf al-Qaradhawi dalam Fiqh Zakat dalam Hafidhiddin (2008:134) bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Pengganti pemerintah, untuk saat ini dapat diperankan oleh Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Lembaga Keuangan seperti Bank Syariah yang kuat, amanah dan profesional. BAZ, LAZ atau Bank Syariah, jika memberikan zakat yang bersifat produktif harus pula memberikan

pendampingan/pembinaan kepada para mustahik agar kegiatan

usahanya dapat berjalan dengan baik, dan agar para mustahik semakin meningkat kualitas keimanan dan keislamannya (Hafidhuddin, 2004: 133-134).

a. Hukum Zakat Produktif

Al-Qur’an, al-Hadits dan Ijma’ tidak menyebutkan secara tegas tentang cara pemberian zakat apakah dengan cara konsumtif atau produktif. Dapat dikatakan tidak ada dalil naqli dan sharih

yang mengatur tentang bagaimana pemberian zakat itu kepada

mustahiq. Ayat 60 surat at-Taubah, oleh sebagian besar ulama dijadikan dasar hukum dalam pendistribusian zakat. Namun ayat


(49)

ini hanya menyebutkan pos-pos dimana zakat harus diberikan. Tidak menyebutkan cara pemberian zakat kepada pos-pos tersebut (Asnaini, 2008: 77).

Teori hukum Islam menunjukan bahwa dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak jelas rinciannya dalam al-Qur’an atau petunjuk yang ditinggalkan Nabi SAW, penyelesaiannya adalah dengan metode Ijtihad. Ijtihad atau pemakaian akal dengan tetap berpedoman kepada al-Qur’an dan Hadis. Dalam sejarah hukum Islam dapat dilihat bahwa ijtihad diakui sebagai sumber hukum setelah al-Qur’an dan Hadis. Apalagi problematika zakat tidak pernah absen, selalu menjadi topik pembicaraan umat Islam, topik aktual, dan akan terus ada selagi umat Islam ada. Fungsi sosial, ekonomi dan pendidikan dari zakat bila dikembangkan dan dibudidayakan dengan sebaik-baiknya akan dapat mengatasi masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa (Asnaini, 2008: 78).

Di samping itu zakat merupakan sarana, bukan tujuan karenanya dalam penerapan rumusan-rumusan tentang zakat harus rasional, ia termasuk kedalam bidang fiqh yang dalam penerapannya harus dipertimbangkan kondisi dan situasi serta senafas dengan tuntutan dan perkembangan zaman (Asnaini, 2008: 78). Maka bisa dikatakan bahwa hukum Islam selalu dapat tampil ke depan untuk menjawab segala tantangan zaman.


(50)

Dengan demikian berarti bahwa teknik pelaksanaan pembagian zakat bukan sesuatu yang mutlak, akan tetapi dinamis, dapat disesuaikan dengan kebutuhan di suatu tempat. Dalam artian perubahan dan perbedaan dalam cara pembagian zakat tidaklah dilarang dalam Islam karena tidak ada dasar hukum yang secara jelas menyebutkan cara pembagian tersebut, selama cara yang digunakan tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan telah terlebih dahulu dilakukan ijtihad.

6. Zakat Perusahaan

Perusahaan pada umumnya mencangkup tiga hal besar. Pertama perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Jika dikaitkan dengan kewajiban zakat, maka produk yang dihasilkannya harus halal dan dimiliki oleh orang orang yang beragama Islam, atau jika

pemiliknya bermacam-macam agamanya, maka berdasarkan

kepemilikan saham dari yang beragama Islam. Kedua perusahaan yang bergerak di bidang jasa, seperti perusahaan di bidang akuntansi, dan lain sebagainya. Ketiga perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, seperti lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank (asuransi, reksadana, money changer, dan yang lainnya).

Adapun yang menjadi landasan hukum kewajiban zakat pada perusahaan adalah nash-nash yang bersifat umum, seperti At-Taubah ayat 103. Para ulama peserta Muktamar Internasional Pertama tentang Zakat, menganalogikan zakat perusahaan ini kepada zakat


(51)

perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi kegiatan sebuah perusahaan intinya berpijak kepada kegiatan perdagangan (Hafidhuddin, 2004: 101).

Secara umum pola pembayaran dan penghitungan zakat perusahaan sama dengan zakat perdagangan, nishabnya adalah senilai 85 gram emas, sama dengan nishab zakat perdagangan dan sama dengan nishab zakat emas dan perak (Hafidhuddin, 2004: 102).

Menurut Hafidhuddin (2004: 102) sebuah perusahaan biasanya memiliki harta yang tidak akan terlepas dari tiga bentuk, yaitu:

a. Harta dalam bentuk barang, baik yang berupa sarana dan prasarana, maupun yang merupakan komoditas perdagangan; b. Harta dalam bentuk uang tunai, yang biasanya disimpan di

bank-bank;

c. Harta dalam bentuk piutang.

Dari uraian di atas, bisa dikatakan jika harta perusahaan yang wajib dizakati adalah ketiga bentuk harta tersebut, dikurangi harta dalam dalam bentuk sarana dan prasarana dan kewajiban mendesak lainnya, seperti utang yang jatuh tempo atau yang harus dibayar pada saat itu juga. Dari penjelasan tersebut, maka dapatlah diketahui bahwa pola perhitungan zakat perusahaan, didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan kewajiban atas aktiva lancar, atau seluruh harta (di luar sarana dan prasarana) ditambah keuntungan, dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan 2,5% sebagai zakatnya. Sementara pendapat lain menyatakan bahwa


(52)

yang wajib dikeluarkan zakatnya itu hanyalah keuntungannya saja (Hafidhuddin, 2004: 102).

7. Infak

Infak adalah mengeluarkan harta yang mencangkup zakat dan nonzakat. Infak ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infak wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar dan lain-lain. Infak sunnah diantaranya, infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam, infak kemanusiaan, dan lain-lain. Infak menjadi salah satu pintu masuk cara pendistribusian kekayaan dalam ajaran Islam (Sholihin, 2010: 351).

8. Sedekah

Sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir-miskin, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima sedekah, tanpa disertai imbalan, tanpa paksaan, tanpa batasan jumlah, kapan saja dan berapapun jumlahnya. Sedekah ini hukumnya adalah sunah, bukan wajib.


(53)

A. Metode Penelitian

1. Konsep dan Variabel Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif komparatif dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda (Sugiyono, 2012:57). Menurut Dra. Aswani Sudjud, penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, orang, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap orang, dan kelompok. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, orang, peristiwa atau terhadap ide-ide ( Suharsimi Arikunto, 2010:310).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan komparatif yaitu menggambarkan permasalahan peristiwa melalui responden ataupun sumber data lainnya yang terkait dengan BMT ELTAMANI dan BMT UMY.

Dalam penelitian ini peneliti juga akan mendeskripsikan dua permasalahan pokok dengan cara:

1. Mendeskripsikan strategi bersaing dalam meningkatkan keunggulan kompetitif pada produk yang telah dipasarkan dengan mengungkapkan:


(54)

promosi yang digunakan dalam prakteknya dari kedua lembaga tersebut.

Kemudian peneliti ingin mengetahui kiprah dari kedua BMT ini untuk di komprasikan. Karena memang kedua lembaga ini sama-sama bergerak di bidang ekonomi mikro yang menyasar masyarakat secara langsung.

3. Lokasi, Subyek, Objek, Jadwal, dan Skema Penelitian a. Lokasi penelitian

Lokasi dari penelitian ini ada dua tempat, karena peneliti menggunakan studi komparatif. Untuk tempat atau lokasi yang pertama adalah BMT UMY Yogyakarta, yang beralamatkan di Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Dan lembaga yang kedua adalah BMT Eltamani Pangandaran yang berlokasi di Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat.

b. Subyek penelitian

1) Informan Pangkal

Teknik pengambilan informan atau sampel dalam penelitian kualitatif berupa purposive atau seleksi berdasarkan kriteria tertentu (criterion based selection).

Dan untuk informan pangkal daalam penelitian ini adalah pihak dari BMT ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta yaitu bagian Cutomer Service (CS) dari kedua lembaga KJKS BMT tersebut. Hal ini bertujuan untuk


(55)

Teknik pengambilan informan kunci dilakukan secara sampel non random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana sampel yang diambil berdasarkan kriteria yang teah ditentukan.

Kriteria informan kunci dari penelitian ini adalah bagian marketing dari BMT ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta. Hal ini untuk mengetahui strategi pemasaran sepeti apakah yang dilakukan kedua lembaga ini untuk menarik minat calon nasabahnya.

c. Objek penelitian

Dikarenakan peneliti menggunakan studi komparatif, maka Subjek serta Objek dari penelitian ini sama. Untuk subjek dari BMT UMY dan BMT El-tamani adalah AO, Customer Service dari BMT UMY dan BMT El-tamani atau bagian yang berhak dan paham akan informasi yang peneliti akan lakukan. Sedangkan untuk objek penelitian dari kedua BMT ini adalah strategi bertahan dan bersaing dengan lemabaga keuangan lainnya, sedangkan variabel yang digunakan adalah pemasaran yang efektif untuk menarik minat calon nasabah.

d. Jadwal penelitian

Hal yang penting juga untuk diperhatikan oleh peneliti adalah waktu yang tersedia utuk melakukan penelitian terhadap objek yang akan diteliti.


(56)

Di lembaga KJKS BMT ELTAMANI, peneliti melakukan penelitian dimulai pada hari senin, 4 April 2016- Senin, 11 April 2016. Atau kurang lebih seminggu yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan penelitian.

e. Skema Penelitian

Sebuah skema penelitian diperlukan untuk mengetahui dan memahami konsep dasar sebuah penelitian. Skema penelitian menggambarkan tahapan tahapan yang peneliti lakukan dari awal penelitian seperti merusmuskan masalah, merancang desain penelitian, pengumpulan data, sampai dengan melaporkan hasil penelitian. Berikut ini merupakan skema penelitian yang peneliti lakukan:

Gambar 2.1. Skema Penelitian

Perumusan masalah

Perancangan penelitian

Pengumpulan data

Pengolahan data Analisis data

Penyajian data

Melaporkan Hasil Penelitian


(57)

semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau study populasi atau studi sensus (Sabar, 2007).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 80).

Sedangkan pengertian dari sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah tentu mampu secara representative yang dapat mewakili populasinya (Sabar,2007).

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal keterbatasan tenaga, dana, dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yag diambil dari populasi harus representative (Sugiyono,2011).

Peneliti menggunakan objek Populasi dan sample dari penelitian ini adalah pada Baitul Mal Wa Tamwil atau JKS BMT yang berada di dua tempat yang berbeda, karena peneliti menggunakan studi komparatif. Yaitu BMT Eltamani Pangandaran yang dimana lembaga ini memiliki berbagai cabang di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah karena memang bertepatan dengan perbatasan diantara kedua Provinsi ini. Serta BMT


(58)

5. Teknik Penelitian

Metode penelitin dan teknik penelitian merupakan hal yang sanagt penting dalam mengumpulkan data. Metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atau suatu masalah (Uber Silalahi, 2009:13). Metode penelitian itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (Sulistyo Basuki, 2006:92). Ada bermacam-macam cara untuk mengumpulkan data, informasi, serta menguji data dan informasi tersebut. Cara-cara tersebut adalah mengadakan wawanCara-cara, mengadakan angket (melalui daftar kuisioner), mengadakan observasi, penelitian lapangan, ataumengadakan penelitian kepustakaan (Gorys Keraf, 2004 : 181).

Sedangkan teknik atau metode yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah dasar dari ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Sugiyono, 2010:310).

Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar, artinya peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas penelitian (Sugiyono,2010:312). Peneliti juga menggunakan observasi langsung, yaitu


(59)

oleh peneliti.

b. Interview (wawancara)

Menurut Esterberg (dalam Sugiyono), wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010:317).

Metode wawancara atau interview adalah proses memperoleh tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambal bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai (Bungin, 2013:133).

Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terarah, wawancara terarah dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan oleh pewawancara (Bungin, 2013:135).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan wawancara semistruktur (semistructure interview) kepada semua informan, jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depthinterview dimana pelaksaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawncara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan


(60)

ide-ini masih perlu diolah agar dianggap bersih dari hal-hal yang mengganggu misalnya: salah mencatat, salah kode, dan lain-lain. Pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data yang berasal dari sekelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu. Dalam penelitian ini, cara pengolahan terbagi dalam beberapa tahap yaitu (Rasyad, 2003:14) :

Gambar 2.2. Cara Pengolahan Data

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi

Proses Pengkodean : kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan kode yang spesifik pada respon jawaban responden untuk memudahkan proses pencatatan

data.

Proses Validasi : derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti. Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa

yang terjadi pada objek data tersebut dapat dinyatakan

tidak valid.

Proses Tabulasi : proses menempatkan data dalam

bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan

analisis. Tabel yang dibuat sebaiknya mampu meringkas

semua data yang akan dianalisis. Proses Verifikasi : merupakan proses

perumusan masalah dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan

kalimat yang singkat-padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari


(61)

kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan (Hendriansyah, 2010:143).

6. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama di lapangan. Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan (Bungin, 2013:128-129).

Data primer tersebut diperoleh dari sumber utama yaitu bagian marketing dari BMT ELTAMANI Pangandaran dan BMT UMY Yogyakarta., data diperoleh dengan wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data primer (Bungin, 2013:128-129).

Data sekunder dalam hal ini terdiri dari buku atau dokumentasi yang berkaitan dengan masalah, pendapat para ahli hokum dan laporan-laporan hasil penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yaitu data yang diambil dari pihak-pihak yang akan diteliti dan sudah


(62)

peneliti dapat secara langsung melalui wawancara atau kuisioner dimana peneliti langsung melakukan serta menganilisis dari tempat atau objek penelitian tersebut dilakukan.

7. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyelesaian data kedalam kompenen-komponen penyusunnya untuk mengungkapkan unsur-unsur, karakteristik, dan struktur di dalamnya (Ian Dey, 19995 : 30).

Agar data tersebut dapat dianalisis, maka data tersebut harus dipecah dahulu menjadi bagian-bagian kecil (menurut elemen atau struktur), kemudian menggabungkannya untuk memperoleh pemahaman yang baru. Analisa data merupakan proses paling vital di dalam sebuah penelitian. Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisa inilah data yang diperoleh peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Maka dari itu , perlu kerja keras, daya kreatifitas, dan kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Analisis data merupakan hasil dari pengumpulan data. Sebab data yang terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data disini berfungsi untuk member arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu (M. Kasiram, 2006 : 274).


(63)

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepda orang lain. ( Bogdan & Biklen, 1982 ).

8. Alat Analisis Data

Alat untuk mengumpulkan data yang dilakukan oleh peneiti yaitu dengan cara kuisioner yang disebarkan kepada responden yang kemudian diolah oleh peneliti. Dan dengan cara mengambil dokumentasi atau dokumen-dokumen lainnya yang dapat menunjang mendapatkannya data lembaga BMT tersebut. Alat untuk mendapatkan data kualitatif penulis menggunakan alat sebagai berikut;

a. Dokumen wawancara

Yaitu dokumen yang didapatkan dengan cara penulis mewawancarai dengan pertanyaan-pertanyaan, sehingga responden dapat mengungkapkan secara bebas dan mendalam dari berbagai perspektif serta tidak dibatasi oleh peneliti.

Adapun pertanyaan penelitian yang didasari dari tujuan penelitian dan didukung oleh kerangka teori dan tinjauan pustaka, yang kemudian akan peneliti ajukan pertanyaan pertanyaan tersebut dalam bentuk pointer kepada informan keys. Melihat dari hal itu maka peneliti mengajukan pertanyaan dari penelitian adalah sebagai berikut yang menggunakan tolak ukur 5W+1H.


(64)

mendalam yang berkaitan dengan penelitian. Teknik wawancara didalam pelaksanaan nya menggunakan teknik wawancara terstruktur, yaitu menggunakan pertanyaan pertanyaan yang telah dibuat dan disusun oleh peneliti sebagai panduan (Interview Guide). Daftar pertanyaan disebut

Interview Schedule sedangkan garis besarnya disebut dengan Interview Guide

(Soeharto, Irwan, 2008 : 68).

Beberapa sumber atau Informan Keys yang akan dilakukan wawancara dalam penelitian ini antara lain:

1) Marketing

Fungsi dan jobdesk dari marketing ini adalah untuk melakukan pemasaran produk produk bank yang ada kepada calon nasabah. Dan yang peneliti butuhkan untuk menggali informasi yang tepat adalah mewawancarai marketing di BMT UMY dan BMT El-tamani. Untuk BMT El-tamani peneliti akan mewawancarai Bapak Solichin selaku marketing di BMT ini. Dan untuk BMT UMY peneliti akan melakukan wawancara dengan Bapak Muhammad Itsnan K, SP.

2) Customer Service (CS)

Ada beberapa bagian terdepan atau garda depan di dalam perbankan untuk masyarakat mendapatkan informasi yang diinginkan. Garda


(65)

produk Bank. Dan peneliti membutuhkan informasi tersebut dan yang berkaitan dengan produk-produk tersebut. Oleh karena itu peneliti melakukan wawancara atau dengan kata lain informan keys nya adalah CS di BMT UMY dan BMT El-tamani.

b. Catatan pengamatan

Pada umumnya catatan pengamatan ditulis oleh tangan dari peneliti yang didapatkan dari hasil penelitiannya secara teliti dan seksama yang tidak di jelaskan oleh responden.

c. Data dari buku

Hal ini tentu sangat diperlukan, karena tidak semua data yang peneliti peroleh berasal dari responden semata, tetapi diperlukan pula sebuah acuan pustaka dalam penelitian ini.

d. Data dari halaman web

Selain data yang didapatkan dari buku, diperlukan pula literatur lainnya yang diluar dari buku. Salah satunya dari halaman web, yang dimana data ini dapat diolah bersamaan dengan data lainnya.


(66)

manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti; kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka (Sulistyo-Basuki, 2006:78).

Penelitian kualitatif pada umunya dirancang untuk memberikan pengalaman senyatanya dan mengungkap makna sebagaimana yang tercipta di lapangan penelitian melalui interaksi langsung antara peneliti dan yang diteliti (Putu Laksman Pendit, 2003:195).

Penelitian kualitatif merupakan suatu proses penyelidikan untuk memahami social berdasarkan pada penciptaan gambaran holistic lengkap dengan bentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah (Uber Silalahi, 2009:77).

Langkah-langkah penelitian kualitatif yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut (Sulistyo-Basuki, 2006:81) :

a. Langkah pertama/ persiapan: mempertimbangkan fokus dan memilih topik,

menyatakan masalah dan merusmuskan pendahuluan pernyataan, menyatakan masalah dana merumuskan pendahuluan pernyataan.

b. Langkah kedua/ penjelajahan yang luas: mencari lokasi/subjek potensial, memilih lokasi/subjek yang dianggap cocok, menguji kecocokan lokasi/subjek luas, eksplorasi, mengembangkan rencana umum.


(67)

dalam hal ini kuisioner.

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat komparatif. Kata “komparasi” dalam Bahasa inggris adalah “comparation” yaitu perbandingan. Makna dari kata tersebut adalah bahwa dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk membandingkan kedua lembaga yang pada dasarnya berasaskan sama, tetapi ingin mengetahui dari sekian persamaannya pasti ada perbedaannya, mulai dari tempat, nama, kondisi lingkungan, hingga sumber daya-sumber daya yang ada di lembaga masing-masing tersebut.

Menurut Uber Silalahi (2009: 35), bahwa penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan dua gejala atau lebih. Penelitian komparatif dapat berupa komparatif deskriptif (descriptive-comparative) maupun komparatif korelasional (correlation-comparative). Komparatif deskriptif membandingkan variabel yang sama untuk sampel yang berbeda. Komparatif dekriptif juga dapat digunakan untuk membandingkan variabel yang berbeda untuk sampel yang sama. Komparatif kokrelasional juga bisa dengan variabel yang berbeda dalam hubungan dengan variabel yang sama. Selain itu, perbandingan korelasional pun bisa membandingkan korelasi variabel yang sama untuk sampel yang berbeda.

Menurut Sulistyo-Basuki (2006:114) kajian kausul-komparatif, khusus disusun untuk menentukan hubungan yang ada antara beberapa factor, variabel atau dimensi dengan tujuan menjelaskan hubungan atau saling ketergantungan.


(68)

lapangan, dilanjut ketika di dalam lapangan, hingga ketika selesai dari lapangan. b. Sebelum memasuki lapangan, analisis data dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berubah ketika peneliti masuk dan selama di lapangan (Sugiyono, 2012:336).

c. Selama di lapangan, saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang dianalisis dirasa belum memuaskan, maka peneliti akan melakukan pertanyaan lagi, sampai batas tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel (Sugiyono, 2012:227).

d. Setelah di lapangan, peneliti menganalisa data setelah dilapangan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan cermat fakta-fakta actual dan sifat-sifat populasi tertentu (Zuriah, 2006:14).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana setelah data data di lapangan dikumpulkan maka akan peneliti analisis dengan metode kualitatif komparatif. Data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, wawancara, catatan pengamatan, ataupun dokumentasi dilapangan yang dianalisis menggunakan metode kualitatif komparatif, yang kedepannya peneliti akan mendapatkan sebuah data yang sinkron dengan kerangka pemikiran diatas.

Selanjutnya data yang telah terkumpul akan diolah menggunakan teknik triangulasi data. Kerangka pemikiran yang sudah matang tersebut karena proses pengolahan data,


(69)

strategi bersaing apa yang digunakan dalam lingkup pemasaran produk-produknya.

Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga ini tentu akan terus berkembang demi menjadi yang terbaik dan tetap dapat bertahan serta eksis di dunia perekonomian Indonesia. Untuk kegiatan kegiatan baru kelak pun aka nada penelitian yang lebih global lagi, sedangkan untuk sekarang ini peneliti melakukan tahapan tahapan penelitian sebagai berikut;

a. Mendefinisikan objek penelitian

Objek dari penelitian ini adalah strategi pemsaran produk BMT dalam menarik minat calon nasabah. Dan hal ini adalah menjadi suatu cara untuk bertahan dan terus melakukan inovasi agar tetap menarik nasabah baru dan mempertahankan nasabah yang lama.

b. Mengumpulkan data

Peneliti melakukan pengumpulan data yang peneliti jumpai sebelum, ketika di dalam, atau bahkan data yang didapatkan ketika keluar lapangan, hal tersebut guna memperkuat literature serta penelitian ini.

c. Menganalisis data

Setelah data dari lembaga lembaga BMT yang peneliti dapatkan sekian banyaknya, maka akan dilakukan pemilihan data yang lebih spesifik dan yang sesuai dengan kerangka pemikiran tadi sehingga mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini.


(70)

kerangka pemikiran, hal tersebut akan keluar menjadi intisari dari penelitian ini yaitu kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan masalah diatas

10.Keabsahan dan Kredibilitas

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan beberapa istilah, yaitu uji kredibilitas, pengujian transferability, depanbility, konfirmability.

a. Uji kredibilitas

Uji kredibilitas berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian yang dicapai. Dalam melakukan uji kredibilitas peneliti melakukan dengan cara:

1) Pendekatan kepada informan, peneliti melakukan perpanjangan pengamatan. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk, akrab terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.

2) Cara memperoleh, peneliti memperoleh datanya dengan cara wawancara


(71)

3) Triangulasi, menurut Denzin (1970), triangulasi adalah langkah pemaduan berbagai sumber data, peneliti, teori, dan metode dalam suatu penelitian tentang suatu gejala social tertentu. Menurut Norman K. Denkin, triangulasi digunakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang digunakan untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu; triangulasi metode, triangulasi antar peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Dan peneliti disini menggunakan triangulasi sumber data.

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2010: 330). Tujuannya agar bisa sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu dengan mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.


(72)

Gambar 2.3. Bagan Metode Triangulasi

b. Pengujian Transferability

Adalah berkenaan dengan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2010:376).

c. Dependability

Pengujian ini dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Untuk itu dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian (Sugiyono, 2010:377).

d. Konfirmability

Dalam penelitian kualitatif, pengujian ini mirip dengan dependability, sehingga pengujian dapat dilakukan secara bersamaan (Sugiyono, 2010:377).

HASIL

YANG SAH

DOKUMENTASI WAWANCARA


(73)

A. Gambaran umum KJKS BMT ELTAMANI Cabang Pangandaran 1. Sejarah Berdirinya KJKS BMT ELTAMANI

BMT ELTAMANI pada awalnya didirikan dengan nama BMT KHONSA yang berdiri sejak tanggal 19 Oktober Tahun 1999. Dengan kepengurusan yang ada pada waktu itu para pendirinya berawal dari kepeduliannya terhadap masyarakat kecil yang terjerat akan praktek para rentenir. Dengan mengusung kepedulian untuk pemberdayaan para pengusaha kecil dan masyarakat kecil, dan kemudian berhasil.

Tetapi karena adanya campur tangan serta interfensi dari luar, pada waktu itu adalah campur tangan politik. Maka terpecahlah menjadi dua kubu, dan kubu yang satu lagi mendirikan kembali BMT untuk tetap mengayomi serta memperdulikan masyarakat kecil.

Sehingga pada tahun 2010 didirikanlah BMT ELTAMANI tersebut. Yang dengan berjalannya waktu, kini BMT ELTAMANI memiliki kurang lebih seribu anggota dengan pembiayaan telah mencapai kurang lebih empat ratus orang. Bidang usaha para anggota tersebut mencakup usaha industry rumahan, pertanian, perikanan, perdagangan, serta jasa-jasa percetakan, sablon, catering, travel dan perbengkelan.

2. Visi dan Misi KJKS BMT ELTAMANI a. VISI

Jujur, Aman dan Menguntungkan mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.


(74)

2) Mendidik masyarakat jujur, amanah, dan bertanggung jawab.

3) Membangun system dan mengembangkan kegiatan Ekonomi Mikro

Syari’ah yang adil, jujur, amanah dan sejahtera.

4) Menciptakan kegiatan Ekonomi Mikro Syari’ah yang sehat, efektif dan inovatif.

5) Menjaga kehalalan kegiatan Ekonomi Syari’ah dari praktek riba yang merugikan dan menindas.

3. Struktur Organisasi KJKS BMT ELTAMANI a. Pengurus

1) Ketua : Ade Mulyana, S.E

2) Sekretaris : Agung H, S.H

: H. Ubaidillah : Abdul Rahman

3) Bendahara : H.M. Abdul Rohim, S.kep

: H.M. Zainuddin HL

b. Pengawas

1) M. Yaya Sunarya, S.T

2) Imam Santoso

3) Drs. H. Amanudin Rosyid

c. Pengelola


(1)

KELOMPOK KRIYA KAYU SUKORAME

NO NAMA CP ALAMAT

KETUA 1 Sumarji - Sukorame Mangunan

ANGGOTA 2 Ngatiran 087839815014 Sukorame Mangunan

3 Jiono 081904178272 Sukorame Mangunan

4 Sukimin 087839261353 Sukorame Mangunan

5 Sardi - Sukorame Mangunan

6 Prayoto - Sukorame Mangunan

7 Sugiyadi 085325667514 Sukorame Mangunan

8 Piaman 082323440913 Sukorame Mangunan

9 Sismanto Pairin 085325667514 Sukorame Mangunan


(2)

KELOMPOK REMPEYEK PELEMADU

NO NAMA CP ALAMAT

KETUA 1 Suwarni 087839873758 Kujon,Pelemadu rt 05 ,sriharjo

ANGGOTA 2 Sumadiyo

085601011335 /

085729225377

Kujon,pelemadu Rt 5,sriharjo,bantul

3 Mujimi 081328010010 Kujon,Pelemadu Rt 05 ,Sriharjo

4 Sujilah 081904267711 Kujon,pelemadu rt 05 ,sriharjo

5 Waginem 087839873758 Kujon,pelemadu Rt 05 ,sriharjo,bantul

6 Paijem/ Saptowiyono

087738180790

Sabrangan,tempel,pelemadu Rt 06

7 Sri Herlinawati - Sabrangan,tempel,pelemadu Rt 06 ,bantul

8 Marsilah - Sabrangan,pelemadu,rt 06 ,bantul

9 Wagiyem

087845769678

Pelemadu Rt 03


(3)

KELOMPOK REMPEYEK DEMEN

NO NAMA CP ALAMAT

KETUA 1 Juminten 087738180817 Demen,Jati,Sriharjo,Imogiri,Bantul

ANGGOTA 2 Suparmi - Kujon Rt 5,Pelem

Madu,Imogiri,Bantul

3 Pujo

Wiyono/Ponidin

- Jati Rt 05 Sriharjo,Bantul

4 Kusilah - Jati Rt 04 ,Sriharjo,Bantul

5 Ambaryani 085727465662 Kujon,Pelm Madu,Imogiri,Bantul


(4)

KELOMPOK KERAJINAN BAMBU KALUH

NO NAMA CP ALAMAT

KETUA 1 Parjinem Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

ANGGOTA 2 Tulastri 085326566819 Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

3 Wagiran 085228654349 Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

4 Wartiyah - Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

5 Subardi - Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

6 Sarjiyem - Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

7 Suyanti - Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

8 Parman/Sogiyem 082329622661 Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

9 Windriyanti 0812133688941 Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

10 Tujiyem 08972269652 Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

11 Mugiyono - Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

12 Sokiyem - Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

13 Ngatemi - Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo

14 Danik - Gunung cilik Rt 07 ,Muntuk,Dlingo


(5)

NO NAMA ALAMAT KETERANGAN Kelompok Penerima Manfaat Baru

1 Suhandri Kepohsari, Katongan, Nglipar, GK bengkel + pulsa 2 Bawa Santosa Jeruksari, Kepek, Wonosari, Gunungkidul penjahit 3 Agus Santoso Gajasari, Kedungpoh, Nglipar, GK Sate kambing 4 Iim Marwanto Gentungan, Kedungpoh, Nglipar,GK jual pulsa

5 Sehono Ngawen, Gk dagang kue keliling 6 Muhammad Asidiq B. Nglebak, Katongan, Nglipar, GK jual pulsa + snack 7 Iwan Nur cahyadi (rescedule) Playen, Gk Ternak ayam

8 Sunyata Jeruk Legi, Katongan, Nglipar, GK dagang pakaian keliling 9 Hermawan Ngelorejo, Natah, nglipar, GK jual pulsa

10 Paijan Mojosari, kedungpoh, Nglipar, GK ayam goreng crispy 11 Wagimin v Gentungan, Kedungpoh, Nglipar,GK dagang ikan kering 12 Ngadiyo Jeruk Legi, Katongan, Nglipar, GK Warung kelontong 13 Maryanto Jeruk Legi, Katongan, Nglipar, GK produksi tas 14 Bejo Handoko (tidak ikut gel 2) Gentungan, Kedungpoh, Nglipar,GK Ayam Goreng 15 Andri Widodo Kedung II, Karang Tengah, Wonosari, GK Kelontong

NO NAMA NO AKAD ALAMAT JENIS USAHA

Kelompok Penerima Manfaat Perguliran kedua

1 Tristiabudiarti 201.37.00534 Gentungan, Kedungpoh, Nglipar Digital, pulsa 2 Saniyem 201.37.00536 Gentungan, kedungpoh, Nglipar Pedagang bubur 3 Mujini 201.37.00537 Gentungan, Kedungpoh, Nglipar Warung makan

4 Nurhidayati 201.37.00538 Gentungan, Kedungpoh, Nglipar Obat herbal dan bekam 5 Sarinem 201.37.00540 Gentungan, Kedungpoh, Nglipar Produksi peyek

6 Genduk susi Lestari 201.37.00541 Gentungan, Kedungpoh, Nglipar Warung makan & kelontong 7 Suadah Mojosari, Kedungpoh, Nglipar Dagang sayur keliling


(6)

Dokumen yang terkait

Strategi pengembangan produk BMT Al-Munawwarah dan BMT Al-Fath IKMI dalam meningkatkan keunggulan bersaing

8 88 122

Pengaruh fasilitas, pelayanan dan lokasi terhadap keputusan nasabah menggunakan jasa BMT : Studi kasus pada BMT El-Syifa Ciganjur, Jakarta Selatan

1 18 125

OPTIMALISASI PEMASARAN PRODUK PENYALURAN DANA PEMBIAYAAN BERBASIS MARKETING SYARIAH (STUDI KASUS BMT UMY)

0 18 142

STRATEGI MANAJEMEN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MURABAHAH DI BMT ( Studi Kasus BMT Bina Ikhsanul Fikri dan BMT Beringharjo Yogyakarta)

3 92 192

IMPLEMENTASI PEMASARAN PRODUK BMT DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Implementasi Pemasaran Produk BMT Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah).

0 1 12

PENDAHULUAN Implementasi Pemasaran Produk BMT Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah).

0 1 16

IMPLEMENTASI PEMASARAN PRODUK BMT DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah) Implementasi Pemasaran Produk BMT Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di BMT Amanah Ummah).

0 1 11

STUDY KOMPARASI STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN BERHADIAH ANTARA BMT MUBARAKAH DAN BMT MAKMUR MANDIRI - STAIN Kudus Repository

0 0 31

STUDY KOMPARASI STRATEGI PEMASARAN PRODUK SIMPANAN BERHADIAH ANTARA BMT MUBARAKAH DAN BMT MAKMUR MANDIRI - STAIN Kudus Repository

0 1 8

PENGARUH STRATEGI PEMASARAN PRODUK BMT TERHADAP JUMLAH NASABAH BMT DANA MULYA SYARIAH LAMPUNG SELATAN (Studi Pada BMT Dana Mulya Syariah Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

0 2 115