TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Analisa Biaya dengan Activity Based Management (Studi Kasus PT. Ramli Eksekutif).
(STUDI KASUS PT. RAMLI EKSEKUTIF)
Nama : Dedy Prassetyo Wicaksono NIM : 07.41010.0200
Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
(2)
vi
Persaingan di dunia bisnis sangatlah ketat terutama pada bidang industri dan perdagangan, Hal ini dikarenakan banyaknya pesaing baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Keunggulan kualitas produk dan harga yang kompetitif menjadi faktor yang melatarbelakangi persaingan bisnis yang sangat ketat. Hal ini disebabkan para pesaing yang terutama dari luar negeri selalu memberikan harga yang selalu kompetitif. Persaingan harga yang kompetitif akibat banyaknya para pesaing membuat manajemen harus bisa mengelola kebutuhan dari proses produksi untuk menghasilkan produk yang dapat memberikan harga jual yang kompetitif dengan produk lain namun tidak mengurangi kualitas dari produk yang dihasilkan, serta tidak mengurangi laba perusahaan. Permasalahan inilah yang sedang dialami PT. Ramli Eksekutif selaku perusahaan garmen.
Solusi untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menerapkan sistem informasi analisa biaya dengan menggunakan metode Activity-Based
Management untuk mengestimasi biaya-biaya produksi. Dengan menggunakan
sistem berbasis Activity Based Management maka manajemen akan mendapatkan hasil analisa dari perhitungan estimasi biaya-biaya yang terdapat pada proses produksi.
Berdasarkan laporan analisa biaya yang berisikan besar dari biaya dan sumber daya yang tidak memiliki nilai tambah, maka manajemen dapat melakukan pengurangan biaya untuk menghasilkan harga pokok yang kompeten.
Kata Kunci : Activity-Based Management , Activity-Based Costing, Harga Pokok Produksi.
(3)
ix
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 5
1.4 Tujuan ... 6
1.5 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Sistem Informasi ... 8
2.2 Sistem Informasi Akutansi ... 9
2.3 Akutansi Biaya ... 11
2.4 Pengertian Harga Pokok ... 14
2.5 Biaya Overhead Pabrik ... 17
2.6 Biaya Tenaga Kerja... 26
2.7 Biaya bahan Baku ... 28
2.8 Metode Activity Based Costing ... 29
(4)
x
2.9.3 Manfaat Activity Based Management ... 35
2.9.4 Langkah-langkah Activity Based Management ... 36
2.9.5 Dimensi Activity Based Management ... 38
2.10 Cost Reduction ... 39
2.10.1 Pengertian Cost Reduction ... 40
2.10.2 Pelaksanaan Cost Reduction ... 41
2.11 Microsoft Visual Basic .NET ... 41
BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 43
3.1 Analisa Masalah ... 43
3.1.1 Proses Activity Based Costing (ABC) ... 47
3.1.2 Proses Activity Based Management (ABM) ... 51
3.2 Prosedur Pengembangan ... 55
3.3 Disain Sistem ... 56
3.3.1 Analisa Perhitungan Metode ... 56
3.3.2 Sistem Flow ... 72
3.3.3 Diagram Berjenjang ... 80
3.3.4 DFD (Data Flow Diagram) ... 80
3.3.5 ERD (Entity Relational Diagram) ... 87
3.3.6 Strukture Database ... 89
(5)
xi
4.2 Penjelasan Sistem Aplikasi ... 112
4.2.1 Menu Utama ... 112
4.2.2 Menu Pengelolaan Data ... 114
4.2.3 Menu Estimasi ... 124
4.2.4 Menu Transaksi ... 133
4.2.5 Menu Laporan ... 141
4.3 Evaluasi ... 148
4.3.1 Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi Setelah Analisa Proses Biaya ... 149
4.2.2 Proses Estimasi Produk Setelah Analisa Biaya dengan Metode Activity Based Management ... 155
BAB V PENUTUP ... 170
5.1 Kesimpulan ... 170
5.2 Saran ... 170
DAFTAR PUSTAKA ... 171
(6)
xii
Tabel 2.1 Data Mesin ... 23
Tabel 2.2 Data Mesin Yang Digunakan ... 23
Tabel 2.3 Golongan Tarif Listrik ... 23
Tabel 2.4 Data Mesin Yang Dipakai Produksi ... 25
Tabel 2.5 Perhitungan Biaya Mesin Produksi ... 25
Tabel 2.6 Perhitungan Biaya Mesin Komputer ... 25
Tabel 3.1 Data Mesin ... 60
Tabel 3.2 Mesin yang Digunakan ... 60
Tabel 3.3 Golongan Tarif Listrik ... 61
Tabel 3.4 Data Mesin yang Dipakai Produksi ... 62
Tabel 3.5 Perhitungan Biaya Mesin Produksi ... 62
Tabel 3.6 Perhitungan Biaya Mesin Komputer ... 62
Tabel 3.7 Standar Sumber Daya Bahan Baku ... 64
Tabel 3.8 Standar Biaya Bahan Baku ... 65
Tabel 3.9 Standar Tenaga Kerja ... 65
Tabel 3.10 Standar Aktivitas Pembelian Bahan Baku ... 65
Tabel 3.11 Standar Sumber Daya Bahan Baku Penolong ... 66
Tabel 3.12 Standar Biaya Bahan Baku Penolong ... 66
Tabel 3.13 Standar Aktivitas Pemeriksaan Bahan Baku ... 66
Tabel 3.14 Standar Aktivitas Penanganan Bahan Baku ... 67
Tabel 3.15 Standar Aktivitas Pembuatan Pola ... 67
(7)
xiii
Tabel 3.19 Standar Aktivitas Penjahitan ... 68
Tabel 3.20 Standar Aktivitas Pengobrasan ... 69
Tabel 3.21 Standar Aktivitas Pelubangan dan Pemasangan Kancing ... 69
Tabel 3.22 Standar Aktivitas Penyelesaian ... 69
Tabel 3.23 Standar Aktivitas Penanganan Produk Jadi ... 70
Tabel 3.24 Standar Aktivitas Pengiriman Produk Jadi ... 70
Tabel 3.25 Standar Aktivitas Setup Mesin ... 70
Tabel 3.26 Standar Aktivitas Pemeliharaan ... 71
Tabel 3.27 Master Bahan Baku ... 89
Tabel 3.28 Master Tenaga Kerja ... 89
Tabel 3.28 Master Produk ... 90
Tabel 3.30 Master Mesin... 90
Tabel 3.31 Master Aktivitas ... 90
Tabel 3.32 Tarif Tenaga Kerja ... 91
Tabel 3.33 Detil Produk ... 91
Tabel 3.34 Detil Tenaga Kerja ... 91
Tabel 3.35 Detil Aktivitas ... 92
Tabel 3.36 Depresiasi Mesin ... 92
Tabel 3.37 Biaya Sewa Gudang ... 93
Tabel 3.38 Biaya Pembuatan Pola ... 93
Tabel 3.39 Biaya Pengiriman Produk ... 93
(8)
xiv
Tabel 3.43 Biaya per Aktivitas ... 95
Tabel 3.44 Kategori Produk ... 95
Tabel 3.45 Standar Produk ... 96
Tabel 3.46 Analisa Aktivitas ... 96
Tabel 3.47 Estimasi Aktivitas ... 96
Tabel 3.48 Harga Pokok Produksi ... 97
Tabel 3.49 Harga Jual ... 97
Tabel 4.1 Test Case Login ... 113
Tabel 4.2 Test Case Bahan Baku ... 114
Tabel 4.3 Test Case Standar Produk ... 116
Tabel 4.4 Test Case Aktivitas ... 118
Tabel 4.5 Test Case Tenaga Kerja ... 121
Tabel 4.6 Test Case Tarif Tenaga Kerja ... 123
Tabel 4.7 Test Case Estimasi Produksi ... 125
Tabel 4.8 Test Case Estimasi Tenaga Kerja ... 127
Tabel 4.9 Test Case Estimasi Aktivitas ... 129
Tabel 4.10 Test Case Estimasi Biaya ... 131
Tabel 4.11 Test Case Perhitungan Biaya Overhead ... 133
Tabel 4.12 Test Case Perhitungan Biaya Beban Aktivitas ... 134
Tabel 4.13 Test Case Perhitungan Biaya Mesin ... 135
Tabel 4.14 Test Case Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 136
(9)
xv
Tabel 4.18 Test Case Perhitungan Biaya Bahan Baku Utama ... 149
Tabel 4.19 Test Case Perhitungan Biaya Bahan Baku Utama ... 150
Tabel 4.20 Test Case Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 151
Tabel 4.21 Hasil Analisa Aktivitas ... 152
Tabel 4.22 Test Case Perhitungan Biaya Overhead Pabrik ... 154
Tabel 4.23 Sumber Daya Bahan Baku ... 161
Tabel 4.24 Estimsi Biaya Bahan Baku ... 161
Tabel 4.25 Estimasi Biaya Aktivitas Pembelian Bahan Baku ... 162
Tabel 4.26 Estimasi Biaya Aktivitas Pemeriksaan Bahan Baku ... 163
Tabel 4.27 Estimasi Biaya Aktivitas Penanganan Bahan Baku ... 163
Tabel 4.28 Estimasi Biaya Aktivitas Pembuatan Pola ... 163
Tabel 4.29 Estimasi Biaya Aktivitas Penyusunan Bahan baku Kain ... 164
Tabel 4.30 Estimasi Biaya Aktivitas Pemotongan Bahan Baku Kain ... 164
Tabel 4.31 Estimasi Biaya Aktivitas Penyortiran Bahan Baku ... 164
Tabel 4.32 Estimasi Biaya Aktivitas Penjahitan ... 165
Tabel 4.33 Estimasi Biaya Aktivitas Pengobrasan ... 165
Tabel 4.34 Estimasi Biaya Aktivitas Pelubangan dan Pemasangan Kancing .... 166
Tabel 4.35 Estimasi Biaya Aktivitas Penyelesaian ... 166
Tabel 4.36 Estimasi Biaya Aktivitas Penanganan Produk Jadi ... 166
Tabel 4.37 Estimasi Biaya Aktivitas Pengiriman Produk Jadi ... 167
Tabel 4.38 Estimasi Biaya Aktivitas Setup Mesin ... 167
(10)
(11)
xvii
Gambar 2.1 Karakteristik penggunaan akun dan penyajian laporan keuangan .... 14
Gambar 2.2 Proses produksi sederhana ... 16
Gambar 2.3 Rumus harga pokok produksi ... 16
Gambar 2.4 Falsafah yang melandasi ABC system ... 31
Gambar 2.5 Rumus Pembebanan biaya ke aktivitas ... 32
Gambar 2.6 Rumus tarif cost driver ... 33
Gambar 2.7 Rumus pembebanan biaya overhead ... 34
Gambar 2.8 Model Activity Based Management dua dimensi ... 39
Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Informasi Harga Pokok Produksi ... 46
Gambar 3.2 Sistem Flow Perhitungan Biaya bahan Baku ... 73
Gambar 3.3 Sistem Flow Perhitungan Biaya Tenaga Kerja ... 74
Gambar 3.4 Sistem Flow Perhitungan Biaya Overhead... 75
Gambar 3.5 Sistem Flow Perhitungan Biaya Per Aktivitas ... 76
Gambar 3.6 Sistem Flow Perhitungan Standar Produksi. ... 77
Gambar 3.7 Sistem Flow Analisa Biaya. ... 78
Gambar 3.8 Sistem Flow Perhitungan harga Pokok Produksi ... 79
Gambar 3.9 Diagram Berjenjang ... 80
Gambar 3.10 Context Diagram Sistem Informasi Harga Pokok Produksi ... 81
Gambar 3.11 DFD Level 0 SIstem Informasi Harga Pokok Produksi ... 83
Gambar 3.12 DFD Level 1 Proses Maintenance Data Master ... 84
Gambar 3.13 DFD Level 1 Proses Perhitungan Harga Pokok Produsksi ... 85
(12)
xviii
Gambar 3.17 CDM Sistem Informasi Harga Pokok Produksi ... 87
Gambar 3.18 PDM Sistem Informasi Harga Pokok Produksi... 88
Gambar 3.19 Form Menu Awal ... 98
Gambar 3.20 Master Bahan Baku ... 98
Gambar 3.21 Master Stadar Produk ... 99
Gambar 3.22 Master Tenaga Kerja ... 99
Gambar 3.23 Master Tarif ... 100
Gambar 3.24 Master Aktivitas ... 100
Gambar 3.25 Master Mesin ... 101
Gambar 3.26 Master Biaya Overhead Pabrik ... 102
Gambar 3.27 Form Estimasi Produk ... 102
Gambar 3.28 Form Data Estimasi Produk ... 103
Gambar 3.29 Form Estimasi Tenaga Kerja ... 103
Gambar 3.30 Form Data Estimasi Tenaga Kerja ... 104
Gambar 3.31 Form Estimasi Aktivitas ... 104
Gambar 3.32 Form Maintenance Estimasi Aktivitas ... 105
Gambar 3.33 Form Pembebanan Biaya Overhead ke Aktivitas ... 106
Gambar 3.34 Form Harga Pokok Produksi(tab biaya bahan baku utama) ... 107
Gambar 3.35 Form Harga Pokok Produksi(tab tenaga kerja langsung)... 107
Gambar 3.36 Form Harga Pokok Produksi(tab biaya overhead pabrik) ... 108
Gambar 3.37 Form Estimasi ABC ke ABM ... 108
(13)
xix
Gambar 4.2 Tampilan Sub Menu Login ... 113
Gambar 4.3 Tampilan Login Sukses ... 113
Gambar 4.4 Tampilan Login Gagal ... 114
Gambar 4.5 Tampilan Form Bahan Baku ... 115
Gambar 4.6 Pesan Data Berhasil di Simpan ... 115
Gambar 4.7 Pesan Data Berhasil di Ubah ... 116
Gambar 4.8 Pesan Field Kosong ... 116
Gambar 4.9 Tampilan Form Standart Produk ... 117
Gambar 4.10 Pesan Data Berhasil di Simpan ... 117
Gambar 4.11 Pesan Data Berhasil di Ubah ... 118
Gambar 4.12 Pesan Field Kosong ... 118
Gambar 4.13 Tampilan Menu Data Aktivitas ... 119
Gambar 4.14 Pesan Data Aktivitas Berhasil Di Simpan ... 120
Gambar 4.15 Pesan Data Berhasil Di Ubah ... 120
Gambar 4.16 Pesan Field Kosong ... 120
Gambar 4.17 Tampilan Menu Data Tenaga Kerja ... 121
Gambar 4.18 Pesan Data Berhasil Di Simpan ... 122
Gambar 4.19 Pesan Data Berhasil Di Ubah ... 122
Gambar 4.20 Pesan Field Kosong ... 122
Gambar 4.21 Tampilan Tarif Tenaga Kerja ... 123
Gambar 4.22 Pesan Data Berhasil Di Simpan ... 124
(14)
xx
Gambar 4.26 Pesan Data Berhasil Di Tambah ... 126
Gambar 4.27 Pesan Isikan Data Secara Lengkap ... 126
Gambar 4.28 Input Estimasi Tenaga Kerja ... 128
Gambar 4.29 Pesan Data Berhasil Di Tambah ... 128
Gambar 4.30 Pesan Field Kosong ... 128
Gambar 4.31 Menu Estimasi Aktivitas ... 130
Gambar 4.32 Pesan Data Berhasil Di Tambah ... 130
Gambar 4.33 Pesan Field Kosong ... 130
Gambar 4.34 Menu Estimasi Biaya ... 132
Gambar 4.35 Pesan Data Berhasil Di Tambah ... 132
Gambar 4.36 Pesan Field Kosong ... 132
Gambar 4.37 Tampilan Biaya-Biaya Overhead ... 133
Gambar 4.38 Menu Pembebanan Biaya Beban Aktivitas ... 134
Gambar 4.39 Menu Perhitungan Biaya Mesin ... 135
Gambar 4.40 Pesan Data Berhasil Disimpan ... 136
Gambar 4.41 Pesan Field Kosong. ... 136
Gambar 4.42 Menu Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 137
Gambar 4.43 Pesan Data Berhasil Disimpan ... 137
Gambar 4.44 Menu Penentuan Harga Jual ... 138
Gambar 4.45 Pesan Data Berhasil Di Simpan ... 138
Gambar 4.46 Menu Estimasi Analisa Biaya Aktivitas ... 139
(15)
xxi
Gambar 4.50 Tampilan Hasil Laporan Biaya PerAktivitas ... 141
Gambar 4.51 Tampilan Hasil Laporan Harga Pokok Produksi ... 142
Gambar 4.52 Tampilan Hasil Laporan Harga Jual Dan Laba Kotor ... 143
Gambar 4.53 Tampilan Hasil Laporan Pemakaian Bahan Baku ... 143
Gambar 4.54 Laporan Tenaga Kerja ... 144
Gambar 4.55 Laporan Analisa Aktivitas ... 145
Gambar 4.56 Laporan Analisa Biaya Bahan Baku ... 145
Gambar 4.57 Laporan Analisa Kebutuhan Bahan Baku ... 146
Gambar 4.58 Laporan Hasil Analisa Biaya Overhead ... 147
Gambar 4.59 Laporan Hasil Analisa Sumber Daya Overhead ... 147
Gambar 4.60 Laporan Analisa Kebutuhan Biaya Suatu Produk ... 148
Gambar 4.61 Tampilan Tab (Biaya Bahan Baku Utama) ... 149
Gambar 4.62 Tampilan Tab (Biaya Bahan Baku Penolong)... 150
Gambar 4.63 Tampilan Tab (Biaya Tenaga Kerja) ... 151
Gambar 4.64 Laporan Analisa Aktivitas ... 152
Gambar 4.65 Tampilan Tab (Biaya Overhead) ... 155
Gambar 4.66 Laporan Estimasi Biaya Bahan Baku ... 155
Gambar 4.67 Laporan Estimasi Sumber Daya Bahan Baku ... 157
Gambar 4.68 Laporan Estimasi Biaya Overhead ... 158
Gambar 4.69 Laporan Estimasi Sumber Daya Overhead Pabrik ... 159
(16)
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
(17)
1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Saat ini persaingan usaha di dunia bisnis sangat ketat, terutama dalam pasar jual beli dan produksi. Produk-produk yang ditawarkan harus mampu bersaing dalam berbagai hal, salah satunya adalah persaingan dalam hal harga produk. Mengenai harga suatu produk, para konsumen mencari harga yang tidak terlalu mahal akan tetapi memiliki kualitas produk yang bagus. Sehingga perushaan harus benar-benar bisa menentukan berapa harga jual yang cocok di pasar, sehingga produk yang dihasilkan bisa tetap terus bersaing dan tidak berdampak kerugian terhadap perusahaan, dalam hal ini perusahaan yang di maksud adalah PT. Ramli Eksekutif.
PT. Ramli Eksekutif merupakan perusahaan garmen yang memproduksi busana muslim. Produk busana muslim yang dihasilkan bermacam-macam, baju koko pria dewasa, baju koko anak-anak dan sebagainya. Kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan adalah menurunkan harga pokok produksi yang rendah dan bisa bersaing di pasar namun tidak mengurangi kualitas produk dan laba dari perusahaan.
Pada dasarnya PT. Ramli Eksekutif sudah memiliki sistem informasi perhitungan harga pokok produksi, akan tetapi mengingat perkembangan di dunia bisnis industri garmen terjadi persaingan yang sangat ketat, dimana pelanggan menuntut produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing dengan harga produk dari compertitor lain. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat memberikan
(18)
harga jual yang dapat bersaing di pasar. Akan tetapi yang terjadi adalah harga bahan baku utama di pasar selalu meningkat, sedangkan perusahaan harus memberikan harga jual yang serendah mungkin. Hal ini berdampak pada keuntungan perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan menginginkan sebuah sistem yang dapat mengestimasi biaya aktivitas agar manajemen dapat melakukan cost
reduction terhadap biaya yang sudah ada, maka PT. Ramli Eksekutif
membutuhkan suatu sistem yang dapat menganalisa biaya-biaya setiap aktivitas yang terjadi pada proses produsi, sehingga PT. Ramli Eksekutif dapat melakukan pengelompokan biaya dan analisa biaya produksi per aktivitas yang kemudian dilakukan analisa terhadap biaya tersebut. Sehingga dapat menghasilkan laporan estimasi biaya yang akan dijadikan wacana manajemen dalam melakukan pengurangan biaya (cost reduction). Dengan melakukan cost reduction maka PT. Ramli Eksekutif dapat mengurangi pula harga jual, sehingga produk yang dihasilkan dapat memiliki harga jual yang rendah dan dapat bersaing di pasar.
Dari permasalahan yang dihadapi, PT. Ramli Eksekutif membutuhkan suatu perangkat lunak yang membantu perhitungan Harga Pokok Produksi dan mengestimasi aktivitas-aktivitasnya sehingga menghasilkan cost reduction yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif suatu perusahaan, menyajikan informasi jumlah biaya produksi, mereduksi biaya dan jumlah biaya pendukung proses bisnis dalam perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah, penulis menggunakan sistem informasi penentuan harga pokok produksi yang ada di perusahaan dengan metode Activity based costing (ABC) untuk menentukan harga pokok produksi dan mengembangkanya dengan menambahkan metode Activity
(19)
membantu dalam melakukan analisa biaya dan pengelolaan aktivitas-aktivitas yang nantinya menghasilkan laporan estimasi biaya yang akan dijadikan acuan manajemen dalam melakukan cost reduction yang berdampak pada berkurangnya harga pokok produksi dan harga pokok penjualan.
Pada tahap awal perkembangnnya, ABC didesain untuk menghasilkan
cost produk secara akurat, yang digunakan untuk menggantikan Full Costing
sebagai metode penentuan cost produk. Karena dari pendekatan perhitungan dengan metode lain dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah hal yang paling utama dalam penilaian performance dan pengenalian biaya produksi. akutansi aktivitas merupakan pendekatan yang paling tepat dalam lingkungan yang dinamis dan perusahaan dituntut untuk melakukan continues improvement. ABC menggunakan aktivitas sebagai basis penggolongan biaya untuk menghasilkan informasi Biaya PerAktivitas (Activity Cost). Untuk itulah penulis menggunakan
Activity Based Costing dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi.
Akan tetapi apabila hanya menggunakan ABC maka proses perhitungan bahan baku pada waktu proses produksi ulang tidak akan maksimal. Sehingga penulis juga menambahkan metode Activity Based Management (ABM) untuk melakukan analisa biaya dan membantu memanajemen dalam melakukan estimasi pengurangan biaya dalam perhitungan harga pokok produksi sewaktu melakukan proses produksi ulang. ABM berfokus pada pengelolaan biaya berdasarkan aktivitas, mengingat biaya aktivitaslah yang sangat dominan pada proses produksi Sehingga dibutuhkannya sebuah metode yang dapat menganalisa biaya aktivitas yang terjadi pada proses produksi agar biaya aktivitas tersebut dapat diestimasi
(20)
dan dikurangi untuk menghasilkan biaya produksi yang rendah untuk meningkatkan keuntungan perusahaan atau mengurangi harga jual di pasar.
Metode ABM digunakan sebagai menunjang metode ABC, sehingga metode ABM tidak dapat digunakan apabila harga pokok produksi belum dihitung. Sehingga kedua metode ini saling barsangkutan. ABM berfungsi saat melakukan produksi yang berkelanjutan yang dalam arti apabila perusahaan ingin melakukan produksi produk yang sama pada periode selanjutnya makan aktivitas - aktivitasnya dapat di estimasi dan menghasilkan cost reduction. Dengan ABM kita dapat mengestimasi biaya aktivitas mana yang sekiranya kurang atau pun tidak dibutuhkan, agar nantinya berpengaruh kepada harga pokok produksi. Pada proses produksi dan penentuan harga pokok produksi untuk pertama kalinya harus menggunakan ABC karena ABM merupakan kelanjutan dari ABC yang dimana informasi dari ABC akan diolah untuk menghasilkan informasi yang baru, sehingga ABM tidak dapat berjalan sebelum melakukan proses penghitungan dengan menggunakan ABC.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang melatarbelakangi tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana membuat perencanaan sistem analisis biaya berdasarkan biaya produksi dan biaya aktivitas yang tidak memiliki value added terhadap produk?
2. Bagaimana membuat laporan perencanaan pengurangan biaya dengan mengestimasi biaya produksi dan biaya aktivitas ?
(21)
1.3Pembatasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan pada sistem informasi yang akan dibangun harus diberikan batasan untuk memperjelas dan mencapai tujuan utama. Batasan masalah dari sistem yang dibahas adalah sebagai berikut :
1. Obyek Sistem Informasi ini pada perusahaan garmen.
2. Sistem informasi ini tidak termasuk proses pembayaran, pembelian bahan baku dan absensi.
3. Sistem penentuan harga pokok produksi yang ada di perusahaan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC)
4. Data yang di pakai dalam proses perhitungan bahan baku adalah data yang terdapat pada PT. Ramli Eksekutif.
5. Ukuran busana muslim yang dipakai dalam dalam penelitian kali ini adalah busana muslim dengan ukuran all size.
6. Bahasa pemograman yang digunakan adalah Microsoft Visual Studio.Net 2005.
7. Basis data yang digunakan adalah Microsoft SQL Server 2005.
8. sistem perhitungan harga pokok produksi ini digunakan oleh PT. Ramli Eksekutif.
(22)
1.4Tujuan
Tujuan dari pembuatan Sistem Informasi Analisi Biaya Busana Muslim ini adalah:
1. Dapat menghasilkan sistem analisis biaya yang dapat digunakan untuk pengurangan biaya (cost reduction) dengan mengidentifikasi dan menganalisa biaya aktivitas.
2. Dapat menghasilkan laporan biaya dan sumber daya apa saja yang tidak memiliki nilai tambah.
1.5Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang melatar belakangi dibangunya sistem, antara lain: latar belakang dari sistem yang dibuat, perumusan masalah, batasan masalah yang menjelaskan batasan dari sistem yang dibuat serta tujuan sistem.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi teori penunjangn yang diharapkan dapat menjelaskan secara singkat mengenai landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, meliputi pengertian Sistem Informasi, sistem informasi akuntansi, akuntansi biaya, pengertian harga pokok, biaya overhead pabrik, biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, metode Activity Based Costing, Activity Based
(23)
BAB III PERANCANGAN SISTEM
Bab III ini berisi tentang desain sistem yang dibuat dengan tools desain. Desain sistem tersebut antara lain sistem flow, diagram aliran data, diagram relasi entitas dan desain input ouput.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Pada bab IV ini berisi tentang implementasi dan evaluasi sistem yang disajikan dengan hasil running dari program atau aplikasi.
BAB V PENUTUP
Pada bab V ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat membantu bagi pembaca guna penyempurnaan sistem informasi ini dimasa datang.
(24)
8 2.1 Sistem Informasi
Menurut Herlambang (2005), data adalah fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang dapat berupa angka-angka atau kode-kode tertentu. Data masih belum mempunyai arti bagi penggunanya. Untuk dapat mempunyai arti, data diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh penggunanya. Hasil pengolahan data inilah yang disebut sebagai informasi. Secara ringkas, informasi adalah data yang telah diolah dan mempunyai arti bagi penggunanya. Sehingga sistem informasi dapat didefinisikan sebagai prosedur – prosedur yang digunakan untuk mengolah data sehingga dapat digunakan oleh penggunanya.
Menurut Hartono (1999), informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi yang menerimanya. Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data item. Data yang diolah untuk menghasilkan informasi menggunakan suatu model proses yang tertentu. Sistem informasi merupakan hal yang sanggat penting bagi manajemen didalam pengambilan keputusan.
Sedangkan Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam Hartono (1999) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan–laporan yang diperlukan.
(25)
Definisi lain dari sistem informasi adalah sekumpulan hardware,
software, brainware, prosedur dan atau aturan yang diorganisasikan secara
integral untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Sistem Informasi adalah satu kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan. Syarat-syarat agar suatu sistem dianggap baik antara lain:
a. Ketepatan
Tepat dalam perhitungan maupun informasi. b. Kecepatan
Terutama dalam memenuhi laporan manajemen bagi manajer atau pimpinan.
2.2 Sistem Informasi Akutansi
Menurut James A. Hall (2007), Sistem informasi akuntansi (SIA) memproses berbagai transaksi keuangan dan transaksi nonkeuangan yang secara langsung mempengaruhi pemrosesan transaksi keuangan. SIA terdiri dari atas tiga subsistem yaitu: sistem pemrosesan transaksi, sistem pelaporan keuangan dan sistem pelaporan manajemen.
Sedangkan George H. Bodnar dalam Jogiyanto (1997) mendefinisikan suatu sistem informasi akuntansi adalah kumpulan dari sumber-sumber daya semacam orang-orang dan peralatan, dirancang untuk mengubah data ekonomi ke dalam informasi yang berguna. Output yang dihasilkan adalah informasi bagi manajer perusahaan. Laporan akuntansi standar seperti laporan laba rugi dan neraca adalah contohnya. SIA juga menyediakan output bagi pihak luar organisasi. Misalnya, ketika suatu transaksi penjualan terjadi antara perusahaan
(26)
dengan pelanggan, maka disiapkan dokumen tagihan kepada pelanggan. Hal ini sudah dapat dikatakan salah satu penerapan SIA mengingat karakteristik SIA adalah pencatatan transaksi (transaction information processing).
Aplikasi ini ditandai dengan pengolahan data yang tinggi. Kelima tugas dasar pengolahan data yang dilakukan oleh SIA antara lain :
a. Pengolahan data
Saat perusahaan menyediakan produk dan jasa ke lingkungan, tiap tindakan dijelaskan oleh satu catatan data. Jika tindakan tersebut melibatkan elemen lingkungan, maka disebut transaksi, karena itu timbullah istilah pengolahan transaksi.
b. Manipulasi data
Data perlu dimanipulasi untuk mengubahnya menjadi informasi. Operasi manipulasi data meliputi :
1. Pengklasifikasian
Elemen-elemen data tertentu dalam catatan digunakan sebagai kode. Misalnya suatu catatan gaji mencakup kode-kode yang mengidentifikasi nomor pegawai departemen dan klasifikasi pegawai.
2. Pengurutan (sorting)
Catatan-catatan disusun sesuai urutan tertentu berdasarkan kode atau elemen data lain. Misalnya file catatan gaji disusun sehingga semua catatan gaji pegawai disusun menjadi satu.
(27)
3. Perhitungan
Operasi aritmatika dan logika dilaksanakan pada elemen-elemen data untuk menghasilkan elemen data tambahan. Dalam sistem gaji, misalnya pah per jam dikalikan jam kerja untuk menghasilkan pendapatan kotor.
c. Pengikhtisaran
Banyak data yang perlu disintesis atau disarikan menjadi bentuk total, sub total, rata-rata dan seterusnya.
d. Penyimpanan data
Data dan file disimpan dalam media penyimpanan sekunder, biasanya pada
database
e. Penyiapan dokumen
SIA menghasilkan output untuk perorangan dan organisasi baik didalam maupun di luar perusahaan. Misalnya, tagihan yang disiapkan setiap kali pesanan pelanggan diisi.
2.3Akutansi Biaya
Menurut Mursyidi (2010), Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan biaya pabrikasi, dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasil-hasilnya. Pengertian ini memberikan panduan, yaitu bahwa akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang mempunyai objek biaya, dan akuntansi manajemen.
Akutansi biaya merupakan suatu sistem dalam rangka mencapai tiga tujuan utama yaitu :
(28)
2. Mengendalikan biaya.
3. Memberikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan tertentu.
Untuk membuat suatu produk atau memberikan jasa diperlukan pengorbanan sumber ekonomis, yang dapat diperhitungkan dengan nilai uang. Pada saat menghitung komulasi biaya secara sistematis dan hasilnya dapat di pertanggung jawabkan diperlukan ilmu pengetahuan. Akuntansi biaya menyediakan cara-cara tersebut.
Harga pokok produk atau jasa yang dihitung secara akurat, dicatat dan disajikan dalam laporan baik untuk tujuan internal maupun tujuan eksternal dapat dijadikan panduan apakah biaya yang telah dikeluarkan dan diperhitungkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Realisasi dan standar biaya diperbandingkan sehingga dapat diketahui selisih (variances), untuk dapat dianalisis apakah selisih tersebut menguntungkan (favorable) atau tidak menguntugkan (unfavorable). Selisih tersebut dalam batas kewajaran atau melebihi batas kewajaran. Proses ini didukung denga data dari informasi akuntansi biaya. Pada proses ini akuntansi biaya mempunyai fungsi sebagai alat pengendali biaya.
Penentuan harga pokok produk atau jasa dan pengendalian biaya dibutuhkan data yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga keputusan yang diambil lebih menguntungkan. Data yang diperlukan antara lain berasal dari informasi kepada pihak manajemen khususnya dalam rangka pengambilan keputusan dalam bidang penentuan harga jual, perencanaan pengembangan produk, pasar, penerimaan pesanan, bahkan memberikan informasi tentang biaya ini akan berakibat fatal; misalnya produk atau jasa tidak dapat bersaing.
(29)
Tujuan akuntansi biaya dalam menentukan harga pokok untuk pengambilan keputusan pihak intern, penyajian informasi untuk keputusan tertentu pihak intern, dan pengendalian biaya, misalnya penganalisisan penyimpangan; maka akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen, disini akuntansi biaya tidak terikat oleh standar akuntansi, berorentasi masa yang akan dating dan dapat menyajikan yang fleksibel sesuai dengan keinginan manajemen yang bersangkutan.
Apabila akuntansi biaya memproses suatu biaya dalam rangka penentuan harga pokok produk dan biaya penjualan atas dasar biaya historis yang ditujukan untuk penyusunan laporan keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Posisi Keuangan); maka akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (Standar Akuntansi Keuangan). Akuntansi biaya memiliki objek biaya dalam kajian akuntansi keuangan mempunyai proses akuntansi yang sama karaktristik penggunaan akun dan penyajian laporan keuangan pun dilakukan dengan mengacu pada proses akuntansi yang telah dibahas dalam akuntansi keuangan. Hanya akuntansi biaya memfokuskan diri pada kajian biaya, terutama dalam biaya manufaktur atau biaya industri barang atau jasa. Jika digambarkan maka akan nampak sebagai berikut :
(30)
Akuntansi Manajemen
Gambar 2.1 Karakteristik penggunaan akun dan penyajian laporan keuangan (Sumber: Mursyidi hlm. 13)
Akuntansi biaya memberikan hasil akuntansi untuk perencanaan dan pengendalian, khususnya pengumpulan, penyajian dan analisis biaya yang dapat membantu manajemen menyelesaikan tugas-tugas sebagai berikut :
1. Penyusunan dan pelaksanaan perencanaan dan anggarang untuk operasi pada kondisi ekonomi dan persaingan tertentu.
2. Menentukan metode dan prosedur kalkulasi harga pokok.
3. Menentukan nilai persediaan sebagai dasar, yang mungkin akan mengurangi atau meningkatkan biaya.
4. Memilih beberapa alternatife yang dapat meningkatkan pendapat atau menurunkan biaya.
2.4Pengertian Harga Pokok
Harga pokok merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan harga jual suatu barang yang dihasilkan. Menurut Mursyidi (2010), Harga pokok adalah biaya yang telah terjadi (Expired Cost) yang belum dibebankan atau dikurangkan dari penghasilan. Harga pokok ini membentuk suatu harta (assets).
Laporan Keuangan:Nilai aktiva, harga pokok penjualan, biaya operasional
Laporan biaya per
unit/segmen/per cost center Akuntansi Keuangan Akuntansi
(31)
Pada saat mengeluarkan sejumlah uang atau aktiva yang dapat dinilai dengan uang untuk memperoleh aktiva lainya maka nilai tersebut disebut harta pokok aktiva yang diperoleh. Dengan kata lain nilai uang yang melekat atau diperhitungkan pada suatu aktiva disebut dengan harga pokok.
Penentuan Harga Pokok Produksi merupakan unsur biaya produksi terhadap suatu produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harga pokok merupakan semua biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam satuan uang.
Harga pokok produk mencakup biaya-biaya bahan baku, biaya langsung, biaya upah langsung dan biaya produksi tidak langsung. Semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik akan berhubungan langsung dengan proses produksi. Tujuan perusahaan dalam menghitung atau menentukan harga pokok produksi adalah untuk mengevaluasi kembali harga jual yang telah ditentukan. Komponen sederhana yang menentukan harga pokok produksi adalah biaya produksi yang digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Biaya bahan baku Utama b. Biaya Tenaga Kerja Langsung c. Biaya Overhead pabrik
Proses produksi yang paling sederhana dan mendasar adalah proses penggabungan antara biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan factor
(32)
Gambar 2.2 Proses Produksi Sederhana
Pada gambar 2.2 bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik diolah dalam proses produksi dan menghasilkan produk. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi yang tepat dan benar diperlukan informasi tentang biaya-biaya yang tepat dan benar. Rumus perhitungan harga pokok produksi seperti di bawah ini :
HPP = BBBU + BTKL + BOP
Gambar 2.3 Rumus Harga pokok produksi Keterangan :
HPP : Harga Pokok Produksi BBBU : Biaya Bahan Baku Utama BTKL : Biaya Tenaga Kerja Langsung BOP : Biaya Overhead Pabrik
Konsep harga pokok produksi tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak diperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk.
Produksi
Produk
(33)
Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu full
/Absortion/Conventional Costing dan Variable/Marginal/Direct Costing.
Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap FOH tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan Laba Rugi.
2.5Biaya Overhead Pabrik
Menurut Mulyadi (2009), pengolongan biaya overhead pabrik (BOP) menjadi enam golongan berikut ini :
a. Biaya bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produksi jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relative kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Misalnya dalam perusahaan Ramli Eksekutif yang termasuk bahan baku penolong antara lain : benang jahit, benang obras, kancing, label, penjepit baju, bordir, kertas packaging, duz , dan lain-lain.
b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa suku cadang (spareparts), biaya habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, bangunan perusahaan, mesin-mesin dan ekuipmen, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan perusahaan. Misalnya dalam perusahaan Ramli
(34)
Eksekutif yang termasuk Biaya Pemeliharaan yaitu biaya pemeliharaan gudang.
c. Biaya tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahtraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Misalnya dalam perusahaan Ramli Eksekutif yang termasuk Biaya Tenaga kerja tidak langsung pada bagian administrasi.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya dalam kelompok ini antara lain adalah biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen dan aktiva tetap lain yang digunakan di perusahaan. Misalnya dalam perusahaan Ramli Eksekutif yang termasuk yaitu biaya penyusutan gedung dan biaya penyusutan mesin
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya dalam kelompok ini antara lain adalah biaya asuransi gedung, asuransi kendaraan, asuransi karyawan, asuransi mesin dan peralatan. dalam perusahaan Ramli Eksekutif yang termasuk Biaya dalam kelompok ini tidak ada dikarenakan tidak pernah sesuatu yang diasuransikan.
f. Biaya overhead pabrik lain secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur BOP dalam hubunganya dengan volume kegiatan, BOP dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
(35)
a. Biaya Overhead Pabrik tetap
BOP yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume dalam kegiatan tertentu. Misalnya dalam perusahaan Ramli Eksekutif yang termasuk Biaya Overhead Pabrik Tetap antara lain : biaya Pembuatan pola dan biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
b. Biaya Overhead pabrik variabel
BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Misalnya dalam perusahaan Ramli Eksekutif yang termasuk Biaya Overhead pabrik variabel antara lain: biaya Pengiriman, biaya Listrik, biaya bahan baku penolong dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
c. Biaya Overhead semivariabel
Menurut Mulyadi (2009), Dalam menentukan BOP tidak dilakukan sembarangan. Pembebanan BOP atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan satu ke bulan yang lain. Kenaikan harga bahan baku, kenaikan tarif dasar listrik akan mempengaruhi harga pokok produk per satuan pada bulan kenaikan tersebut. Naik turunnya harga pokok prduksi per sataun tidaklah dikehendaki bilamana penyebabnya adalah karena terjadinya ketidakefisienan, biaya yang tidak normal dan turunya kegiatan produksi yang sifatnya sementara. Apabila BOP yang sesungguhnya dibebankan kepada produk, maka harga pokok produk per satuan mungkin akan berfluktuasi.
(36)
Untuk itu dilakukan penentuan tarif BOP yang dilaksanakan melalui tiga tahapan berikut :
a. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Yang harus diperhatikan adalah kapasitas (tingkat kegiatan) yang akan digunakan sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead pabrik: kapasitas praktis, kapasitas normal (kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang) dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang).
b. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada cost object (Aktivitas)
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah: harus diperhatikanya jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam dalam departemen produksi dan harus diperhitungkan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik ke aktivitas. diantaranya adalah : satuan produk, jam tenaga kerja, jam mesin, luas tempat. Dalam perusahaan ini pembebanan biaya overhead pabrik kepada aktivitas antara lain : Jam mesin, luas tempat dan jumlah pegawai. Rumus untuk setiap dasar perhitungan pembebanan biaya overhead pabrik ke aktivitas adalah sebagai berikut :
1. Jam Kerja Mesin
X Biaya Listrik/produk Taksiran Jam kerja mesin
(37)
Contoh :
Taksiran Biaya Listrik selama 1 Produk : Rp. 3,910 Taksiran jam kerja mesin : 270 Jam Taksiran jumlah jam kerja mesin / produksi : 1098 Jam Tarif sebesar :
(270 jam : 1098 jam) X Rp. 3.910 = Rp 961 2. Jumlah pegawai
Contoh :
Taksiran Biaya Tenaga Kerja selama 1 Produksi : Rp.853.333 Taksiran jumlah pegawai : 2 orang Taksiran total jumlah pegawai / produksi : 52 orang Tarif sebesar :
(2 orang : 52 orang) X Rp. 853.333 = Rp 32.821 3. Luas Tempat
Contoh :
Taksiran Biaya Penyusutan Gedung / Produksi : Rp.6.944 Taksiran luas tempat : 12 M2 Taksiran total luas tempat / produksi : 77 M2 Tarif sebesar :
(12 M2 : 77 M2 ) X Rp. 6.944 = Rp 1.082
Taksiran total jumlah pegawai X Biaya Tenaga kerja
Taksiran Luas tempat
Taksiran Total Luas tempat X Biaya Penyusutan Gedung Taksiran Jumlah pegawai
(38)
c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik
Berikut diberikan penjelasan untuk setiap dasar perhitungan biaya overhead pabrik :
1. Biaya Bahan Baku Penolong
2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
3. Biaya Pembuatan Pola
Biaya pembuatan pola Rp. 50.000 4. Biaya Pengiriman Barang Jadi
Biaya Pengirman Rp. 230.000
Penulis menggunakan history Biaya Pengiriman dikarenakan biaya pengiriman muncul setelah produk terjual atau setelah ada pemesanan produk 5. Biaya Pemeliharaan gudang
Diketahui :
a. Harga Sewa gudang 1 tahun : Rp. 5.000.000 b. Lama kerja suatu produk : 30 hari
Jadi biaya pemeliharaan gudang / hari Rp. 416.667 / 30 hari = Rp. 13.889 Taksiran Biaya Overhead pabrik
Taksiran Biaya Bahan Baku yang dipakai
= biaya BB dipakai
Taksiran Biaya Overhead pabrik
Taksiran Biaya Tenaga Kerja Langsung
= biaya TKL
1 tahun (12 bulan) = Biaya Sewa Gudang
1 tahun (12 bulan) Rp. 5.000.000
= Rp. 416.667 Biaya Sewa / bulan :
(39)
Biaya Listrik
Daftar mesin disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Data Mesin
Nama Mesin Kebutuhan daya (watt)
Mesin Jahit 250 watt
Mesin Obras 250 watt
Mesin lubang kancing 100 watt Mesin pasang kancing 100 watt
Mesin Potong 150 watt
Setrika Stream 300 watt
Komputer 150 watt
Kipas Angin 45 watt
Lampu 20 watt
Setrika Otomatis 300 watt
Tabel 2.2 Data Mesin yang digunakan no Pemakaian Listrik Kebutuhan
daya
Lama Pakai
Kwh pemakaian : (watt:1000)xjam 1 30 Mesin Jahit 7500 watt 9 jam 67.5
2 9 Mesin Obras 2250 watt 9 jam 20.25 3 3 Mesin lubang kancing 300 watt 9 jam 2.7 4 3 Mesin pasang kancing 300 watt 9 jam 2.7 5 3 Mesin Potong 450 watt 9 jam 4.05 6 5 Setrika Uap 1500 watt 9 jam 13.5 Rata2 kWh pemakaian 1 hari 111(kWh) PT Ramli termasuk dalam Golongan Tarif R-1 dengan daya 2200 VA:
Tabel 2.3 Golongan Tarif Listrik
Gol Tarif Daya Blok Biaya Beban
(Rp/kWh)
Biaya Pemakaian R-1 2200 VA
0-20 kWh
30.200
390
> 20-60 kWh 445
> 60 kWh 495
(40)
- Biaya beban :
(2200 : 1000) X Rp. 30.200 - Biaya Pemakaian :
Blok 0-20 kwh (20 kwh X Rp. 390) = Rp. 7.800 Blok > 20-60 kwh (40 kwh X Rp. 445) = Rp. 17.800 Blok > 60 kwh (111 – 60 X 495) = Rp. 25.245 Total : Rp. 50.845
- Biaya Beban + Biaya Pemakaian = Rp. 117.285 Jadi Biaya listrik Rp. 117.285 / 30 hari = Rp. 3.910 6. Biaya Penyusutan gedung
Perhitungan Penyusutan menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line Method), karena beban penyusutan sama setiap tahun, nilai aktivanya tetap mengalami penurunan nilai dengan berlalunya waktu dan pola biaya pemeliharaan relatif konstan setiap tahunnya.
Diketahui :
a. Harga perolehan = Rp. 75.000.000 b. Nilai residu = Rp. 50.000.000 c. Umur = 10 Tahun
Jadi biaya penyusutan gedung Rp. 2.500.000 / 1500 produk = Rp. 1.666 100 %
Umur
X ( Harga perolehan – Nilai Residu) Rumus :
100 % 10 Tahun
(41)
7. Biaya Penyusutan Mesin
Perhitungan penyusutan mesin ini menggunakan metode unit produksi karena umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. Penyusutan dihitung sebagai berikut:
Tabel 2.4 Data Mesin yang dipakai produksi
Jenis Mesin Harga Umur Kapasitas
Produksi Nilai Residu Jahit Rp1.200.000 4 tahun (48 bln) 72.000 / ptg Rp300.000 Obras Rp2.200.000 3 tahun (36 bln) 54.000 / ptg Rp300.000 Lubang Kancing Rp3.500.000 4 tahun (60 bln) 72.000 / ptg Rp350.000 Pasang Kancing Rp3.500.000 4 tahun (60 bln) 72.000 / ptg Rp350.000 Potong Rp1.450.000 4 tahun (48 bln) 72.000 / ptg Rp250.000 Setrika Stream Rp3.400.000 3 tahun (36 bln) 54.000 / ptg Rp1.500.000
Tabel 2.5 Perhitungan Biaya Mesin Produksi Jenis Mesin
Jumlah Mesin (Unit)
Depresiasi
PerProduksi Total
(a) (b) (axb)
Mesin Jahit 30 Rp18,750 Rp562,500
Mesin Obras 9 Rp52,778 Rp475,000
Mesin Lubang Kancing 3 Rp65,625 Rp196,875 Mesin Pasang Kancing 3 Rp65,625 Rp196,875
Mesin Potong 3 Rp25,000 Rp75,000
Setrika Stream (uap) 5 Rp52,778 Rp263,889
Total Rp1,770,139
Tabel 2.6 Perhitungan Biaya Mesin Komputer
Jenis Mesin Harga Perolehan Umur Nilai Residu Perhitungan Komputer Rp7,000,000 12 bln Rp1,000,000 Rp500.000
Produksi Kapasitas Produksi
X ( Harga perolehan – Nilai Residu) Rumus
(42)
Jadi Total biaya listrik Rp. 2.270.139
2.6Biaya Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi (2009), Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah sebuah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan penggolongan menurut fungsi pokok dala organisasi perusahaan, penggolongan menurut kegiatan departemen atau bagian dalam perusahaan.
2.6.1 Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan Produksi, pemasaran dan administrasi pembagian ini bertujuan untuk membedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produk dari biaya tenaga kerja nonpabrik yang bukan merupakan unsur harga pokok produk, melainkan unsur biaya usaha. Berikut ini diberikan beberapa contoh biaya tenaga kerja yang termasuk dalam tiap golongan tersebut, penggolongan menurut hubungan produk :
a. Biaya tenaga kerja produksi meliputi : gaji karyawan pabrik, biaya kesejahteraan karyawan dan upah lembur karyawan. Pada perusahaan ini yang
Harga perolehan – nilai residu Umur ekonimis
Rumus
Rp. 7.000.000 – Rp. 1.000.000 12 Bulan
(43)
termasuk biaya tenaga kerja produksi hanya gaji karyawan pabrik, untuk biaya kesejahtraan pabrik dan upah lembur masih belum ada.
b. Biaya tenaga kerja pemasaran meliputi : upah karyawan pemasaran, biaya kesejahtraan karyawan pemasaran, biaya komisi pramuniaga, sopir perusahaan. Pada perusahaan ini yang termasuk biaya tenaga kerja pemasaran yaitu : biaya komisi pramuniaga dan sopir perusahaan,
c. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum: pada perusahaan ini biaya tenaga kerja administrasi adalah gaji karyawan bagian administrasi.
2.6.2 Penggolongan menurut kegiatan departemen atau bagian dalam perusahaan.
Dalam suatu perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian, biaya tenaga kerja digolongkan sesuai departemen tersebut. Contohnya, biaya tenaga kerja bagian Penjahit, bagian administrasi, bagian pemotongan, bagian finishing atau peneyelesaian dan lain-lain, Penggolongan semacam ini dilakukan untuk memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja dalam tiap bagian yang dibentuk dan yang bertanggung jawab adalah masing-masing kepala bagian.
2.6.3 Penggolongan menurut hubungan produk
Dalam hubunganya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diproses secara langsung pada produk, dan yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk, upah tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja lansgung dan diperhitungkan langsung sebagai unsur
(44)
biaya produksi. Tenaga kerja yang jasanya tidak secara langsung dapat diproses secara langsung pada produk disebut tenaga kerja tidak langsung. Upah tenaga kerja tidak langsung disebut dengan biaya tenaga kerja tidak langsung dan merupakan unsur biaya overhead pabrik. Upah tenaga kerja tidak langsung dibebankan pada produk tidak secara langsung, tetapi melalui tarif biaya overhead pabrik.
Cara perhitungan gaji dan upah karyawan dalam perusahaan adalah mengalikan tarif upah dengan jam kerja karyawan. Dengan demikian, untuk menentukan tarif upah seorang karyawan yang diperlukan data jumlah jam kerjanya selama periode waktu tertentu.
2.7Biaya bahan Baku
Menurut Mulyadi (2009), Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Di dalam memperoleh bahah baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya pembelian, pergudangan dan biaya perolehan lainya.
Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian) ditambah dengan biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap diolah.
Harga beli dan angkutan merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, sedangkan biaya pesan (order cost), biaya penerimaan, asuransi, pergudangan, dan biaya akuntansi bahan baku merupakan
(45)
biaya yang sulit diperhitungkan didalam praktek. Pada umumnya harga pokok bahan baku hanya dicatat sebagai harga beli menurut faktur dari pemasok. Hal ini dilakukan karena pembagian biaya pembelian kepada masing-masing jenis bahan baku dalam faktur seringkali memerlukan biaya akuntansi yang mungkin lebih besar bila dibandingkan dengan manfaat ketelitian perhitungan harga pokok yang diperoleh sebagai akibatnya, Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku dan untuk menjadikan bahan baku siap diolah, pada umumnya di perhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
Dalam perioede akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga, maka harga beli bahan baku juga berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang lain. Oleh karena itu persediaan bahan baku yang ada digudang mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda, meskipun jenisnya sama.
2.8Metode Activity Based Costing
Menurut Mulyadi (2007), Activity Based Costing System atau biasa disebut dengan ABC system merupakan sistem analisis biaya berbasis aktivitas untuk memenuhi kebutuhan personel dalam pengambilan keputusan, baik yang bersifat strategic maupun operasional. ABC system merupakan sistem informasi biaya yang dapat diterapkan dalam semua jenis organisasi perusahaan manufaktur, jasa dan dagang serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba. ABC system telah mengalami perkembangan pesat sejak saat diujicobakan pada awal decade tahun 1990-an di U.S.A. sudah lebih dari lima belas tahun ABC system diperkenalkan di Indonesia melalui seminar, lokakarya, bahkan beberapa perusahaan telah mengimplementasikanya. Namun, sedikit sekali perusahaan
(46)
Indonesia yang telah mengimplemntasikanya dengan berhasil yaitu mampu memanfaatkan informasi yang dihasilkan ABC system dalam pengurangan biaya.
Konsep tentang ABC system berubah sesuai dengan perkembangan implementasi ABC system itu sendiri. Pada awal perkembanganya, ABC system dipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi perhitungan kos produk. Biaya
overhead pabrik merupakan lingkup yang dicakup oleb ABC system pada waktu
itu. Namun pada tingkat perkembanganya terkini, ABC system tidak lagi terbatas pada akuntansi biaya yang berfokus ke perhitungan kos produk. ABC system telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi “cara baru dalam melaksanakan bisnis.” Agar memperoleh konsep yang tepat tentang ABC system.
ABC system didesain untuk berbagai jenis organisasi dan menggunakan aktivitas sebagai basis untuk mengukur, mengklasifikasikan, mencatat, dan menyediakan data biaya. Oleh karena aktivitas dalam perusahaan tidak hanya terdapat ditahap produksi, namum juga terdapat di tahap lain dalam pembuatan produk, seperti tahap desain dan pengembangan, dukungan intern, pemasaran, distribusi, dan tahap purna jual, maka ABC system mencakup biaya yang terjadi di seluruh tahap pembuatan produk. ABC system berfokus ke pengurangan biaya, dan tidak hanya terhadap biaya yang terjadi ditahap produksi, namun mencakup biaya diseluruh tahap pembuatan produk, sejak tahap desain dan pengembangan sampai dengan tahap purna jual.
Ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system :
1. Cost is Caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.
(47)
penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. ABC system
2. The Causes of Cost can be Managed. Penyebab terjadinya biaya (yaitu
aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya.
Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas. Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system tersebut dilukiskan lebih jelas pada gambar 2.4:
Gambar 2.4 Falsafah yang melandasi ABC system
Activity based costing system adalah sistem informasi biaya berbasis
aktivitas yang didesain untuk memotivasi personal dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. ABC didesain dengan keyakinan dasar bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas organisasi ke penyediaan produk / jasa bagi kepentingan pemuasan kebutuhan pelanggan.
Keyakinan dasar ABC system : “Biaya ada penyebabnya.”
“Dan penyebab biaya dapat dikelola”
(melalui Activity Based Management) Titik Pusat ABC system
(48)
Menurut Mursyidi (2010), Tahap-Tahap Prosedur pembebanan biaya sistem ABC melalui dua tahap kegiatan:
A. Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah :
1. Mengidentifikasi aktivitas atau kegiatan.
Mengetahui aktivitas-aktivitas apa saja yang terjadi pada proses produksi di PT.Ramli eksekutif.
2. Menentukan atau membebankan biaya atas kegiatan atau aktivitas.
Biaya-biaya yang termasuk adalah Biaya bahan baku penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya pembuatan pola, biaya pengiriman, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan mesin, biaya sewa gedung dan biaya listrik. Sebelum biaya overhead dibebankan, dilakukan Penentuan cost driver terlebih dahulu, Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver. Dapat dilihat rumus pembebanan biaya ke aktivitas :
Gambar 2.5 Rumus Pembebanan Biaya ke Aktivitas
3. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas yang memiliki karakteristik yang sejenis. Pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori, Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai
Cost driver yang dipilih
(49)
contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi.
b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch.
c. Aktivitas Berlevel Produk (Product Level Activities)
Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk.
d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya. 4. Menghitung tarif untuk masing kelompok
Tarif biaya overhead yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit overhead dapat dihitung dengan rumus sbb:
Gambar 2.6 Rumus Tarif Cost Driver
Unit Level +
(50)
B. Tahap Kedua
1. Proses perhitungan biaya overhead yang dibebankan.
Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Gambar 2.7 Rumus Pembebanan Biaya Overhead
2. Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi, setelah proses perhitungan biaya overhead yang dibebankan selesai maka akan dilakukan proses perhitungan HPP, yaitu dengan cara menambahkan biaya bahan baku utama, biaya tenaga kerja langsung dan hasil biaya overhead yang dibebankan.
Menurut Mulyadi (2007). Keunggulan Metode ABC system terletak pada kemampuanya untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan aktivitas. Dengan informasi lengkap mengenai aktivitas, personel perusahaan menjadi berdaya untuk merencanakan target pengurangan biaya dan mengimplementasikan secara efektif rencananya tersebut. Pengurangan biaya hanya diwujudkan melalui pengurangan timbulnya biaya yaitu aktifitas. Dengan memanfaatkan informasi lengkap tentang aktivitas, personel perusahaan akan mampu melaksanakan pengelolaan terhadap aktivitas.
2.9Metode Activity Based Management 2.9.1 Definisi Activity Based Management
Menurut Supriyono (1999), ABM adalah suatu disiplin (sistem yang luas dan terintegrasi) yang memusatkan perhatian manajemen pada aktivitas-aktivitas
(51)
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen dan laba yang diperoleh dari penyediaan nilai tersebut.
Menurut Tunggal (1995), Activity Based Management menggunakan informasi yang disajikan Activity Based Costing dalam berbagai analisis yang di desain untuk menghasilkan perbaikan yang berkesinambungan.
Menurut Hansen dan Mowen (2009), ABM sebagai pendekatan terpadu dan menyeluruh yang membuat perhatian manajemen berpusat pada aktivitas yang dilakukan, dengan tujuan meningkatkan nilai pelanggan dan laba yang diperoleh karena memberikan nilai tersebut.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa Activity Based Management adalah suatu sistem yang terintegrasi dan menyeluruh yang memusatkan perhatian manajemen pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan customer value dan profitabilitas organisasi.
2.9.2 Tujuan ABM
Menurut Supriyono (1999), Tujuan ABM adalah untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diserahkan pada para konsumen, dan oleh karena itu, dapat digunakan untuk mencapai laba ekstra dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumen.
2.9.3 Manfaat dan Keunggulan ABM
Menurut Supriyono (1999), Manfaat ABM adalah sebagai berikut:
1. Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (Non keuangan) organisasi dan aktivitas-aktivitasnya.
(52)
2. Menentukan biaya-biaya profitabilitas yang “benar” (“true”) untuk setiap tipe produk dan jasa.
3. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas (faktor-faktor yang mendrive biaya-biaya) dan mengendalikannya.
4. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
5. Mengefisiensikan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah.
6. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian didasarkan pada isu-isu bisnis yang luas dan tidak semata berdasar informasi keuangan.
7. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value added chain) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.
Menurut Blocher (2000), Keunggulan utama ABM adalah :
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis kunci dan mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi pelanggan.
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya untuk menilai tambah aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.
2.9.4 Langkah-langhkah Activity Based Management
Menurut Hilton (1999), langkah-langkah penerapan Activity Based
(53)
1. Penentuan standar produksi
Proses penentuan standar produksi merupakan proses input standar produksi produk. Proses ini meliputi proses input standar bahan baku, proses input standar tenaga kerja utama dan input standar aktivitas. Proses ini gunakan dalam menghitung kebutuhan produksi berdasarkan standar perusahaan. 2. Identifikasi aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah
Setelah melakukan identifikasi maka dilakukan proses pengelompokan aktivitas yang memiki nilai tambah terhadap proses produksi produk dan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah. Kemudian aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah akan di proses untuk dilaporkan ke manajemen sebagai biaya yang tidak memiliki value added terhadap produk. Sehingga dapat dilakukan proses pengurangan biaya.
3. Melakukan pengukuran kinerja
Proses ini merupakan proses hasil evaluasi dari proses sebelumnya. yaitu membandingkan antara data produksi yang telah derencanakan sebelum produksi dengan hasil dari kebutuhan produksi yang telah dilakukan. Sehingga dari proses ini dapat diketahui berapa kebutuhan pada setiap proses.
4. Melaporkan biaya tidak bernilai tambah
Proses laporan merupakan proses terakir dalam melakukan proses analisa aktivitas. Proses ini merupakan proses laporan kepada user sebagai hasil dari analisa aktivitas. Hasil dari proses ini berupa biaya produksi yang tidak memiliki nilai tambah dan dapat dikurangi dari proses produksi.
(54)
2.9.5 Dimensi Activity Based Management
Model ABM dibentuk dari duan analisis, yang menurut Hansen dan Mowen (2009), konsep dari manajemen berdasarkan aktivitas dinyatakan memiliki dua dimensi dan uraian sebagai berikut:
a. Dimensi biaya (cost dimension)
Memberikan informasi biaya mengenai sumber daya, aktivitas, produk, dan pelanggan (serta biaya-biaya lain yang diperlukan), dimana biaya-biaya sumber daya dapat ditelusuri ke aktivitas-aktivitas dan kemudian biaya aktivitas dibebankan ke pelanggan. Dengan demikian dimensi ini merefleksikan kebutuhan untuk membagi sumber daya biaya (cost of
resources) terhadap aktivitas dan biaya aktivitas (cost of activity) terhadap
obyek biaya (cost object), seperti pelanggan dan produk agar dapat menganalisis kebutuhan kitikal. Keputusan tersebut termask penetapan harga, pengadaan produk, dan penetapan prioritas untuk usaha perbaikan.
b. Dimensi proses (process dimension)
Memberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang dilaksanakan, mengapa aktivitas tersebut dilaksanakan dan seberapa baik pelaksanaanya. Dimensi ini menjelaskan mengenai akuntansi pertanggung jawaban berdasarkan aktivitas dan lebih menfokuskan pada pertanggung jawaban aktivitas bukan biaya, dan menekankan pada kinerja system secara menyeluruh bukan pada kinerja secara individu. Dengan demikian dimensi ini merefleksikan kebutuhan untuk suatu kategori informasi yang baru mengenai kinerja aktivitas. Informasi ini menunjukkan apa yang menyebabkan pemicu biaya dan bagaimana pengukuran kinerjanya. Dimensi inilah yang sangat
(55)
membantu manajemen dalam mengidentifikasi kesempatan perbaikan dan cara-cara melakukan perbaikan. Dimensi inilah membuat manajer mampu untuk terlibat dan menilai perbaikan yang berkelanjutan. Untuk memahami bagaimana dimensi proses berhubungan dengan dunia perbaikan yang berkelanjutan, perlu adanya pemahaman yang lebih eksplisit tentang analisis nilai proses.
Model Activity Based Management dua dimensi secara umum seperti pada gambar 2.8
Proses Dimension Cost Dimension
Gambar 2.8 Model Activity Based Management Dua Dimensi
2.10 Cost Reduction
Analisis aktivitas (Activity Analysis) merupakan kunci untuk mencapai tujuan pengurangan biaya (cost reduction). Analisis aktivitas dapat mengurangi biaya dengan tiga cara:
Resource
Activities
What ?
Performance Measures How well ? Performance
Measures Why ?
Product and Customer
(56)
1. Seleksi aktivitas (activity selection)
Seleksi aktivitas atau sering disebut analisa aktivitas ini merupakan proses penyeleksian atau pemisahan berdasarkan nilai atau grade minimal dari setiap aktivitas. Dengan mengacu pada grade yang ada pada table aktivitas maka dapat dilakukan perubahan dalam pemakaian aktivitas yang nantinya akan menghasilkan cost reduction.
2. Pembagian aktivitas (activity sharing)
Setelah proses seleksi aktivitas, maka dilakukan proses pembagian aktivitas berdasarkan aktivitas yang bernilai tambah ataupun yang tidak bernilai tambah. Proses ini mengacu pada proses analisa aktivitas yang melihat grade pada table aktivitas. Sehingga dapat diketahui aktivitas mana yang memiliki nilai tambah atau tidak dan akan dilakukan eliminasi aktivitas.
3. Eliminasi aktivitas (activity elimination)
Proses eliminasi aktivitas merupakan proses terakir setelah proses analisis dan pengelompokan aktivitas. Proses ini bertujuan untuk menghapus aktivitas dan menghasilkan cost reduction pada akhir proses yang digunakan untuk HPP yang baru.
Bagian ini akan membahas mengenai pengertian cost reduction dan pelaksanaan cost reduction.
2.10.1 Pengertian Cost Reduction
Menurut Shilinglaw dan Mc. Gahran (1999), cost reduction dinyatakan sebagai berikut “… cost reduction is the set of activities that are designed to
change operating methods and make lower cost standards attainable.”
(57)
Dengan kata lain berarti, cost reduction merupakan serangkaian aktivitas-aktivitas yang didesain untuk merubah metoe operasi sehingga dapat mencapai standart biaya yang lebih rendah.
Pengurangan biaya dapat dilakukan selama rangkaian aktivitas-aktivitas operasional perusahaan. Dengan demikian perlu dikaji kembali aktivitas-aktivitas apa saja yang perlu diubah atau bahkan dihilangkan sehingga dapat menunjang program pengurangan biaya yang sesuai dengan metode-metode operasi perusahaan dan penetapan standar biaya yang rendah. Pengurangan biaya per unit perlu dihasilkan dari eliminasi pemborosan dan sumber daya yang tidak perlu yang digunakan dari proses desain hingga distribusi produk dan jasa.
2.10.2 Pelaksanaan Cost Reduction
Sasaran dari terciptanya cost reduction dapat dilakukan dengan program perbaikan secara terus menerus (continous improvement), dimana situasi dan kondisi persaingan yang ketat diperusahaan sejenis yang lain menutup setiap perusahaan untuk selalu tepat waktu dalam mengirimkan produk-produk kebutuhan konsumen dan pengiriman produk tersebut dan konsumen juga harus dapat dilakukan dengan biaya yang serendah mungkin. Dengan demikian, setiap perusahaan yang ingin memenangkan persaingan harus selalu berusaha dalam pelaksanaan perbaikan biaya melalui cost reduction tersebut.
2.11 Microsoft Visual Basic .NET
Menurut Noviyanto (2008), Microsoft Visual Basic .NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .NET Framework, dengan menggunakan bahasa BASIC. Dengan menggunakan
(58)
alat ini, para programmer dapat membangun aplikasi Windows Forms, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan juga aplikasi command-line.
Alat ini dapat diperoleh secara terpisah dari beberapa produk lainnya (seperti Microsoft Visual C++, Visual C#, atau Visual J#), atau juga dapat diperoleh secara terpadu dalam Microsoft Visual Studio .NET. Bahasa Visual Basic .NET sendiri menganut paradigma bahasa pemrograman berorientasi objek yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic versi sebelumnya yang diimplementasikan di atas .NET Framework. Peluncurannya mengundang kontroversi, mengingat banyak sekali perubahan yang dilakukan oleh Microsoft, dan versi baru ini tidak kompatibel dengan versi terdahulu.
Menurut Ramadhan (2007), Visual Basic merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bersifat event driven dan menawarkan Integrated
Development Environment (IDE) visual untuk membuat program aplikasi berbasis
sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman
Common Object Model (COM). Visual Basic merupakan turunan bahasa BASIC
dan menawarkan pengembangan aplikasi komputer berbasis grafik dengan cepat, akses ke basis data menggunakan Data Access Objects (DAO), Remote Data
Objects (RDO), atau ActiveX Data Object (ADO), serta menawarkan pembuatan
(59)
43
Untuk memperoleh model aplikasi yang diharapakan, maka perlu dibuat suatu metode penelitian dalam membuat aplikasi analisis biaya dengan menggunakan metode Activity Based Management. Tahapan metode penelitian ini berupa langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui dalam meyelesaikan tugas akhir ini.
3.1Analisa Masalah
PT. Ramli adalah perusahaan yang bergerak dalam industri garmen, dimana produk yang dihasilkan adalah baju muslim mulai dari anak anak sampai orang dewasa dengan berbagai macam tipe dan model. Dalam hal ini PT. Ramli mengalami persaingan bisnis yang sangat ketat dengan competitor yang bergerak dalam dunia bisnis yang sama.
Persaingan di dunia bisnis industri garmen sangatlah ketat, ini dikarenakan banyaknya pesaing baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Keunggulan kualitas produk dan harga yang kompetitif menjadi faktor yang melatar belakangi persaingan bisnis yang sangat ketat. Karena para pesaing yang terutama dari luar negeri selalu memberikan harga yang selalu kompetitif, maka perusahaan harus memberikan harga yang kompetitif agar persaingan dapat terus berjalan dan produk yang dihasilkan akan laku di pasaran. Kondisi demikianlah yang membuat perusahaan harus bisa memberikan harga yang kompetitif kepada
(60)
customer sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing dalam pasar jual beli
terhadap produk dari para pesaing yang terutama adalah produk dari luar negeri. Persaingan harga yang kopetitif akibat banyaknya para pesaing membuat manajemen harus bisa memanajemen kebutuhan dari produksi dari produk yang dihasilkan, agar produk yang dihasilkan dapat memiliki harga yang kompetitif dengan produk yang lain namun tidak mengurangi kualitas dari produk, serta yang terpenting dalam melakukan pengurangan harga jual ini manajemen tidak mengurangi laba dari perusahaan atau bahkan sebaliknya dengan proses analisa ini, manajemen dapat meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan namun tidak menaikkan harga jual dari produk tersebut. Agar produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak kalah dari segi kualitas dan harga, karena banyak produk lain terutama dari luar negeri yang memberikan persaingan harga yang sangat kompetitif atau bahkan kualitas yang bagus yang nantinya membuat customer beralih ke produk lain. Dalam permasalahan ini cara untuk memanajemen kebutuhan dari produksi adalah dengan menganalisa dan mengestimasi kebutuhan sumber daya dan biaya yang terjadi dalam proses produksi, mulai dari kebutuhan bahan baku, tenaga kerja, sampai ke dalam aktivitas yang terjadi dalam proses produksi tersebut.
Dengan proses analisa dan estimasi biaya produksi diharapkan manajemen dapat mengetahui apakah terdapat kelebihan biaya atau non value
added cost pada proses produksi tersebut. Manajemen dapat melakukan
pengurangan biaya terhadap proses produksi tersebut, Maka hasilnya setelah dilakukan estimasi biaya terhadap produk yang diproduksi adalah produk tersebut mengalami penurunan harga jual, dan untuk kedepannya produk yang dihasilkan
(1)
G.10 Pelubangan dan Pemasangan Kancing
Tabel 4.34 Estimasi Biaya Aktivitas Pelubangan dan Pemasangan Kancing Jenis Biaya Kebutuhan
Biaya (ABC)
Kebutuhan Biaya (ABM)
Non Value Added Cost Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung Rp. 180.000 Rp. 120 .000 Rp. 60.000 Biaya Penyusutan Gedung Rp. 13.725 Rp. 9.150 Rp. 4.575 Biaya Listrik Rp. 163.167 Rp. 108.778 Rp. 54.389 Total Rp. 356.892 Rp. 237.928 Rp. 118.964 Pada aktivitas pelubangan dan pemasangan kancing terdapat total non value added cost sebesar Rp. 118.964. Biaya tersebut lebih kecil dari biaya yang memiliki value added. Sehingga saran untuk manajemen adalah melakukan cost reduction terhadap biaya yang tidak memiliki value added secara berkala atau langsung sesuai dari biaya yang tertera pada tabel.
G.11 Penyelesaian
Tabel 4.35 Estimasi Biaya Aktivitas Penyelesaian Jenis Biaya Kebutuhan
Biaya (ABC)
Kebutuhan Biaya (ABM)
Non Value Added Cost Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung Rp. 250.000 Rp. 250.000 Rp. 0 Biaya Penyusutan Gedung Rp. 15.686 Rp. 15.686 Rp. 0 Total Rp. 265.686 Rp. 265.686 Rp. 0 Dari estimasi biaya aktivitas penyelesaian, terdapat total non value added cost sebesar Rp.0. Sehingga manajemen tidak perlu melakukan proses pengurangan biaya untuk aktivitas ini.
G.12 Penanganan Produk Jadi
Tabel 4.36 Estimasi Biaya Aktivitas Penanganan Produk Jadi Jenis Biaya Kebutuhan
Biaya (ABC)
Kebutuhan Biaya (ABM)
Non Value Added Cost Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung Rp. 60.000 Rp. 60.000 Rp. 0 Biaya Penyusutan Gedung Rp. 13.725 Rp. 13.725 Rp. 0 Total Rp. 73.725 Rp. 73.725 Rp. 0
(2)
167
Dari estimasi biaya aktivitas penanganan produk jadi, terdapat total non value added cost sebesar Rp.0. Sehingga manajemen tidak perlu melakukan proses pengurangan biaya untuk aktivitas ini.
G.13 Pengiriman Produk Jadi
Tabel 4.37 Estimasi Biaya Aktivitas Pengiriman Produk Jadi Jenis Biaya Kebutuhan
Biaya (ABC)
Kebutuhan Biaya (ABM)
Non Value Added Cost Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung Rp. 25.000 Rp. 25.000 Rp. 0 Biaya Pengiriman Rp. 250.000 Rp. 250.000 Rp. 0 Total Rp. 275.000 Rp. 275.000 Rp. 0 Dari estimasi biaya aktivitas pengiriman produk jadi, terdapat total non value added cost sebesar Rp.0. Sehingga manajemen tidak perlu melakukan proses pengurangan biaya untuk aktivitas ini.
G.14 Setup Mesin
Tabel 4.38 Estimasi Biaya Aktivitas Setup Mesin Jenis Biaya Kebutuhan
Biaya (ABC)
Kebutuhan Biaya (ABM)
Non Value Added Cost Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung Rp. 30.000 Rp. 30.000 Rp. 0 Total Rp. 30.000 Rp. 30.000 Rp. 0 Dari estimasi biaya aktivitas setup mesin, terdapat total non value added cost sebesar Rp.0. Sehingga manajemen tidak perlu melakukan proses pengurangan biaya untuk aktivitas ini.
G.15 Pemeliharaan
Tabel 4.39 Estimasi Biaya Aktivitas Pemeliharaan Jenis Biaya Kebutuhan
Biaya (ABC)
Kebutuhan Biaya (ABM)
Non Value Added Cost Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung Rp. 60.000 Rp. 60.000 Rp. 0 Total Rp. 60.000 Rp. 60.000 Rp. 0
(3)
Dari estimasi biaya aktivitas pengiriman pemeliharaan, terdapat total non value added cost sebesar Rp.0. Sehingga manajemen tidak perlu dilakukan proses pengurangan biaya untuk aktivitas ini.
I. Evaluasi Data Sumber Daya Overhead Suatu Produk Tabel 4.40 Sumber Daya Overhead Produk Nama Aktivitas
Kebutuhan Sumber Daya OH Non Value added
ABC ABM
JM L TK JM L TK JM L TK
Pembelian bahan baku 0 0 1 0 0 1 0 0 0
Pemeriksaan bahan baku 0 0 1 0 0 1 0 0 0
Penanganan bahan baku 0 7 1 0 7 1 0 0 0
Pembuatan pola 0 7 1 0 7 1 0 0 0
Penyusunan bahan baku kain
0 12 2 0 9 1 0 3 1
Pemotongan Bahan Baku 20 10 1 18 10 1 2 0 0
Penyortiran Bahan Baku 0 5 1 0 5 1 0 0 0
Penjahitan 240 10 20 240 10 18 0 0 2
Pengobrasan 240 10 4 240 10 2 0 0 2
Pelubanga dan Pemasangan Kancing
240 7 6 240 7 4 0 0 2
Penyelesaian 270 8 10 270 8 8 0 0 2
Penanganan produk jadi 0 7 2 0 7 1 0 0 1
Pengiriman produk jadi 0 0 2 0 0 1 0 0 1
Setup mesin 0 0 2 0 0 1 0 0 1
pemeliharaan 0 0 2 0 0 1 0 0 1
Keterangan :
TK : Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja / Aktivitas (orang). JM : Jumlah Jam Mesin / Aktivitas (Jam).
L : Jumlah Kebutuhan Tempat / Aktivitas ( M2 ).
Tabel 4.40 memiliki informasi tentang berapa sumber daya terhadap setiap aktivitas yang seharusnya tidak terpakai, mulai dari tenaga kerja, jam mesin, sampai luas tempat. Sehingga apabila sumber daya tersebut dapat di kurangi, maka dapat mengurangi biaya yang ditimbulkan akibat aktivitas tersebut.
(4)
169
Laporan ini nantinya akan di pakai manajemen dalam melakukan estimasi terhadap aktivitas yang memiliki sumber daya yang berlebihan dan tidak memiliki nilai tambah. Dengan informasi tersebut manajemen dapat memangkas kebutuhan sumber daya sedikit demi sedikit sampai ke batas minimum yang di sajikan oleh sistem analisa dengan menggunakan ABM.
J. Evaluasi Biaya Keseluruhan
Tabel 4.41 Estimasi Biaya Produksi
Jenis Biaya Kebutuhan
Biaya ABC
Kebutuhan Biaya ABM
Non Value Added Cost Biaya bahan baku utama Rp. 48. 040. 000 Rp. 36. 020. 000 Rp. 12. 020. 000 Biaya bahan baku penolong Rp. 19. 738. 000 Rp. 19. 008. 000 Rp. 730. 000 Biaya tenaga kerja Rp. 10. 810. 000 Rp. 10. 810. 000 Rp. 0 Biaya overhead pabrik Rp. 4. 479. 020 Rp. 4. 244. 021 Rp. 234. 999 Harga Pokok Produksi Rp. 83. 067. 020 Rp. 70. 082. 021 Rp. 12. 984. 999 Biaya Pokok Produksi Rp. 55. 378, 01 Rp. 46. 721, 35 Rp. 8. 657
Tabel 4.41 di atas menyajikan informasi tentang keseluruhan biaya produksi, baik sebelum menggunakan perhitungan berdasarkan analisa biaya berbasis ABM ataupun sesudah. Informasi dari tabel di atas hanya sebagai informasi kepada manajemen, apabila manajemen menerapkan sistem dan akan melakukan pengurangan biaya maka Harga pokok produksi yang akan tercapai dengan nilai minimum adalah seperti pada tabel dan terdapat pada biaya ABM. Besar pengurangan biaya yang terjadi adalah sebesar biaya pada tabel. Karena nilai tersebut adalah nilai yang tidak memiliki nilai tambah, sehingga seharusnya di kurangi agar tidak mengalami pemborosan biaya, akan tetapi berapa besar kecil nya pengurangan biaya tergantung pada manajemen.
(5)
170
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil implementasi dan Evaluasi pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Sistem Informasi Analisis Biaya dengan Activity Based Management mampu memberikan laporan biaya yang tidak memiliki value added dengan menganalisa kebutuhan sumber daya dan biaya aktivitas yang terjadi pada proses produksi.
b. Penerapan sistem ini manajemen mendapatkan informasi laporan sumber daya bahan baku, biaya bahan baku dan biaya overhead berdasarkan aktivitas yang tidak memiliki value added terhadap produk.
5.2 Saran
Dalam Pengembangan perancangan sistem Informasi Analisis Biaya dengan Activity Based Management dapat dikembangakan lagi dengan membuat sistem berbasis web.
(6)
172
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edwaerd J., Kung H. Chen, Thomas W. Lin, 2000, Manajemen Biaya, Buku Satu, Edisi Pertama, Terjemahan Susty Ambarriani, Salemba Empat, Jakarta.
Hall, James A,2007, Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.
Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M, 2009 , Akutansi Manajerial, Salemba Empat, Jakarta.
Hartono, Jogiyanto, 1999, Analisis & Disain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi Offset, Yogyakarta. Herlambang, Soendoro, dan Haryanto Tanuwijaya, 2005, Sistem Informasi: konsep,
teknologi, dan manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Hilton, Ronald W, 1999, Managerial Acouning. 4th Edition,. Irwin/Mc. Graw-Hill, Singapore.
Mulyadi, 2007, Activity Based Cost System,UPP STIM YKPN ,Yogyakarta. Mulyadi, 2009, Akuntansi Biaya, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Mursyidi, 2010, Akuntansi Biaya, PT Refika Aditama, Bandung. Noviyanto Andri, 2008, Visual Basic
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?option=com_weblinks&view=ca
tegories&Itemid=13, di akses tanggal 18 Mei 2010.
Ramadhan arief, 2007, 36 jam Belajar Komputer Visual Basic 2005, Media Komputindo, Jakarta.
Supriyono, 1999, Manajemen Biaya, Buku Satu, BPFE, Yogyakarta
Tunggal, Amin Widjaja, 1995, Activity Based Costing untuk Manufacturing dan Pemasaran. Cetakan I. Marfindo, Jakarta