Pengaruh Sistem Adminstrasi Perpajakan Modern Terhadap Kapatuhan Wajib Pajak Pada Kantor pelayanan Pajak Pratama Majalaya

(1)

MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MAJALAYA

The Influence Modern Ta x Administration System Towards

Tax Compliance at Majalaya Tax Service Office

SKRIPSI

Diajukan Untuk M emenuhi S al ah Sat u S yarat Kel ulusan Jenjang St rata -1 (S 1) Pada P rogram S tudi Akuntansi

Fakul tas Ekonomi

Universit as Komput er Indonesi a

Disusun Ol eh : IR MA NURMAYANI

21105008

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pada hakekatnya pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan tersebut diperlukan dana yang memadai.

Agar hakekat dari pembangunan tersebut dapat tercapai, dalam pelaksanaannya diperlukan dana yang cukup besar guna membiayai pembangunan tersebut. Adapun dana yang dimiliki oleh negara berasal dari penerimaan dalam dan luar negeri.

Salah satu penerimaan negara dari dalam negeri adalah dari sektor pajak. Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber pendapatan dalam negeri yang paling besar adalah pajak. Penerimaan dari sektor pajak ini menyumbang sekitar 70% dalam APBN (Sumber : PajakOnline.com/Tax Center Unpad). Fungsi Pajak ada dua yaitu Fungsi Budgetair dan Fungsi Regulered. Fungsi Budgetair adalah pajak berfungsi mengisi kas negara atau anggaran pendapatan negara, yang digunakan untuk keperluan pembiayaan umum pemerintah baik rutin maupun untuk pembangunan. Fungsi regulerend adalah alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi dan menentukan optimalisasi pemasukan dana ke kas negara


(3)

melalui pemungutan pajak kepada warga negara yaitu administrasi perpajakan yang tepat.

Tugas mulia administrasi perpajakan, terutama administrasi pajak pusat, diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai salah satu instansi pemerintah yang secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan. Dengan visi menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan salah satu misinya, yaitu misi fiskal, adalah untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.

Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakatnya. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan-perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu, yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak

Administrasi Perpajakan hendaklah merupakan prioritas tertinggi karena kemampuan pemerintah untuk menjalankan fungsinya secara efektif bergantung kepada jumlah uang yang dapat diperolehnya melalui pemungutan pajak.


(4)

Contoh sulitnya administrasi pajak di negara kita ini, ketika saya akan mendaftarkan usaha yang akan saya dirikan, saya mengumpulkan data pendukung yang harus dipenuhi menurut lampiran per-44/PJ/2008 yaitu:

1. Akte pendirian dan perubahan atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi Badan Usaha Tetap (BUT),

2. NPWP Pimpinan / penanggung jawab Badan,

3. KTP bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing sebagai penanggung jawab, serta

4. Mengisi formulir pendaftaran NPWP Badan.

Setelah saya rasa lengkap saya berangkat ke KPP tempat kegiatan usaha berlangsung. Ternyata cukup jauh KPP yang saya tuju, perjalanan yang sangat melelahkan. Setelah sampai di KPP saya masuk dan mengambil nomor antrian lalu saya duduk mengantri. Cukup lama waktu yang saya perlukan untuk mengantri hingga akhirnya tiba giliran saya. Setelah sampai depan petugas, saya memberikan formulir permohonan pembuatan NPWP yang telah saya buat sebelumnya. Betapa terkejutnya saya ketika petugas tersebut menolak formulir pendaftaran yang saya berikan. Karena ternyata data-data pendukung yang saya berikan masih kurang. Ada beberapa data pendukung lagi yang harus saya siapkan pada saat menyerahkan formulir permohonan NPWP, yaitu:

1. SPPT PBB Tahun 2008,

2. Foto tempat usaha, tampak luar dan dalam lokasi usaha 3. Denah lokasi tempat kegiatan usaha akan berlangsung


(5)

Saya coba meyakinkan ke petugas tersebut kalau didalam peraturan tersebut tidak ada syarat-syarat yang dimaksud. Namun, petugas malah bilang kalau ini sudah prosedurnya. Tapi mau gimana lagi, itulah ciri dunia perpajakan di Indonesia

there’s no ease administration”. Kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah.

(http:/PajakOnline.com/Firman 2009:2).

Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada wajib pajak maka diperlukan adanya perbaikan administrasi perpajakan. Modernisasi sistem administrasi perpajakan bertujuan untuk memperbaiki pelayanan kepada wajib pajak dan meniungkatkan kepatuhan wajib pajak. Sistem administrasi perpajakan modern baru direalisasikan di kantor pelayanan pajak wilayah Bandung pada tahun 2008. Sekarang pada tahun 2009 apakah berubah, pelayanan kantor pelayanan pajak ke arah yang lebih baik? Itulah pertanyaan wajib pajak yang berhubungan dengan kantor pelayanan pajak modern.

Sistem administrasi memegang peran penting. Unit-unit penting sebagai kunci strategis dalam organisasi pengadministrasian (Kantor Pelayanan Pajak) sebagai operating arms dari pemerintah harus memiliki sistem administrasi pajak yang tepat. Sistem Informasi pajak yang terintegrasi dengan menggunakan Internet akan lebih memudahkan konfirmasi antar unit kunci strategis (KPP) dan juga memudahkan Wajib Pajak yang melakukan restitusi, dalam hal penerimaan jawaban konfirmasi ( Ony dtt 2008:18 ).

Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan


(6)

bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan account representative dan complaint center untuk menampung keberatan Wajib Pajak. Selain itu, sistem administrasi perpajakan modern yang terdiri dari kemajuan teknologi terbaru, di antaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case management system dalam workflow system dengan berbagai modul otomasi kantor serta berbagai pelayanan dengan basis e-System seperti e-SPT, e-Filing, e-Payment, Taxpayers’ Account, e-Registration, dan e-Counceling yang diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif. Penerapan sistem administrasi perpajakan modern diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (http:/PajakOnline.com/Suparman 2007:2). Dengan diberlakukannya pelayanan berbasis e-system ini dapat mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya.

Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan (Ony dtt 2008:70). Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Kalau administrasi perpajakan kita semakin sulit, tentunya banyak wajib pajak yang malas mendaftarkan diri, menyetorkan SPT, membayar pajak terutangnya yang berakibat pada berkurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap


(7)

kewajiban perpajakannya. Perbaikan administrasi perpajakan dan dengan diterapkannya e-system diharapkan dapat mendorong kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh bagaimana administrasi perpajakan yang dilakukan. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“PE NGARUH SI STEM ADMI NIS TRASI PE RPAJ AKAN

MODE RN TERHADAP KE PA T UH AN WAJIB PAJ AK (TAX

COMPLIA NCE) PADA KANTO R PEL AYANAN PAJ AK

PRATAMA MAJ AL AYA”.

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan di identifikasikan dalam penelitian tentang Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance) sebagai berikut:

1. Lemahnya pemahaman tentang sistem administrasi perpajakan oleh wajib pajak

2. Kurang optimalnya pelayanan prima pada wajib pajak,

3. Validasi data dari internet memerlukan waktu yang lama karena pengelolaan pencatatan yang masih sering terlambat direkam,

4. Sistem administrasi perpajakan di KPP masih belum optimal, terutama dalam penggunaan internet dalam KPP.


(8)

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka ruang lingkup masalah yang akan peneliti bahas disini adalah :

1. Bagaimana Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

2. Bagaimana Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

3. Seberapa Besar Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan data dan berbagai informasi yang terkait dengan sistem administrasi perpajakan modern dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Tax Compliance).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

2. Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak (Tax Compliance) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak (Tax Compliance) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.


(9)

1.4Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Praktis

1. Bagi KPP dapat mengetahui seberapa besar pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan Wajib Pajak (WP) pada KPP Pratama Majalaya.

2. Bagi Karyawan di KPP bagian pelayanan, memberikan pelayanan prima pada wajib pajak dengan cara bersikap lebih ramah dan murah senyum tidak mengesankan jutek pada wajib pajak agar wajib pajak merasa senang dilayani, sehingga dapat digunakan sebagai optimalisasi bagi penerimaan pajak.

b. Kegunaan Akademis

1. Bagi Pengembangan ilmu akuntansi, memberikan referensi tentang keterkaitan antara sistem administrasi perpajakan modern dengan kepatuhan wajib pajak.

2. Bagi Peneliti Lain, sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji dalam bidang yang sama berkaitan dengan sistem administrasi perpajakan modern dan kepatuhan wajib pajak.

3. Bagi peneliti, sebagai uji kemampuan dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh diperkuliahan terkait dengan sistem administrasi modern dan kepatuhan wajib pajak.


(10)

1.5Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, Jl. Peta No. 7 Bandung. Adapun penelitian ini dilakukan oleh peneliti dari bulan Maret 2009 sampai bulan Juli 2009.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian Bulan

Minggu ke /

Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1 Persiapan UP

2 Penyusunan UP

3 Seminar UP

4 Pengumpulan Data

5 Pengolahan Data

dan Analisis Data 6

Penyusunan Laporan

7 Sidang

Juli No


(11)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi Pajak

Definisi Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH, yang dikemukaan kembali oleh Ony dtt, merumuskan :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum” (2008:15)

Sedangkan Definisi Pajak menurut prof. Dr. P.J.A Andriani yang dikemukaan kembali oleh Ony dtt, merumuskan :

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untukm embiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.” (2008:15)

Berdasarkan dua definisi diatas, pajak merupakan iuran rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum pemerintahan.


(12)

Ciri-ciri atau unsur pokok dari definisi di atas menurut Ony dtt yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang 2. Pajak dapat dipaksakan

3. Diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah 4. Tidak dapat ditunjukkannya kontra prestasi secara langsung 5. Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend. (2008:16-17)

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak berfungsi sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum, suatu negara tidak akan mungkin menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakatnya. Menurut Ony dtt fungsi pajak umumnya dikenal dengan 2 macam fungsi pajak yaitu :

1. Fungsi Budgetair

Pajak berfungsi untuk menutup biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya, oleh karenanya pengenaan pajak dipandang dari sudut ekonomi harus diatur senetral-netralnya dan sekali-kali tidak boleh dibelokkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang menyimpang. Fenomena historis yang selalu hadir adalah bahwa upaya suatu negara dalam menghimpun dana keuangannya merupakan sarana bagi sumber pembiayaan semua tujuannya.

Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal (fiscal funcion), yaitu suatu fungsi dalam pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku.

Disebut sebagai fungsi utama karena fungsi inilah yang secara historis pertama kali muncul. Pajak digunakan sebagai alat untuk menghimpun dana dari masyarakat tanpa adanya kontraprestasi secara langsung dari zaman sebelum masehi sudah dilakukan. Berdasarkan fungsi ini, pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan dengan cara memungut pajak dari penduduknya.

2. Fungsi Regulerend

Fungsi Regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai


(13)

tujuan tertentu. Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi budgetair. Disamping usaha memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta. Fungsi Regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair. (2008:17)

2.1.3 Sistem Perpajakan

Sistem perpajakan suatu negara terdiri dari tiga unsur yakni Tax Policy, Tax Law, dan Tax Administration. Ketiga unsur tersebut saling menunjang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Dan ketiga unsur tersebut harus sama kuat dan sama stabil, sehingga dapat menopang sistem perpajakan. Jika salah satu unsur lemah maka sistem perpajakan tidak stabil dan akan dapat mengarah pada keruntuhan. Ketiga unsur tersebut juga saling bergantung satu sama lain untuk mencapai suatu sistem perpajakan yang stabil.

Sistem perpajakan menurut Ony dtt, yaitu :

Sistem perpajakan dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau satu kesatuan yang terdiri dari unsur Tax Policy, Tax Law, dan Tax Administration, yang saling berhubungan satu sama lain, bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan atau target perolehan penerimaan pajak bagi negara secara optimal. Kualitas administrasi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan kualitas hukum pajak dan kualitas kebijakan perpajakan. (2008:40)

Sistem pemungutan pajak yang pernah dilakukan di indonesia menurut Ony dtt ada 3 yaitu :

1. Self Assesment System.

Self Assesment System adalah suatu sistem perpajakan yang


(14)

melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal ini dikenal dengan;

- Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak;

- Menghitung dan atau memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang terutang;

- Menyetor pajak tersebut ke Bank Persepsi / kantor Pos;

- Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktur jenderal Pajak;

- Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian SPT dengan baik dan benar.

Adapun ciri Self Assesment System :

a. Wajib Pajak (dapat dibantu oleh konsultan pajak) melakukan peran aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. b. Wajib Pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas

kewajiban perpajakannya sendiri.

c. Pemerintah dalam hal ini Instansi Perpajakan melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak, melalui pemeriksaan pajak dan penerapan sanksi pelanggaran dalam bidang pajak sesuai peraturan yang berlaku.

2. Withholding Tax System

Sistem ini merupakan sistem perpajakan dimana pihak ketiga baik Wajib Pajak Orang Pribadi meupun Wajib Pajak Badan Dalam Negeri diberi kepercayaan oleh peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan. Pihak ketiga tersebut memiliki peran aktif dalam sistem ini, dan fiskus berperan dalam pemeriksaan pajak penagihan maupun tindakan penyitaan jika ada indikasi pelanggaran perpajakan, seperti halnya pada Self Assesment System.

Manfaat Withholding Tax System

- Dapat meningkatkan kepatuhan secara sukarela karena pembayar pajak secara tidak langsung telah membayar pajaknya.

- Pengumpulan pajak secara otomatis bagi pemerintah, tanpa mengeluarkan biaya.

- Merupakan penerapan prinsip convenience of tax system.

3. Official Tax System

Merupakan sistem perpajakan dalam mana inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus. Dalam sistem ini fiskuslah yang aktif sejak dari mencari Wajib Pajak untuk diberikan NPWP sampai pada penetapan jumlah pajak yang terutang melalui penerbitan SKP. Sistem ini cenderung berlaku pada masa berlakunya ordonansi Pajak Perseroan tahun 1925 dan Ordonansi Pajak Pendapatan 1944. Dalam sistem Official Assesment besarnya


(15)

kewajiban pajak Wajib Pajak ditentukan sepenuhnya oleh fiskus selaku pemungut pajak.(2008:49-54)

2.1.4 Reformasi Perpajakan

Menurut Chaizi Nasucha yang dikemukakan kembali oleh Ony dtt tentang reformasi administrasi perpajakan, yaitu :

Reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat. (2008:46)

Menurut Malcolm Gillis yang dikemukakan kembali oleh Ony dtt atribut yang menjadi dasar suatu reformasi perpajakan:

1. Breadth of reform;

Reformasi perpajakan memfokuskan pada struktur pajak atau sistem pajak, dan administrasi pajak.

2. Scope of reform;

Reformasi perpajakan dilakukan secara comprehensive (semua sumber penerimaan yang penting), atau dilakukan secara parsial (hanya meliputi satu atau dua komponen penting dari sistem perpajakan)

3. Revenue goals;

Reformasi perpajakan untuk meningkatkan penerimaan dalam prosentase terhadap PDB yaitu rasio pajak (revenue enhancing); untuk mengganti penerimaan (revenue neutral reform); atau bahkan untuk mengurangi penerimaan (revenue-decreasing reform).

4. Equity goals;

Reformasi perpajakan untuk menegakkan keadilan

(redistributive). Orang berpenghasilan tidak sama, pajaknya diperlakukan tidak sama juga, namun jika reformasi perpajakan tidak dimaksudkan untuk merubah distribusi pendapatan yang sudah ada maka disebut distributionally neutral reform.

5. Resource allocations goals;

Reformasi perpajakan yang berusaha mengurangu pengenaan pajak pada sumber daya agar dapat dialokasikan lebih efisien

(euconomically neutral), jika sistem perpajakan untuk

mempengaruhi aliran sumber daya sektor ekonomi atau aktivitas tertentu maka disebut interventionist reforms.


(16)

6. Timing of reform;

Dilakukan dengan mengubah seluruh kebijakan perpajakan secara bersamaan disebut contemporaneous reform, dengan implementasi bertahap disebut phased reforms, atau perubahan kebijakan perpajakan yang tidak berkaitan dilakukan dalam beberapa tahun lebih disebut successive reforms. (2008:46)

Alasan Negara melakukan reformasi dalam perpajakan adalah:

1. Untuk menstabilkan perekonomian yang tidak menentu karena pengaruh perekonomian internasional maupun nasional.

2. Upaya mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula sebagai sektor primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat menjanjikan karena secara rasional, pajak adalah penerimaan yang berkelanjutan tidak seperti migas.

3. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan (pinjaman luar negeri) yang mensyaratkan struktur pajak yang ada harus disesuaikan dengan kondisi seharusnya.

4. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Tujuan Reformasi Perpajakan:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak sebagai sumber aliran dana untuk mengisi kas negara.

2. Menekan terjadinya penyelundupan pajak oleh Wajib Pajak.

3. Meningkatkan kepatuhan bagi Wajib pajak dalam penyelenggaraan kewajiban perpajakannya.


(17)

4. Menerapkan konsep good governance, adanya transparansi, responsibility, keadilan dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instansi pajak, sekaligus publikasi jelasnya pos penggunaan pengeluaran dana pajak. 5. Meningkatkan penegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggi dalam

pelaksanaan administrasi pajak baik kepada fiskus maupun kepada Wajib Pajak.

2.1.5 Reformasi Administrasi Perpajakan

Menurut A. Dunsire yang dikemukakan kembali oleh Ony dtt tentang administrasi.

Administrasi diartikan sebagai arahan, pemerintahan, kegiatan, implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan, kegiatan melakukan analisis,

menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan,

pertimbangan-pertimbangan kebijakan, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pertimbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritis. Selanjutnya, administrasi merupakan suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara memanfaatkan orang dan material melalui koordinasi dan kerjasama. Definisi tersebut menunjukan beberapa batasan istilah administrasi bukan hanya sebatas kegiatan ketatausahaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengatur berkas, membuat laporan administratif, dan sebagainya. ( 2008:43)

Menurut Sophar Lumbantoruan yang dikemukakan kembali oleh Ony dtt tentang administrasi perpajakan.

Administrasi Perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi antara lain tahap-tahap pendaftaran Wajib Pajak, penetapan pajak dan


(18)

penagihan pajak. Tahap-tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan (tax evasion). (2008:43)

Mengenai peran administrasi perpajakan, Liberti Pandiangan mengemukakan bahwa administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan perpajakan, dan penerimaan negara sebagaimana amanat APBN.

Administrasi perpajakan berperan penting dalam sistem perpajakan disuatu negara. Suatu negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal karena dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal karena administrasi perpajakannya mampu dengan efektif melaksanakan sistem perpajakan disuatu negara yang dipilih.

Menurut Carlos A. Silvani yang dikemukakan kembali oleh Ony dtt menyebutkan administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah - masalah:

1. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).

Dengan administrasi pajak yang efektif mampu mendeteksi dan menindak dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah meningkatkan jumlah penerimaan pajak.

2. Wajib Pajak Yang tidak menyamapikan Surat Pemberitahuan (SPT). Administrasi perpajakan efektif akan dapat mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak. 3. Penyelundup Pajak (tax evaders).

Penyelundup Pajak (tax evaders) yaitu Wajib Pajakan yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan akan lebih terdeteksi dengan dukungan adanya bank data tentang Wajib Pajak dan seluruh usahannya sangat diperlukan.


(19)

4. Penunggak Pajak (delinquent tax payers)

Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif dalam administrasi pajak yang baik akan lebih efektif melaksanakan upaya tersebut. (2008:44)

Pada dasarnya sasaran administrasi perpajakan adalah meningkatkan kepatuhan tax payers dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dan pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam satu persepsi antara wajib pajak dan fiskus sama dalam menilai suatu ketentuan untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya optimal.

2.1.6 Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Administrasi perpajakan berperan penting dalam kondisi terkini. Kebijakan perpajakan (tax policy) yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu melaksanakannya. Menurut Marcus Taufan Sofyan tentang Pengertian Sistem administrasi Perpajakan Modern :

“Sistem administrasi perpajakan modern adalah penerapan sistem administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerjanya, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat yang merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan jangka menengah yang menjadi prioritas reformasi perpajakan yang digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001.” (2005:53)

Sedangkan menurut Suparman tentang Pengertian Sistem administrasi Perpajakan Modern :


(20)

“Sistem administrasi perpajakan modern adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi baik secara individu, kelompok maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat.” (2007:1)

Berdasarkan dua definisi tersebut diatas sistem administrasi perpajakan modern merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerjanya, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar sistem administrasi tersebut lebih efisien, ekonomis dan cepat.

Tujuan dari reformasi administrasi perpajakan adalah bahwa administrasi perpajakan yang ada di suatu negara mengimplementasikan struktur perpajakan yang efisien dan efektif, guna mencapai sasaran penerimaan pajak yang optimal.

Ciri khusus sistem administrasi perpajakan modern yaitu perbaikan pelayanan melalui pembentukan account representative dan complain center untuk menampung keberatan WP. Selain itu juga menggunakan kemajuan teknologi terbaru diantaranya e-filing, e-payment, e-registration, dan e-counceling yang diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif. Manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem bagi wajib pajak adalah simplicity, dimana alur pekerjaan lebih sederhana dengan bantuan account representative; certainity yaitu terdapat kepastian dalam melaksanakan peraturan perpajakan didukung bidang pelayanan dan penyuluhan di Kanwil serta seksi pelayanan di KPP.


(21)

Dari keterangan diatas ciri sistem administrasi perpajakan modern yaitu:

1. Pelayanan

Adapun fasilitas pelayanan perpajakan yang tersedia di tiap KPP dan siap dimanfaatkan oleh wajib pajak untuk memudahkan berkomunikasi dengan petugas pajak seirama dengan modernisasi adalah sebagai berikut: a. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

Yakni tempat pelayanan perpajakan yang terintegrasi di KPP dengan menggunakan sistem komputer. Adanya TPT juga untuk memudahkan pengawasan terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak.

b. Account Representative

Salah satu ciri khas dari KPP modern adalah adanya Account Representative (AR) yang mlaksanakan tugas-tugas pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban oleh wajib pajak dan melayani penyelesaian hak wajib pajak. Juga untuk tugas konsultasi, jika wajib pajak memerlukan informasi atau hal lainnya terkait pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Sehingga, AR berfungsi sebagai jembatan atau mediator antara wajib pajak dengan KPP.

c. Help Desk

Petugas yang ditepatkan di help desk adalah pegawai yang dianggap cakap dan berpengetahuan tentang perpajakan, dan mempunyai


(22)

kemampuan berkomunikasi. Petugas di help desk harus melayani masyarakat sesuai dengan hari dan jam kerja kantor.

d. Complaint Center

Complaint Center berfungsi untuk menampung keluhan-keluhan wajib pajak yang terdaftar di KPP di wilayah kerjanya. Ini merupakan bentuk keterbukaan DJP untuk perbaikan atas pelaksanaan tugas, terutama pelayanan kepada wajib pajak.

e. Call Center

Fungsi utama yang ditangani call center menyangkut pelayanan (konfirmasi, prosedur, peraturan, material perpajakan, dll), dan penanganan complaint wajib pajak.

f. Media Informasi Pajak

Proses operasional Media Informasi Pajak cenderung sama dengan penggunaan website di internet. Melalui panduan yang telah ada di halaman depan, maka masyarakat atau wajib pajak akan dengan mudah mengakses informasi apa yang dibutuhkan.

g. Pojok Pajak

Pojok Pajak adalah sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat maupun wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, yang ditempatkan dipusat perbelanjaan, pusat-pusat bisnis atau tempat-tempat tertentu lainnya.


(23)

h. e-System Perpajakan

Guna mendukung berjalannya modernisasi perpajakan dan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat maupun wajib pajak, terus dikembangkan pemanfaatan dan penerapan e-system terkait dengan perpajakan. Hal ini dimaksudkan agar semua proses kerja dan pelayanan perpajakan berjalan dengan baik, lancar, cepat, dan akurat. Terdapat beberapa e-system yang dapat dimanfaatkan masyarakat atau wajib pajak yaitu:

1. e-registration adalah sistem pendaftaran, perubahan data wajib pajak dan atau pengukuhan maupun pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui sistem yang terhubung langsung secara online dengan DJP.

2. e-SPT adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer. Yang dapat diaplikasikan adalah laporan SPT Masa PPh, SPT Tahunan PPh dan SPT Masa PPN

3. e-filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan melalui sistem online dan real time. SPT berbentuk formulir elektronik dalam media komputer yang dikenal dengan e-SPT. 4. e-payment adalah suatu cara pembayaran tunggakan pajak yang

dilakukan melalui sistem online. Fasilitas e-payment dapat dilakukan wajib pajak dimana saja karena fasilitas e-payment


(24)

tersedia di bank persepsi sehingga dapat menekan psychological cost, psychic cost, waktu, biaya transportasi dan uang.

Dengan disediakannya fasilitas pelayanan perpajakan yang dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak, diharapkan wajib pajak dapat responsif dan lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan petugas pajak.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pada wajib pajak dan seluruh stakeholders perpajakan, melalui SE-45/PJ/2007 ditegaskan

mengenai “Pelayanan Prima Perpajakan”. Adapun pelayanan prima yang

diberikan adalah :

a. Waktu pelayanan di TPT pukul 07.30 hingga pukul 17.00 waktu setempat, dan pada jam istirahat, pelayanan tetap diberikan;

b. Yang bertugas di TPT dan help desk adalah pegawai yang sudah memiliki kemampuan untuk melayani masyarakat termasuk pengetahuan perpajakan;

c. Beberapa hal yang perlu diberikan penekanan pelaksanaannya :

1. Pegawai berhubungan langsung dengan wajib pajak harus menjaga sopan santun dan perilaku, ramah, tanggap, cermat, dan cepat, serta tidak mempersulit pelayanan, dengan cara:

- Bersikap hormat dan rendah hati terhadap tamu;

- Selalu bersikap ramah, memberikan 3S (Senyum, Sapa, Salam); - Mengenakan kartu identitas pegawai di dada;

- Menyapa tamu yang datang;


(25)

- Menghidari mengobrol atau bercanda berlebihan dengan sesama petugas atau wajib pajak yang dilayani.

2. Apabila ada panggilan penting dan terpaksa harus meninggalkan wajib pajak, petugas memohon maaf kepada wajib pajak dan agar digantikan oleh petugas lain.

3. Siaga melayani pertanyaan wajib pajak.

4. Dalam hal petugas adalah Account Representative (AR) yang pada saat bersamaan menerima tamu yang merupakan wajib pajak tanggung jawabnya maka tamu lain ditangani oleh AR atau petugas lain.

d. Dalam merespon permasalahan yang memberikan informasi kepada wajib pajak;

1. Petugas agar memberikan informasi atau penjelasan secara lengkap, sehingga wajib dapat mengerti dengan baik.

2. Untuk lebih meyakinkan wajib pajak, petugas dapat menggunakan brosur/leaflet/buku petunjuk teknis pelayanan.

3. Minimal satu software peraturan perpajakan (tax knowledge base) telah diistall di komputer TPT.

4. Bila petugas TPT belum yakin terhadap permasalahan yang ditanganinya, jangan memaksakan diri. Segera informasikan ke petugas lain, supervisor atau atasan, dan memberitahukan permasalahan yang disampaikan wajib pajak, agar wajib pajak tidak ditanya berkali-kali.


(26)

e. Setiap tamu yang datang di TPT, harus ada petugas keamanan (tenaga satuan pengamanan) yang menyambut, menanyakan keperluan dan mempersilahkan tamu dengan sopan untuk mengambil nomor antrian. f. Bila antrian cukup panjang dan waktu menunggu lebih lama, maka

petugas harus memberikan penjelasan dengan baik, sopan dan tetap ramah.

g. Akan lebih baik apabila petugas dapat menjelaskan berapa lama wajib pajak harus menunggu.

h. Bila petugas terpaksa tidak dapat menerima laporan/surat yang disampaikan oleh wajib pajak, misalnya karena kurang lengkap, maka petugas harus menjelaskannya secara jelas dan ramah, sampai wajib pajak memahami dengan baik.

2. Pemeriksaan

Salah satu upaya pencegahan penyelundupan pajak adalah dengan menggunakan cara pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assesment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada Undang-Undang perpajakan.

Tujuan pemeriksaan pajak sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 545/KMK/2000 tanggal 22 Desember 2000 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak dan tujuan lain dalam rangka memberikan kepastian


(27)

hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dengan sistem administrasi DJP yang telah tercomputerized memungkinkan petugas pajak mendapatkan data wajib pajak secara online/elektronik yang dapat diakses dijaringan komputer intern yang dikenal dengan intranet DJP. Sistem administrasi yang telah tercomputerized dapat memudahkan dan mempercepat proses pemeriksaan pada wajib pajak. Profil wajib pajak yang terdiri dari nama wajib pajak, alamat, jenis usaha, contact person dan profil usaha wajib pajak lainnya dapat termonitor secara transparan dengan metode workflow dan berkas wajib pajak yang datanya dapat diperoleh dengan sistem intranet DJP. Dengan kriteria seleksi yang dipilih secara computerized pemeriksaan pada wajib pajak memiliki tingkat kemungkinan yang sama dalam pemeriksaan seluruh jenis pajak yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Bea Materai.

3. Aspek Teknologi Informasi

Sistem informasi yang digunakan DJP saat ini yaitu Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP) yang merupakan pengembangan dari Sistem Informasi Perpajakan Modern (SIPMOD). Dengan dilengkapinya setiap pegawai dengan personal computer yang terhubung dengan SIDJP,


(28)

intranet maupun ekstranet dapat membantu pegawai pajak dalam membantu melaksanakan pekerjaan untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan.

Aplikasi yang digunakan DJP untuk mendukung sistem informasi yang ada antara lain e-SPT, e-filing, e-registration, e-payment, call center, complaint center, SMS tax dan help desk. Aplikasi tersebut dapat meningkatkan produktifitas serta ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan karena data yang dihasilkan berupa data elektronik yang dapat mudah dicari dengan adanya jaringan intranet.

Adapun tujuan modernisasi perpajakan adalah untuk menjawab latar belakang dilakukannya modernisasi perpajakan, menurut Liberti Pandiangan yaitu:

1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi;

2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi;

3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. (2008 : 8)

2.1.7 Kepatuhan Wajib Pajak

Pengukuran efisiensi dan efektifitas administrasi perpajakan yang lebih akurat adalah berapa besarnya jurang kepatuhan (tax gap), yaitu selisih antara penerimaan yang sesungguhnya dengan pajak potensial dengan tingkat kepatuhan dari masing-masing sektor perpajakan.


(29)

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Menurut Ony dtt tentang Pengertian Kepatuhan yaitu :

“Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib Pajak yang patuh adalah Wajib Pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”. (2008:69)

Sedangkan menurut Pakde Sofa tentang Definisi Kepatuhan Perpajakan yaitu:

“Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.” (2008:2)

Terdapat dua macam kepatuhan, menurut Ony dtt yakni:

1. Kepatuhan Formal, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

2. Kepatuhan Material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal.

(2008:70)

Menurut Ony dtt tentang masalah kepatuhan wajib pajak yaitu:

“Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik bagi negara maju maupun di negara


(30)

berkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan

menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan

penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak. Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang.” (2008:71)

Menurut Ony dtt kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari :

1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri,

2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT),

3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang,

4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. (2008:70)

Kepatuhan formal merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Kepatuhan Formal menurut Pakde Sofa dapat diidentifikasi dari:

1. Perolehan NPWP pada saat yang tepat, merupakan nomor identitas wajib pajak yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat yang telah memiliki perkerjaan. ketika seseorang baru mendapatkan penghasilan maka diwajibkan memiliki NPWP, dengan sistem administrasi perpajakan modern, mendaftar NPWP dapat melalui fasilitas pelayanan

e-registration yang dapat mempermudah wajib pajak untuk

mendaftar NPWP. Mendaftar NPWP sebaiknya dengan kesadaran sendiri tetapi tidak sedikit wajib pajak mendaftar NPWP karena didaftarkan oleh perusahaan pemberi kerja, peraturan baru yang menyatakan bagi pemegang NPWP bebas biaya fiskal Luar Negeri juga menarik perhatian masyarakat agar memiliki NPWP, Fasilitas sunset policy juga banyak digunakan oleh wajib pajak untuk mendaftar NPWP disamping itu dengan memanfaatkan rasa malu belum mempunyai NPWP dapat mempengaruhi wajib pajak untuk memiliki NPWP.

2. Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tepat Waktu, secara funsional SPT merupakan sarana komunikasi antara wajib pajak dan fiskus. Bagi wajib pajak merupakan sarana pertanggungjawaban kewajiban perpajakan selama satu periode fiskal, sedang bagi fiskus sebagai sarana pemantauan


(31)

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. Secara fisik SPT adalah formulir yang telah disiapkan fiskus untuk diisi wajib pajak guna melaporkan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Dengan adanya fasilitas pelayanan

e-SPT pelaporan SPT menjadi lebih mudah dan dapat

menekan compliance cost wajib pajak. Selain itu e-SPT dan e-filing yang berupa data digital yang disampaikan melalui jaringan internet dapat mempermudah pengisian SPT dan transfer data yang diperlukan. Melaporkan SPT tepat waktu dapat mengurangi pemberian sanksi administrasi terhadap wajib pajak, keterlambatan pelaporan akan diberikan sanksi administrasi sebesar dua persen perbulan atas keterlambatannya.

(2008 :2)

Hubungan antara sistem administrasi perpajakan dengan kepatuhan dapat diketahui dengan memperhatikan pendapat menurut Ony dtt Tentang Sasaran Administrasi Perpajakan yaitu :

“Pada dasarnya sasaran administrasi perpajakan adalah meningkatkan kepatuhan (taxpayers) dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dan pelaksanaan ketentuan perpajakan secara seragam satu persepsi antara Wajib Pajak dan Fiskus sama dalam menilai suatu ketentuan untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya optimal.” (2008:44)

Menurut Dewa Putu Gede Chrisna Sanjaya dalam tesisnya, disebutkan bahwa reformasi administrasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi perpajakan modern, efesien dan dipercaya masyarakat telah dilaksanakan sejak tahun 2001. Konsep modernisasi administrasi perpajakan pada prinsipnya adalah merupakan perubahan pada system administrasi perpajakan yang dapat menjadikan DJP menjadi suatu institusi yang professional dengan citra yang baik di masyarakat. Hasil Deskriptif


(32)

menunjukan bahwa penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua secara umum sudah baik / mampu meningkatkan kinerja di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua, meskipun masih ada beberapa aspek yang dinilai belum memuaskan. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua perlu dilanjutkan dan dipertahankan atau bahkan disempurnakan terutama untuk faktor-faktor yang dinilai belum memuaskan, yakni: tingkat penerimaan pajak, tingkat penyelesaian penagihan pajak, dan ketersediaan media informasi berupa komputer touch screen.

2.2 Kerangka Pemikiran

Administrasi perpajakan moerupakan prioritas karena memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsinya sebagai pengumpul dana masyarakat melalui pemungutan pajak. Penyediaan informasi pajak dan sistem pelayanan yang terintegrasi dapat mempermudah pembayar pajak guna melakukan pembayaran. Bila sistem pemungutan dan sistem dirancang berbelit-belit dan rumit, tentu akan menghambat kinerja fiskus dalam melakukan pemungutan dan pengawasan serta menimbulkan keengganan bagi pembayar pajak untuk melakukan kewajibannya. Agar wajib pajak mudah dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya maka dilakukanlah modernisasi perpajakan yang disebut dengan sistem administrasi perpajakan modern.


(33)

Konsep modernisasi pajak adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance. Tujuannya, meningkatkan kepatuhan pajak. Juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Kemudahan dan nkenyamanan, itulah yang ditawarkan modernisasi pajak. Hal ini guna mengkontradiksikan adanya pandangan miring masyarakat terhadap pajak selama ini. Untuk itu, pelayanan dilakukan melalui sistem satu pintu (one stop service).

Ciri dari Administrasi Perpajakan Modern yaitu: 1. Pelayanan

2. Pemeriksaan

3. Aspek Teknologi Informasi

Pengukuran efisiensi dan efektifitas administrasi perpajakan yang lebih akurat adalah berapa besarnya jurang kepatuhan (tax gap), yaitu selisih antara penerimaan yang sesungguhnya dengan pajak potensial dengan tingkat kepatuhan dari masing-masing sektor perpajakan.

Upaya mengurangi kesenjangan kepatuhan dilakukan melalui penyempurnaan sistem administrasi perpajakan. Terdapat dua macam kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan Formal merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya.


(34)

Kepatuhan formal menurut Pakde Sofa dapat di identifikasi dari:

1. Perolehan NPWP pada saat yang tepat.

2. Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) tepat waktu (2008:2)

Langkah-langkah perbaikan administrasi diharapkan dapat mendorong kepatuhan wajib pajak melalui dua cara yaitu pertama, wajib pajak patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik, cepat, dan menyenangkan serta pajak yang mereka bayar akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Kedua, wajib pajak akan patuh karena mereka berfikir bahwa mereka akan mendapat sanksi berat akibat pajak yang tidak mereka laporkan terdeteksi sistem informasi dan adninistrasi perpajakan serta kemampuan crosscheking informasi dengan instansi lain.

Hubungan antara sistem administrasi perpajakan dengan kepatuhan dapat diketahui dengan memperhatikan pendapat menurut Suparman tentang Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern yaitu:

“Penerapan sistem administrasi perpajakan modern diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.” (2007:1)

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewa Putu Gede Chrisna Sanjaya yaitu pada variabel Y dimana variabel Y Dewa Putu Gede Chrisna Sanjaya adalah Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua. Sedangkan variabel Y peneliti adalah Kepatuhan Wajib Pajak pada kantor


(35)

Pelayana Pajak Pratama Majalaya. Persamaan peneliti dengan Dewa Putu Gede Chrisna Sanjaya yaitu variabel X, Sistem Administrasi Perpajakan Modern.

Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahulu, maka dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua (Dewa Putu Gede Chrisna Sanjaya, 2008)

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua secara umum sudah

baik / mampu meningkatkan kinerja

di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua meskipun masih ada beberapa aspek yang

dinilai belum memuaskan.

Terdapat persamaan variabel X yaitu Sistem Administrasi Perpajakan Modern.

Perbedaan peneliti dengan Dewa Putu Gede Chrisna Sanjaya terletak pada variabel Y dimana Variabel Y Dewa Putu Gede Chrisna Sanjaya yaitu Kinerja Kantor Pelayanan Pajak

Penanaman Modal Asing Dua sedangkan Variabel Y peneliti yaitu

Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

Dari uraian diatas, tampak jelas pengaruh sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan melandaskan pada pendapat para ahli, teori-teori yang relevan dan berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dilakukan paradigma sebagai berikut:


(36)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono adalah:

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. (2009:159)

Oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat. Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran di atas, peneliti mengemukakan hipotesis:

“Sistem Administrasi Perpajakan Modern Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.”

Sistem Administrasi Perpajakan yang kurang

efektif

Kurangnya kesadaran membayar pajak

Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Kepatuhan WP meningkat

Penerimaan Pajak yang optimal


(37)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian. Dimana yang menjadi objek penelitian yaitu Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

3.2Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat kebenaran atas data yang diperoleh.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Menurut Bambang Jatmiko tentang pengertian Desain Penelitian yaitu :


(38)

”Desain Penelitian adalah keseluruhan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang ada dapat dijawab.” (2008 : 50)

Dari pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Tanpa desain penelitian yang benar seorang peneliti tidak akan melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.

Menurut Sugiyono proses penelitian meliputi:

1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah 3. Landasan Teori 4. Perumusan Hipotesis 5. Pengumpulan Data 6. Analisis Data

7. Kesimpulan dan Saran (2009:30)

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.

2. Rumusan masalah

Setelah masalah diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam


(39)

kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

3. Landasan Teori

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan teori untuk menjawabnya. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional. 4. Perumusan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

5. Pengumpulan Data

Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara tersebut, selajutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris/nyata. Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data. Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan instrument penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi.


(40)

Agar instrument dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah instrument teruji validitas dan reliabilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti.

6. Analisis Data

Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan Sistem administrasi perpajakan modern (variabel X) dengan kepatuhan wajib pajak (variabel Y) digunakan korelasi pearson product moment, sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh administrasi perpajakan modern (variabel X) terhadap kepatuhan wajib pajak (variabel Y) digunakan koefisien determinasi.

7. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan.


(41)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono tentang variabel penelitian menyatakan bahwa :

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. (2009:38)

Sesuai dengan judul penelitian pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance) Pada Kantor Pelayanan Pajak Majalaya. Maka peneliti membedakan dua variabel yang digunakan yaitu: variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable) akan diuraikan sebagai berikut :

a. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Sistem Administrasi Perpajakan Modern.

b. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance).

Untuk lebih jelasnya tentang hubungan variabel tersebut digunakan desain secara detail dalam tabel :


(42)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala No

Kuesioner “Sistem Administrasi Perpajakan Modern (X) Sistem Administrasi Perpajakan Modern adalah penerapan sistem administrasi perpajakan yang mengalami

penyempurnaan atau perbaikan kinerjanya, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat.” (Marcus Taufan Sofyan 2005:53)

- Pelayanan - Pemeriksaan - Aspek Teknologi

Informasi

Ordinal

1 – 3 4 – 6 7 – 9

“Kepatuhan

Perpajakan (Y)

Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan

perpajakan.”.

(Ony, dtt 2008:69)

- Perolehan NPWP pada saat yang tepat - Pelaporan Surat

Pemberitahuan (SPT)

tepat waktu Ordinal

10 – 12


(43)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu :

3.2.3.1 Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel untuk mengetahui tanggapannya mengenai Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, oleh karena itu untuk penelitian ini peneliti memakai populasi karena hanya terbatas pada Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya pada Bagian Tempat Pelayanan Terpadu. Selain itu data primer juga meliputi dokumen-dokumen perusahaan berupa sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi, dan data-data statistik mengenai jumlah pegawai dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian yang berasal dari literatur, artikel dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.


(44)

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 3.2.3.2.1 Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono tentang pengertian populasi yaitu :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. (2009:80)

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai Bagian Tempat Pelayanan Terpadu dan Bagian Account Representative pada Kantor Pajak Pratama Majalaya yang berjumlah 30 orang, karena Bagian Tempat Pelayanan Terpadu dan Bagian Account Representative merupakan bagian yang berhadapan langsung dengan wajib pajak dan memberikan pelayanan prima pada wajib pajak agar membuat wajib pajak merasa nyaman dan senang merasa terlayani oleh pegawai KPP.

3.2.3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyonotentang pengertian sampel yaitu :

”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. (2009:81)


(45)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan populasi yaitu pegawai Bagian Tempat Pelayanan Terpadu dan Bagian Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Majalaya yang berjumlah 30 orang.

Menurut Sugiyono tentang Sampling Jenuh yaitu :

“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel”. (2009:85)

Dari penjelasan diatas, dengan kata lain anggota populasi dianggap homogen. Jumlah populasi sebanyak 30 orang, karena penelitian ini menggunakan sampling jenuh maka jumlah sampel yang peneliti tentukan yaitu 30 orang.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Di dalam memperoleh data dan informasi yang peneliti butuhkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu peneliti mendatangi dan mengamati obyek yang akan diteliti sehingga peneliti memperoleh beberapa informasi dan data yang dibutuhkan.

2. Kuesioner, yaitu peneliti memberikan angket yang berisi beberapa pertanyaan yang terkait dengan sistem administrasi perpajakan modern dan pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak kepada responden


(46)

sehingga peneliti dapat melakukan analisis dari jawaban yang telah diberikan.

3. Wawancara, yaitu peneliti melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancara, dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain.

4. Dokumentasi, adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan penelitian.

3.2.4.1 Uji Validitas

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data. Sugiyono menjelaskan:

“Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur”. (2009: 121)

Berdasarkan uraian di atas, maka setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan korelasi pearson product moment, maka dapat dikatahui bahwa variabel independent yaitu Sistem Administrasi Perpajakan Modern yang terdiri dari 9 instrumen semuanya memiliki tingkat kevalidan yang tinggi karena hasil korelasinya diatas 0,3. Begitu juga dengan variabel dependent yaitu Kepatuhan Wajib Pajak terdiri dari 6 instrumen, juga memiliki tingkat


(47)

kevalidan yang tinggi karena hasil korelasinya diatas 0,3. Karena memiliki tingkat kevalidan yang tinggi, maka semua instrumen dalam penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar pengukuran dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji validitas, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.3 dan tabel 3.4.

Tabel 3. 3

Hasil Pengujian Validitas Variabel X

No.

Instrumen r hitung r kritis Keterangan

1 0,523 0.3 Valid

2 0,386 0.3 Valid

3 0,803 0.3 Valid

4 0,807 0.3 Valid

5 0,773 0.3 Valid

6 0,905 0.3 Valid

7 0,711 0.3 Valid

8 0,640 0.3 Valid

9 0,731 0.3 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 3. 4

Hasil Pengujian Validitas Variabel Y

No.

Instrumen r hitung r kritis Keterangan

10 0,924 0.3 Valid

11 0,788 0.3 Valid

12 0,801 0.3 Valid

13 0,876 0.3 Valid

14 0,791 0.3 Valid

15 0,792 0.3 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas untuk mengukur hasil pengukuran dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik belah dua dari


(48)

b b i

r r r

 

1 2

Spearman Brown. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencoba instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan Spearman Brown.

Rumus dari Spearman Brown sebagai berikut:

Keterangan: ri = reliabilitas internal seluruh instrument

rb = koefisien korelasi antara belahan pertama dan kedua.

Tabel 3.5

Hasil Korelasi 2 Belahan (instrumen ganjil dan genap) Untuk Variabel X

Correlations

X Ganjil X Genap

Spearman's rho X Ganjil Correlation Coefficient 1.000 .695**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

X Genap Correlation Coefficient .695** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows, dapat diketahui bahwa angka korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua adalah 0,695. Apabila angka hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman Brown, maka hasilnya adalah sebagai berikut:


(49)

8201 . 0 695 . 1 39 . 1 695 . 0 1 695 . 0 2     i i r r

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa variabel independent sudah reliabel karena besarnya tingkat reabilitas berada diatas 0,7. Oleh karena instrumen variabel independent yaitu sistem administrasi perpajakan modern sudah valid dan reliabel, maka semua instrumen dalam variabel independent dapat dijadikan sebagai dasar pengukuran dalam penelitian tentang pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak.

Tabel 3.6

Hasil Korelasi 2 Belahan (instrumen ganjil dan genap) Untuk Variabel Y

Correlations

Y Ganjil Y Genap

Spearman's rho Y Ganjil Correlation Coefficient 1.000 .796**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Y Genap Correlation Coefficient .796** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows, dapat diketahui bahwa angka korelasi antara belahan pertama dan belahan kedua adalah 0,796. Apabila angka hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman Brown, maka hasilnya adalah sebagai berikut:


(50)

8864 . 0 796 . 1 592 . 1 796 . 0 1 796 . 0 2     i i r r

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa variabel dependent sudah reliabel karena besarnya tingakat reliabilitas sudah diatas 0,7. Oleh karena instrumen variabel dependent yaitu kepatuhan wajib pajak sudah valid dan reliabel, maka semua instrumen dalam variabel dependent dapat dijadikan sebagai dasar pengukuran dalam penelitian tentang pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa semua instrumen dari variabel independent yaitu sistem administrasi perpajakan modern, dan variabel dependent yaitu kepatuhan wajib pajak sudah valid dan reliabel sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengukuran dan dasar pengumpulan data terkait dengan penelitian tentang pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak.

3.2.5 Metode Analisis dan Rancangan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1Metode Analisis

Dalam menganalisis data, jenis data yang peneliti gunakan adalah analisis deskriptif dan metode verifikatif yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian dianalisis berdasarkan metode yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sistem administrasi


(51)

perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak. Analisis yang dilakukan adalah menguji hipotesis serta untuk menguji kebenaran suatu fenomena.

1. Metode Analisis Desktiptif

Menurut Sugiyono tentang pengertian Deskriptif Analisis yaitu :

“Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada” (2009:147)

Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud dengan metode analisis deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Metode Verifikatif

Sedangkan pengertian Metode Verifikatif dikemukaan oleh Jonathan Sarwono yaitu :

“Metode Verifikatif merupakan jenis metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis serta untuk menguji kebenaran suatu fenomena” (2006:240)


(52)

Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud dengan metode verifikatif bertujuan untuk mengetahui kejelasan hubungan suatu variabel (menguji hipotesis) melalui pengumpulan data dilapangan.

Sehubungan dengan tingkat pengukuran untuk variabel X dan variabel Y dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal, sedangkan syarat analisis dengan verifikatif uji statistik menggunakan korelasi pearson minimal berskala interval, maka data yang berskala ordinal harus ditingkatkan menjadi skala interval.

1. Peningkatan Skala Pengukuran

Untuk Variable independent dimana skala pengukuran yang dihasilkan adalah skala Pengukuran Ordinal, maka sebelum melakukan analisis hubungan dengan menghubungkan data Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern , maka data variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance) harus dinaikan skala pengukurannya kedalam skala interval dengan Method of Successive Interval (MSI).

Menurut Syarifudin Hidayat pengertian Method of Successive Interval adalah :

”Metode Successive Interval adalah metode penskalaan untuk menaikan skala pengukuran ordinal ke skala pengukuran interval”. (2005:55)


(53)

Successive Interval dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Perhatikan nilai jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner

2. Untuk setiap pertanyaan tersebut, lakukan perhitungan ada berapa responden yang menjawab skor 1, 2, 3, 4, 5 = frekuensi ( f )

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya n responden dan hasilnya = proporsi ( p )

4. Kemudian hitung proporsi kumulatifnya ( pk )

5. Dengan menggunakan tabel normal, dihitung nilai distribusi normal (Z) untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Tentukan nilai densitas normal ( fd ) yang sesuai dengan nilai Z

7. Tentukan nilai interval ( scale value ) untuk setiap skor jawaban dengan rumus sebagai berikut :

it Areabelow it

pper Areabelowu

it er densityupp it

er densitylow SV

lim lim

lim lim

  

8. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi berikut ini


(54)

2 2

2

 

2

 

 

 

Y Y

n X X

n

Y X XY

n rxy

2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Analisis Korelasi Pearson Product Moment dapat digunakan untuk menganalisis hubungan yang terjadi antara dua variabel. Dalam penelitian ini analisis korelasi pearson product moment digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel penyebab dan variabel akibat atau dengan kata lain untuk mempelajari bagaimana pengaruh dari variabel penyebab terhadap variabel akibat. Dalam hal ini variabel penyebab adalah sistem administrasi perpajakan modern sedangkan untuk variabel akibatnya adala kepatuhan wajib pajak. Formula yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan koefisien korelasi pearson product moment adalah sebagai berikut :

Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi Pearson Product Moment

X = Skor Sistem Administrasi Perpajakan Modern Y = Skor Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance) n = Jumlah Responden


(55)

Sebagai pedoman untuk memberikan interpretasi, peneliti menggunakan satuan angka-angka sebagai berikut:

Tabel 3.4

Tabel Kriteria Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0.40 – 0,599 Sedang

0.60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sumber: Sugiyono, 2009: 184)

3. Analisis Koefisien Determinasi

Analisis Koefisien determinasi adalah menunjukan sebarapa besar pengaruh antara kedua variabel yang diteliti, maka dihitung koefisien determinasi (Kd) dengan asumsi dasar faktor-faktor lain diluar variabel dianggap tetap atau konstan, korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif ( - ) angka positif ( + ) menunjukan hubungan kedua variabel bersifat searah, sedangkan angka negatif ( - ) menunjukan hubungan kedua variabel bersifat berlawanan arah.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi antara variabel sistem administrasi perpajakan modern terhadap variabel kepatuhan wajib pajak maka hubungan atau pengaruh dihitung koefisien determinasi (Kd) dengan rumus :


(56)

% 100 2x r

Kd

Keterangan :

Kd = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi Pearson Product Moment

Dalam melakukan analisis Deskripsif dan Verifikatif, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.0 For Windows dan Ms. Office Excel 2003.

4. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, maka dilakukan uji hipotesis melalui asumsi sebagai berikut:

Hipotesis Penelitian

Ho : Artinya Sistem Administrasi Perpajakan Modern tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance).

Ha : Artinya Sistem Administrasi Perpajakan Modern berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance).


(1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 103

thitung≥ ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

thitung≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

-9,956 -2,048 2,048 9,956

Gambar 4.1 Uji Dua Belah Pihak Daerah Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis

Dari hasil semua pernitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern mempunyai korelasi yang kuat dan positif (+) terhadap kepatuhan wajib pajak, ditunjukkan oleh angka hasil korelasi yang sangat kuat yaitu sebesar 0,867.

Sistem administrasi perpajakan modern juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, ditunjukkan oleh besarnya thitung lebih besar daripada ttabel yaitu 9,956 > 2,048. Hal ini

membuktikan hipotesis penelitian bahwa sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan di atas baik perhitungan manual maupun menggunakan SPSS 16.0 For Windows,


(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 104

hasilnya adalah sistem administrasi perpajakan modern mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dapat disimpulkan harapan dari penerapan sistem administrasi perpajakan modern yaitu meningkatkan kepatuhan wajib pajak, telah tercapai sehingga kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan telah meningkat. Tercapainya harapan dari penerapan sistem administrasi perpajakan modern yaitu dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sebaiknya dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan agar kepatuhan formal dan material wajib pajak dapat terus meningkat.


(3)

105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya telah berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya telah memberikan pelayanan prima pada wajib pajak dengan bersikap siap dan sigap, ramah dan memberi wajib pajak 3S yaitu senyum, sapa dan salam, dengan sistem yang telah tercomputerized pelaksanaan pekerjaan dan pemeriksaan menjadi lebih mudah serta dengan fasilitas teknologi informasi, pencarian data dan informasi mengenai wajib pajak dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajib pajak menjadi lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan pegawai pajak.

2. Kepatuhan wajib pajak setelah modernisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya telah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan kepatuhan formal wajib pajak setelah modernisasi administrasi perpajakan meningkat hal ini dapat dilihat dari banyaknya pendaftar NPWP yang baru mendapatkan penghasilan, serta sudah tidak banyak yang terlambat melaporan Surat Pemberitahuan ( SPT ) oleh wajib pajak.


(4)

3. Sistem Administrasi Perpajakan Modern memiliki pengaruh yang sangat kuat dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya. Sehingga sistem administrasi perpajakan modern merupakan faktor utama bila dibandingkan dengan faktor lain yaitu kurangnya pemahaman masyarakat tentang perpajakan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan membayar pajak.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan evaluasi antara lain:

1. Lebih meningkatkan pelayanan pada wajib pajak, selalu tersenyum dan ramah terhadap wajib pajak, akan membuat wajib pajak merasa nyaman dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Lebih meningkatkan sosialisasi batas waktu pelaporan agar wajib pajak yang terlambat melaporkan SPT nya berkurang.

3. Tercapainya harapan dari penerapan sistem administrasi perpajakan modern yaitu dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sebaiknya dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan agar kepatuhan formal dan material wajib pajak dapat terus meningkat.


(5)

107

DAFTAR PUSTAKA

Agung Setyorini. 2006 Pengaruh Efektifitas Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees. Skripsi. Bandung.

Ali Mulyana. 2008. Pengaruh Kualitas Informasi Keuangan Terhadap Efektifitas Pemeriksaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Cibeunying Bandung. Proposal. Bandung.

Andi Supangat. 2006. Statistika untuk Ekonomi dan Bisnis. Pustaka. Bandung. Bambang Jatmiko. 2008. Pelatihan Metodologi penelitian Bagi Karyawan PT.

Pos Indonesia. Modul. Bandung.

Dewa Putu Gede Chrisna Sanjaya. 2008. Pengaruh Penerapan Sistem

Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kinerja Kantor

Penanaman Modal Asing Dua. Tesis. Yogyakarta.

Firman. 2009. Susahnya Administrasi Pajak di Indonesia. www.pajakonline.com Irma Nurmayani. 2008. Pengaruh Struktur Pengendalian Intern Terhadap Kinerja

Perusahaan PD Manila. Proposal. Bandung.

Jonathan Sarwono. 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Andi. Yogyakarta Liberti Pandiangan. 2008. Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan. Elek

Media Komputindo. Jakarta

Lusi. 2009. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Telkom Drive-II Jawa Barat Bandung. Proposal, Bandung.

Marcus Taufan Sofyan. 2005. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi. Jakarta.

Ony Widilestariningtyas, Siti Kurnia Rahayu, Ely Suhayati. 2008. Pengantar Perpajakan. Unikom. Bandung.

Pakde Sofa. 2008. Pengertian Administrasi Perpajakan, Kepatuhan dan Pajak Internasional. www.pajakonline.com

Widiandi. 2004. Metode Statistik. Modul. Bandung.


(6)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suparman. 2007. Catatan Praktek Perpajakan Kita. www.pajakonline.com

Tax Center Unpad. 2007. Wajah Baru Pelayanan Prima DITJEN PAJAK. www.ortax.org


Dokumen yang terkait

Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dalam Meningkatkan Pelayanan Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Perpajakan Pratama Medan Kota

0 93 79

Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (survei pada kantor pelayanan pajak pratama soreang)

1 19 54

Pengaruh Sistem Adminstrasi Perpajakan Modern Terhadap Kinerja Account Representative (pada kantor pelayanan Pajak Pratama Majalaya)

0 4 1

Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Survei pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegalega Kota Bandung)

4 13 36

Pengaruh Sistem Adminstrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya

0 3 1

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan Pemeriksaaan Pajak Terhadap Kapatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang)

0 20 38

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya

1 17 67

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cimahi).

0 0 112

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung).

0 1 29

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Majalaya).

0 1 70