Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dalam Meningkatkan Pelayanan Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Perpajakan Pratama Medan Kota

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

IMPLEMENTASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PERPAJAKAN PADA KANTOR PELAYANAN PERPAJAKAN PRATAMA MEDAN KOTA

DISUSUN OLEH:

NAMA : ASRI’E WAHDITIA S PUTRI NIM : 082600044

UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MENYELESAIKAN PROGRAN STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UATARA

MEDAN 2011


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Kata Pengantar ... 1

B. Tujuan dan Manfaat ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

1 . Pengertian Sistem ... 6

2 . Pengertian Sistem Administrasi Perpajakan ... 6

3 . Pengertian Pajak ... 6

4 . Pengertian Implementasi ... 7

5 . Sejarah Perpajakan ... 8

D. Ruang Lingkup ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

1. Tahapan Persiapan ... 10

2. Studi Literatur ... 11

3. Observasi Lapangan ... 11

4. Pengumpulan Data ... 11

5. Analisis data dan Evaluasi ... 11


(3)

1. Metode Wawancara (interview) ... 12

2. Metode Observasi ... 12

3. Metode Dokumentasi ... 12

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ... 13

BAB II GAMBARAN LOKASI UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ... 15

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 15

1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota ... 15

2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ... 17

3. Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 20

Subbagian Umum ... 20

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) ... 21

Seksi Pelayanan ... 21

Seksi Penagihan ...22

Seksi Pemeriksaan ... 23

Seksi Ekstensifikasi ... 24

Seksi Pengawasan dan Konsultasi ...24

Kelompok Pejabat Fungsional ... 25

Nilai-nilai dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak ...26

Kewajiban dan larangan dalam Kode Etik Pegawai DJP ...28


(4)

a. Setiap Pegawai mempunyai kewajiban untuk ...28

b. Setiap Pegawai dilarang ...29

BAB III GAMBARAN UMUM ...30

A. Sistem Administrasi Perpajakan Modern Secara Teori ... 30

1. Administrasi Perpajakan ... 30

1.1 Pengertian Administrasi Perpajakan ... 30

1.2 Peranan Administrasi Perpajakan ... 31

1.3 Perkembangan Sistem Perpajakan Di Indonesia ...32

2. Administrasi Perpajakan Modern ...34

2.1 Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ...34

2.2 Program Reformasi Administrasi Perpajakan ...35

2.3 Karakteristik Administrasi Perpajakan Modern ...36

2.4 Dimensi penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ...38

B. Sistem Administrasi Perpajakn Modern Pada KPP Pratama Medan Kota ...46

1. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ...46

2. KPP Pratama Medan Kota setelah diterapkannya SIPMOD ...47

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI...48

A. Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern...48


(5)

C. Pengaruh Implementasi Terhadap Pelayanan di KPP Pratama Medan Kota

Dalam Penggunaan e-SPT...68

D.Permasalahan...69

BAB V PENUTUP ...71

A. Kesimpulan...71

B. Saran...73

DAFTAR PUSTAKA


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan perpajakan, Wajib Pajak tidak memperoleh imbalan secara langsung atas pembayaran pajak yang di lakukannya. Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, memperhitungkan dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang, sementara pihak fiskus diberi kewajiban untuk melakukan pengawasan, pembinaan terhadap Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Oleh kerena itu faktor pelayanan menjadi sangat penting dan perlu disadari bahwa permintaan pelayanan dari masyarakat atas hak dan kewajiban perpajakan cenderung meningkat sejalan dengan kebijakan perpajakan dan laju pembangunan nasional.

Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan social dan Ekonomi Negara serta masyarakatnya. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan-perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan yang menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan. Agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat di pungut secara optimal dengan menjunjung atas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak.


(7)

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pertama kali ditandai dengan dibentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar Satu dan Kantor Pelayanan Pajak. Wajib Pajak Besar Dua yang mulai beroperasi sejak 9 September 2002. Kanwil dan KPP secara khusus menangani administrasi perpajakan. Wajib Pajak Besar badan tingkat nasional dengan kriteria peredaran usaha, pembayaran pajak atau jumlah tunggakan pajak yang terbesar.

Kantor Pelayanan Pajak yang modern, didukung organisasi yang ramping, teknologi informasi yang memeberikan percepatan pelayanan professional dengan penerapan kode etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang ketat. Keberhasilan pembentukan Kantor Wilayah dan Kantor Pelayanan Pajak Modern tersebut akan dilanjutkan ke kantor-kantor lainnya di seluruh Indonesia secara bertahap. Penerapan sistem administrasi perpajakan modern di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khususnya dimulai pada tanggal 30 Agustus 2004, dimana diresmikan juga Kantor Pelayanan Pajak Madya yang mengadministrasikan Wajib Pajak Besar.

Badan tingkat Kantor Wilayah yang pertama kali dibentuk ialah Kantor Pelayanan Pajak Madya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I. Pada akhir tahun 2005 diharapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang mengadministrasikan wajib Pajak Badan lainnya dan Wajib Pajak Orang Pribadi diterapkan diseluruh Kantor Pelayanan Pajak dilingkungan Kantor Wilayah direktorat Jenderal Pajak Jakarta I. Pada tahun 2006 dilakuakan kembali perubahan modernisasi Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan Pembentukan satu Kantor Pelayanan Pajak Madya diseluruh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak diJakarta Sehingga pada tahun 2009, penerapan Sistem Administrasi


(8)

Perpajakan Modern sampai dengan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama, yang saat ini sudah dapat beroperasi diseluruh Indonesia.

Dengan Reformasi Administrasi Perpajakan atau Perubahan Administrasi Perpajakan, diharapkan Wajib Pajak dapat Memperoleh manfaat antara lain :

1. Wajib Pajak akan memperoleh pelayanan yang lebih baik karena didukung oleh pegawai pajak yang profesional.

2. Wajib Pajak akan mengetahui secara mudah melalui media masa dengan membuka situs perpajakan.

3. Permasalahan Perpajakan yang dihadapi Wajib Pajak dapat diselesaikan secara lebih cepat sehingga kepastian hukum lebih terjamin.

4. Hak dan Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Wajib Pajak dapat menghitung sendiri jumlah pajak yang harus dibayarkan dan dapat mengetahui kurang atau lebihnya pajak yang dikenakan.

Berdasarkan uraian diatas, penulisan tertarik untuk mengadakan penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi minor yang berjudul :

“IMPLEMENTASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN PERPAJAKAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA”.


(9)

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan

Adapun tujuan dari praktik kerja lapanagn ini adalah :

1. Mendeskripsikan penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Mengetahui seberapa besar nya pengaruh penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dalam meningkatkan pelayanan perpajakan di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3. Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern serta upaya-upaya dalam penanggulangan.

Manfaat

Bagi Mahasiswa

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dibidang perpajakan .

2. Agar dapat melihat penerapan teori-teori yang didapat selama perkuliahan.

3. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa, Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Mahasiswa dapat menuangkan keterampilan dan mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masalah yang timbul. 4. Dengan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dapat menjadi wadah

bagi mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang siap memasuki dunia kerja yang


(10)

semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman-pengalaman dunia kerja dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tersebut.

Bagi Universitas

1. Dapat meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Dapat memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara.

3. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan instansi yang bersangkutan khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 4. Mempromosikan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya di lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Bagi Instansi

1. Sebagai bahan evaluasi bagi instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dalam rangka meningkatkan pelayanan perpajakan. 2. Sebagai informasi untuk bahan perbandingan dengan permasalahan yang sama

pada waktu sebelumnya, sekarang dan dimasa yang akan datang.

3. Sebagai saran untuk meningkatkan hubungan kerja sama antara instansi Pemerintah (Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota).


(11)

Bagi masyarakat

1. Sebagai informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang perpajakan.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang perpajakan untuk semua kalangan masyarakat.

C. Uraian Teoritis

1 . Pengertian Sistem

Menurut Kumoronto dalam Mardiasmo, (1994:8) Sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel-variabel yang terealisasi, saling berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu.

2 . Pengertian Sistem Administrasi Perpajakan

Administrasi Perpajakan adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Administrasi perpajakan dalam arti sebagai prosedur yang meliputi tahap-tahap antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak, dan pemungutan pajak. Tahap-tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan (tax evation).

3 . Pengertian Pajak

Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo, (2009:1) Pajak adalah iuran rakyat kepda kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.


(12)

4 . Pengertian Implementasi

Penerapan sistem perpajakan yang diperoleh dari teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain adalah :

Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo, (2009:3) Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada Negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain :

a. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu Premi Asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

b. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingn (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

c. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.


(13)

Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu :

i. Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan

yang dimiliki oleh seseorang.

ii. Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil

yang harus dipenuhi

d. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungut pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai Negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagi suatu kewajiaban.

e. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Yang dimana Negara akan menyalurkan kembali kemasyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

4 . Sejarah Perpajakan

Reformasi perpajakan sebagai perubahan peraturan lama sampai keakar-akarnya, dasar falsafah dan sistem pemungutan di terapkan di Indonesia. Karena bagaimanapun juga dengan mengandalkan sistem perpajakan yang sebelum nya akan menghalangi usaha penigkatan efisiensi industri dalam Negri, dimana sistem perpajakan yang ada belum dianggap efektif untuk menjangkau segala aspek perpajakan. Reformasi perpajakan yang


(14)

dilakukan oleh susatu negara merupakan suatu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan perekonomian Global melalui pajak.

Dalam pelengkap data-data yang dibutuhkan, riset atau penelitian untuk pengambilan data-data yang telah ditetep kan oleh Direktorat Jendral Pajak. Dalam hal ini berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh pegawai Direktorat Jendral Pajak. Penerapan Kode Etik Pegawai sangatlah penting mengingat agar meningkatkan pelayanan perpajakan pada kantor pelayanan pajak pratama medan kota.

Dalam implementasi ini dibutuhkan penerapan Sistem Informasi Pelayanan Modern (SIPMOD) yang merupakan sistem atau aplikasi yang memang diciptakan dan untuk mempermudah proses pelayanan serta meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan agar masyarakat mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan perpajakan di Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota. Maka sejak perpajakan dilakukan Reformasi Perpajakan menjadi Modernisasi Wajib Pajak atau Badan dapat menghitung, melaporkan, dan mengetahui secara langsung atas pelaporan kewajiban wajib pajak atas tanda bukti pengabdian wajib pajak atau badan kepada Negara.

D. Ruang Lingkup

Administrasi pajak dalam arti pajak merupakan iuran wajib pajak kepada Kas Negara yang berdasarkan undang-undang. Sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan kontraprestasi langsung, sebagai prosedur meliputi prosedur-prosedur antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak dan penagihan pajak, yang dimana semua hasil yang didapat digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Dengan


(15)

melaksanakan tahap-tahap tersebut terdapat yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan (tax evation).

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini (PKLM) yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut Sistem Administrasi Perpajakan Modern yang di mulai dari :

1. Pelaksanaan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dalam meningkatkan Pelayanan Perpajakan pada tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 2. Apakah Sistem Administrasi Perpajakan Modern dapat meningkatkan Pelayanan

Pajak Pratama Medan Kota.

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan upaya-upaya dalam penanggulangannya.

E. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dan benar dengan pada metode yang digunakan, maka tahapan nya adalah :

1. Tahapan Persiapan

Dalam tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut penelitian ini, mulai dari penentuan judul, tempat penelitian, mencari bahan-bahan yang di gunakan untuk pembuatan proposal, dan konsultasi dengan dosen pembimbing.


(16)

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-data yang menjadi masalah yang akan di bahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, buku undang-undang perpajakan, artikel ilmiah maupun literature yang berhubungan dengan objek penelitian.

3. Observasi Lapangan

Dalam tahapan ini penulis melakukan peninjauan/ pengamatan secara langsung pada objek peneliatian dan meninjau secara langsung kondisi dan keadaan objek tempat pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mengetahui Sistem Kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

4. Pengumpulan Data

Dalam tahapan ini penulis mengupulkan data melalui dua cara, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan (data primer) dan data yang diperoleh dari sumber lain yang diolah oleh peneliti (data sekunder) yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyusunan Laporan Tugas Akhir.

5. Analisis data dan Evaluasi

Setelah penulis selesai memperoleh data yang di perlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara objektif, jelas, dan sistematis.


(17)

F. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara (interview)

Dalam metode ini penulis mengajukan pertanyaan secara langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan maslah yang dibahas.

2. Metode Observasi

Dalam metode ini penulis langsung turun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

3. Metode Dokumentasi

Dalam tahap ini penulis meminta dokumen atau data-data pendukung yg berhubungan dengan data objek penelitian.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan

Dalam pembahasan penulis laporan ini, penulis menyajikan pembahasan kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Pratik Kerja Lapangan Mandiri yakni :


(18)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi dari laporan. Bab ini terdiri dari Judul, Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan, Metode Pratek Kerja Lapangan, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi penelitian, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

BAB III GAMBARAN DATA SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN

Dalam bab ini penulis memaparkan data yang berkaitan dengan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, tujuan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, bagaimana penerapannya, program modernisasi perpajakan, dimensi penerapan Administrasi Perpajakan Modern, Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan serta pelayanannya setelah diterapkannya sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang di peroleh, serta menganalisis masalah yang timbul, alternative pemecahan masalah juga evaluasi terhadap altrenative masalah, serta menganalisis data untuk menjawab perumusan masalah.


(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.


(20)

BAB II

GAMBARAN LOKASI UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota

KPP Pratama Medan Kota merupakan salah satu unsur pelaksana kegiatan operasional pemberian pelayanan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Unsur pelaksana tersebut merupakan unit Eselon III, yang dipimpin oleh kepala kantor dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I yang bertugas untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak.

Sebelum bulan Mei tahun 2008, KPP Pratama Medan Kota dikenal dengan nama KPP Medan Kota yang menggunakan Sistem Informasi Pelayanan atau disebut dengan (SIP). Setelah KPP Pratama Medan Kota menggunakan Sistem Informasi Pelayanan (SIP), atas keputusan DJP untuk merubah Sistem Perpajakan KPP Pratama Medan Kota merubah kembali atau memperbaharui lagi sistem pajak menjadi Sistem Menejemen dan Informasi Objek Pajak atau disebut dengan (SISMIOP) yang di mana SISMIOP mengurus Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). KPP Pratama Medan Kota menggunakan SISMIOP, DJP pun merubah kembali Sistem Perpajakan yang dimana penggabungan SIP dengan SIPMOP menjadi Sistem Manajemen dan Informasi Objek Pajak (SISMIOP). Sistem Informasi Pelayanan Modern ini berbasis Web yang mengakomodir bergabungnya 3 aplikasi dari inti DJP yang dimana SIP,


(21)

SISMIOP, BPHTB. Yang dimana dalam prakteknya aplikasi ini juga memudahkan user dalam melihat data wajib pajak orang pribadi atau pun badan, karena data tersebut dilengkapi dengan SIPWEB yang berfungi mengetahui data pajak sacara on-line.

Sejalan dengan reformasi dan modernisasi yang digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dimana salah satu programnya adalah pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Modern yang berbasis pada komunikasi dan teknologi informasi terkini, dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal, maka berdasarkan KEP-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008, sejak itu KPP Medan Kota berubah nama menjadi KPP Pratama Medan Kota. Diharapkan Kantor Pelayanan Pajak Modern ini dapat menjadi model pelayanan yang mengedepankan pelayanan prima dan mencapai kepuasan wajib pajak sehingga terwujudnya kepatuhan sukarela wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Pada saat dilakukannya Tugas Akhir ini (2011) KPP Pratama Medan Kota mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan Direktorat Jenderal Pajak.


(22)

2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang kepala kantor dibawah naungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawai adalah pegawai negeri sipil di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Setiap organisasi baik instansi pemerintah ataupun swasta selalu mempunyai tujuan dan berusaha agar tujuan tersebut dapat tercapai. Di pihak lain, untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan adanya kerja sama yang harmonis dan terkoordinasi diantara pegawai yang ada dalam organisasi, baik secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu dalam setiap organisasi diperlukan adanya suatu struktur organisasi.

Kantor Pelayanan Pajak merupakan salah satu instansi pemerintah yang bernaung dibawah Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang mempunyai tugas mengadministrasikan serta mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Berikut struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota :

a. Kepala kantor b. Subbagian Umum c. Seksi Pelayanan d. Seksi Penagihan


(23)

e. Seksi Pemeriksaan f. Seksi Ekstensifikasi

g. Seksi Pengawasan dan konsultasi I h. Seksi Pengawasan dan konsultasi II i. Seksi Pengawasan dan konsultasi III j. Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur Oerganisasi yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I b. Seksi Pengawasan dan konsultasi II c. Seksi Pengawasan dan konsultasi III d. Kelompok Jabatan Fungsional


(24)

Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota

. KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

KANTOR PELAYANAN PAJAK

SUBBAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I

SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI IV

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI II

SEKSI PENGEWASAN DAN KONSULTASI III SEKSI PENAGIHAN

SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN SEKSI PEMERIKSAAN


(25)

3. Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Adapun masing-masing seksi tersebut diatas mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

a) Subbagian Umum

Subbagian umum memiliki tugas sebagai berikut: - Penatausahaan surat masuk dan surat keluar.

- Menyusun tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan /Laporan Hasil Pemeriksaan Dari Itjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksa lainnya.

- Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui pos maupun secara langsung.

- Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang-Barang Milik Negara, dan lain sebagainya.

- Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980.

- Pengadministrasian hak-hak pegawai, antara lain hak cuti, asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pensiun, dan sebagainya. - Pengadministrasian gaji pegawai.

- Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaan barang-barang kebutuhan kantor.


(26)

- Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi Instansi.

b) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi PDI sebagai sumber data dan informasi memiliki tugas sebagai berikut:

- Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

- Menatausahakan penerimaan pajak.

- Membuat Laporan Penerimaan Pajak ke Kantor Wilayah.

- Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan (SPh) kirim ke Kantor Pelayanan Pajak lain.

- Perbaikan komputer dan aplikasi komputer. - Penatausahaan Alat Keterangan.

- Penatausahaan surat-surat masuk pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

- Pengaturan jaringan komputer ke seluruh pegawai serta pangawasan terhadap penggunaan jaringan komputer.

c) Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan merupakan tempat melayani berbagai kebutuhan perpajakan wajib pajak, tugas-tugas seksi pelayanan antara lain:

- Menatausahakan surat-surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

- Menatausahakan surat-surat masuk untuk Seksi Pelayanan. - Penatausahaan arsip/ berkas perpajakan.


(27)

- Menyelesaikan registrasi wajib pajak, dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta permohonan NPWP.

- Menyelesaikan permohonan penghapusan NPWP dan pencabutan pengukuhan PKP.

- Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum. - Pemberitahuan Wajib Pajak pindah keluar / pindah masuk.

- Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN atau SPT Masa PPh Pemotongan dan Pemungutan yang telah diterima kembali dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.

- Menanggapi permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.

- Melayani peminjaman/pengiriman berkas dari/ke KPP lain. - Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.

- Mencetak surat tegoran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh, SPT Masa PPh, SPT Masa PPN, dan SPOP yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.

- Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP). - Melaksanakan penyuluhan Perpajakan.

- Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak .


(28)

d) Seksi Penagihan

Seksi penagihan memiliki tugas sebagai berikut:

- Menatausahakan surat yang masuk ke seksi penagihan.

- Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan pajak.

- Menerbitkan dan menyampaikan surat tegoran kepada Wajib Pajak. - Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.

- Menerbitkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan) dan melaksanakan penyitaan.

- Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak kepada pimpinan bank.

- Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggak pajak yang telah disita.

- Melakukan penelitian administratif dan penelitian setempat terhadap piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin ditagih lagi.

- Melakukan penelitian atas usulan penghapusan piutang pajak. - Menjawab konfirmasi data tunggakan wajib pajak.

e) Seksi Pemeriksaan

Untuk lebih meningkatkan kepatuhan wajib pajak, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap laporan pajak. Oleh sebab itu, seksi pemeriksaan memegang peranan penting bagi kelancaran administrasi perpajakan, yang tugasnya antara lain:


(29)

- Mengusulkan wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.

- Menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), surat pemberitahuan pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan pajak.

- Menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Nota Penghitungan (Nothit).

- Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak. - Membuat laporan tentang Wajib Pajak Patuh.

f) Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi merupakan seksi baru dalam struktur KPP modern, sebelumnya seksi ini ada di Kantor Pelayanan PBB. Seksi ini menjadi tulang punggung KPP dalam melakukan pencarian data dalam rangak penambahan jumlah wajib pajak. Dalam pelaksanaannya, seksi ini sering berhubungan dengan Subjek Pajak dan Objek Pajak PBB, antara lain :

- Menatausahakan surat yang masuk ke seksi Ekstensifikasi.

- Melakukan penelitian kantor dan penelitian lapangan atas permohonan objek pajak baru.

- Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.

- Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan/pemutakhiran bank data perpajakan.

- Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan monografi fiscal. - Melaksanakan pendataan individual objek PBB.

- Membuat Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).


(30)

- Menyelesaikan permohonan Mutasi Sebagian dan Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek Pajak PBB.

- Menyelesaikan permohonan penundaan pengembalian SPOP dan permohonan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak.

g) Seksi Pengawasan dan Konsultasi

KPP Pratama Medan Kota memiliki 4 Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) yang dibedakan atas wilayah kerja. Untuk pembagian sektor usaha disesuaikan oleh masing-masing Seksi Waskon. Tugas dan taggung jawab Seksi Waskon yaitu:

- Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak yang belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

- Melaksanakan penelitian dan analisa kepatuhan material wajib pajak. - Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak

benar.

- Pengusulan wajib pajak/pkp fiktif. - Pengusulan wajib pajak patuh.

- Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF).

- Pemberian ijin penggunaan mesin teraan meterai.

- Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada wajib pajak.


(31)

- Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka pengawasan dan pemutakhiran data wajib pajak.

- Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data matching). - Membuat Surat Keterangan Bebas (SKB).

h) Kelompok Pejabat Fungsional

Kelompok fungsional memiliki tugas antara lain:

- Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap. - Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.

- Membuat Nota Penghitungan (Nothit) pajak, Daftar Kesimpulan Hasil Pemeriksaan (DKHP) dan alat keterangan (alket).

- Membuat Laporan Hasil Pemeriksaan.

i) Nilai-nilai dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-111/PJ/2008 tanggal 23 Juni 2008 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2008-2012 telah ditetapkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak (Renstra DJP) untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, yang berisi visi, misi, nilai, tujuan, sasaran, strategi, program, dan indikator kinerja Direktorat Jenderal Pajak untuk periode tersebut.

Berdasarkan Renstra DJP tersebut, visi Direktorat Jenderal Pajak adalah ”Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi” dan misi Direktorat Jenderal Pajak adalah


(32)

”Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, DJP berpedoman kepada nilai-nilai sebagai berikut:

1. Integritas

Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh Kode Etik dan prinsip-prinsip moral yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji.

2. Profesionalisme

Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial

3. Inovasi

Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku

4. Teamwork

Memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang atau pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan. Keempat nilai-nilai tersebut di atas menjadi nilai-nilai organisasi yang dianut oleh Direktorat Jenderal


(33)

Pajak dan menjadi acuan perilaku bagi seluruh sumber daya manusia DJP dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.Dalam pelaksanaan tugas diharapkan seluruh jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikannya sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan memudahkan DJP dalam mencapai visi dan misinya. Kewajiban dan Larangan Dalam Kode Etik Pegawai DJP Kode Etik Pegawai DJP sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, yang mengikat Pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Kode Etik Pegawai DJP berisi kewajiban dan larangan pegawai yang bertujuan untuk:

a. meningkatkan disiplin Pegawai

b. menjamin terpeliharanya tata tertib

c. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif

d. menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang professional, dan

e. meningkatkan citra dan kinerja Pegawai.


(34)

Kewajiban dan larangan dalam Kode Etik Pegawai DJP:

a. Setiap Pegawai mempunyai kewajiban untuk:

(1) Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain.

(2) Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.

(3) Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak.

(4) Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya;

(5) Mentaati perintah kedinasan;

(6) Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik Direktorat Jenderal Pajak;

(7) mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor.

(8) menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

(9) bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.

b. Setiap Pegawai dilarang:

(1) bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas;


(35)

(3) menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung.

(4) menyalahgunakan fasilitas kantor;

(5) menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan Pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya.

(6) menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan;

(7) melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat Jenderal Pajak

(8) melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat Direktorat Jenderal Pajak.


(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sistem Administrasi Perpajakan Modern Secara Teori

1. Administrasi Perpajakan

1.1 Pengertian Administrasi Perpajakan

Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo, (2009:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut PJA. Adriani dalam Santoso Brotodiharjo, (1991:2) Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Smeet dalam De Economische Betekenis der Belastingen, ( 2008:3) Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, yang dimana untuk membiayai pengeluaran pemerintah.


(37)

Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi tahap-tahap antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak dan penagihan pajak. Tahap-tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan.

1.2 Peranan Administrasi Perpajakan.

Mengenai peran administrasi perpajakan, Liberty Pandiangan (1991) mengemukakan bahwa administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan perpajakan dan penerimaan Negara sebagaimana diamanatkan anggaran pengeluaran dan belanja Negara (APBN).

Administrasi perpajakan berperan penting dalam sistem perpajakan di suatu Negara. Suatu Negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal, karena administrasi perpajakan mampu dengan efektif melaksanakan sistem perpajakan di suatu Negara yang dipilih.

Carlos A. Silvani (1992), menyebutkan administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah :

a) Wajib pajak yang tidak terdaftar (unregister tax payers).

Dengan administrasi pajak yang efektif akan mampu mendeteksi dan menindak dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah memenuhi ketentuan menjadi wajib pajak tapi belum terdaftar. Penambahan jumlah wajib pajak secara signifikan akan meningkatkan jumlah wajib pajak.

b) Wajib pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).


(38)

Administrasi perpajakan akan efektif apabila dapat mengetahui penyebab wajib pajak tidak menyampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak.

c) Penyelundup Pajak (tax evaders).

Penyelundup pajak yaitu wajib pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan akan lebih terdeteksi dengan dukungan adanya bank data tentang wajib pajak dan seluruh aktivitas usahanya sangat diperlukan.

d) Penunggak Pajak (Delinqueit tax Parvers).

Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan penagihan secara intensif dalam administrasi pajak yang baik akan lebih efektif melaksanakan upaya tersebut.

1.3 Perkembangan Sistem Perpajakan Di Indonesia.

Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak untuk meningkatkan jumlah penerimaan Negara dengan tidak mengandalkan pada penerimaan dari sektor migas kemudian dilakukan Reformasi Perpajakan sebagai perubahan peraturan lama sampai keakar-akarnya. Dasar filsafah dan sistem pemungutan diterapkan di Indonesia karena bagaimanapun juga dengan mengandalkan sistem perpajakan yang sebelumnya akan menghalangi usaha peningkatan efisiensi industri dalam Negeri, yang dimana sistem perpajakan yang dianggap belum efektif menjangkau segala aspek perpajakan.

Menurut Chaizi Nasucha (1991) reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat. Chaizi Nasucha menambahkan bahwa “ Reformasi administrasi perpajakan dapat dilaksanakan tanpa


(39)

melakukan reformasi perpajakan”, yaitu untuk mensinergikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi lingkungan eksternal yang dimaksud adalah kebijakan fiskal, antara lain hal-hal yang tidak dimasukkan dalam dasar pengenaan pajak, pembelanjaan dan pelayanan publik. Dalam ekonomi yang mulai berkembang, administrasi perpajakan harus difokuskan kepada wajib pajak besar secara maksimal dan memberikan kontribusi kepada wajib pajak kecil.

Reformasi perpajakan yang dilakukan oleh suatu Negara merupakan suatu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan perekonomian global melalui pajak. Reformasi dalam perpajakan akan berimplikasi terhadap luasnya dasr pengenaan pajak (Tax Base), dalam hal ini menambah jenis penghasilan sebagai objek pajak dan mempengaruhi pengenaan tarif pajak (Tax Rate), dan usaha memperbaiki administrasi perpajakan menjadi lebih sempurna.

Tujuan Reformasi Perpajakan:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak (taxpayer’s quality service) sebagai sumber aliran dana untuk mengisi kas Negara.

b. Menekankan terjadinya penyelundupan pajak (tax evation) oleh wajib pajak. c. Meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak dalam penyelenggaraan kewajiban

perpajakannya.

d. Menerapkan konsep good governance, adanya transparansi, responsibility, keadilan, dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instansi pajak sekaligus publikasi jelasnya pos penggunaan pengeluaran dana pajak.

e. Meningkatkan penegakan hukum pajak, baik kepada fiskus maupun kepada wajib pajak.


(40)

2. Administrasi Perpajakan Modern

2.1 Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern.

Sejak tahun 2001, Direktorat Jenderal Pajak telah memulai beberapa langkah

reformasi administrasi perpajakan jangka menengah (3-5 tahun) sebagai prioritas reformasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat dengan tujuan tercapainya :

a. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi,

b. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan c. Produktivitas pegawai yang tinggi.

Diungkapkan oleh Hadi Purnomo bahwa sejak tahun 2001, Direktorat Jenderal Pajak telah memulai beberapa langkah reformasi adminitrasi perpajakan yang menjadi landasan bagi terciptanya administrasi perpajakan yang modern, efisien dan dipercaya masyarakat.

2.2 Program Reformasi Administrasi Perpajakan.

Program-program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan Kepatuhan Perpajakan

1) Meningkatkan Kepatuhan Sukarela.

1. Program kampanye sadar dan peduli pajak. 2. Program pengembangan pelayanan perpajakan.


(41)

2) Memelihara Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Baru. 1. Program pengembangan pelayanan prima.

2. Program penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan.

3) Menangkal KetidakPatuhan Perpajakan (Combatting Noncompliance)

1. Program merevisi pengenaan sanksi.

2. Program menyiapkan berbagai kelompok Wajib Pajak tidak patuh. 3. Program meningkatkan efektivitas pemeriksaan.

4. Program modernisasi aturan dan metode Pemeriksaan dan Penagihan. 5. Program penyempurnaan Ekstensifikasi.

6. Program pemanfaatan teknologi terkini dan pengembangan IT Masterplan. 7. Program pengembangan dan pemanfaatan bank data.

8. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Administrasi Perpajakan.

b. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Administrasi Perpajakan.

1) Meningkatkan Citra Direktorat Jenderal Pajak.

1. Program merevisi Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan. 2. Program penerapan Good Corporate Governance.

3. Program perbaikan mekanisme keberatan dan banding. 4. Program penyempurnaan prosedur pemeriksaan.

2) Melanjutkan Pengembangan Administrasi Large Taxpayer Office (LTO) atau Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar.

1. Program peningkatan pelayanan, pemeriksaan dan penagihan pada LTO. 2. Program peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar pada LTO.


(42)

3. Program penerapan sistem administrasi KPP LTO pada Kanwil LTO

c. Meningkatkan Produktivitas Aparat Perpajakan.

1. Program Reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan fungsi dan kelompok wajib pajak.

2. Program peningkatan kemampuan pengawasan dan pembinaan oleh Kantor Pusat/Kanwil Direktorat Jenderal Pajak.

3. Program penyusunan kebijakan baru untuk manajemen Sumber Daya Manusia 4. Program peningkatan mutu sarana dan prasarana kerja.

5. Program penyusunan rencana kerja oprasional.

2.3 Karakteristik Administrasi Perpajakan Modern

Berbagai fasilitas untuk kenyamanan dan kemudahan pelayanan kepada wajib pajak dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi. Fasilitas tersebut antara lain Website, Call Center, Complaint, Center, e-Filling, e-SPT, One-Line Payment. Untuk memudahkan pelayanan dan

pengawasan terhadap Wajib Pajak serta meningkatkan produktivitas aparat, akan didukung oleh sistem administrasi yang berbasis teknologi. Secara bertahap sistem informasi baru ini, yaitu Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SI-DJP) akan diterapkan. Sistem ini menerapkan Case Management (Manajemen Kasus) dan Work Flow System (Alur Kerja), sehingga memungkinkan setiap proses kegiatan menjadi


(43)

Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern ini adalah:

1) Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi perpajakan yang bebasis teknologi terkini.

2) Seluruh wajib pajak diwajibkan membayar melalui kantor pos dan bank persepsi yang telah menerapkan system MPN (Modul Penerimaan Negara).

3) Wajib pajak tertentu diwajibkan melaporkan perpajakannya dengan menggunakan media computer (e-SPT).

4) Monitoring kepatuhan wajib pajak dilaksanakan secara intensif dengan pemanfaatan profil wajib pajak

2.4 Dimensi penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Penerapan sistem administrasi perpajakan modern melalui program dan kegiatan didalam kerangka reformasi administrasi perpajakan. Administrasi perpajakan jangka menengah berikut ini diuraikan dalam dimensi-dimensi variable Sistem Administrasi Perpajakan Modern yakni terdapat :

a. Struktur Organisasi

1. Pembentukan Organisasi Berdasarkan Fungsi

Sebagai wujud pembenahan fungsi pelayanan pengawasan dan pemeriksaan, stuktur organisasi disusun menurut jenis pajaknya, yang dimana Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dilayani di KPP, sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dilayani Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB),


(44)

dengan ini diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern struktur organisasi dirancang dengan paradigma berdasarkan fungsi dengan pemisahan fungsi yang jelas antara Kanwil dan KPP, yang dimana KPP bertanggung jawab melaksanakan fungsi pelayanan, pengawasan, dan pemeriksaan. Sedangkan Kanwil bertanggung jawab melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan operasional KPP, keberatan, banding, dan penyidikan. Dengan pembentukan organisasi berdasarkan fungsi maka di Kanwil tidak di jumpai lagi bidang Pajak Penghasilan (PPh), bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PPN/PTLL), dan bidang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sekarang pelayanan PPh, PPN/PTLL dengan PBB dan BPHTB hanya dilayani oleh satu KPP saja.

2. Spesifikasi tugas dan tanggung jawab atara lain :

a) Account Representative (AR)

Penunjukan Account Representative yang khusus melayanin dan mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak secara Langsung. Dengan pembagian tugas disesuaikan dengan kelompok usaha Wajib Pajak secara langsung. Dengan pembagian tugas disesuaikan dengan kelompok usaha Wajib Pajak, Account Representative memiliki pemahaman tentang bisnis dan kebutuhan pemenuhan kewajiban

untuk wajib pajak. Account Representative bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atas setiap pertanyaan yang diajukan Wajib Pajak secara efektif dan profesional, terutama mengenai : Rekening Wajib Pajak untuk semua jenis pajak, dengan kemajuan proses pemeriksaan dan restitusi interprestasi dan penegasan atas suatu peraturan (Ruling) atau perubahan data identitas Wajib Pajak, tindakan pemeriksaan dan penagihan pajak,


(45)

kemajuan proses keberatan dan banding perubahan peraturan yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan wajib pajak.

b) Pemeriksaan pajak hanya dilakukan oleh tenaga fungsisonal pemeriksaan dengan alokasi tenaga fungsional pemeriksaan disesuaikan dengan tingkat resiko pemeriksaan dan dilakukan pelatihan teknis yang mendukung profesionalisme tenaga pemeriksaan berdasarkan kelompok usaha Wajib pajak.

3. Meyelesaikan dan menyempurnakan Implementasi Sistem Informasi Perpajakan (SIP) menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT).

Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dikembangkan menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang di kendalikan oleh manajemen kasus (case management system) dalam sistem pemantauan proses administrasi perpajakan (workflow

system) mengacu pada otomasi kantor mencakup pelayanan, pengawasan pembayaran

dan pemeriksaan dengan pengendalian proses, otorisasi, pengawasan pelaksanaan tugas serta laporan yang dirancang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

4. Monitoring rutin melalui Rekening Wajib Pajak (Taxpayer’s account)

Transparansi pelayanan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak didukung dengan Taxpayer’s account yang berfungsi untuk mencatat secara otomatis setiap perubahan yang terjadi terhadap hak dan kewajiban wajib pajak sebagai akibat dari pembayaran pajak, penetapan, keberatan, pemindahbukuan, surat pemberitahuan (SPT), dan dokumen perpajakan lainnya sehingga memudahkan pengawasan atas hak dan kewajiban perpajakan bagi masing masing Wajib Pajak.


(46)

5. Jalur pengawasan tugas pelayanan dan pemeriksaan

Menetapkan standar kerja dan pelayanan perpajakan, menerapkan Kode Etik Pegawai bagi Pegawai Pajak dan dibentuknya Komite Kode Etik serta kerjasama dengan Komite Ombudsman Nasional semakin melengkapi perangkat pengawasan tugas pelayanan dan pemeriksaan.

b. Modernisasi Prosedur Organisasi

1. Pelayanan satu pintu melalui AR

Pertunjukan Account Representative (AR) yang bertanggungjawab secara khusus melayani dan mengawasi administrasi perpajakan beberapa Wajib Pajak dengan mengembangkan konsep pelayanan satu pintu sehingga mengurangi persinggungan antara Wajib Pajak dengan petugas pajak yang kemungkinan dapat menimbulkan ekses negative. Account Representative juga menangani pemohon Surat Keterangan Bebas (SKB) pajak, Pemindahbukuan setoran pajak (Pbk), ruling dan penerbitan produk hukum.

2. Penyederhanaan prosedur administrasi dan meningkatkan standar waktu dan kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak.

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. menyederhanakan formulir Surat Pemberitahuan (SPT).

b. mempercepat proses penyelesaian keberatan dan banding atas produk pajak. c. pengukuhan Wajib Pajak Patuh untuk mempercepat permohonan restitusi. d. meninjau kriteria Wajib Pajak Pungut untuk mengurangi permohonan restitusi.


(47)

e. meninjau kembali kewajiban pemeriksaan atas setiap Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB) dan mempercepat restitusi Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB) yang beresiko rendah.

f. pemusatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3. Dukungan teknologi informasi modern dalam perbaikan pelayanan, pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak, antara lain:

a. SAPT terintegrasi dengan pendekatan fungsi dan prosedur administrasi yang telah diatur dalam case management dan workflow system didukung e-system, terutama e-payment, e-spt, dan e-filing yang membantu kecepatan, ketepatan dan keamanan proses perekaman data administrasi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

b. Otomasi proses pemeriksaan dengan bantuan workflow management dalam SAPT membantu menghindari duplikasi data, kesalahan pencatatan dan pengawasan procedural pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan didukung juga dengan aplikasi Audit Command Language (ACL).

c. Pembangunan bank data dalam konsep masterplan secara nasional dan kerja sama pertukaran data dengan instansi lain mewujudkan transparansi data. d. Otomasi penagihan pajak melalui SAPT sehingga prosedur pengawasan dan

administrasi tunggakan pajak dapat selalu dilakukan. Pelaksanaan penagihan dilakukan juru sita pajak dengan metode hard and soft collection, dimana soft collection dapat dilakukan dengan bantuan Account Representative.

e. Melaksanakan pelatihan teknologi informasi.


(48)

f. Penggunaan teknologi informasi dan e-system lainnya.

Dalam menjalankan administrasi perpajakan dan meningkatkan pelayanan dikembangkan aplikasi seperti e-Regristration, e-Counseling, Complaint Center, Helpdesk, Call Center, Touch Screen yang di dukung Knowledge Base yang berisi

Frequently Asked Question (FAQ), dan saluran komunikasi dan penyuluhan yang lebih

intensif melalui berbagai sarana seperti telepon, e-mail, portal website, pencatatan dan penyimpanan dokumen yang lebih dapat diandalkan menggunakan Sistem Manajemen Arsip Terpadu (SMART), dukungan peralatan perkantoran yang modern, lengkap, dimana tiap pegawai dilengkapi personal computer dan akses informasi yang lebih cepat baik dalam lingkungan intern maupun kepada Wajib Pajak dimana tiap terdapat perubahan ketentuan menyangkut Wajib Pajak akan segera dikonsolidasikan secara internal, diinterpretasikan dan selanjutnya segera diinformasikan.

c. Modernisasi strategi organisai

1. Kampanye sadar dan peduli pajak

Kampanye dan sosialisasi perpajakan sebagai bagian dari good governance framework melalui berbagai pajak pihak, seperti perguruan tinggi, tokoh agama, dan juga

melalui media masa, portal website, serta pemasangan billboard di tempat-tempat strategi dan meningkatkan kinerja penyuluhan sebagai information service dan public relation.

2. Simplifikasi administrasi perpajakan

Dukungan teknologi informasi mempercepat proses pelayanan dan pemeriksaan dimana basis data di kembangkan dalam jaringan on-line memungkinkan kecepatan akses


(49)

informasi dan juga pelayanan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran pajak secara online mengurangi administrative cost dan compliance cost.

3. Intensifikasi penerimaan pajak

Intensifikasi penerimaan pajak dapat dilakukan yaitu dengan:

a. melakukan pemeriksaan terhadap sector industry tertentu yang tingkat kepatuhannya masih rendah dan atau potensi perpajakannya masih di gali. b. meningkatkan kegiatan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan untuk

memberikan detterent effect yang positip.

c. melaksanakan kegiatan penagihan pajak melalui penyitaan rekening Wajib Pajak/Penanggung Pajak, pencegahan dan penyanderaan.

4. Mengembangkan mekanisme internal quality control atas pelaksanaan pelayanan dan pemeriksaan dan melaksanaan pelatihan tentang metode dan teknik pelayanan prima, membangun system komunikasi yang efektif untuk mendapatkan feedback.

5. Merancang, mengusulkan dan merealisasikan kebutuhan investasi sehubungan dengan reorganisasi dan penerapan system adminitrasi perpajakan modern.

6. Menelaah pelaksanaan reorganisasi, pengukuran kinerja, pengukuran kepuasan Wajib Pajak, pertemuan rutin dan kunjungan rutin untuk mendapatkan feedback.

Penyempurnaan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) antara lain dengan menerapkan system pengukuran kinerja administrasi perpajakan, pembentukan


(50)

unit pengukuran kinerja, dan pembentukan gambaran/sifat pokok skema kompensasi baru berupa Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) bagi pegawai pajak.

d. Modernisasi budaya organisasi

beberapa kegiatan modernisasi budaya organisasi yaitu :

1. Program penerapan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance)

Tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance) dicirikan oleh adanya Kode Etik Pegawai Direktorat Jendral Pajak, Program-program tersebut meliputi :

a) Menerapkan kode etik terhadap seluruh pegawai Direktorat Jendral Pajak, pembentukan Komite Kode Etik, meningkatkan efektivitas pengawasan oleh Inspektorat Jendral Departemen Keuangan dan kerja sama dengan Komisi Ombudsaman Nasional.

b) penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan profesional antara lain melalui fit and proper test secara ketat, penempatan pegawai yang disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitasnya, reorganiosasi, kaderisasi, pelatihan dan program pengembangan self capacity, reward and punishmen, reformasi moral dan etika

2. Pemberian Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) kepada Pegawai Pajak

Pemberian TKT selain tunjangan lain telah diberikan, besarnya TKT dibedakan berdasarkan golongan/eselon untuk TKT pelaksana dan pejabat Struktural


(51)

sedangkan TKT Pejabat Fungsional dibedakan untuk Pemeriksa Pajak Ahli dan Pemeriksa Pajak Terampil.

3. Fasilitas Perkantoran Modern

Perkantoran modern dengan keseluruhan operasi berbasis teknologi dengan pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan mutu dan menunjang upaya Modernisasi Administrasi Perpajakan di seluruh Indonesia

B. Sistem Administrasi Perpajakn Modern Pada KPP Pratama Medan Kota

1. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada Wajib Pajak, begitu juga pada Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota Penerapan system tersebut mancakup aspek aspek perubahan struktur organisasi dan system kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, perubahan implementasi pelayanan kepada Wajib Pajak, fasilitas pelayanan yang memanfaatkan teknologi informasi, dan Kode Etik Pegawai dalam rangka menciptakan aparatur pajak yang bersih dan bebas Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN).

Kode Etik Pegawai wajib ditaati oleh semua pegawai, mulai yang paling bawah sampai atas. Para kepala pun harus menandatangani sebagai bukti bahwa dia harus mentaati kode etik tersebut. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern ini membawa konsekuensi terjadinya perubahan yang mendasar baik menyangkut strukur organisasi maupun paradigma pelayanan kepada Wajib Pajak. Struktur organisasi baru ini


(52)

relative lebih ramping, rentang kendali (span of control) lebih singkat dimana KPP Pratama Medan Kota juga menangani pemeriksaan, tidak seperti selama ini pemeriksaan ditangani oleh unit yang berbeda seperti Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak atau Kantor Wilayah DJP.

2. KPP Pratama Medan Kota setelah diterapkannya SIPMOD

Wujud dari perbaikan fungsi pelayanan, pengawasan dan pemeriksaan, struktur organisasi pada KPP Pratama Medan Kota disusun menurut Wilayah Kerja, fungsi, dan jenis pajak. Perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan merupakan hal yang mutlak harus dilakukan. Pada KPP Pratama Medan Kota ditunjuk beberapa pegawai Pajak sebagai Account Representative (AR) yang berfungsi untuk menjembatani antara KPP dengan Wajib Pajak serta mengoptimalkan fungsi bimbingan, konsultasi, dan pembinaan kepada Wajib Pajak. Dengan kata lain AR adalah pegawai yang di tunjuk dan berwenang untuk sebagai liaison officer antara KPP dengan Wajib Pajak, yang bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung, edukasi, asistensi, serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.


(53)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Implementasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dilakukan dengan cara menyeluruh. Artinya, mulai dari Seksi Pelayanan, Seksi Pengelolaan data Dan Informasi (PDI), Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WasKon), Seksi Ekstensifikasi, Seksi Penagihan hingga ke Seksi Sub. Bag Umum menerapkan Sistem Administrasi Perpajakan Modern yang biasa di sebut dengan SIPMOD. SIPMOD adalah sistem yang digunakan untuk semua seksi di KPP Pratam Medan Kota, SIPMOD juga menggunakan Password yang dimana Password hanya diberikan kepada satu pegawai yang satu pegawai memiliki satu user dan satu password yang password tersebut dilarang untuk diberitahukan kepada siapa pun atau user lainnya. Jadi dari input hingga output di KPP Pratama Medan Kota ini menggunakan SIPMOD, dan pusat segala basis data sekaligus operator di kantor ini adalah di Seksi PDI.

Pada Seksi PDI semua data yang di peroleh diolah dengan sebuah aplikasi yang merupakan produk hokum yang dapat memudahkan proses pengerjaan atau pun pelayanan perpajakan. Aplikasi tersebut merupakan suatu system yang terperinci sehingga memudahkan para Pegawai Pajak yang ada di Seksi PDI untuk mengolah data-data yang di terima. Dengan aplikasi tersebut, Pegawai Pajak tidak perlu lagi mengetik ulang secara manual atau membuat perinciannya lalu memasukkan datanya. Aplikasi ini sendiri berisikan rincian-rincian khusus, maksudnya rincian dalam aplikasi tersebut juga didasarkna atas pekerjaan dari masing seksi. Jadi, pegawai di setiap


(54)

masing seksi hanya menerima data kemudian data tersebut bias langsung di masukkan kedalam basis data yang berpusat di Seksi PDI. Orang yang mengolah segala data dari basis data di sebut “Ausie”, Ausie di KPP Pratama Medan Kota adalah Bapak Eben K. Simanjuntak sebagai Ausie atau yang biasa di sebut di KPP Pratama Medan Kota disebut Kepala Seksi PDI.

B. Pelayanan di KPP Pratama Medan Kota setelah diterapkannya SIPMOD

SIPMOD merupakan sistem atau aplikasi yang memang diciptakan untuk mempermudah proses pelayanan serta meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan. Dengan di terapkannya SIPMOD di KPP Pratama Medan Kota tentu saja akan meningkatkan kualitas pelayanannya, sehingga proses disegala aspek perpajakan menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Baik Pegawai Pajak dan Wajib Pajak sama-sama mendapatkan manfaatnya, pegawai pajak bias lebih mudah melayaninya dan wajib pajak menjadi lebih cepat memperoleh pelayanannya.

Penerapan SIPMOD di KPP Pratama Medan Kota sudah berlangsung sejak dua yang lalu, dan buah dari penerapan itu sendiri sudah terasa. Dari tahun ke tahun jumlah wajib pajak meningkat dan ditahun kedua ini peningkatannya menjadi lebih baik lagi. Dari peningkatan tersebut dapat diasumsikan bahwa pelayanan di KPP Pratama Medan Kota semakin baik dan efektif, pelayanan yang lebih mudah, cepat, efesien dan dapat dipercaya membuat wajib pajak menjadi patuh dan sadar akan kewajiban perpajakannya. Selain itu mengunakan SIPMOD KPP Pratama Medan Kota dapat meningkatnya kualitas pelayanan dikantor ini juga berpengaruh bagi pegawainya, baik secara langsung maupun


(55)

tidak langsung menciptakan suasana yang nyaman namun tetap menghasilakn pegawai pajak uang yang professional, kompeten dan bertanggung jawab.

Untuk meningkatnya pelayanan perpajakan sehubungan dengan diterapkannya SIPMOD pada KPP Pratama Medan Kota maka setiap Kantor Pajak disediakan fasilitas pelayanan. Adapun fasilitas pelayanan perpajakan yang tersedia di KPP ini siap dimanfaatkan oleh Wajib Pajak seirama dengan modernisasi adalah sebagai berikut:

a. Tempat Pelayanan Terpadu

Untuk menigkatkan pelayanan kepada wajib pajak, dibentuk suatu tempat pelayanan yang terpadu disetiap KPP, seperti penerimaan dokumen atau laporan perpajakan (SPP, SPT dan sebagainya) yang diserahkan langsung oleh wajib pajak, sehingga tidak ke masing masing seksi. Tempat ini disebut sebagai tempat Pelayanan Terpadu (TPT), yakni tempat pelayanan perpajakan yang terintregrasi di KPP dengan menggunakan system computer. Adanya (TPT) juga memudahkan pengawasan terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak. Pelayanan di TPT diberikan sesuai dengan jam kerja KPP, dan setiap melayani penerimaan surat dan atau laporan pada jam istirahat. Petugas TPT ditunjukkan oleh kepala kantor dengan memperhatikan kecakapan petugas dan beban kerja yang ada. Setiap petugas TPT diberi login dan password tersendiri, dan password hanya digunakan oleh petugas TPT yang bersangkutan.

b. Help Desk

Kebingungan dan kesulitan yang kadang kadang dialami oleh wajib pajak bila berhubungan dengan kantor pajak adalah informasi yang sangat minim, untuk


(56)

menghilangkan kebingungan dan kesulitan ini, serta agar mudah diperoleh segala informasi yang dibutuhkan mengenai perpajakan maka di setiap KPP telah disediakan help desk. Petugas yang di tempatkan di help desk adalah pegawai yang dianggap cakap

dan berpengengetahuan tentang perpajakan, dan mempunyai kemampuan berkomunikasi. Petugas di help desk harus melayani masyarakat sesuai dengan hari dan jam kerja kantor.

c. Complaint Center

“Complaint Center” yang tersedia dikantor pusat DJP dan kantor wilayah berfungsi untuk menampung keluhan-keluhan wajib pajak yang terdaftar di KPP di wilayah kerjanya. Ini merupakan bentuk keterbukaan DJP untuk perbaikan atas pengaduan wajib pajak dapat dilakukan melalui beberapa media antara lain, e-mail, kantor pos, telepon bebas biaya, faksimili, atau langsung datang. Setiap keluhan yang di terima oleh complaint center akan di koordinasikan dengan unit terkait dan akan ditindaklanjutin serta diberikan tanggapan sesegera mungkin.

d. Call Center

Bentuk fasilitas lain yang dapat dimanfaatkan oleh wajib pajak adalah “call center”, yang ada di KPP, kantor wilayah, juga kantor pusat. Fungsi utama yang

ditangani call center menyangkut pelayanan dan penanganan complaint wajib pajak. Alas an dan keuntungan dengan adanya call center adalah :

1) Masyarakat saat ini sangat mementingkan kepraktisan dan efesiensi. 2) Penggunaan telepon semakin meningkat untuk urusan bisnis.


(57)

3) Tanpa adanya call center, petugas pajak dikantor operasional banyak disibukkan menjawab telepon.

4) Dengan adanya sentralisasi penerimaan telepon, pekerjaan yang sama akan dikerjakan oleh satu unit, sehingga akan lebih efektif dan efesien. 5) Akurasi dan konsistensi dapat ditingkatkan.

6) Pelayanan secara keseluruhan bias ditingkatkan.

7) KPP bisa lebih fokus pada pekerjaan melayani dan mengawasi Wajib Pajak secara langsung.

8) Good governance dalam penanganan complaint.

Yang istimewa dari call center adalah:

1) Sentralisasi penerimaan complaint dengan desentralisasi penanganan complaint.

2) Penggunaan toll free number

3) Dilengkapi dengan complaint management service

Sedangkan system teknologi informatika yang ada pada call center yaitu:

1) Database Wajib Pajak, Sistem Informasi DJP (SIDJP)

2) Tax knowledge base, sangat rinci dan didesain khusus untuk keperluan

call center

3) SVOC, software telekomunikasi


(58)

e. Media Informasi Pajak

Untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan, Wajib Pajak sangat memerlukan informasi atas peraturan perpajakan. Demikian juga mengenai ketentuan praktis terkait persyaratan, formulir, dan lainnya. Guna melayani kebutuhan wajib pajak untuk hal tersebut, di KPP (atau tempat lainnya yang strategis) disediakan sarana atau medianya, yakni “Media Informasi Pajak” dengan bentuk touch screen.

Proses operasional Media Informasi Pajak cenderung sama dengan penggunaan website di internet. Yang membedakan, tidak perlu melalui panduan yang telah ada dihalaman depan, maka masyarakat atau Wajib Pajak akan dengan mudah mengakses informasi apa yang dibutuhkan.

f. Website

Dalam rangka mempermudah akses informasi perpajakan kepada masyarakat terlebih lagi dengan iklim mengglobal, telah dibuat website perpajakan yang dikelola

DJP, yaitu

banyak membuat website masing-masing, terutama dalam rangka memberikan informasi dan pelayanan kepada Wajib Pajak yang dikelola.

g. Pojok Pajak

Pojok Pajak adalah sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat maupun wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, yang ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan, pusat-pusat bisnis, atau tempat-tempat tertentu lainnya. Selain


(59)

itu, Pojok Pajak umumnya berupa stand. Ada kalimat disetiap Pojok Pajak yaitu “pajak dimulai dari saya”.

Pelayanan yang diberikan Pojok Pajak meliputi:

1. Penyediaan materi dan sarana penyuluhan

2. Konsultasi perpajakan

3. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

4. Penyampaian surat pemberitahuan (SPT) massa dan SPT tahunan

5. Pengadaan masyarakat tentang masalah perpajakan

h. e-system Perpajakan

Guna mendukung berjalannya medernisasi perpajakan dan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat maupun wajib pajak, terus dikembangkannya pemanfaatan dan penerapan e-system terkait dengan perpajakan. Hal ini dimaksudkan agar semua proses kerja dan pelayanan perpajakan berjalan dengan baik, lancer, cepat, dan akurat. Terdapat beberapa e-system yang dapat dimanfaatkan masyarakat atau Wajib Pajak, yaitu e-Registration, e-SPT, e-Filing, e-Payment (khusus untuk PBB).

h.1. e-Registration

e-Registration adalah system pendaftaran, perubahan data Wajib Pajak dan atau

pengukuhan maupun pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui system yang terhubung langsung secara line dengan DJP. Sistem pendaftaran Wajib Pajak on-line ini merupakan system aplikasi sebagai bagian dari system informasi perpajakan


(60)

dilingkungan kantor DJP dengan berbasis perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak. Sistem ini terbagi atas dua bagian, yaitu:

a) Sistem yang digunakan oleh Wajib Pajak yanag berfungsi sebagai saranan pendaftaran Wajib Pajak secara online.

b) Sistem yang digunakan oleh petugas pajak yang berfungsi untuk memproses pendaftaran Wajib Pajak.

Adapun yang perlu dilakukan dan yang harus dimiliki oleh seorang Wajib Pajak agar dapat melakukan pendaftaran melalui e-Registration adalah sebagai berikut:

a) Account

Account adalah sarana bagi Wajib Pajak untuk dapat mengakses Sistem

e-Registration.

b) Username

Username adalah identitas Wajib Pajak yang unik berupa huruf atau angka

atau gabungan keduanya untuk mengakses account Wajib Pajak pada Sistem e-Registration.

c) Password

Password adalah kata kunci yang hanya diketahui oleh Wajib Pajak untuk

memperoleh otoritas atas account yang diakses yang sekurang-kurangnya terdiri atas 6 (enam) digit berupa huruf atau angka atau gabungan keduanya. d) Login


(61)

menggunakan username dan password. e) Logout

Logout adalah proses untuk keluar dari Sistem e-Registration dengan cara

yang telah ditentukan sehingga data pengakses tetap terjamin kerahasian dan keamanannya.

f ) E-mail

E-mail address adalah alamat elektronik yang dimiliki oleh Wajib Pajak untuk

menerima informasi elektronik hasil proses yang berkaitan dengan Sistem e-Registration.

Adapun cara suatu Kantor KPP menyampaikan informasi kepada Wajib Pajak nya melalui notifikasi mengenai status sementara permohonan Wajib Pajak dalam system e-Registration. Untuk permohonan pendaftaran NPWP adalah permohonan yang dibuat

oleh Wajib Pajak dengan cara mengisi Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak yang dibangkitkan oleh Sistem e-Registration yang memiliki bentuk dan isi standar dan digunakan oleh Wajib Pajak dalam melakukan pendaftaran melalui Sistem e-Registration, sedangkan permohonan Permohonan pengukuhan PKP adalah permohonan yang dibuat oleh PKP dengan cara mengisi Formulir Permohonan Pengukuhan PKP yang dibangkitkan oleh Sistem e-Registration yang memiliki bentuk dan isi standar dan digunakan oleh PKP dalam melakukan pengukuhan melalui Sistem e-Registration.

Permohonan perubahan data adalah permohonan yang dibuat oleh Wajib Pajak dan/atau PKP dengan cara mengisi Formulir Permohonan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Formulir Permohonan Perubahan Data PKP yang dibangkitkan oleh Sistem


(62)

Registration yang memiliki bentuk dan isi standar dan digunakan oleh Wajib Pajak

dan/atau PKP dalam melakukan perubahan data melalui Sistem e-Registration.

e-Registration juga bias digunakan untuk merubah atau perubahan data Wajib

Pajak atau PKP dengan cara mengisi Formulir Permohonan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Formulir Permohonan Perubahan Data PKP yang dibangkitkan oleh Sistem e-Registration yang memiliki bentuk dan isi standar dan digunakan oleh Wajib Pajak

dan/atau PKP dalam melakukan perubahan data melalui Sistem Registration. Dalam e-Registration ini juga dapat mencetak formulir pendaftaran yang di terbitkan bagi Wajib

Pajak atau pengukuhan PKP serta SKTS. SKTS ini hanya berlaku sementara terhitung sejak di lakukan nya pendaftaran melalui e-Registration sampai di terbitkan nya SKT oleh kantor KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Untuk perubahan data Wajib Pajak melalu e-Registration biasanya KPP mengeluarkan kartu NPWP dan SKT atau SPPKP paling

lama 1 hari kerja sejak informasi perubahan data melalui Sistem e-Registration diterima KPP, sepanjang permohonan perubahan data diisi secara lengkap. Tata cara pendaftaran NPWP dan/atau pengukuhan PKP dan perubahan data Wajib Pajak dan/atau PKP dengan Sistem e-Registration, ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Direktorat Jenderal Pajak ini. Bentuk Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Permohonan Pengukuhan PKP dan Formulir Permohonan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Permohonan Perubahan Data PKP serta formulir lain yang digunakan dalam Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP dan Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau PKP dengan Sistem e-Registration mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 44/PJ/2008.


(63)

karena dalam memasukkan datanya tersebut melalui data dari pojok pajak selama 30 hari masa kerja. Tetapi dalam system yang canggih seperti e-registration ini bukan berarti tiada terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam penginputan data Wajib Pajak yang biasanya terjadi disebabkan oleh Human Error. Dengan adanya e-registration ini pendaftaran Wajib Pajak dari tahun mulai diterapkannya e-registration semakin bertambah, tetapi tingkat kepatuhan Wajib Pajak belum tentu meningkat karena disebabkan e-registration menggunakan self assessment.

h.2. e-SPT

e-SPT adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik

atau dengan menggunakan media komputer. Yang dapat diaplikasikan adalah laporan SPT massa PPh, SPT tahunan PPh, dan SPT massa PPN.

Keunggulan dari e-SPT adalah:

a) penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat melalui jaringan internet.

b) penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan ssitem computer.

c) data yang disampiakan Wajib Pajak selalu lengkap, dimana tidak adanya formulir lampiran yang terlewatkan, karena penomoran formulir yang pre-numbered dengan menggunakan system komputer. d) penggunaan kertas lebih efesien karena hanya mencetak SPT induk.


(64)

e) Wajib Pajak secara cepat, tepat, dan efesien dapat menyelesaikan kewajiban pelaporan SPT-nya.

f) tidak diperlukan proses perekaman SPT beserta lampirannya di KPP, karena Wajib Pajak telah menyampaikan datanya secara elektronik.

e-SPT ini juga bisa disebutkan sebagai data tempat tersimpannya data SPT Wajib

Pajak dalam bentuk elektronik, serta penyampaian SPT secara elektronik ini disebut dengan e-SPT yang menyampaikan data SPT ke KPP dalam bentuk elektronik.

Wajib Pajak yang menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik (e-SPT) saat dimulainya penyampaian e-SPT sebagaimana dimaksud dan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Bagi Wajib Pajak yang telah ditetapkan terdaftar di KPP berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak yang berlaku sebelum Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini ditetapkan, terhitung sejak tanggal 1 Juli 2009.

b) Bagi Wajib Pajak yang ditetapkan terdaftar di KPP berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak yang berlaku setelah berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, terhitung sejak awal bulan keenam setelah bulan Wajib Pajak ditetapkan.

Wajib Pajak yang menyampaikan SPT dengan menggunakan e-SPT yang tidak memenuhi ketentuan atau yang sudah memenuhi ketentuan seperti yang telah disebutkan tetapi tidak melampirkan keterangan atau dokumen lain yang harus nya dilampirkan sesuai dengan ketentuan berlaku dianggap tidak menyampaikan SPT dan dikenakan sanksi sesuai dengan persturan perundang undangan perpajakan. Wajib Pajak juga dapat


(65)

menyampaikan laporan SPT mereka sebelum tanggal yang ditetapkan sebagaimana yang sudah di tetapkan sesuai yang dikehendaki oleh Wajib Pajak.

Penyampaian e-SPT oleh Wajib Pajak ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

a) secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/kurir dengan bukti pengiriman surat dengan membawa atau mengirimkan formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan; atau

b) melalui e-Filing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagi Wajib Pajak yang ingin melakukan perbaikan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk elektronik (e-SPT) wajib menyampaikan nya kembali dalam bentuk elektronik (e-SPT), bila perbaikan SPT yang disampaikan dalam bentuk kertas (hardcopy) maka penyampaian perbaikan bias dilakukan melalui elektronik (e-SPT) maupun melalui kertas (hardcopy). Bagi Wajib Pajak yang telah menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik (e-SPT) sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini tetap menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik. Tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan dalam bentuk digital atau elektronik yang tidak sesuai dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku.

Dalam penerapan system e-SPT ini KPP Medan Kota sudah mengadakan 2 kali untuk pengenalan system e-SPT kepada Wajib Pajak KPP Medan Kota. Data Wajib Pajak yang menggunakan system e-SPT ini data dari Wajib Pajak dipastikan 100% aman. Dan


(66)

pelaporan dengan menggunakan e-SPT hanya dapat dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri tanpa bias diwakilkan oleh orang lain.

Tabel pertumbuhan Wajib Pajak yang menggunakan e-SPT Tahun Jumlah Pertumbuhan Persentase

2008 133 2008 - 2009 7,98%

2009 127 2009 - 2010 6,35%

2010 122 2010 - 2011 4,72%

h.3. e-Filing

e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan melalui system onlin dan

realtime. SPT berbentuk formulir elektronik dalam media computer yang dikenal dengan e-SPT. Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT secara elektronik (e-Filing) melalui satu

atau beberapa Media Jasa Aplikasi ( application service provider, ASP) yang telah ditunjukan oleh Direktur Jendral Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian SPT secara elektronik kepada DJP.

ASP yang telah ditunjuk DJP sampai saat ini adalah:

1.

2.

3.

4.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem Administrasi Perpajakan Modern merupakan system atau aplikasi yang memmang diciptakan untuk mempermudah proses pelayanan serta meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan. Dengan diterapkannya SIPMOD di KPP Pratama Medan Kota tentu saja akan meningkatkan kualitas pelayanannya, sehingga proses di segala aspek perpajakan menjadi lebih mudah dan lebih sepat. Baik Pegawai Pajak dan Wajib Pajak sama sama mendapatkan manfaatnya, Pegawai Pajak bias lebih mudah melayaninya dan wajib pajak menjadi lebih cepat memperoleh pelayanannya.

2. Sasaran penerapan Sistem Administrasi Pajak Modern menurut Liberti Pandiangan adalah: maksimalisasi penerimaan pajak, kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan Wajib Pajak, memberikan jaminan kepada public bahwa Direktorat Jendral Pajak mempunyai tingkat integritas dan keadilan yang tinggi, menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses pemungutan pajak, Pegawai Pajak dianggap sebagai karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten, dan professional, peningkatan produktivitas yang berkesinambungan, Wajib Pajak


(2)

mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang di perlukan, optimalisasi pencegahan penggelapan pajak.

3. Tujuan dari penerapan SIPMOD adalah: Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan produktivitas pegawai perpajakan yang tinggi. Tujuan-tujuan lainnya yaitu: meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak (taxpayer’s quality service) sebagai sumber aliran dana untuk mengisi kas Negara, menekan terjadinya penyelundupan pajak (tax evation) oleh wajib pajak, meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak dalam menyelenggarakan kewajiban perpajakannya, menerapkan konsep good governance, adanya transparasi, responsibility, keadilan, dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instansi pajak, meningkatkan penegakan hokum pajak, baik kepada fiskus maupun kepada wajib pajak.

4. Penerapan SIPMOD di KPP Pratama Medan Kota sudah berlangsung sejak setahun yang lalu, dan buah dari penerapan itu sendiri sudah terasa. Dari tahun ke tahun jumlah wajib pajak meningkat dan di tahun kedua ini peningkatannya menjadi lebih baik lagi. Dari peningkatan tersebut dapat di asumsikan bahwa pelayanan di KPP Pratama Medan Kota semakin baik dan efektif, pelayanan yang lebih mudah, cepat, efesien, dan dapat dipercaya membuat wajib pajak menjadi patuh dan sadar akan kewajiban perpajakannya.

5. Dari tahun ke tahun jumlah wajib pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Medan Kota meningkat, hal ini menandakan bahwa pelaksanaan Sistem


(3)

Administrasi Perpajakan Modern pada KPP Pratama Medan Kota berjalan dengan baik. Oleh karena itu implementasinya berjalan dengan baik maka kualitas pelayanannya pun meningkat dan berjalan dengan baik dan efektif.

6. Permasalahan yang umumnya terjadi dalam pelayanan terhadap Wajib Pajak adalah pemadaman arus listrik, atau perilaku pegawai pajak yang tidak mencerminkan Kode Etik Pegawai, Pegawai Pajak yang bersikap tidak ramah kepada wajib pajak, pegawai pajak juga sering mengobrol dengan sesame petugas sehingga tata waktu berkonsultasi tidak efisien, tidak semua wajib pajak mampu menggunakan fasilitas elektronik yang tersedia dikarenakan kurangnya pendidikan yang memadai di daerah daerah tertentu yang jauh dari perkotaan atau pedesaaan, dan kelalaian petugas pajak juga menjadi suatu masalah yang perlu di perhatikan karena dapat merugikan wajib pajak ataupun Negara.

B. Saran

1. Dalam merespon permasalahan dan memberikan informasi kepada wajib pajak.

a) Petugas agar memberikan informasi/penjelasan secara lengkap, sehingga wajib pajak dapat mengerti dengan baik.

b) Untuk lebih meyakinkan wajib pajak, petugas dapat menggunakan brosur, leaflet, buku petunjuk teknis pelayanan.


(4)

d) Jabatlah tangan wajib pajak dan mengucapkan terima kasih pada saat tamu akan meniggalkan tempat.

2. Bila terjadi pemadaman aliran listrik atau system sedang rusak/terganggu yang mengakibatkan petugas TPT tidak dapat melayani dengan baik, sehingga wajib pajak menjadi tidak sabar/marah, harus memperhatikan antara lain:

a) Petugas meminta maaf atas situasi/ketidaknyamanan yang terjadi b) Memberikan informasi bahwa listrik sedang padam atau system sedang

rusak

c) Memberikan informasi lamanya waktu yang di butuhkan bila pekerjaan dilakukan secara manual (biasanya lebih lama dari pekerjaan melalui by system)

d) Menayakan kesedian wajib pajak untuk menunggu

e) Menanyakan nomor telepon yang bias dihubungi apabila wajib pajak memilih untuk meninggalakn KPP untuk sementara

f) Member tahu kan wajib pajak saat suasana sudah kembali normal dan proses sudah selesai.

3. Pegawai yang berhubungan langsung dengan para wajib pajak harus menjaga sopan santun dan perilaku, ramah, tanggap, cermat, dan cepat serta tidak mempersulit pelayanan

4. Petugas pajak harus lebih mencerminkan Kode Etik Pegawai, segala kebiasaan kebiasaan yang tidak mencerminkan Kode Etik Pegawai harus dihilangkan.


(5)

5. Pegawai atau petugas pajak harus dapat memanfaatkan waktu konsultasi atau pemberian pelayanan secara prima dengan waktu yang seefektif mungkin sehingga wajib pajak tidak merasa waktunya habis terbuang.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Devano, Sony dkk 2006, Perpajakan, Putra Grafika, Jakarta. Mardiasmo, 1994, Perpajakan, Andi Offset, Yogyakarta.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta.

Pandiangan, Liberti, 2008, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan UU

Terbaru, Elex Media Komputindo, Jakarta.