secara i.p. Di mana dosis tersebut menyebabkan kerusakan ringan pada hati berupa
steatosis
Timbrell, 2009
.
Pada saat orientasi, peneliti menggunakan ALT sebagai parameter kerusakan hati akibat toksisitas karbon tetraklorida. Hal ini mengacu pada
penelitian Vohra dan Gupta 2013 bahwa kerusakan hati akibat paparan karbon tetraklorida mengakibatkan peningkatan aktivitas ALT yang sebanding dengan
peningkatan ALP.
E. Penentuan Waktu Pencuplikan Darah
Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji bertujuan untuk mengetahui waktu optimal karbon tetraklorida 2 mLkgBB yang mampu
memberikan efek kerusakan hati maksimal berdasar kenaikan aktivitas serum ALT-AST tertinggi pada tikus. Karbon tetraklorida 2 mLkgBB diinduksikan pada
tikus, kemudian tikus diambil darahnya dengan selang waktu 0, 24, dan 48 jam.
Tabel II. Rata-rata aktivitas serum tikus paska induksi karbon tetraklorida dosis 2
mLkgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam n=3
Selang waktu jam Rata-rata aktivitas serum ALT ± SE mgdL
72,3 ± 4,5 24
217,3 ± 2,1 48
90,3 ± 2,9
Gambar 3. Diagram batang rata-rata aktivitas serum tikus paska induksi karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam.
Uji
Kolmogorov-Smirnov
pada aktivitas serum ALT tikus jam ke-0, 24,
dan 48 menunjukkan signifikansi 0, 999 p0,05; 0,944 p0,05; dan 1,000 p0,05. Hasil analisis pola searah
One Way ANOVA
menunjukkan signifikansi 0,515 p0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi data homogen.
Kemudian data dianalisis dengan uji
Scheffe
untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok tersebut.
Tabel III. Hasil uji
Scheffe
aktivitas serum tikus paska induksi karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam
Selang waktu jam 24
48
B TB
24 B
B
48
TB B
Keterangan: B= Berbeda bermakna p 0,05; TB= Berbeda
tidak bermakna p0,05. Pada tabel II, nampak bahwa aktivitas serum ALT tertinggi terjadi pada
pencuplikan darah jam ke-24 217,3 ± 2,1 mgdL. Hasil uji
Scheffe
pun
menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas serum ALT jam ke-24 yang terjadi signifikan dan berbeda bermakna dibandingkan dengan jam ke-0 dan 48. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi kerusakan hati dengan parameter peningkatan aktivitas ALT serum tersebut. Pada jam ke-48, aktivitas ALT serum tikus
mengalami penurunan 90,3 ± 2,9 mgdL yang secara statistik berbeda tidak bermakna terhadap jam ke-0. Hal ini menunjukkan bahwa pada jam ke-48 fungsi
hati kembali normal. Berdasarkan analisis tersebut, maka ditetapkan waktu pencuplikan darah aktivitas serum ALT paska induksi karbon tetraklorida dosis 2
mLkgBB adalah jam ke-24.
F. Penentuan Lama Pemejanan Infusa Kulit