Duktulus-duktulus empedu menyatu membentuk saluran empedu intrahati yang semakin besar, akhirnya membentuk duktus ekstrahepatik yang mengalirkan
empedu dari hati ke kandung empedu Sacher and McPherson, 2002.
2. Fungsi hati
Hati berperan penting dalam aktivitas metabolik. Hati berfungsi untuk merombak sel darah merah yang tua; mengekskresi bilirubin sebagai produk
perombakan hemoglobin di empedu; detoksifikasi racun; menyimpan Fe
2+
dan vitamin A, D, E, dan K yang larut air; memproduksi protein plasma seperti
albumin dan fibrinogen; menyimpan glukosa sebagai glikogen setelah makan; merombak glikogen menjadi glukosa untuk menjaga kadar glukosa dalam
darah; memproduksi urea hasil perombakan asam amino; dan membantu dalam regulasi kolesterol dalam darah serta mengubahnya menjadi garam empedu
Mader, 2010.
3. Jenis Kerusakan Hati
Toksin dapat merusak hati dengan berbagai jenis kerusakan seperti:
a.
Perlemakan hati
Steatosis.
Perlemakan hati dapat timbul karena konsumsi berlebih dari alkohol atau racun dengan bahan kimia seperti CCl
4
, dimetilnitrosamin,
polyhalogenated biphenyls
, atau fosfor.
Steatosis
dikarakterisasi dengan penumpukan droplet trigliserida di sitoplasma, yang dapat mengganggu sintesis dan transport lipoprotein trigliserida, fosfolipid,
dan glikoprotein. Trigliserida dilepaskan di darah dalam bentuk VLDL. Namun apabila sintesis lipoprotein terganggu, maka lipopreotein tersebut
tidak dapat disekresi ke dalam darah, dan terjadi penumpukan di sel hati
Timbrell, 2009. Pemeriksaan yang dilakukan pada kerusakan ini adalah pemeriksaan
enzim alanin
aminotransferase ALT,
aspartat aminotransferase AST, dan ALP Dudgale, 2013.
b. Kematian hepatosit
Necrosis.
Penampakan morfologi nekrosis merupakan hasil denaturasi protein intraselular dan digesti enzimatik dari hepatosit
yang mati, ditandai dengan peningkatan jumlah eosinofil di sitoplasma dan tampak homogen dibanding sel normal karena telah kehilangan glikogen
Robins dan Cotran, 2010. Keparahan sel ini bergantung pada senyawa toksik, dimana nekrosis bisa terjadi secara lokal maupun menyebar hingga
seluruh bagian hati. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada kerusakan ini adalah pemeriksaan enzim ALT, AST,
glutamate dehydrogenase
GLDH,
ornithine-carbonyl-transferase,
γ
-glutamyl transpeptidase,
dan
sorbitol dehydrogenase
Timbrell, 2009. c.
Kolestasis. Kolestasis merupakan kondisi patologis karena gangguan pembentukan maupun aliran cairan empedu, yang menyebabkan
penumpukan zat warna empedu pada parenkim hepatik. Pembentukan empedu terjadi tergantung pada transportasi ATP empedu ke lumen
kanalikuli. Pada beberapa senyawa kimia tertentu yang dapat mempengaruhi permeabilitas membran dan mengganggu gradien Na
+
dan K
+
, senyawa tersebut dapat menyebabkan terjadinya kolestasis. Gangguan pembentukan
maupun aliran cairan empedu dapat terjadi akibat kerusakan kanal empedu baik ekstra maupun intra hepatik, atau gangguan sekresi cairan empedu
hepatik. Karakteristik kolestatis hasil laboratorium ditunjukkan dengan
peningkatan serum ALP dan GGT, enzim yang ada pada selaput hepatosit dan sel epitel saluran empedu Robins dan Cotran, 2010.