18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variasi dosis pemberian infusa kulit
Persea americana
tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida. b.
Variabel tergantung. Penurunan aktivitas enzim alkali fosfatase tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian infusa kulit
Persea americana
selama 6 hari.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam
penelitian ini adalah kondisi hewan uji yang digunakan, yaitu tikus jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan, dengan berat badan antara 150-250
gram; cara pemberian hepatotoksin secara intraperitoneal; cara pemberian infusa kulit
Persea americana
secara per oral; frekuensi waktu pemberian infusa kulit
Persea americana
Mill. satu kali sehari selama 6 hari
berturut-turut dengan waktu pemberian yang sama; dan bahan uji berupa kulit
Persea americana
Mill
.
b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam
penelitian ini adalah kondisi patologis dari tikus jantan galur Wistar yang digunakan sebagai hewan uji.
3. Definisi operasional
a. Infusa kulit
Persea americana
Mill. Infusa serbuk kering kulit
Persea americana
Mill. didapatkan dengan cara menginfundasi 8 gram serbuk kering kulit
Persea americana
Mill. dalam 100,0 ml air pada suhu 90°C selama 15 menit.
b. Pemberian jangka panjang. Didefinisikan sebagai pemberian infusa kulit
Persea americana
Mill. satu kali sehari selama enam hari berturut-turut dalam waktu pemberian yang sama.
c. Penurunan aktivitas ALP. Didefinisikan sebagai penurunan aktivitas ALP
serum tikus dosis perlakuan yang dibandingkan dengan aktivitas ALP serum tikus kontrol hepatotoksin.
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur
Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
b. Bahan uji yang digunakan adalah kulit
Persea americana
Mill. yang diperoleh dari salah satu depot es di Yogyakarta selama bulan Juni-Juli
2014.
2. Bahan kimia
a.
Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Pelarut hepatotoksin digunakan larutan
olive oil
Bertoli® yang diperoleh dari Supermarket Mirota Kampus, Yogyakarta.
c. Kontrol negatif yang digunakan adalah
olive oil
Bertoli®. d.
Pelarut untuk infusa digunakan aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
e. Reagen serum ALP
Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALP Abbott yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen ALP Abbott
Komposisi Konsentrasi
Reagen 1
2-Amino-2-methylpropanol
1.2 molL
Magnesium
7.2 mmolL
Zinc Sulfate
3.6 mmolL HEDTA
7.2 mmolL
Reagen 2
4-Nitrophenyl Phospate 171.6 mmolL
D. Alat dan Instrumen Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, mesin penyerbuk, ayakan, panci enamel, termometer,
stopwatch
,
beaker glass,
gelas
ukur, cawan porselen, penangas air, kain flannel, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk Pyrex Iwaki Glass®, timbangan analitik Mettler
Toledo®, sentrifuge Centurion Scientific®, vortex Genie Wilten®, spuit injeksi per oral dan syringe 3 cc Terumo®, pipa kapiler, tabung Eppendorf, dan
moisture balance
.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi
Persea americana
Mill.
Determinasi dilakukan dengan mencocokkan
Persea americana
Mill.
yang diperoleh dari salah satu depot es di Yogyakarta dengan buku acuan. 2.
Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah kulit
Persea americana
Mill. yang
masih segar dan tidak busuk selama bulan Juni-Juli 2014. 3.
Pembuatan serbuk kulit
Persea americana
Mill.
Kulit
Persea americana
Mill. dicuci bersih dan dipisahkan dari kulitnya. Setelah itu, kulit dipotong-potong lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50
°C selama 24 jam. Setelah kulit benar-benar kering, kulit dihaluskan dan diayak
dengan ayakan nomor 40 agar kandungan fitokimia dalam kulit
Persea americana
Mill. lebih mudah terekstrak karena luas permukaan serbuk lebih
besar. 4.
Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit
Persea americana
Mill.
Serbuk kering kulit
Persea americana
Mill. yang sudah diayak,
dimasukkan ke dalam alat
moisture balance
sebanyak ± 5 g kemudian
diratakan. Bobot serbuk kering kulit tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan bobot A, setelah itu dipanaskan pada suhu 110
°C. Serbuk kering kulit
Persea americana
Mill. yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan bobot B. Kemudian dilakukan
perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk kulit
Persea americana
Mill. 5.
Pembuatan infusa serbuk kulit
Persea americana
Mill.
Serbuk kering kulit
Persea americana
Mill. ditimbang 8,0 g dan dimasukkan ke dalam 16,0 ml pelarut aquadest dan kemudian ditambahkan lagi
aquadest sebanyak 100,0 ml, kemudian dipanaskan pada suhu 90°C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut selama 15 menit. Waktu 15 menit dihitung ketika
suhu campuran mencapai 90°C. Setelah 15 menit, campuran tersebut diambil dan diperas menggunakan kain flanel kemudian tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa kulit
Persea americana
Mill. yang dikehendaki.
6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida
Larutan karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50, dengan cara melarutkan 50 ml karbon tetraklorida ke dalam
olive oil
sebanyak 50 ml berdasarkan hasil penelitian Janakat dan Al-Merie 2002.
7. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida. Pemilihan dosis ini
dilakukan untuk mengetahui pada dosis berapa karbon tetraklorida mampu menyebabkan kerusakan hati tikus yang ditandai dengan peningkatan ALT-
AST dalam serum darah paling tinggi. Dosis hepatotoksik ini mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie 2002 dan orientasi melalui induksi
hewan uji dengan karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB secara i.p. b.
Penetapan dosis infusa kulit
Persea americana
Mill. Berdasar penelitian
yang dilakukan Putri 2013, konsentrasi infusa biji
Persea americana
Mill. yang mampu memberikan efek hepatoprotektif adalah 8 g100 mL. Selain
itu, mengacu pada penelitian Vinha,
et al.
2013, kandungan flavonoid pada kulit dan biji
Persea americana
Mill. relatif sama. Maka penelitian ini menggunakan dosis seperti pada penelitian yang dilakukan Putri.
Peringkat dosis didasarkan pada pengobatan yang biasa digunakan pada masyarakat yaitu ± 2 sendok makan 4 g serbuk kulit
Persea americana
Mill. yang direbus dengan 250 ml air. Maka dosis perlakuan yang digunakan adalah 4 g70 kgBB manusia. Konversi dosis tikus manusia 70
kg ke tikus 200g = 0,018. Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 4g = 0,72 g200 g BB = 360 mgkgBB
sebagai dosis rendah. Konsentrasi maksimal infusa kulit
Persea americana
Mill. yang dapat dibuat adalah 8 g 100 ml, dengan asumsi berat badan hewan uji maksimal adalah 250 g, dan volume maksimal pemberian infusa
secara p.o = 5 ml. Berdasarkan perhitungan, D x 250 g = 8 g 100ml x 5 ml
D = 1600 mgkgBB, dosis ini disebut dosis tinggi perlakuan.
Untuk mendapatkan dosis tengah perlakuan, terlebih dahulu dihitung faktor kelipatan dari dosis rendah dan dosis tinggi yang sudah diperoleh.
Perhitungan faktor kelipatan adalah sebagai berikut : � � ���
� �ℎ
−1
N = Jumlah peringkat dosis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan 3 peringkat dosis maka n = 3, sehingga perhitungannya sebagai berikut :
1600 360
3 −1
= 2,1 faktor kelipatan
Berdasarkan faktor kelipatan yang diperoleh maka dosis tengah dan dosis rendah perlakuan ditentukan sebagai berikut,
D = 1600 mg kgBB : 2,1 = 761,90 mg kgBB dosis tengah
D = 761,90 mg kgBB : 2,1 = 362,81 mg kgBB dosis rendah
c. Penetapan waktu pencuplikan darah
Berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Merie 2002, waktu optimum kenaikan serum ALT-AST akibat pemejanan karbon tetraklorida 2 mlkgBB
adalah pada jam ke-24. Penetapan waktu pencuplikan ini ditentukan dengan orientasi tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke
–0, 24, dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Setiap kelompok perlakuan terdiri
dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata kemudian diukur aktivitas ALT-AST.
8. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Digunakan 30 ekor tikus jantan galur Wistar sebagai hewan uji yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok perlakuan masing-masing sejumlah lima
ekor tikus. a.
Kelompok I kontrol hepatotoksin diberi larutan karbon tetraklorida :
olive oil
1:1 dosis 2 mlkgBB secara i.p.
b. Kelompok II kontrol negatif diberi
olive oil
dosis 2 mlkgBB secara i.p.
c. Kelompok III kontrol IKPA diberi infusa kulit
P. americana
Mill. dosis
1600 mgkgBB secara p.o. selama 6 hari berturut-turut.
d. Kelompok IV IKPA dosis 362,81 mgkgBB diberi infusa kulit
P. americana
Mill. secara p.o. sekali sehari selama 6 hari berturut-turut.
e. Kelompok V IKPA dosis 761,90 mgkgBB diberi infusa kulit
P. americana
Mill. secara p.o. sekali sehari selama 6 hari berturut-turut.
f. Kelompok VI IKPA dosis 1600 mgkgBB diberi infusa kulit
P. americana
Mill. secara p.o. sekali sehari selama 6 hari berturut-turut.
Pada hari ketujuh kelompok IV-VI diberi larutan karbon tetraklorida
dosis 2 mlkgBB secara intraperitonial. Setelah 24 jam paska induksi karbon tetraklorida, tikus diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata, kemudian
diukur aktivitas ALP.
9. Pembuatan serum
Darah diambil melalui sinus orbitalis mata hewan uji dan ditampung dalam tabung
Eppendorf
dan didiamkan selama 15 menit, lalu disentrifugasi
selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm, lalu dipisahkan bagian supernatannya.
10. Pengukuran aktivitas ALP
Penetapan aktivitas ALP ditetapkan berdasarkan reaksi enzimatik menggunakan reagen kit Abbott® ALP yang terdiri dari reagen 1
2-Amino-2- methylpropanol
1.2 molL,
Magnesium
7.2 mmolL,
Zinc Sulfate
3.6 mmolL, dan HEDTA 7.2 mmolL dan reagen 2
4-Nitrophenyl Phosphate
171.6 mmolL. Prosedur penetapan aktivitas ALP berdasarkan prosedur kerja dari Abbott®. Pengukuran aktivitas ALP ini dilakukan di Laboratorium
Parahita, Yogyakarta.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data aktivitas ALP diuji dengan
Kolmogorov-Smirnov
untuk mengetahui distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi data yang
normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah
One Way ANOVA
dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji
Scheffe
untuk melihat perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna signifikan p0,05 atau tidak
bermakna tidak signifikan p0,05. Namun bila didapatkan distribusi tidak normal, maka dilakukan analisis dengan uji
Kruskal Wallis
untuk mengetahui perbedaan aktivitas ALP antar kelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan uji
Mann Whitney
untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan tiap kelompok.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka panjang infusa kulit
Persea americana
Mill. terhadap aktivitas ALP serum dan mengetahui kekerabatan antara dosis pemberian infusa kulit
Persea americana
Mill. dengan penurunan aktivitas ALP yang dihasilkan pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.
Hasil penelitian yang akan dibahas adalah determinasi
Persea americana
Mill., penetapan kadar air serbuk kulit
Persea americana
Mill., dan pemeriksaan aktivitas ALP serum.
A. Determinasi
Persea americana
Mill.
Determinasi bertujuan untuk memastikan bahwa bahan yang digunakan untuk penelitian memang benar bahan yang dimaksud, di mana pada penelitian ini
bahan yang digunakan adalah kulit
Persea americana
Mill. Determinasi dilakukan secara makroskopis dengan mencocokkan
Persea americana
Mill. yang diperoleh dari salah satu depot es di Yogyakarta
dengan buku acuan. Hasil determinasi yang diperoleh adalah kulit yang digunakan benar kulit
Persea americana
Mill.
B. Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dari serbuk kulit
Persea americana
Mill. bertujuan untuk mengetahui serbuk tersebut telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik,