I. Kontrol Karbon Tetraklorida Dosis 2 mLkgBB
Pengukuran aktivitas ALP pada kontrol karbon tetraklorida 2 mLkgBB bertujuan untuk mengetahui pengaruh hepatotoksik senyawa model. Panjaitan,
Handharyani, Chairul, Masriani, Zakiah, dan Manalu 2007 melaporkan bahwa pemberian karbon tetraklorida 1,0 mLkgBB menyebabkan peningkatan aktivitas
ALP serum tikus 1,6 kali dari nilai normal dan hasil uji histopatologi menunjukkan bahwa efek hepatotoksik yang ditimbulkan berupa steatosis.
Aktivitas ALP serum tikus kelompok kontrol hepatotoksin yang diberi perlakuan CCl
4
2 mLkgBB 440,2 ± 37,7 mgdL bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang diberi perlakuan
olive oil
2 mLkgBB 274,2 ± 25,7 mgdL pada uji
Scheffe
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dan terjadi peningkatan aktivitas ALP serum tikus 1,6 kali Tabel V. Peningkatan
aktivitas ALP pada kontrol hepatotoksin ini membuktikan bahwa karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan pada hati.
J. Kontrol Infusa Kulit
Persea americana
Mill. IKPA Dosis 1600 mgkgBB
Pengukuran aktivitas ALP pada kontrol IKPA bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian IKPA terhadap hati tanpa pemberian toksin karbon tetraklorida, apakah memberikan efek hepatotoksik atau tidak. Dosis yang
digunakan dalam kontrol ini adalah dosis tertinggi, karena diharapkan dosis ini mampu menggambarkan kondisi hati dengan pemberian dosis di bawahnya.
Aktivitas ALP serum tikus pada kelompok kontrol IKPA 242,6 ± 14,5 mgdL bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif 274,2 ± 25,7 mgdL
pada uji statistik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Namun apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin, terdapat perbedaan yang
bermakna. Hal ini membuktikan bahwa pemberian IKPA dosis 1600 mgkgBB tidak menimbulkan peningkatan aktivitas ALP serum, yang mengindikasikan
tidak terjadi kerusakan di hati tikus.
K. Kelompok Perlakuan Infusa Kulit
Persea americana
Mill. IKPA Dosis 362,81; 761,90; dan 1600 mgkgBB pada Tikus Jantan
Terinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 mLkgBB
Penurunan aktivitas ALP serum tikus akibat pemberian IKPA berbagai dosis perlu dievaluasi untuk mengetahui pengaruh hepatoprotektif sediaan
tersebut. Evaluasi ini dilakukan pada hari kedelapan setelah hewan uji diberi IKPA selama enam hari berturut-turut, kemudian pada hari ketujuh hewan uji
diinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB. Kelompok IKPA 362,81 mgkgBB yang memiliki aktivitas ALP 167,0 ±
10,4 mgdL dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin yang memiliki aktivitas ALP 440,2 ± 37,7 mgdL menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna Tabel V. Namun apabila kelompok IKPA 362,81 mgkgBB dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang memiliki aktivitas ALP
274,2 ± 25,7 mgdL, terlihat adanya perbedaan yang tidak bermakna Tabel V. Hal ini membuktikan bahwa IKPA dosis rendah mempunyai efek dalam
menurunkan aktivitas ALP serum tikus terinduksi karbon tetraklorida, yang mana aktivitas ALP setara seperti keadaan normal.
Kelompok IKPA 761,90 mgkgBB yang memiliki aktivitas ALP 236,4 ± 17,1 mgdL dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin yang memiliki
aktivitas ALP 440,2 ± 37,7 mgdL menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna Tabel V. Namun apabila kelompok IKPA 761,90 mgkgBB
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang memiliki aktivitas ALP
274,2 ± 25,7 mgdL, terlihat adanya perbedaan yang tidak bermakna Tabel V. Aktivitas ALP serum tikus pada kelompok IKPA 761,90 mgkgBB setara dengan
kelompok kontrol negatif, yaitu seperti keadaan normal. Hal ini membuktikan bahwa IKPA dosis tengah mempunyai efek dalam menurunkan aktivitas ALP
serum tikus terinduksi karbon tetraklorida. Kelompok IKPA 1600 mgkgBB yang memiliki aktivitas ALP 504,4 ±
49,4 mgdL dibandingkan dengan kelompok kontrol hepatotoksin yang memiliki aktivitas ALP 440,2 ± 37,7 mgdL menunjukkan adanya perbedaan yang tidak
bermakna Tabel V. Aktivitas ALP serum tikus pada kelompok IKPA 1600 mgkgBB setara dengan kelompok kontrol hepatotoksin. Namun apabila
kelompok IKPA 1600 mgkgBB dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang memiliki aktivitas ALP 274,2 ± 25,7 mgdL, terlihat adanya perbedaan yang
bermakna Tabel V. Hal ini membuktikan bahwa IKPA dosis tinggi mempunyai pengaruh terhadap peningkatan aktivitas ALP serum tikus. Penyebab peningkatan
aktivitas ALP ini dimungkinkan karena terjadinya reaksi autooksidasi, di mana konsentrasi tinggi dari flavonoid sebagai antioksidan justru akan menjadi
prooksidan yang memiliki karakter sama persis dengan radikal bebas Carocho and Ferreira, 2013.
Perbandingan aktivitas ALP serum tikus dari ketiga dosis IKPA tersebut menunjukkan bahwa dosis 362,81 dan 761,90 mgdL memberikan pengaruh
dalam menurunkan aktivitas ALP serum tikus terinduksi karbon tetraklorida. Namun pada IKPA dosis 1600 mgdL, aktivitas ALP serum tikus setara dengan
kelompok kontrol hepatotoksin, yang bermakna IKPA dosis tinggi mempunyai efek meningkatkan aktivitas ALP serum tikus.
Pada tabel IV atau gambar 4, terlihat bahwa dengan pemberian IKPA dosis rendah, penurunan aktivitas ALP serum yang dihasilkan justru lebih besar
bila dibandingkan dengan pemberian IKPA dosis tinggi. Hasil uji
Scheffe
menunjukkan bahwa perlakuan IKPA dosis rendah memberikan perbedaan yang tidak bermakna bila dibandingkan dengan dosis tengah, sedangkan dosis tengah
memberikan perbedaan yang bermakna bila dibandingkan dengan dosis tinggi. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dosis tidak mempengaruhi penurunan
aktibitas ALP, sehingga tidak ada kekerabatan antara dosis pemberian IKPA dengan penurunan aktivitas ALP serum yang dihasilkan.
L. Rangkuman Pembahasan