9 Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-
sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap keahlian audit, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada, jumlah sampel dan periode penelitian,
sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi
2.1.2 Perbedaan Antara Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
NO NAMA PENELITI
JUDUL TAHUN
1.
Murtanto dan Gudono Identifikasi Karakteristik –
Karakteristik Keahlian Audit : Profesi Akuntan Publik di
Indonesia
1999
2.
Suryana Identifikasi Karakteristik –
Karakteristik Keahlian Audit :
Profesi Akuntan Publik di Surabaya
2002
3. Mayangsari
Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat
Audit : Sebuah Kuasieksperimen
2003
4. Erma Fina
Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keahlian
Audit : Profesi Akuntan Publik di Surabaya
2012
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10 Menurut Arens dan Loebbecke 1997: 1 auditing sebagai proses pengumpulan
dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksudkan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan
kompeten. Sedangkan menurut Mulyadi 2002 : 11 ditinjau dari sudut profesi akuntan
publik, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai
tindakan dan kejadian ekonomi yang bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
2.2.1.2. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik IAI, 2009 : 150.2 yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai berikut :
1 Standar Umum
a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis sebagai auditor.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11 b
Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya. b
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan. c
Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3 Standar Pelaporan
a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum. b
Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12 c
Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keungan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik Mulyadi,
2002 : 34, yaitu : 1
Standar Auditing Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri dari 10
standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing PSA. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik
dalam melaksanakan perikatan audit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13 2
Standar Atestasi Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Atestasi PSAT. 3
Standar Jasa Akuntansi dan Review Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa akuntan
publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini dirinci dalam bentuk pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review.
4 Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda dari Jasa
atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang
menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi asseres. Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
5 Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai
standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi 2002 : 121 tahap audit atas laporan keuangan meliputi: 1
Penerimaan Perikatan Audit Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit dari klien. Ada 6 Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor didalam
mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu: a
Mengevaluasi integritas manajemen. b
Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa. c
Menilai kompetensi untuk melakukan audit. d
Menilai independensi. e
Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
f Membuat surat perikatan audit.
2 Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 tujuh tahap yang harus ditempuh, yaitu:
a Memahami bisnis dan industri klien.
b Melaksanakan prosedur analitik.
c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal.
d Mempertimbangkan resiko bawaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15 e
Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama.
f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan.
g Memahami pengendalian intern klien.
3 Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur pengendalian
intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a Pengujian analitis analytical tests.
b Pengujian pengendalian tests of control.
c Pungujian substantive substantive tests.
4 Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan auditan
audited financial statement, penjelasan laporan keuangan notes to financial statement dan pernyataan pendapat auditor.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
2.2.2. Ciri – ciri Psikologis
2.2.2.1. Ciri – ciri Pribadi dan Profesi Auditor
Menurut Lawrence B. Sawyer yang dikutip Kosasih 1981: 65 ciri auditor yang kompeten adalah :
1. Adaptability yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai masalah hal
keadaan pada perusahaan yang diperiksa, mudah berubah sesuai dengan keadaan, cepat bereaksi terhadap masalah baru, cara manajemen baru, atasan baru dan lain –
lain. 2.
Understanding yaitu pandai memahami apa yang dikehendaki orang lain, apa maksud dari perbuatan tindakan, mengetahui bagaimana permasalahannya, tahu
apa yang dapat diterima orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain dan lain – lain.
3. Determination yaitu mampu menentukan tindakan dan tujuan yang hendak dicapai,
mampu mengatasi segala rintangan yang dihadapi dan bertindak tegas dalam pengambilan keputusan dengan menerima segala konsekwensinya.
4. Independent yaitu mampu bertindak jujur dan objektif, tidak dipengaruhi
pertimbangan pihak luar dan pertimbangan pribadinya serta selalu memihak kepada kebenaran.
5. Trustworthiness yaitu dapat dipercayai tanpa keraguan, selalu mengemukakan fakta
yang benar ditinjau dari segala segi. 6.
Objectivity yaitu bertindak selalu objektif yang berarti akan mengatakan adanya tells it like it is dan bukan apa yang disukainya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17 7.
Responsibility yaitu penuh rasa tanggung jawab untuk melaksanakan tugas secara tuntas dan berusaha kerja sebaik – baiknya.
Sedangkan menurut Robert Halk yang dikutip Widjaya 1994: 9 orang yang berada pada profesi akuntansi tinggi mempunyai ciri – ciri karakteristik sifat – sifat
sebagai berikut : 1.
Mereka mempunyai keinginan maju terus. 2.
Mereka bekerja keras. 3.
Mereka tidak takut mengambil keputusan. 4.
Mereka mempunyai banyak keingintahuan intelektual. 5.
Mereka senang atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu profesi seperti organisasi lainnya, misalnya IDI Ikatan Dokter Indonesia, PWI Persatuan Wartawan Indonesia. Supaya
dikatakan profesi, ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya.
Menurut Harahap 1991: 23 adapun ciri profesi, yaitu sebagai berikut : 1.
Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya.
2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam
profesi itu. 3.
Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyrakat atau pemerintah.
4. Keahliannya dibutuhkan masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18 Sedangkan menurut John O. Miller dalam bukunya Training for a profession
yang dikutip oleh Harahap 1991: 24 menyebutkan ciri – ciri profesi sebagai berikut : 1.
Para anggota memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperolehnya dari latihan akademik pada lembaga perguruan tinggi.
2. Para anggota mempertahankan suatu standar etik yang tinggi berdasarkan otonomi
dan kebebasan. 3.
Para anggota termasuk dalam suatu ikatan yang dibentuk untuk melindungi dan memperhatikan kepentingan anggota dan ikatan tadi mempergunakan standar etik
untuk melindungi masyarakat. 4.
Para anggotanya dalam memberikan jasa kepada masyarakat umum, dapat bekerja sendiri sebagai akuntan publik, atau sebagai pegawai pada suatu kantor akkuntan
publik.
2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor
Tanggung jawab auditor terbatas pada melaksanakan pemeriksaan audit dan melaporkan hasilnya sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan.
Luasnya pertanggungjawaban dalam pemeriksaan menurut Jusuf 1997: 118 dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Kecurangan pegawai
Dalam profesi auditing telah ditegaskan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk menemukan usaha penipu oleh karyawan selama pemeriksaan telah
dilakukan menurut norma pemeriksaan akuntan.Jika auditor berkewajiban membongkar semua penipuan material, pengujian auditing harus lebih banyak
diperluas, karena ada banyak macam penipuan yang sukar peka terhadap kemungkinan adanya kesalahan yang disengaja dalam menilai pengendalian internal.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19 Prosedur audit harus diperluas jika auditor menemukan kelemahan dalam
pengendalian atau kegagalan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, jika menggangap kesalahan atau kelainan yang material dapat timbul karenanya.
2. Kecurangan Manajemen
Kecurangan oleh manajemen pada dasarnya sulit diungkapkan karena kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggota manajemen memegang
kendali atas pengendalian inernal. Kesalahan bisa berupa penghapusan transaksi, laporan yang keliru mengenai jumlah angka yang dicatat. Audit tidak dapat
sepenuhnya memberi jaminan untuk menemukan kecurangan yang penting, tapi auditor harus waspada akan adanya penipuan dalam hal adanya tekanan yang berat
terhadap manajemen atau tidak adanya kejujuran manajemen. 3.
Tindakan melanggar hukum oleh klien Auditor biasanya tidak dapat diharapkan untuk mengungkapkan adanya
tindakan melanggar hukum, selama suatu audit hanya menyangkut masalah keuangan, dan bukan masalah hukum. Namun demikian pemeriksaan terhadap
pengendalian internal, pertanyaan – pertanyaan terhadap manajemen, dan surat menyurat dengan pengacara dan prosedur audit lain dapat mengungkapkan adanya
tindakan melanggar hukum.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
2.2.2.3. Tipe Auditor
Menurut Mulyadi 2002: 28 orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Auditor Independen
Auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keungan yang dibuat oleh kliennya. Audit
tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi
pemerintah terutama instansi pajak 2.
Auditor Pemerintah Auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya adalah
melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit – unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. 3.
Auditor Intern Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
2.2.2.4. Aspek Independensi Auditor
Menurut Halim 2001: 21 dalam Dedy 2009 membagi kedalam 3 tiga aspek Independensi Auditor, yaitu antara lain :
1. Independensi dalam fakta Independence in fact
Yaitu Auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
2. Independensi dalam penampilan Independence in Appearance
Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga
pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitas. Meskipun auditor telah menjalankan audit dengan baik secara independen dan objektif, pendapat yang
dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai jasa auditor independen, bila ia tidak mampu mempertahankan independensi dalam
penampilan. Oleh karena itu independensi dalam penampilan sangat penting bagi perkembangan profesi auditor.
3. Independensi dari sudut keahliannya Independence in Competence
Artinya Auditor yang awam dalam elektronik data processing system tidak memenuhi independensi keahlian bila ia mengaudit perusahaan yang pengolahan
datanya menggunakan sistem informasi terkomputerisasi. Independensi dari sudut keahliannya terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
2.2.3. Komponen Pengetahuan
Menurut Winardi 1989: 10 komponen pengetahuan adalah bagian – bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya yang membentuk satu kesatuan yang seimbang
yang dicapai berdasarkan pengalaman-pengalamannya yang mendahului lahirnya ilmu pengetahuan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22 Selanjutnya menurut Winardi 1989: 21, pengetahuan dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu : 1.
Pengetahuan yang memiliki suatu objek pengalaman Suatu objek yaitu hal yang dipersoalkan, baik yang bersifat konkrit atau
abstrak.Suatu objek pengalaman adalah suatu objek yang dialami atau dapat diamati dan sifatnya berdasarkan kejadian yang dialami dalam keseharian.
2. Pengetahuan yang tidak memiliki suatu objek pengalaman
Suatu pengetahuan yang tidak banyak jumlah pengabdiannya tetapi mencakup apa yang dikenal mengetahui yang sifatnya adalah pengetahuan formil, jadi tidak
memiliki objek pengalaman.
2.2.4. Strategi Penentuan Keputusan
2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya harus dapat mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang akan digunakan untuk mendukung pendapat yang akan
diberikannya, dimana bukti-bukti tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam membentuk judgement.
Dalam proses pengumpulan bukti audit, Mulyadi 2002: 91 berpendapat bahwa auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu :
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu disebut program audit. Pada
umumnya program audit juga menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan program audit, dan pelaksana audit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23 2.
Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya
sampel yang berbeda dari suatu unsur dengan unsur yang lain. 3.
Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih sebagai anggota sampel Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor
masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.
4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu
Karena audit terhadap laporan keungan meliputi satu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor mulai dapat mengumpulkan bukti audit segera
setelah awal tahun. Biasanya audit baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah tanggal neraca. Maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun
yang diaudit. Akhir tahun yang diaudit, atau beberapa munggu atau bulan setelah tanggal neraca.
2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan
Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan
pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Pengetahuan yang
memadai mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24 Dalam ilmu pengambilan keputusan menurut Harahap 1997: 15 dikenal tahap–
tahap yang diikuti dalam proses pengambilan keputusan, proses yang umum adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi persoalan dengan cara membandingkan keinginan dengan kejadian
yang sebenarnya. 2.
Merumuskan persoalan utama. 3.
Merinci persoalan utama. 4.
Merumuskan berbagai alternatif pemecahan. 5.
Memutuskan pilihan yang terbaik. 6.
Melaksanakan keputusan. 7.
Memonitor dan menindaklanjuti.
Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan gambar prosedur pengambilan keputusan, yang daisajikan pada gamabr 2.2, yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.2 : Prosedur pengambilan keputusan
Sumber : Sofyan Safri Harahap, 1997, Akuntansi Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
Halaman 16
Pemilihan alternatif
Melaksanakan tindakan
Mengambil keputusan
Penentuan tujuan
Umpan balik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
2.2.4.3. Faktor–faktor Pengambilan Keputusan
Menurut Umar 1999: 31 ada tiga factor utama yang mempengaruhi seorang pengambil keputusan decision maker suatu organisasi untuk mengambil sebuah
keputusan, yaitu :
1. Kondisi internal dan eksternal organisasi
Ada beberapa faktor utama untuk menilai kondisi internal organisasi, antara lain ketersediaan dana, kualitas sumber daya manusia, peralatan yang dimiliki,
struktur organisasi, system organisasi, dan lain – lain. Semua itu dapat menjadi kekuatan perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang, atau dapat pula menjadi
yang sebaliknya.Faktor – faktor sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya masyarakat.Semua faktor itu harus turut dipertimbangkan oleh pihak manajemen
dalam pengambilan keputusan. 2.
Ketersediaan informasi Ketersediaan informasi menjadi faktor yang sangat penting untuk menilai
proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil oleh manajemen. Dalam suatu organisasi, kualitas maupun kuantitas masalah yang harus dipecahkan bervariasi,
tetapi harus diselesaikan menurut urutan prioritasnya sehingga diperoleh hasil yang prima.
3. Keterampilan pengambil keputusan
Nilai – nilai yang dimiliki oleh seorang pengambil keputusan, misalnya manajer, tergantung pada beberapa faktor utama, seperti intelegensi, kapasitas, rasa
tanggung jawab dan lain – lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26 Tipe-tipe pengambil keputusan yang dilatarbelakangi oleh pengkombinasian
nilai dari faktor – faktor diatas, dapat dibagi atas lima tipe yang penjelasan ringkasnya disajikan dibawah ini :
1. Tipe ketergantungan
Salah satu tipe pengambil keputusan yang kurang mempunyai pendirian dan lemahnya penguasaan masalah yang dihadapi sehingga ia memerlukan bantuan
orang lain. 2.
Tipe eksploitatif Suatu tipe pengambil keputusan yang ide – ide pengambil keputusannya
dating dari orang lain atau bawahannya, dan sekaligus mengeksploitasi mereka untuk kepentingannya sendiri sehingga ia bisa menutupi ketidakmampuannya.
3. Tipe tabungan
Pengambil keputusan mempunyai banyak ide, tetapi dipendam untuk disampaikan pada saat yang dirasanya tepat demi kepentingan pribadinya.
4. Tipe pemasaran
Tipe ini dapat dikatakan kebalikan dari tipe tabungan. Tipe ini ditujukan pada pengambil keputusan yang suka memberitahukan ide – idenya kepada orang
lain dengan tujuan negatif, yaitu sekedar pamer untuk menarik simpati. 5.
Tipe produktif Tipe ini mencirikan pengambil keputusan yang memang memiliki
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, inisiatif, kreatif dan dapat bekerja sama baik dengan bawahan, atasan, maupun rekan kerja.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
2.2.4.4. Jenis–Jenis Keputusan
Menurut Umar 1999: 33 keputusan terbagi atas dua jenis utama yaitu sebagai berikut :
1. Keputusan yang terstruktur
Keputusan yang terstruktur mempunyai aturan-aturan yang jelas dan teliti, dipakai berulang-ulang, dapat diprogramkan sehingga dapat didelegasikan kepada
orang lain maupun kepada perangkat computer. Misalnya keputusan pemayaran gaji karyawan, yaitu kapan waktu pembuatan laporannya, bagaimana perhitungan
besarnya gaji dan kapan dibayarkannya. 2.
Keputusan yang tidak terstruktur Keputusan yang tidak terstruktur sifat munculnya kadang-kadang sifat
keputusan yang harus diambil bersifat unik sehingga analisanya baru, tidak dapat didelegasikan, kadang-kadang alat analisanya tidak lengkap dan bahwa keputusan
lebih didominasi oleh intuisi atau instingnya.
2.2.4.5. Jenis Pendapat
Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor menurut Mulyadi 2002: 90 yaitu sebagai berikut :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion
report. Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam
penyusunan laporan keuangan, serta pengungkapan memadai dalam laporan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28 keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah
laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : a.
Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran. b.
Lengkap informasi. 2.
Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan unqualified opinion report with explanatory language. Jika terdapat hal-hal yang
memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan
laporan keuangan audit bentuk baku. 3.
Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan
pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit. a.
Lingkup audit dibatasi oleh klien. b.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar
kekuasaan klien maupun auditor. c.
Laporan keuangan tidak disususn sesuai dengan prinsipn akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29 Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang
disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. 4.
Pendapat tidak wajar adverse opinion Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup
auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti audit yang kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar
oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai
informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. 5.
Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka
laporan ini disebut dengan laporan tanpa pendapat no opinion report. Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
2.2.5. Analisis Tugas
2.2.5.1. Penentuan Waktu Penugasan
Umumnya waktu enam sampai dengan sembilan bulan merupakan jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanakan secara seksama pekerjaan audit,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30 sehingga waktu idealnya waktu penugasan audit sudah diterima oleh auditor enam
sampai dengan sembilan bulan sebelum akhir tahun buku klien. Penugasan auditor mendekati akhir tahun buku klien dapat menyebabkan auditor
tidak dapat melaksanakan prosedur penting sehingga kemungkinan auditor tidak dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan
Mulyadi, 2002: 130.
2.2.5.2. Pembuatan Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien,
tujuan, lingkup audit. Lingkup tanggung jawab yang dipikul auditor bagi kliennya. Kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang
akan diterbitkan oleh auditor. Baik auditor maupun kliennya berkepentingan terhadap surat penugasan audit, karena dalam surat tertentu berbagai kesepakatan penting tentang
penugasan audit didokumentasikan, sehingga dapat dicegah terjadinya kesalapahaman yang mungkin timbul antara auditor dengan kliennya Mulyadi, 2002: 131.
2.2.5.3. Isi Pokok Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit menurut Mulyadi 2002: 131 umumnya berisi tentang : 1.
Tujuan audit atas laporan keuangan. 2.
Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan. 3.
Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, pernyataan dari badan professional yang harus dianut oleh auditor.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31 4.
Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan hasil penugasan.
5. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak
beresan material tidak akan terdeteksi. 6.
Pengaturan reproduksi laporan keungan auditan. 7.
Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan ssignifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam auditnya.
8. Akses keberbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang harus dalam
kaitannya dengan audit. 9.
Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan penagihannya.
2.2.6. Keahlian Audit
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat. Trotter 1986 dalam Mayangsari 2003 mendefinisikan ahli adalah orang yang
dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.
Hayes-Roth et.al 1983 dalam Mayangsari 2003: 4 keahkian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang
timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Selanjutnya pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam Qudus 2004 adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan standar, prosedur dan teknik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32 pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian
sendiri berarti kemampuan yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas dan
bantuan berarti dari pihak lain. Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari 2003, keahlian audit dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan
prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang
auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman. Penelitian Murtanto 1998 dalam Mayangsari 2003 menunjukkan bahwa
komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu
1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian.
Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman 1989 juga mengatakan bahwa pengalaman akan
memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan. 2.
Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s 1990 menunjukkan bahwa
kepercayaan, komunikasi dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian audit.
Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program
pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33 pemeriksaan, menyusun kertas kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil
pemeriksaan. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan keahlian audit adalah seseorang yang
memiliki tingkat kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan
ilmu yang dimilikinya.
2.2.7. Keterkaitan Masing-masing Karakteristik Terhadap Keahlian Audit
2.2.7.1. Ciri-ciri Psikologis
Seorang auditor yang ahli adalah seorang auditor yang mempunyai ciri-ciri psikologis yaitu misalnya pandai memahami apa yang dikehendaki orang lain, apa
maksud dari perbuatan tindakan, mengetahui bagaimana permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain
Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf 1997 menyatakan bahwa seorang auditor ahli, adalah auditor harus dapat menghindari kelalaian dan ketidakjujuran, hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Shanteau dan Peters 1989 dalam Murtanto 1998 yang menyatakan bahwa komunikasi, kreativitas dan kepercayaan pada keahlian
sangat penting.
2.2.7.2. Komponen Pengetahuan
Komponen pengetahuan penting dalam suatu keahlian Murtanto, 1998: 42, kemudian Kanfer dan Ackerman 1989 dalam Murtanto 1998: 41 menyatakan
pengalaman yang merupakan komponen pengetahuan dalam auditing sering digunakan sebagai surrogate dari pengetahuan. Sebab pengalaman akan member hasil didalam
menghimpun pengetahuan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
2.2.7.3. Strategi Penentuan Keputusan
Seorang auditor yang ahli harus mempunyai kemampuan memahami criteria yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk
mendukung pengambilan keputusan.Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen. Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam
mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan haruslah tidak bias Amir Abadi Yusuf, 1997: 2. Adapun
menurut Mohammadi 1987 dalam Murtanto 1998: 42 para profesional auditing sangat berkepentingan dalam menggembangkan dan menggunakan strategi penentuan
keputusan dalam membuat keputusan.
2.2.7.4. Analisis Tugas
Analisa kualitas hasil kerja auditor adalah hal yang sangat penting. Hal ini karena auditor menarik sebuah kesimpulan audit berdasarkan pekerjaan audit yang telah
dilakukan, sehingga analisis tugas akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Analisis tugas juga mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh
auditor yang ahli, menururt Mohammadi 1991 dalam Murtanto 1998: 42.
2.3. Kerangka Pikir