Pendahuluan Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan tingkat penghasilan).

1

1. Pendahuluan

Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah meningkat secara terus menerus, yaitu keadaan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg Wells et al. 2009. Jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh, sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat secara kronis. Jika penyakit ini dibiarkan dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal Departemen Kesehatan RI, 2013. Menurut European Society of Hypertension ESH dan European Society of Cardiology ESC tahun 2013, katogeri tekanan darah dibagi menjadi kategori optimal dengan tekanan sistolik 120 mmHg danatau tekanan diastolik 80 mmHg, kategori normal dengan tekanan sistolik 120-129 mmHg danatau tekanan diastolik 80-84 mmHg, kategori normal tinggi dengan tekanan sistolik 130-139 mmHg danatau tekanan diastolik 85-89 mmHg, kategori hipertensi kelas 1 dengan tekanan sistolik 140-159 mmHg danatau tekanan diastolik 90-99 mmHg, kategori hipertensi kelas 2 dengan tekanan sistolik 160-179 mmHg danatau tekanan diastolik 100-109 mmHg, kategori hipertensi kelas 3 dengan tekanan sistolik ≥180 mmHg danatau tekanan diastolik ≥110 mmHg Mancia et al. 2013. Masalah hipertensi di Indonesia cenderung meningkat. Menurut RISKESDAS, terjadi peningkatan penyakit tidak menular terutama hipertensi, yaitu dari 8,3 pada tahun 2007 meningkat menjadi 12,8 pada tahun 2013 Sugianto, dkk, 2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 Departemen Kesehatan RI, 2013. Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki peringkat ke 5 di Indonesia dengan kasus Hipertensi. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2010 kasus hipertensi di Provinsi DIY mendapat angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 35,8 diatas rata-rata seluruh Indonesia yang mencapai 31,7 Sugianto dkk, 2013. Menurut data yang yang di peroleh dari puskesmas di Kabupaten Sleman pada tahun 2011, penyakit hipertensi pada usia lanjut menduduki peringkat pertama kasus yang paling banyak terjadi yaitu sebanyak 39,65. Hipertensi merupakan penyakit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 kedua terbanyak di Kabupaten Sleman, yaitu sebanyak 63,377 kasus hipertensi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2013. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigarlaki 2006, Abed and Abu-Haddaf 2013, 75,8 penderita hipertensi merupakan subjek dengan penghasilan rendah dan 15 terjadi pada subjek dengan penghasilan tinggi. Subjek dengan penghasilan tinggi akan lebih mudah untuk melakukan terapi hipertensi secara rutin Departemen Kesehatan RI, 2013. Responden yang menderita hipertensi cenderung memiliki status kesehatan yang buruk dibandingkan dengan responden yang tidak menderita hipertensi Hayes, et al, 2008. Usia dan tingkat penghasilan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kualitas hidup seseorang. Pada lansia, risiko terserang penyakit serius lebih besar, sehingga pasien lansia mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien yang berusia lebih muda Steigelman, et al., 2006. Penduduk dengan penghasilan di bawah UMR mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan penduduk dengan penghasilan di atas UMR Panthee and Kritpracha 2011. Pada masyarakat dengan pendapatan rumah tangga yang tinggi, dapat menurunkan risiko terjadinya hipertensi, sehingga memiliki kualitas hidup yang lebih baik Lam 2011. Usia dan tingkat penghasilan juga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien hipertensi. Kualitas hidup responden dapat diukur dengan menggunakan instrumen 36-item short-form and Health Survey SF-36. Instrumen SF-36 terdiri dari 1 pertanyaan transisi dan 35 pertanyaan tentang kualitas hidup. Pada pertanyaan transisi, peneliti meminta pasien untuk menilai jumlah perubahan kesehatan yang mereka alami selama satu tahun terakhir. Pertanyaan lainnya sebanyak 35 butir disusun dalam 8 domain, yaitu domain fungsi fisik, peran fisik, nyeri tubuh, kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, peran emosional, dan peran mental Jordan-marsh 2002. Instrumen SF-36 merupakan kuesionar yang digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas hidup secara generik dan dapat diterapkan secara luas. Penggunaan SF-36 bersifat menyeluruh baik pada populasi sehat ataupun populasi dengan penyakit tertentu Nwankwo et al. 2013. 3 Hipertensi di Indonesia memiliki angka prevalensi yang tinggi dan hipertensi dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang, sehingga perlu diadakan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun dengan perbedaan usia dan tingkat penghasilan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sleman, pada 3 padukuhan yaitu Padukuhan Morangan, Padukuhan Jimat, dan Padukuhan Jelapan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi kualitas hidup masyarakat di Kecamatan Ngemplak oleh Kabupaten Sleman dan dapat menjadi masukan bagi instansi kesehatan masyarakat setempat terkait dengan kualitas hidup responden hipertensi, serta dapat menjadi informasi terkait perbedaan faktor usia dan tingkat penghasilan terhadap kualitas hidup responden hipertensi.

2. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan jenis kelamin).

0 0 67

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36: kajian faktor usia dan jenis kelamin di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

0 0 59

Ketaatan terapi responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen morisky di kecamatan Ngemplak, Sleman, DIY (kajian usia dan aspek gaya hidup).

0 0 76

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen sf-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, DIY (kajian usia dan pendidikan).

0 1 66

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36:kajian faktor usia dan tingkat penghasilan di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

0 0 66

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen sf-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan jenis pekerjaan).

0 1 85

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen SF-36 di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan body mass index).

0 0 90

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi usia 40-75 tahun menggunakan instrumen sf-36 (kajian usia dan tingkat pendidikan) di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 77

Evaluasi kualitas hidup responden hipertensi menggunakan instrumen SF-36 : kajian faktor usia dan body mass index di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY.

0 0 60

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian usia dan penghasilan).

1 3 107