18 yang timbul oleh jamur ini sangat sulit dihilangkan karena jamur
berakar di sela-sela serat kertas.
4
1. Melaksanakan perbaikan naskah yang rusak baik dari yang sederhana
maupun yang kompleks.
2.5 Peran Konsevator Dalam Pelestarian Naskah
Konsevator memiliki tanggung jawab dalam memperbaiki fisik dokumen, membantu mengembangkan kebijaksanaan pelestarian dan pengawetan
naskah serta bertanggung jawab dalam menentukan standar dan spesifikasi untuk setiap perbaikan dari segi profesi maupun etika. Tugas utama seorang konsevator
adalah:
2. Mengadakan tes bahan kimia yang sesuai untuk menentukan
penggunaan bahan tertentu yang sesuai dengan naskah yang akan dilestarikan.
3. Mengadakan konsultasi dengan mereka yang lebih berpengalaman
dalam bidang perbaikan bahan di luar bidang keahlian. 4.
Mengadakan penelitian dan konsultasi dengan ahli subjek dan kurator serta memberikan saran perbaikan apa yang sesuai dengan koleksi
yang ada. 5.
Merencanakan dan mengorganisasikan perbaikan fisik dan alat-alat serta perlengkapan khusus.
6. Mengawasi perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk
memperbaiki naskah. 7.
Memberikan saran mengenai prosedur perbaikan dan perawatan dokumen serta melatih dan mengawasi para teknisi.
8. Bekerjasama dengan konservator lain untuk mengembangkan
penelitian dalam bidang pelestarian. Kualifikasi dari seorang konservator adalah memiliki pendidikan
akademi yang berhubungan dengan subjeknya. Ia harus menunjukkan pengetahuan mengenai bahan-bahan kimia, kondisi naskah, dan penyebab
4
Jamridafrizal. 2009. Pelestarian Bahan Pustaka. http:www.scribd.comdoc17622883pelestarian-bahan-pustaka
. diakses 10 Mei 2014.
Universitas Sumatera Utara
19 kerusakan, serta musuh-musuh dokumen. Memiliki pendidikan lanjutan dalam
bidang pelestarian dokumen secara formal maupun latihan praktis. Ia bisa menunjukkan kemampuan dalam memperbaiki dokumen atau naskah yang rusak
Martoatmodjo, 1993.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB III KONSERVASI NASKAH-NASKAH KUNO DI MUSEUM NEGERI
PROVINSI SUMATERA UTARA
3.1 Sejarah Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara diresmikan tanggal 19 april 1982 oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan DR Daoed Yosoef, namun
peletakan koleksi pertama dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno tahun 1954 yang berupa Mekara, oleh karena itu museum ini terkenal
dengan nama gedung Arca. Mekara adalah patung batu bentuknya seperti perpaduan bentuk kepala binatang air dan gajah, ditengah mulutnya terdapat relief
manusia berdiri. Dalam metologi Hindu, arca ini dianggap sebagai tunggangan Dewi Gangga, sedangkan posisi sebenarnya dalam bangunan suci candi arca ini
diletakkan di kiri kanan bangunan candi yang berfungsi sebagau penolak bala.
3.2 Bangunan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
Bangunan museum berdiri di atas lahan 10.468 m
2
, sedangkan bangunannya terdiri dari bangunan induk dua lantai yang dipergunakan untuk tata
pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang audio visualceramah, ruang kepala museum, tata usaha, ruang seksi bimbingan, perpustakaan, ruang micro
film, ruang komputer, dan storage. Secara arsitektur bentuk bangunan induk museum ini menggambarkan rumah tradisional daerah Sumatera Utara. Pada
bagian atap depan dipenuhi dengan ornamen dari etnis Melayu, Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pak-pak dan Nias.
Pada dinding depan di kiri kanan pintu masuk museum terdapat ornamen yang menggambarkan potensi sejarah budaya Sumatera Utara, pahlawan nasional
seperti Raja Sisingamangaraja XII, komponis lagu Jaga Depari, Lili Suheri, sastrawan Tengku Amir Hamzah, pencipta lagu Nahum Situmorang dan tokoh
pendidik Willem Iskandar. Bangunan lain di luar bangunan induk adalah
Universitas Sumatera Utara