8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Corporate Social Responsibility Diclosure
2.1.1 Corporate Social Responsibility CSR Corporate Social Responsibility CSR
pertama kali dikemukakan oleh Howard R Bowen pada tahun 1953. Di Indonesia CSR mulai berkembang
sejak diterbitkannya Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di bidang atau
terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Darwin 2004 dalam Septiana dan Nur
2012 mendefinisikan CSR sebagai mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan
dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Williams dan
Siegel2001 juga meyakini bahwa: “CSR is conventionally defined as the social involvement,
responsiviness, and accountabilitty of companies apart from their core profit activities and beyond the requirements of the law and what is
otherwise required by goverment”
Secara universal, kedua pemahaman tersebut mengatakan bahwa aktivitas CSR mempunyai keterlibatan sosial pelaku bisnis atau
stakeholder dalam mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Caroll 1996:3 CSR berbentuk pyramid yang terbagi atas empat tingkatan.
Tahap pertama adalah tanggung jawab ekonomi. Perusahaan akan memaksimumkan pendapatan dan meminimumkan biaya untuk mencari
keuntungan atau pencapaian laba. Tahap kedua adalah legal responsibility. Pada tahap ini perusahaan akan berusaha untuk mematuhi hukum obey of
law yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi konsumen,
lingkungan, dan tenaga kerja. Tahap ketiga adalah perusahaan berada pada ethical responsibility
dan pada tahap akhir perusahaan akan berusaha menjadi perusahaan yang tidak merugikan lingkungan dan komunitasnya.
CSR tidak lagi berpijak pada praktek single bottom line yang berorientasi pada kinerja keuangan saja, namun dewasa ini CSR juga telah mengacu
pada triple bottom line, yang artinya selain berorientasi pada kinerja keuangan, perusahaan juga berorientasi pada aktivitas sosial dan
lingkungan. Namun dalam prakteknya masih banyak perusahaan yang belum mengacu pada tiga dasar tersebut dan masih banyak perusahaan
yang hanya berorientasi pada pemerolehan laba. Karena tanggung jawab perusahaan yang berorientasi pada sosial sifatnya sukarela dan tujuannya
hanya untuk memuaskan stakeholder. CSR juga berkaitan dengan teori legitimasi dan teori sinyal. Teori
legitimasi merupakan teori yang memaparkan tentang keterkaitan perusahaan dengan masyarakat. Donovan dan Gibson 2000 berpendapat
legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari
perusahaan dari masyarakat. Oleh sebab itu keberlangsungan perusahaan
sangat dipengaruhi oleh masyarakat. Perusahaan dan masyarakat harus melakukan hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik tersebut dapat
berupa kepercayaan masyarakat untuk mempercayai perusahaan tersebut melangsungkan kegiatan perusahaannya. Teori legitimasi ini menjadi
dasar perusahaan untuk meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas perusahaan dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Pengungkapan
pertanggungjawaban perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan akan dilaporkan dalam laporan tahunan. Sedangkan untuk teori sinyal
membahas mengenai
pentingnya informasi
perusahaan yang
mempengaruhi keputusan investasi diluar pihak perusahaan. Informasi yang dikeluarkan perusahaan merupakan sinyal bagi para investor. Jika
informasi perusahaan bersifat positif diharapkan pelaku pasar akan segera merespon sinyal tersebut. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain Jogiyanto, 2000.
Menurut Cheng dan Yulius 2011, aktivitas CSR dapat memberikan banyak manfaat, seperti: dapat meningkatkan citra dan daya tarik
perusahaan di mata investor serta analis keuangan penjualan dan dapat menunjukkan brand positioning dan dapat meningkatkan penjualan dan
market share. Pengungkapan CSR merupakan proses pemberian informasi
kepada kelompok yang berkepentingan tentang aktivitas perusahaan serta dampaknya terhadap sosial dan lingkungan Mathews, 1995.
Menurut Suharto 2004 dengan menggunakan dua pendekatan minimal ada delapan kategori perusahaan dalam melaksanakan CSR.
Pendekatan yang dimaksud dalam hal ini adalah pendekatan porsi keuntungan perusahan dan besarnya anggaran CSR dan tujuan CSR
apakah untuk promosi atau pemberdayaan. a. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya profit:
1 Perusahaan Minimalis yatiu perusahaan dengan profit yang
rendah dan memiliki anggaran CSR yang rendah. 2
Perusahaan Ekonomis yaitu perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi namun anggaran CSR nya rendah.
3 Perusahaan Humanis yaitu perusahaan yang memiliki profit
yang rendah namun memiliki anggaran CSR yang relatif besar. 4
Perusahaan Reformis yaitu perusahaan yang memiliki profit besar dan angaran CSR yang besar.
b. Berdasarkan tujuan untuk promosi atau pemberdayaan masyarakat: 1
Perusahaan pasif yaitu perusahaan yang menerapkan CSR dengan tujuan yang tidak jelas. Bukan untuk promosi bukan
pula untuk pemberdayaan masyarakat. 2
Perusahaan Impresif yaitu perusahaan yang melaksanakan CSR dengan tujuan sebagai sarana promosi bagi perusahaan.
3 Perusahaan Agresif yaitu perusahaan yang melaksanakan CSR
dengan tujuan utama pemberdayaan masyarakat disamping juga bertujuan promosi.
4 Perusahaan Progresif yaitu perusahaan yang melaksanakan CSR
dengan tujuan promosi sekaligus pemeberdayaan masyarakat. 2.1.2 Pengertian Corporate Social Responsibility Disclosure
Menurut Hackston dan Milne 1996 dalam Sembiring 2005 pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sering disebut juga
sebagai corporate social responsibility atau social disclosure, corporate soscial reporting, social reporting
merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap
kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pengungkapan tanggung jawab sosial juga dapat diartikan
sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap strategic- stakeholders
nya, terutama komunitas dan masyarakat sekitar wilayah kerja dan operasinya Daniri, 2008. Chariri 2013 mengatakan bahwa CSR
disclosure sangat besar peranannya bagi perusahaan, salah satunya
digunakan untuk menarik dana investasi bagi masyarakat. Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan
yang ditetapkan standar, yaitu pengungkapan wajib mandatory disclosure
dan pengungkapan
sukarela voluntary
disclosure .
Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh lembaga yang berwenang Pajak, Undang-Undang, SAK, maupun
BAPEPAM. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan
untuk mengungkapkannya. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah
pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan, mencakup lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, tenaga
kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Tujuan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menurut
Gray et al 1998 dalam Sulistyowati 2004 adalah: a. Untuk meningkatkan image perusahaan
b. Untuk meningkatkan akuntabilitas suatu organisasi, dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara organisasi dengan masyarakat.
c. Untuk memberikan informasi kepada investor. Sedangkan menurut Zadex 1998:1426 dalam Sulistyowati 2004,
alasan perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial adalah:
a. Untuk memahami apakah perusahaan telah mencoba mencapai kinerja sosial terbaik sesuai yang diharapkan.
b. Untuk mengetahui
apa yang
dilakukan perusahaan
dalam meningkatkan kinerja sosial.
c. Untuk memahami implikasi dari apa yang dilakukan perusahaan tersebut.
d. Untuk memahami apakah praktik yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja tidak merugikan kinerja bisnisnya.
Pengungkapan sosial dan lingkungan menjadi salah satu strategi perusahaan untuk menunjukkan kinerja baik kepada masyarakat dan
investor. Dengan melakukan pengungkapan sosial maka perusahaan akan
mendapatkan image dan pengakuan baik bahwa perusahaan bertanggung jawab atas sosial dan lingkungan, selain itu investor juga semakin yakin
bahwa perusahaan memiliki reputasi yang baik karena telah melakukan pengungkapan sosial dan lingkungannya secara teratur dan rutin. Image
yang baik atas kinerja perusahaan akan menjadi salah satu pertimbangan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Karena dengan reputasi
yang baik maka perusahaan memiliki kinerja ekonomi yang baik pula maka investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.
Semakin banyak investor yang menanamkan modalnya maka semakin meningkat harga saham perusahaan tersebut.
2.1.3 Komponen Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Salah
satu standar
untuk melakukan
pengukuran terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah pedoman Global Reporting Indeks
GRI dari Global Reporting Initiatives. Pedoman dari GRI ini banyak digunakan oleh para peneliti untuk
mengukur kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan Oleh karena, kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
di Indonesia masih bersifat sukarela, maka didalam praktiknya masih banyak terjadi variabilitas luasnya item-item yang dilaporkan atau
diungkapkan. Tujuh elemen dasar dari praktik CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan ISO 26000, yaitu:
a. Tata kelola perusahaan
Elemen ini mencakup bagaimana perusahaan harus bertindak sebagai elemen dasar dari tanggungjawab sosial social responsibility
b. Hak asasi manusia Elemen ini mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia. Hak
asasi manusia terbagi menjadi dua kategori utama, kategori pertama menganai hak-hak sipil dan politik civil and political rights yang
mencakup hak untuk hidup dan kebebasan right to life and liberty, kesetaraan di mata hukum equality before the law dan hak untuk
berpendapat freedom of expression. Kategori yang kedua mengenai mencakup hak untuk bekerja right to work, hak atas pangan right to
food , hak atas kesehatan right to health, hak atas pendidikan right
to education dan hak atas jaminan sosial right to social security.
c. Ketenagakerjaan labour practices Elemen ini mencakup seluruh hal yang terdapat didalam prinsip dasar
deklarasi ILO 1944 dan hak-hak tenaga kerja dalam deklarasi hak asasi manusia. Sebagai contohnya yaitu pelaksanaan kondisi kerja yang
baik, bermartabat, dan kondusif, pengembangan sumberdaya manusia dan lain-lain.
d. Lingkungan environment Elemen ini mencakup pencegahan polusi sebagai dampak aktivitas
perusahaan, pencegahan global warming, pendayagunaan sumber alam secara efisien dan efektif, dan penggunaan sistem manajemen
lingkungan yang efektif dan berkelanjutan.
e. Praktik operasional yang adil fair operational practices Elemen ini mencakup pelaksanaan aktivitas secara etik dan
pengungkapan aktivitas perusahaan yang transparan, pelaksanaan aktivitas pemilihan pemasok yang etis dan sehat, penghormatan
terhadap hak-hak intelektual dan kepentingan stakeholder, serta perlawanan terhadap korupsi.
f. Konsumen consumer issues Elemen ini mencakup penyediaan informasi yang akurat dan relevan
tentang produk perusahaan kepada pelanggan, penyediaan produk yang aman dan bermanfaat bagi pelanggan.
g. Keterlibatan dan pengembangan masyarakat community envolvement and development
Elemen ini mencakup pengembangan masyarakat, peningkatan kesejahteraan
masyarakat, aktivitas
sosial kemasyarakatan
philantrophy, dan melibatkan masyarakat didalam aktivitas
operasional perusahaan. Berbagai sumber masih berbeda untuk isi dari pengungkapan CSR
tersebut. Survei yang dilakukan oleh Ernst dan Ernst 1998, dalam Chariri dan Ghozali 2007 menemukan bahwa pengungkapan dikatakan
berkaitan dengan isu sosial dan lingkungan jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikatagorikan ke dalam kelompok berikut ini:
a. Lingkungan b. Energi
c. Praktik bisnis yang wajar fair d. Sumber daya manusia
e. Keterlibatan masyarakat f. Produk yang dihasilkan
g. Pengungkapan lainnya Pengungkapan sosial perusahaan dalam 7 kategori yang disebutkan
oleh Heckston dan Milne 1996 dalam Anggraini 2006, yaitu : lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain
tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Menurut Sembiring 2005,
berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan ada 12 item dari 90 item pengungkapan yang tidak sesuai untuk diterapkan
dengan kondisi di Indonesia. Selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan cara menghapuskan 12 item pengungkapan tersebut, sehingga secara total
tersisa 78 item pengungkapan. Item pengungkapan dalam penelitian ini kemudian dinyatakan dalam
bentuk indeks pengungkapan sosial, yang terdiri dari: a. Lingkungan
b. Energi c. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja
d. Lain-lain Tenaga Kerja e. Produk
f. Kerterlibatan Masyarakat
g. Umum
2.2 Sustainability Report