40
2.6 Sanggar Tigo Sapilin
Sanggar Tigo Sapilin merupakan salah satu sanggar kesenian Minangkabau yang berdiri sendiri tanpa dibawahi naungan organisasi manapun. Sanggar ini
berdiri pada tahun 1987 oleh Bapak H. Abu Bakar Siddiq, S.H., yang juga merupakan Ketua YLKI Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Sumatera Utara.
Sanggar ini terletak di Jalan Gurilla Gg. Toke Umar, No. 18, Kelurahan Sei Kerah Hilir II, Kecamatan Medan Perjuangan, Medan.
Sanggar Tigo Sapilin ini bergerak dalam bidang musik dan tari kesenian tradisional Minangkabau, seperti tari Galombang. Sanggar ini di bentuk awalnya
karena bapak ini senang dengan dunia kesenian, dari masa mudanya beliau hobi dengan dunia seni. Dia ingin memperkenalkan kepada masyarakat Medan akan
kesenian Minangkabau, serta memajukan dan melestarikan kebudayaan adat Minangkabau.
Sanggar Tigo Sapilin ini memiliki anggota ada yang memang keluarga sendiri dan ada juga beberapa orang dari luar keluarga. Sekitar ada 22 orang jumlah anggota
sanggar Tigo Sapilin ini, ada perempuan dan ada laki-laki, serta terbagi atas anak- anak dan orang dewasa. Keseluruhannya tersebut sudah termasuk penari dan
pemusik. Kelompok sanggar ini biasanya melakukan latihan rutin setiap hari Sabtu
sekitar pukul 15.30-17.30 wib. Dimana waktu untuk latihan ini disesuaikan karena besok harinya hari minggu libur untuk anak sekolah, kuliah, dan beberapa yang
bekerja. Akan tetapi, anggota sanggar ini juga melakukan latihan di hari-hari lainnya tergantung keinginan para anggota. Begitu juga jika ada job atau panggilan
permintaan pertunjukan dalam suatu acara ataupun pesta pernikahan, jadwal latihan
Universitas Sumatera Utara
41
lebih diperbanyak dari biasanya, dan jadwal latihannya di buat tergantung hari apa dan jam berapa yang bisa di berikan anggota dan disesuaikan bersama.
Sistem pelatihan dilakukan dengan menggunakan latihan bersama. Dimana pertamanya para penari dulu yang berlatih, baik itu mengulang gerakan lama maupun
membentuk gerakan-gerakan yang baru. Setelah dalam beberapa hari para penari sudah mahir dan kompak, selanjutnya dipanggillah para pemusik agar saling
menyesuaikan. Hal ini dikarenakan dalam tari Galombang ini sistemnya gerakan tari mengikuti musik.
Dalam pembagian honorium jika ada melakukan pertunjukan pada sanggar, yaitu dengan membagi rata pada setiap anggota dan menyisakan sekitar 20 dari
penghasilan setiap pertunjukan. Sisihan tersebut digunakan untuk biaya menambah inventaris sanggar agar lebih baik dan kebutuhan sanggar lainnya. Dalam penentuan
harga untuk sekali pertunjukan yang dilakukan sanggar ini, mereka memberikan harga lebih murah kepada keluarga atau kerabat dibandingkan kepada orang lain.
Patokan harga yang diberikan oleh sanggar ini kepada masyarakat umum sekitar Rp. 3.000.000 – Rp.4.000.000.
Sanggar Tigo Sapilin ini telah banyak melakukan pertunjukan berbagai tari tradisional di kota Medan, dari semuanya paling banyak pertunjukan tari Galombang
untuk upacara perkawinan. Sanggar ini menyajikan tari Galombang dengan bentuk yang sudah dikreasikan sama seperti sanggar-sanggar lainnya, yaitu gerakan baku
dari gerakan ini yakni mancak ataupun bungo silek yang dikreasikan kembali dalam pola geraknya. Sanggar ini juga masih rajin ikut serta dalam ajang silahturahmi ke
Bukit Tinggi yakni Pedati.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB III PERTUNJUKAN TARI
GALOMBANG PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN MINANGKABAU
3.1 Asal Usul Tari Galombang