Implementasi hidden curriculum dalam pembelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

Oleh:

Prasetyo Arif Fauzi

NIM: 1110011000044

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i

Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi hidden curriculum

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Lebih spesifik lagi penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa iplementasi

hidden curriculum dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan terkandung dalam bentuk tauladan guru kepada siswa, kegiatan-kegiatan yang dibiasakan, dan aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan kesepakatan bersama. SMP 14 Tangerang Selatan berkeinginan agar siswa memiliki tiga karakter utama, yakni bersih, disiplin dan religious. Berdasarkan tujuan sekolah tersebut maka guru PAI menyisipkan hidden curriculum yang berkaitan dengan tiga karakter tersebut disaat pembelajaran berlangsung. Hidden curriculum yang dilaksanakan sangat efektif, hal ini terlihat dari sebagian besar siswi SMP 14 Tangerang Selatan yang selalu mengenakan jilbab di sekolah.


(8)

Curriculum in Islamic Education Learning at Secondary Schools 14 South Tangerang. Thesis: Islamic Education Department. Tarbiya and Teaching Science Faculty. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

This research aims to determine the implementation of the hidden curriculum in learning Islamic education. The research was conducted in SMP 14 South Tangerang.

The approach used in this study is a qualitative approach. More specifically, this research uses the case study method. Data collection techniques in this study is the observation, interviews, and documentation.

From the research that has been done can be seen that the hidden curriculum in learning iplementasi PAI in SMP Negeri 14 South Tangerang contained in the form of teacher role models to students, the activities were accustomed, and the rules that apply in accordance with the collective agreement. SMP 14 South Tangerang desirous that the student has three main characters, namely clean, discipline and religious. Based on the purpose of the school, the teachers PAI insert hidden curriculum associated with the three characters when learning takes place. Hidden curriculum implemented very effectively, it is visible from most of the junior high school student 14 South Tangerang who always wear a headscarf at school.


(9)

ii

KATA PENGANTAR

Bismiilahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan segala nikmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Implementasi

Hidden Curriculum dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 14 Tangerang Selatan”.

Shalawat serta salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasul-Nya yang agung baginda Nabi Muhammad SAW. Rasul terakhir yang membawa risalah, penyejuk dan penerang hati umat sehingga selamat bahagia dunia dan akhirat serta mendapatkan syafa’at pada yaumul qiyamah kelak.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran

dan bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Drs. H. Masan AF. M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah


(10)

iii

membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu karyawan Perpustakaan Tarbiyah dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan selama penyusunan skripsi ini. 8. Drs. H. Muslih, M.Pd. Kepala Sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

9. Endang Purnamasari, S.Ag. guru PAI di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang telah membimbing, memberikan arahan dan informasi kepada penulis saat melakukan penelitian di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

10.Siswa siswi SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang mendukung penulis mengumpulkan data-data untuk penelitian.

11.Orang tua tercinta (Ibu Munaroh dan Bapak Faizin) yang selalu mendo’akan, memotivasi dan memberikan kasih sayang tak terhingga kepada penulis dalam setiap keadaan.

12.Seluruh keluarga besar di Tangerang dan Belitang yang selalu mendo’akan, dan memotivasi penulis.

13.Wahyu Irfan, Ilham Fauzi, Agil Tri Antono, Rifki Rohmah K., seluruh keluarga, dan sahabat penulis yang senantiasa memberikan do’a dan motivasi kepada penulis.

14.Teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2010 terutama teman-teman Kelas B. Khususnya untuk Aminudur Yusuf Putra, Yuda Setiadi, Albert Ferdinan, Intan Rahma Yuri, dan semua sahabat lainnya, terima kasih atas semangat, saran-saran, motivasi, bantuan, dan kebersamaan selama menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak,


(11)

iv

ibu dan sahabat sekalian dengan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Alhamdulillaahi Rabbil’aalamin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 08 Januari 2015


(12)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori Hidden Curriculum dan Pembelajaran PAI ... 9

1. Kurikulum ... 9

a. Pengertian Kurikulum ... 9

b. Komponen-komponen Kurikulum ... 11

c. Peranan Kurikulum ... 13

d. Fungsi Kurikulum ... 14

2. Hidden Curriculum (Kerikulum Tersembunyi) ... 16

a. PengertianHidden Curriculum ... 16

b. Aspek Hidden Curriculum ... 19

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 20


(13)

vi

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Setting Penelitian ... 44

C. Metode Penelitian... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 47

F. Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 51

B. Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi ……….. 70

C. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen-komponen Kurikulum ………. 13

Gambar 4.1 Having knowledge, having goodness,having faith”………. 59

Gambar 4.2“Discipline is a key of success in study”……… 59

Gambar 4.3 “Budayakan hidup bersih, tertib, aman, indah, dan nyaman”…... 60

Gambar 4.4 Tempat sampah di halaman sekolah ……….. 60

Gambar 4.5 Karya-karya siswa yang dipajang di sekitar mushola sekolah ….. 61

Gambar 4.6 Siswa sedang mengambil wudhu ……… 65

Gambar 4.7 Siswi SMP Negeri 14 Tangerang mengenakan jilbab ……… 66

Gambar 4.8 Siswi tetap berjilbab pada pelajaran olahraga ………. 66

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan Tiga tahun terakhir . 39 Tabel 3.2 Data Ruang Kelas ……...……….. 39

Tabel 3.3 Ruang Belajar Lainnya .……… 40

Tabel 3.4 Kegiatan Pengembangan Diri ………. 41

Tabel 3.5 Muatan Lokal SMP Negeri 14 Tangerang Selatan .………. 43

Tabel 3.6 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ………. 45

Tabel 3.7 Observasi Penelitian ……… 46

Tabel 4.1 Kegiatan Pengembangan Diri Secara Terprogram ……….. 54


(15)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru PAI & Hasil Wawancara Kepsek Lampiran 3 RPP, Profil Sekolah, & Struktur Kurikulum

Lampiran 4 Hasil Observasi dan foto-foto

Lampiran 5 Data Guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dan Observasi Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 9 Lembar Uji Referensi Lampiran 10 Biodata Penulis


(16)

1

Pendidikan memiliki peranan penting dalam segala aspek kehidupan.

Pendidikan juga merupakan senjata utama untuk melawan kemiskinan dan kebodohan. Kemiskinan dan kebodohan merupakan masalah sosial yang masih dihadapi di negara kita. Melalui pendidikanlah pemerintah berupaya untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan di negeri ini.

Di dalam ajaran Islam Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Allah SWT berfirman:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadalah: 11)

Berdasarkan ayat di atas pendidikan memiliki peranan penting di dalam agama, yaitu guna melahirkan generasi yang beriman dan berilmu.

Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan yang tertuang dalam peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan meliputi:

1) Standar isi,


(17)

3) Standar proses,

4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5) Standar sarana dan prasarana,

6) Standar pengelolaan, 7) Standar pembiayaan, dan 8) Standar penilaian pendidikan.

Melalui Standar Nasional Pendidikan tersebut sekolah dapat bercermin seberapa jauh setiap standar pendidikan yang sudah dapat dicapai.

Pemerintah melakukan berbagai macam usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Mengembangkan kurikulum adalah salah satu caranya. Kurikulum di Indonesia sudah banyak mengalami perubahan dan pergantian. Saat ini pemerintah sedang memberlakukan kurikulum 2013 untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP. Pergantian tersebut tentu saja bertujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, walaupun kurikulum 2013 belum tentu sempurna dan masih memiliki kekurangan.

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pedidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat-alat penelitian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruang hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik, dan religi.


(18)

Sebagi suatu rencana atau program yang tertulis, kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, setiap guru seharusnya dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Inilah yang dinamakan kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan mengajar. Oleh karena kurikulum ideal merupakan pedoman bagi guru, maka kurikulum ini juga dinamakan kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written curriculum). Selain kurikulum tertulis terdapat juga kurikulum tersembunyi atau

hidden curriculum, yaitu pengalaman belajar yang didapatkan siswa diluar kurikulum yang diajarkan, seperti sikap sopan santun, kedisiplinan dan sebagainya.

Keberadaan Hidden Curriculum memberikan pengaruh yang cukup besar bagi siswa. Istilah hidden curriculum sendiri menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh dalam proses pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan, mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan.1

Ketika guru selalu masuk kelas tepat waktu, kemungkinan besar semua siswa akan masuk kelas tepat waktu juga, sebisa mungkin mereka akan berusaha untuk tidak terlambat. Sikap guru yang selalu tepat waktu ini secara tidak langsung mengajarkan siswa untuk bersikap disiplin dan menghargai waktu. Maka hidden curriculum dalam konteks tersebut memberikan pengaruh yang baik terhadap kepribadian siswa yaitu mengajarkan disiplin dan menghargai waktu. Namun jika guru masuk kelas sering terlambat bahkan jarang mengisi jam pelajarannya, hal ini akan memberikan dampak negative bagi siswa. Siswa akan datang semaunya, bahkan mungkin siswa akan membolos pada jam pelajaran guru tersebut. Pada konteks kedua ini sikap negatif guru menjadi hidden curriculum yang memberikan pengaruh negative kepada siswa.

1 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 25


(19)

Peristiwa di atas menunjukkan bahwa siswa cenderung meniru dan melakukan apa yang mereka lihat dibandingkan mengamalkan teori yang diajarkan guru mereka. Untuk itu perilaku guru harus benar-benar dijaga dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Jika guru mengajarkan disiplin maka dia harus menjadi tauladan yang disiplin, jika guru mengajarkan tentang bertanggung jawab maka dia harus menjadi tauladan yang bertanggung jawab. Nilai pendidikan yang diajarkan guru tidak akan berarti jika si guru sendiri tidak mengamalkan nilai tersebut. Hal ini akan sangat fatal dan berbahaya bagi pendidikan moral peserta didik, karena mereka tidak akan percaya akan kebenaran nilai yang diajarkan sang guru, sebab si guru sendiri tidak mengindahkan nilai tersebut. Ketauladanan seorang guru akan sangat mempengaruhi nilai-nilai pendidikan yang akan diajarkan kepada anak didiknya. Karenanya seorang guru tidak cukup hanya sebagai pengajar tetapi guru juga harus menjadi tauladan yang baik bagi siswanya.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al Ahzab: 21).

Rasulullah Saw. selalu mengamalkan terlebih dahulu syari‟at yang diberikan kepada beliau sebelum mengajarkannya kepada para sahabat beliau. Karena hal tersebut akhirnya beliau sukses menyebarluaskan ajaran Islam keseluruh penjuru dunia. Rasulullah bersifat penuh kasih sayang dan lemah lembut selain itu beliau juga selalu menjaga kepercayaan yang diberikan kepada beliau, sampai-sampai beliau diberi julukan al-amin. Karena sifat beliau ini banyak para musuh yang tadinya membenci balik mencintai.

Rasulullah merupakan contoh atau tauladan terbaik bagi ummatNya. Sebagaimana Rasulullah maka guru juga seharusnya menjadi tauladan yang


(20)

baik bagi anak didiknya. Jika seorang guru berhasil mengambil hati muridnya maka akan lebih mudah untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada anak didiknya.

Maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, pemerkosaan, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum teratasi secara tuntas. Perilaku pelajar kita juga masih diwarnai dengan gemar menyontek, bullying di sekolah, dan tawuran. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan yang sederhana, karena tindakan ini telah menjurus kepada tindakan criminal. Perilaku orang dewasa juga tidak jauh berbeda, senang dengan konflik dan kekerasan, korupsi merajalela dikalangan para pejabat yang dianggap dewan terhormat, dan perceraian juga menjadi hal biasa.

Pendidikan diharapkan mampu menyelesaikan berbagai masalah di atas, terutama pendidikan agama. Pendidikan agama biasanya berisi materi tentang keimanan, ketakwaan, akhlak dan ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan sikap mental-spiritual yang selanjutnya dapat mendasari tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan.

Pendidikan agama juga memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pendidikan moral atau akhlak.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”

Berdasarkan hadis Nabi Saw. di atas maka dapat diketahui bahwa salah satu tujuan pendidikan agama adalah untuk menyempurnakan akhlak.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berpedoman pada kurikulum yang disusun secara sistematis. Di dalam kurikulum tersebut terkandung tujuan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian hasil belajar. Berdasarkan kurikulum tersebutlah maka kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Namun selain kurikulum yang telah direncanakan tersebut ada


(21)

juga kurikulum yang tersembunyi atau kurikulum tidak tertulis. Kurikulum tidak tertulis ini dapat memperkaya dan menambah pengetahuan peserta didik. Para pendidik dapat memanfaatkan hidden curriculum untuk mengintegrasikan pendidikan akhlak ke dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran. Jika keberadaan hidden curriculum ini dapat dimaksimalkan oleh para pendidik, maka tujuan pendidikan nasional akan lebih mungkin untuk dicapai seutuhnya.

Di sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan dapat terlihat bahwa sekolah tersebut menerapkan hidden curriculum. Hal ini dapat dilihat melalui tulisan-tulisan yang berisi pesan di sepanjang koridor kelas. Sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan merupakan sekolah umum, tetapi jika kita masuk kedalamnya kita akan banyak menemui siswi yang berpakaian muslimah, ini adalah pemandangan yang menarik jika kita lihat pada sekolah umum yang tidak berbasis agama seperti MTs.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui dan menggali lebih jauh mengenai hidden curriculum yang diterapkan di sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan. Penulis berencana untuk melakukan

penelitian dengan judul “Implementasi Hidden Curriculum dalam

Pembelajaran Agama Islam di Sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan”

B.

Identifikasi Masalah

1. Masih ada guru yang tidak menyadari peranan hidden curriculum.

2. Guru belum bisa menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya. 3. Masih ada siswa yang melanggar tata tertib.

4. Hidden curriculum apa yang ada di sekolah SMPN 14 Tangerang Selatan. 5. Bagaimana hidden curriculum diimplementasikan dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

C.

Pembatasan Masalah

Untuk dapat memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti membatasi masalah penelitian. Pembatasan masalah yang akan diteliti disini yaitu pada masalah implementasi hidden curriculum


(22)

pada pembelajaran PAI di sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan dan bagaimana pengaruh hidden curriculum bagi siswa di sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang dirumuskan dan akan dikaji serta di teliti penulis dalam tulisan ini adalah “Bagaimana implementasi dan hidden curriculum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 14 Tangerang Selatan, dan pengaruhnya bagi siswa”

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dalam perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi hidden curriculum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 14 Tangerang Selatan dan pengaruhnya bagi siswa.

F.

Kegunaan Penelitian

Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik sebagai kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Besar harapan penulis agar banyak pihak dapat merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Manfaat penelitian:

1. Bagi Penulis, sebagai pengetahuan bagi penulis untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi sebagai calon pendidik dan juga sebagai tugas akhir penulis untuk syarat kelulusan pada studi penulis.

2. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan dalam pengembangan hidden curriculum di sekolah.

3. Bagi Guru, memberikan informasi/pengetahuan tambahan tentang


(23)

hidden curriculum secara maksimal sehingga efektifitas mendidik dan membentuk karakter lebih maksimal.

4. Bagi teman-teman mahasiswa semoga skripsi ini memberikan informasi dan dapat bermanfaat sebagai rujukan untuk penelitian yang akan datang.


(24)

9 1. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulm

Kurikulum sering diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di sekolah. Lalu bagaimana dengan alat dan metode belajar yang dipakai? Apakah kurikulum hanya sebatas mata pelajaran yang harus dipelajari ataukah lebih dari itu? Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dibahas mengenai beberapa pengertian kurikulum dan pendapat para ahli mengenai kurikulum.

Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Latin “curir” yang berarti pelari dan “curere” yang berarti tempat berlari.1 Terdapat pula dalam bahasa Prancis “courir” artinya “to run” artinya “berlari”. 2

Pada awal sejarahnya istilah kurikulum biasa digunakan pada dunia olah raga yaitu jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari mulai dari garis start sampai finish. Selanjutnya dalam dunia pendidikan, jarak yang harus ditempuh tersebut diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Dengan demikian, secara terminologis istilah kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau di selesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.3 Pengertian ini tergolong tradisional, tetapi paling tidak, orang bisa mengenal dan mengetahui pengertian kurikulum yang pertama.

Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potencial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah,

1 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan,

(Jakarta: Kata Pena, 2014), h 3

2 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), Cet. ke-5, h. 9. 3 Zainal Arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2011), Cet. 1, h. 3.


(25)

baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.4 Dengan kata lain kurikulum tidak sebatas mata pelajaran saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti bangunan sekolah, alat-alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar halaman sekolah dan lain-lain.5

Pengertian kurikulum menurut beberapa pakar, sebagaimana dikutip oleh Kunandar adalah:

1) Alice Miel menyatakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Kurikulum mencakup pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita, norma-norma, pribadi guru, kepala sekolah, dan seluruh pegawai sekolah.

2) J. Galen Saylor dan William M. Alexander mengartikan bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk memengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah, termasuk kurikulum. Kurikulum juga meliputi kegiatan ekstrakulikuler.

3) Harold B. Albertycs mengartikan kurikulum sebagai semua kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang berada di bawah tanggung jawab sekolah.

4) William B. Ragan menyatakan bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi juga meliputi seluruh kehidupan dalam kelas, termasuk di dalamnya hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, dan cara mengevaluasi.

5) B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.

6) J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller mengartikan kurikulum meliputi metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar,

4 Ibid, h. 4.

5 Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,


(26)

bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi, hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan, serta kemungkinan memilih mata pelajaran.6

Di Indonesia sendiri, pengertian kurikulum terdapat dalam pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.7

Berdasarkan beberapa definisi kurikulum di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana mengenai isi, bahan pelajaran, cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar serta semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar baik yang terjadi di dalam kelas ataupun diluar kelas untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Komponen-komponen Kurikulum

Kurikulum sebagai suatu system keseluruhan memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Glenys G. Unruh dan Adolf Unruh sebagaimana dikutip Zainal, menyebutkan bahwa komponen-komponen pokok kurikulum adalah tujuan, isi/materi dari apa yang dipelajari, proses/metode pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.8

Tujuan kurikulum ditentukan oleh dua hal. Pertama,

perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua,

didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara.9

6 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 123-124.

7 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2010), Cet. ke-4, h. 91-92.

8 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2011), Cet. ke-1, h. 80.

9 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung, PT. Remaja Rosyda Karya, 2007) Cet. 9, h. 103.


(27)

Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pengembangan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) maupun non formal (lembaga kursus, pesantren). Tujuan kulikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran, seperti bidang studi Pendidikan Agama Islam, IPA, Matematika, dan sebagainya. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok bahasan, sedangkan tujuan pembelajaran khusus (instructional objective) adalah tujaun dari setiap sub pokok bahasan.

Isi/materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Zainal Arifin mengelompokkan isi kurikulum kedalam tiga bagian, yaitu: “(a) logika, yaitu pengetahuan tentang benar-salah, berdasarkan prosedur keilmuan, (b) etika, yaitu pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan moral, dan (c) estetika, yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seni.”10

Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar.

Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit

10 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2011), Cet. ke-1, h. 88


(28)

dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat hubunannya dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai sekumpulan mata pelajaran atau semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam maupun di luar sekolah. Berdasarkan definisi kurikulum yang digunakan akan dapat diketahui aspek-aspek apa yang akan dievaluasi. 11

Gambar 2. 1

Komponen-komponen Kurikulum c. Peranan Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik sebagaimana dikutip oleh Zainal Arifin, terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yaitu “peranan konservatif, peranan kritis dan evaluative, dan peranan kreatif”.12

11 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosyda Karya, 2011), Cet. 1 h. 93.


(29)

Peranan konservatif yaitu peranan kurikulum untuk mewariskan, mentrasmisikan, dan menfsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa lampau yang tetap eksis dalam masyarakat. Kebudayaan Jadi kurikulum berperan menyimpan dan mewariskan nilai-nilai budaya. Peranan kritis dan evaluative, yaitu peranan kurikulum untuk menilai dan memilih nilai-nilai sosial-budaya yang akan diwariskan peserta didik berdasarkan criteria tertentu. Nilai-nilai sosial-budaya yang ada dalam suatu masyarakat akan selalu berubah dan berkembang. Perubahan dan perkembangan nilai-nilai tersebut belum tentu relevan dengan karakteristik budaya bangsa kita. Nilai-nilai yang tidak sesuai harus dibuang dan diganti dengan nilai-nilai budaya baru yang positif dan bermanfaat. Di sinilah peranan kritis dan evaluative kurikulum sangat diutamakan. Jangan sampai peserta didik kita terkontaminasi oleh nilai-nilai asing yang bertentangan dengan pasncasila.

Peranan kreatif yaitu peranan kurikulum untuk menciptakan dan menyusun kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konsrtuktif sesuai dengan perkembangan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum harusnya dapat merangsang pola berpikir dan pola bertindak peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang baru sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarga, bangsa, dan negara.

d. Fungsi Kurikulum

Di samping memiliki peranan, kurikulum juga memiliki berbagai fungsi. Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1978), sebagaimana dikutip oleh Iskandar dan Usman, menyatakan bahwa fungsi kurikulum adalah:

1) Penyesuaian (the adjustiveof adaptive function) 2) Pengintegrasian (the integrating function)

3) Diferensiasi/pembedaan (the differentiating function) 4) Persiapan (the propaedetic function )


(30)

6) Diagnostic (the diagnostic function)13

Fungsi kurikulum yang pertama adalah fungsi penyesuaian. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki dasar, tujuan, dan kebudayaan tertentu. Lingkungan tempat tinggal dalam masyarakat kan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Lingkungan masyarakat yang dinamis harus diikuti dengan kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Disini fungsi kurikulum harus dapat mengantar siswa agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial masyarakat.

Selanjutnya adalah fungsi integrasi. Fungsi integrasi dimaksudkan bahwa kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor harus berkembang secara terintegrasi. Kurikulum bukan hanya diharapkan dapat mengembangkan kemampuan intelektual atau kecerdasan saja, akan tetapi juga harus dapat membentuk sikap sesuai dengan system nilai yang berlaku di masyarakat, serta dapat memberikan keterampilan untuk dapat hidup di lingkungan masyarakatnya.

Kurikulum juga mempunyai fungsi perbedaan, yaitu membantu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam masyarakat. Perbedaan-perbedaan di sekolah harus menjadi dasar pertimbangan dalam memberikan pelayanan. Karena siswa yang beraneka ragam latar belakang sosial ekonominya. Semua itu merupakan generasi yang harus mendapatkan perhatian pengayoman dan didikan yang disesuaikan dengan potensi mereka masing-masing. Fungsi penyiapan, fungsi kurikulum dalam kaitan ini adalah harus mampu mempersiapkan anak didik agar dapat melanjutkan studi atau meraih ilmu pengetahuan yang lebih tinggi dan lebih mendalam dengan jangkauan yang luas.

13 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2010), Cet. ke-4, h. 95.


(31)

Fungsi berikutnya adalah fungsi pemilihan, yaitu fungsi kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum harus bersifat fleksibel, artinya menyediakan berbagai pilihan program pendidikan yang dapat dipelajari. Hal ini sangat penting, sebab siswa memiliki perbedaan-perbedaan, dan kurikulum harus melayani setiap perbedaan siswa.

Kurikulum juga memiliki fungsi diagnostic. Fungsi diagnostic adalah fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan kekuatan siswa. Melalui fungsi ini kurikulum berperan untuk menemukan kesulitan-kesulitan dan kelemahan yang dimiliki siswa, disamping mengeksplorasi berbagai kekuatan-kekuatan sehingga melalui pengenalan itu siswa dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.14

2. Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)

a. Pengertian Hidden Curriculum

Dalam studi tentang kurikulum Zainal Arifin mengemukakan beberapa konsep kurikulum, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Kurikulum ideal (ideal curriculum), yaitu sesuatu yang berisi sesuatu yang baik, yang diharapkan atau dicita-citakan, sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum.

2) Kurikulum nyata (real curriculum), yaitu kegiatan-kegiatan nyata yang dilakukan dalam proses pembelajaran atau yang menjadi kenyataan dari kurikulum yang direncanakan, sebagaimana dibuat dalam buku kurikulum. Kurikulum actual ini seyogyanya sama dengan kurikulum ideal, atau sekurang-kurangnya mendekati kurikulum ideal, meskipun tak mungkin sama dalam kenyataannya.

3) Kurikulum tersembuyi (hidden curriculum), yaitu segala sesuatu yang memengaruhi peserta didik secara positif ketika sedang mempelajari sesuatu. Pengaruh itu mungkin dari pribadi guru, peserta didik itu sendiri, karyawan sekolah, suasana pembelajaran dan sebagainya. Kurikulum tersembunyi

14 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 16.


(32)

ini terjadi ketika berlangsungnya kurikulum ideal atau dalam kurikulum nyata. 15

Dalam kaitanya dengan hidden curriculum, sering timbul beberapa pertanyaan, yaitu: darimana datangnya hidden curriculum, siswa, guru atau orang yang berkepentingan untuk mendapat pelayanan sekolah? Apa yang kita kerjakan jika kita menemui hidden curriculum? Haruskah kita mengabaikanya tanpa mengetahui atau mempelajarinya? Pertanyaan ini perlu dimengerti dan dipahami oleh setiap pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dan kurikulum. Namun pertama-tama seyogyanya kita mengerti arti hidden curriculum.

Secara etimologi, kata hidden curriculum merupakan gabungan dari kata hidden dan curriculum. Kata hidden berasal dari bahasa Inggris yaitu hide yang berarti tersembunyi atau terselubung.16 Sedangkan istilah kurikulum sendiri berarti sejumlah mata pelajaran dan pengalaman belajar yang harus dilalui oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas pendidikannya.Dengan demikian dapat diartikan bahwa hidden curriculum adalah kurikulum tersembunyi. Tersembunyi berarti tidak dapat dilihat tetapi tidak hilang.

Istilah hidden curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan.17 Dengan kata lain, hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolahan yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah.

15 Zainal Arifin, konsep dan model pengembangan kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2011), Cet. 1, h. 7.

16 John M. Echols dan Hasan Syadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), Cet. XXIII, h. 297.

17 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. II, h. 25.


(33)

Ada beberapa pengertian tentang hidden curriculum yang diberikan oleh para ahli, berikut adalah pendapat berbagai pakar sebagaimana telah dikutip oleh Subandijah, diantaranya yaitu:

1) Dreeben berpendapat bahwa hidden curriculum terfokus pada “apa yang terjadi di sekolah” sebagai suatu fungsi struktur sosial kelas dan latihan otoritas guru.

2) Kohlberg, berpendapat bahwa hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peranan guru dalam mentransformasikan standar moral.

3) Hendry, berpendapat bahwa hidden curriculum lebih kecenderungan hubungan antar siswa dengan guru, aturan untuk mengatur hubungan tersebut dan peranan aturan ini dalam mendidik untuk kepatuhan.

4) Goodman, Friedenberg, Reiner, dan Illich berpendapat bahwa

hidden curriculum sebagai aturan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan penguatan sekolah mengenai struktur kelas dan norma sosial tertentu.18

Menurut Bellack dan Kliebard, sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, hidden curriculum memiliki tiga dimensi, yaitu:

1) Hidden curriculum dapat menunjukkan suatu hubungan sekolah, yang meliputi interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan pola organisasi peserta didik sebagai mikrokosmos sistem nilai sosial.

2) Hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan di dalam atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang memiliki nilai tambah, sosialisasi, pemeliharaan struktur kelas.

3) Hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesengajaan (intensionalitas) seperti halnya yang dihayati oleh para peneliti yang berhubungan dengan hasil yang bersifat incidental. Bahkan hal itu kadang-kadang tidak diharapkan dari penyusunan kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi social kurikulum.19

Dari beberapa pengertian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa, hidden curriculum adalah tujuan pembelajaran yang tidak dinyatakan secara tegas di dalam struktur kurikulum yang ingin dicapai oleh pendidik atau sekolah.

18Ibid., h. 26.

19 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 26.


(34)

b. Aspek Hidden Curriculum

Subandijah mengutip pendapat Glatthorn yang mengatakan bahwa “dalam hidden curriculum terdapat dua aspek, yaitu aspek yang relative tetap dan aspek yang dapat berubah”.20

Yang dimaksud dengan aspek tetap dalam hidden curriculum

adalah hal-hal yang dikategorikan tidak akan mengalami perubahan yang signifikan, termasuk dalam aspek ini adalah ideology, keyakinan, dan nilai budaya masyarakat yang dapat memberi pengaruh terhadap sekolah dalam arti nilai budaya masyarakat mana yang perlu diwariskan dan yang tidak boleh diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Aspek yang dapat berubah meliputi variable orgsnisasi, system sosial dan kebudayaan. 21

a) Variable organisasi

Yang dimaksud dengan variabel organisasi disini adalah kebijakan penugasan guru dan pengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran. Variabel organisasi meliputi: bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pekerjaan diberikan, bagaimana kenaikan kelas dilakukan.

b) Variable sistem sosial

Variabel sistem sosial di sini yaitu suasana sekolah yang tergambar dari pola-pola hubungan semua komponen sekolah. Banyak faktor sistem sosial sekolah yang dapat membentuk sikap dan perilaku siswa, yakni hubungan guru dengan administrasi, keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan, hubungan yang baik antar sesama guru, hubungan antara guru dengan siswa, keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan dan keterbukaan kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai aktifitas.

20 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 27.


(35)

c) Variable budaya

Yang dimaksud dengan variable budaya adalah hal yang meliputi system keyakinan dan nilai yang didukung oleh masyarakat dan sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas hidden curriculum memiliki aspek tetap yaitu kepercayaan dan nilai budaya masyarakat, selain aspek tetap terdapat juga aspek tidak tetap yang terdiri dari variable organisasi, sitem sosial dan budaya.

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran adalah terjemahan dari instruction , yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono yang dikutip oleh Basyirudin Usman memberikan definisi, pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan tersebut terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, antara lain: tujuan, guru, siswa, materi, jenis kegiatan yang dilakukan, sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia .22

Sedangkan menurut Sa’dun Akbar, Pembelajaran adalah upaya fasilitasi yang dilakukan pendidik bagi peserta didik agar mereka dapat belajar sendiri dengan mudah .23 Agar peserta didik dapat belajar dengan mudah, seorang pendidik perlu menempatkan unsur pembelajaran secara tepat. Unsur pembelajaran itu adalah: pelajar-peserta didik, pembelajar-guru, tujuan pembelajaran, penataan situasi

22 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 20.

23 Sa‟dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 133.


(36)

pembelajaran-pengelolaan kelas, metode pembelajaran, penilaian proses dan hasil belajar.

Menurut Muhammad Rahman dan Sofwan Amri,

Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan. Selaku suatu sistem pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi .24

Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu sistem instruksional yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistem instruksional tersebut termuat di dalam perencanaan pembelajaran yang meliputi komponen pokok, yaitu komponen tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran serta komponen evaluasi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran, yaitu guru, siswa, sarana dan prasarana.

Selanjutnya mengenai pengertian pendidikan. Secara bahasa pendidikan berasal dari kata didik yang artinya pemeliharaan, asuhan, pimpinan atau bimbingan.25 Pendidikan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kontemporer berarti proses pengubahan cara berfikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan latihan-latihan.26

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu

paedagogie berasal dari kata pais yang artinya “anak” dan again yang berarti “membimbing”. Dengan demikian maka paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.27

24 Muhammad Rahman dan Sofan Amri, Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013), h. 31.

25 WJS. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), cet. Ke-5, hal.250

26 Peter Salim, Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), hal.353


(37)

Menurut Ahmad Tafsir, “pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati”.28 Menurut HM Alisuf Sabri, “pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa untuk membantu membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak kearah kedewasaan”.29

Adapun dalam bahasa Arab setidaknya ada tiga kata yang berhubungan dengan istilah pendidikan, yaitu al-tarbiyah, al-ta’lim,

dan al-ta’dib.30

1) Al-Tarbiyah

Kata at-tarbiyah berasal dari kata rabba yarubbu yang berarti memimpin, memperbaiki, menambah, memelihara, mengasuh, dan mendidik.31

Salah satu ayat al-Qur‟an yang menggunakan term rabba

terdapar dalam surat al-Isra ayat 24, yang berbunyi:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (QS. Al-Isra: 24)

Kata tarbiyah umumnya diartikan sebagai pendidikan. Sedangkan menurut Syed M. Naquib Al-Attas, “tarbiyah secara etimologi sebanding dengan kata ghadza atau ghadzwu yang berarti mengasuh, menanggung, memberi makan,

28 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2000), cet. Ke-3, hal.26

29 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan¸ (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 98. 30 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2009), h. 6.

31 AW. Munawir, Kamus Lengkap Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresive, 1984), h. 462.


(38)

mengembangkan, memelihara, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang, dan menjinakkan”.32

2) Al-Ta’lim

Kata al-ta’lim berasal dari kata allama yuallimu ta’liman, yang berarti mengajar, memberitahu, mempelajari.33 Kata ta’lim dalam pendidikan berarti kegiatan untuk mentransfer ilmu pengetahuan atau informasi melalui pembelajaran.

Kata al-ta’lim lebih cenderung digunakan untuk kegiatan pendidikan yang bersifat non-formal, seperti majelis ta’lim yang saat ini berkembang.

3) Al-Ta‟dib

At-ta‟dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban, yang berarti mendidik atau memperbaiki yang berarti beradab dan sopan santun.34 Syed Naquib al-Attas mengartikan kata ta’dib dalam arti pendidikan sebagai pengenalan dan pengakuan yang ditanamkan kepada manusia secara berangsur-angsur sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan keagungan Tuhan.35

Menurut Abudin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam I, Ki Hajar Dewantara mendefinisikan bahwa,

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Sehingga pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat manusia.36

32 Syed M. Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1997), h.66. 33 AW. Munawir, op. cit., h. 966.

34 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 2009), h. 11. 35 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2009), h. 11.


(39)

Menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tentang istilah pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas terdapat kesamaan mengenai pengertian pendidikan yaitu usaha yang dilakukan dengan sadar untuk untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang untuk memiliki kekuatan dan kecerdasan dalam aspek jasmani, akal, dan rohani.

Selanjutnya adalah mengenai pendidikan Agama Islam. Dalam kurikulum PAI dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.37

Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid, dkk pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup .38

37 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 130.


(40)

Tayar Yusuf mengartikan “pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT”. 39

Pengertian di atas mempunyai persamaan yang cukup besar. Meskipun ada redaksi yang berbeda, namun keduanya mempunyai persamaan makna. Pengertian di atas juga menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam tidak hanya membentuk kognitif seseorang, tetapi membentuk kepribadian manusia agar sesuai dengan ajaran-ajaran dalam Islam. Sehingga manusia tersebut tidak hanya selamat dan bahagia di kehidupan dunia, tetapi juga di akhirat.

Dari berbagai pengertian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam sebagai pandangan hidup.

b. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Adapun yang menjadikan dasar pendidikan Islam adalah al-Qur‟an dan Hadits. Al-Qur‟an dan Hadits memiliki kebenaran yang mutlak. Setiap muslim wajib melaksanakan perintah Allah SWT yang terdapat dalam al-Qur‟an dan hadits Nabi. Dengan demikian berpegang teguh kepada al-Qur‟an dan hadits Nabi akan menjamin terhindar dari kesesatan.

1) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantara malaikat Jibril sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh ummat manusia. Di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang sangat luas untuk dipelajari.

39Ibid.


(41)

Ayat al-Qur‟an yang pertama kali diturunkan adalah surah al -Alaq ayat 1-5 yang berisi perintah untuk membaca dan berpikir tentang ciptaan Allah di muka bumi.

) )

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

2) Al-Hadits

Dasar kedua setelah al-Qur‟an adalah hadits atau sunnah

Rasulullah Saw. Setiap perbuatan yang dikerjakan Rasulullah Saw dalam kehidupan sehari-hari merupakan sumber utama dari pendidikan Islam. Allah SWT. telah menjadikan Rasulullah Saw. sebagai sebaik-baiknya manusia dengan akhlak yang sangat luhur. Dengan keluhuran akhlak Rasulullah maka Allah menjadikan Muhammad Saw. sebagai teladan bagi umatnya. 40 Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur‟an:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab ayat 21)

Dari penjelasan di atas, telah jelas bahwa yang menjadi dasar bagi pendidikan dalam Islam adalah Al-Qur‟an dan hadis. Tidak hanya menjadi dasar Al-Qur‟an dan hadis juga merupakan acuan dalam pendidikan dalam Islam.

40 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2007) hal. 4


(42)

Selain al-Qur‟an dan al-Hadits pendidikan Islam di Indonesia juga didasari oleh peraturan dan undang-undang yang berlaku. Di dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Kemudian dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 30 ayat 1 menyebutkan bahwa “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Secara legal dan formal perangkat perundang-undangan tersebut sudah cukup untuk membangun dan membesarkan pendidikan Islam di Indonesia. Di dalam pancasila sendiri yaitu pada semboyan yang pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Semboyan tersebut menggambarkan sisi religious negara kita. Walaupun Indonesia bukan merupakan negara yang berdasarkan agama, namun Indonesia tidak bisa dilepaskan dari aspek agama. Oleh sebab itu pendidikan keagamaan termasuk pendidikan Islam didalamnya merupakan hal yang legal dan dilindungi di Indonesia.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.41 Pengembangan perilaku dalam bidang kognitif secara sederhana adalah pengembangan kemampuan intelektual siswa, misalnya kemampuan penambahan wawasan dan penambahan informasi agar pengetahuan siswa lebih baik.

Pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah pengembangan sikap siswa baik pengembangan sikap dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit adalah sikap siswa

41 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 4, h. 28.


(43)

terhadap proses pembelajaran; sedangkan dalam arti luas adalah pengembangan sikap sesuai dengan norma-norma masyarakat.

Pengembangan keterampilan, adalah pengembangan kemampuan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Motorik kasar adalah keterampilan menggunakan otot, misalnya keterampilan menggunakan alat tertentu; sedangkan keterampilan motorik halus adalah keterampilan menggunakan potensi otak misalnya keterampilan memecahkan suatu persoalan.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.42

Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam. Menurut Muhaimin dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. 2) Dimensi Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual)

serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. 3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan

peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam.

4) Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.43

42Ibid., 135.

43 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, h. 78.


(44)

Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui oleh peserta didik di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

Setiap pembelajaran yang dilakukan di setiap tingkatan sekolah memiliki tujuan sendiri, berikut ini adalah tujuan dari pendidikan agama Islam di SMP/MTs:

1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2) Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Berdasarkan penjabaran mengenai tujuan pendidikan agama Islam di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan


(45)

agama Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta membentuk akhlak mulia.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Pendidikan agama Islam tidak hanya mengatur bagaimana seharusnya seseorang beribadah kepada Tuhan-nya (habluminallah) tetapi juga mengajarkan bagaimana seharusnya seseorang bergaul dengan orang lain (habluminannas). Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Al Qur‟an dan Hadits

2) Aqidah 3) Akhlak 4) Fiqih

5) Sejarah dan Kebudayaan Islam.

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

e. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, adalah sebagai berikut:

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran danpelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang sevara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan


(46)

sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-yata), sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 44 Berdasarkan penjelasan di atas pendidikan agama Islam memiliki banyak sekali fungsi. Tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT. pendidikan agama Islam juga berfungsi sebagai pedoman hidup bagi setiap manusia untuk menjalankan kehidupan yang harmonis antar sesama.

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain:

Penelitian yang berjudul Hidden Curriculum dengan judul “Pengaruh Hidden Curriculum Terhadap Akhlak Siswa di MTS Al-Ikhwaniyah Pondok Aren Tangerang Selatan” oleh Arpan Hartono. Penelitian yang dilakukan Arpan merupakan penelitian kuantitatif. Dari penelitian yang Arpan lakukan, penelitian tersebut memiliki kesimpulan bahwa Hidden Curriculum memiliki pengaruh terhadap akhlak siswa.

Penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta” oleh Ulfa Adilla. Penelitian yang dilakukan Ulfa menyimpulkan bahwa Implementasi

44 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 3, h. 134-135.


(47)

Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter yang meliputi religious, jujur, bertanggung jawab, toleransi, disiplin, peduli lingkungan, gemar membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta cukup baik karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai dan diimplementasi.

Penelitian dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan ROHIS di SMA Negeri 86 Jakarta” oleh Sulhan. Penelitian yang dilakukan oleh sulhan menyimpulkan bahwa peserta didik yang mengikuti kegiatan ROHIS memiliki karakter yang baik, seperti mempunyai ketaatan yang tinggi terhadap agama dan Tuhannya, menaati peraturan sekolah, bertanggung jawab, sopan dan santun, serta mudah dibimbing dan diarahkan oleh bapak dan ibu guru di sekolah.

Setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas direncanakan dan dituangkan di dalam RPP. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut tertulis SKKD serta indikator yang ingin dicapai. Dari setiap rpp yang akan dilaksanakan, guru dapat memasukkan hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Contoh dari hidden curriculum tersebut misalnya adalah pembiasaan melakukan kegiatan membaca al-Qur‟an di setiap awal kegiatan belajar mengajar.


(48)

33

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang terletak di depan Kelurahan Pondok Kacang Barat di kawasan perumahan Regensi. Lebih tepatnya terletak di Jl. AMD 15/16 Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada awal bulan November dan akan berakhir pada awal bulan Desember.

1. Deskripsi Sekolah

PROFIL SEKOLAH Identitas Sekolah

1) Nama Sekolah : SMP NEGERI 14 KOTA TANGERANG SELATAN 2) Alamat Sekolah : Jl. AMD 15/16 Pondok Kacang

Barat,

Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan,

Propinsi Banten. (021.7333917) 3) Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Muslih, M.Pd

4) Status Sekolah : N e g e r i

5) Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 20 1 280311 023 6) Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 20613509 7) Jenjang Akreditasi : A

8) Tahun Didirikan : 2006 9) Tahun Beroperasi : 2006

10)Nomor SK Pendirian : 421/Kep.134-Huk/2006 11)Kepemilikan Tanah : Milik Pemerintah

a. Status Tanah : (Tanah hibah - Ex.Fasum PT. Jaya Real property)


(49)

12)Status Bangunan

a. Surat Ijin Bangunan : Pemerintah b. Luas Seluruh Bangunan : + 1.152 m2

13)No Rekening Rutin Sekolah : 0916-01-031284-53-3

Nama Bank : BRI Unit Ciledug

Atas nama : SMP NEGERI 14

SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan Kecamatan Pondok Aren. SMP Negeri 14 terletak di depan Kelurahan Pondok Kacang Barat di kawasan perumahan Regensi, dan berdekatan dengan sekolah-sekolah swasta bertaraf Internasional dengan kehidupan sosial ekonomi yang mendukung serta situasi politik dan keamanan yang kondusif, dari segi keadaan ekonomi warga masyarakat Kecamatan Pondok Aren jika dirata-ratakan dikategorikan kelas menengah. Kondisi geografis dan ekonomi yang demikian merupakan tantangan bagi warga sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Dukungan Pemerintah, baik pusat maupun Daerah, terhadap penyelenggaraan Pendidikan di SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan cukup baik. Pemerintah pusat melalui dana dekonsentrasi cukup banyak membantu penyelenggaraan pendidikan. Jenis bantuan yang telah diterima adalah bantuan beasiswa BKM, dan Block Grant Sekolah serta bantuan peralatan TIK. Begitu juga dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang ingin menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama. Dengan kondisi tersebut di atas SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan dituntut menjadi sekolah yang mampu memberikan standar pelayanan dan pengelolaan yang prima dan didukung oleh sarana prasarana yang memadai serta sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional.

SMPN 14 Kota Tangerang Selatan dinilai mempunyai kinerja yang baik jika lembaga tersebut menghasilkan lulusan yang ditargetkan berupa barang atau jasa yang bermutu secara efektif, efisen dan berkelanjutan. Untuk mencapai kinerja seperti ini banyak faktor yang dapat mempengaruhi dan


(50)

perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut pada prinsipnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja suatu sekolah. Sekolah diharapkan dapat mengetahui kapasitas kemampuannya saat ini, dan menentukan strategi untuk meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang.

Pada prinsipnya hal-hal yang dimaksud ke dalam faktor internal yang mempengaruhi kinerja sekolah adalah hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan. Sedangkan hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi kinerja sekolah tersebut. Dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan yang ada, serta peluang dan ancaman yang harus dihadapi, maka SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan menentukan strategi agar mampu mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya secara optimal.

Dalam rangka memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan Pemerintah SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan masih memerlukan upaya-upaya pembenahan yang baik dan terencana terprogram serta terpadu.

Adapun kondisi pendidikan yang ada dan berlangsung di SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan antara lain :

a. Minat masyarakat untuk menyekolahkan putranya di SMP Negeri 14 Kota Tangerang Selatan masih sangat tinggi, terbukti setiap tahun jumlah pendaftar selalu melebihi daya tampung. Untuk itu diperlukan sistem penerimaan siswa baru yang baik, transparan, obyektif, serta tidak diskriminatif dan harus akuntabel.

b. Kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan cukup memadai (pendidik 100 % S1), namun masih diperlukan peningkatan kompetensinya.

c. Sarana prasarana masih terbatas terutama ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang TU, multimedia, ruang labolatorium, serta belum tersedia ruang kesenian,ruang ketrampilan, ruang UKS dan ruang BP.


(51)

d. Sistem administrasi yang baik, hal ini dapat memberikan informasi dan pelayanan pendidikan yang prima.

e. Pengembangan pengelolaan pendidikan masih terus mengalami peningkatan secara bertahap.

f. Partisipasi masyarakat masih terbatas dan perlu ditingkatkan.

g. Hasil lulusan belum baik terbukti rata-rata UN mencapai 5.68, namun demikian perlu ditingkatkan untuk mencapai yang lebih baik lagi.

h. Prestasi akademik dan non akademik sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan pembinaannya dengan lebih baik dan terarah. i. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah menerapkan

pendidikan karakter namun perlu perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan.

j. Kurikulum 2013 akan mulai diterapkan ditahun pelajaran 2014 – 2015 ini

k. Kemampuan sumber daya manusia baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan dalam bidang IT, masih perlu adanya upaya-upaya pembinaan dan pelatihan untuk memenuhi tuntutan IPTEK.

2. Tujuan Pendidikan, Visi, Misi, Dan Tujuan Sekolah a. Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Disiplin, Jujur, hidup bersih, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Visi


(52)

“ Terwujudnya Lulusan SMP yang Beriman, Bertakwa, Disiplin, Jujur, Hidup Bersih dan Unggul dalam Prestasi serta Berwawasan

Lingkungan“

Indikator :

1) Unggul dalam aktifitas keagamaan.

2) Unggul dalam perolehan Nilai Ujian Akhir.

3) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4) Unggul dalam kerja sama ilmiah remaja 5) Unggul dalam lomba kreativitas

6) Unggul dalam lomba kesenian 7) Unggul dalam lomba olahraga 8) Unggul dalam kejujuran 9) Unggul dalam disiplin

10) Unggul dalam menjaga kebersihan, dan berwawasan lingkungan.

11) Unggul dalam kepedulian sosial.

c. Misi

1) Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak baik di lingkungan dalam dan luar sekolah.

2) Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi, bekerja sama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, dan mandiri.

3) Menciptakan lingkungan sekolah yang asri, aman, rapi, bersih, dan nyaman.

4) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis. 5) Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik, dan

manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan peserta didik.


(53)

6) Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan hidup demokratis.

d. Tujuan Sekolah

Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum pendidikan dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah sebagai berikut ini.

1) Semua kelas melaksanakan pendekatan “pembelajaran aktif” pada semua mata pelajaran.

2) Mengembangkan berbagai kegiatan dalam proses belajar di kelas berbasis pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3) Mengembangkan budaya sekolah yang kondusif untuk mencapai tujuan pendidikan dasar.

4) Menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial yang menjadi bagian dari pendidikan budaya dan karakter bangsa.

5) Menjalin kerja sama lembaga pendidikan dengan media dalam memublikasikan program sekolah.

6) Memanfaatkan dan memelihara fasilitas untuk sebesar-besarnya dalam proses pembelajaran.

3. Struktur Organisasi SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

Struktur organisasi sekolah dibuat dalam rangka pengaturan aktifitas sekolah agar semua kegiatan dan proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini yang menjadi dasar bagi SMP Negeri 14 Tangerang Selatan untuk mengatur dan mengkoordinir seluruh elemen dan staf sekolah agar sesuai dengan job description yang ada dibuatlah struktur organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.

4. Guru dan Tenaga Kependidikan SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

Guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan mendidik dengan hati, yang tidak hanya pandai mengajar, melainkan juga mampu membimbing, melatih, mengarahkan dengan penuh perhatian dan kasih-sayang. Guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan terus belajar meningkatkan


(54)

kemampuan dirinya melalui training, workshop, seminar, dan Iain-Iain, yang diadakan di dalam maupun di luar sekolah, baik tingkat nasional maupun internasional.

Guru PAI SMP Negeri 14 Tangerang Selatan merupakan seorang guru PAI terbaik tingkat propinsi Banten. Kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan cukup memadai (pendidik 100 % S1). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di lampiran.

5. Deskripsi Siswa/I SMPN 14 Tangerang Selatan

Jumlah siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan dalam tiga tahun terakhir

Tabel 3.1

Data siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan Tiga tahun terakhir

Tahun Pelajaran

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah Jumla h Romb el Jumla h Romb el Jumla h Romb el Jumla h Romb el

2012/2013 320 8 314 8 288 8 922 24

2013/2014 344 8 320 8 305 8 969 24

2014/2015 370 9 345 8 300 8 1015 25

6. Sarana Dan Prasarana SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

SMP Negeri 14 Tangerang Selatan dibangun di lahan seluas 7.378 m2 milik pemerintah. Fasilitas sekolah merupakan salah satu peran yang penting dalam menentukan kesuksesan suatu pembelajaran.

a. Ruang kelas

Tabel 3.2 Data ruang kelas


(55)

a. Ruang kelas asli 12 b. Ruang lainnya yang

mengunakan ruang kelas (b)

Yaitu :

1. R. Guru 1

2. R. Kepsek & TU 1

3. R. Lab. Komputer 1

4. R. Lab. Bahasa 1 c. Ruang Lab. IPA /Ruang

Perpustakaan

1

Jumlah Ruang Seluruh 17

b. Ruang belajar lainnya

Tabel 3.3

Ruang belajar lainnya

Jenis ruang Jml Uk.

(m2) Jenis ruang Jml

Uk (m2)

1.Perpustakaan 1 9x7 4. Lab.Bahasa 1 9 x 7 2.Lab. IPA 1 15x8 5. Rg.Keterampilan - - 3.Lab.

Komputer

1 9x7 6. Multi Media - -

c. Lapangan

1) Lapangan olahraga.

(tersedia lahan tanah untuk lapangan olahraga, namun belum diadakan pengerasan)

2) Lahan kosong yang tersedia/belum terbangun seluas + 6.226 m2.

a) Potensi lingkungan sekolah

Letak SMP Negeri 14 berada dalam lingkungan yang sangat strategis, kondusif dan aman. Sehingga nyaman untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.


(56)

Masyarakat sekitar Sekolah sangat antuas dan peduli terhadap dunia pendidikan, hal tersebut terbukti dalam keikutsertaan di berbagai kegiatan sekolah.

7. Pengembangan Diri di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.

Tabel 3.4

Kegiatan pengembangan diri

Kegiatan Pelaksanaan

Layanan dan kegiatan pendukung konseling Layanan BK

 Individual

 Kelompok: tatap muka guru BK masuk ke kelas

 Layanan Orientasi  Layanan Informasi

 Layanan Penempatan dan Penyuluhan  Layanan Penguasaan Konten

 Layanan Konseling Perorangan  Layanan Bimbingan Kelompok  Layanan Konseling Kelompok  Layanan Konsultasi

 Layanan Mediasi  Layanan Advokasi Ekstrakurikuler  Rohis

 Kepramukaan (wajib)  Volly

 Futsal  Silat  Seni musik  Seni Tari  Englis Club  Science Club  Paskibra


(57)

Kegiatan Pelaksanaan

 Jurnalistik

Eksrakurikuler wajib, yaitu Pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut

Kegiatan ekstrakurikuler umumnya dilaksanakan setiap hari sabtu. Mulai dari jam 08:00 pagi sampai jam 12:00 siang. Untuk ekstrakurikuler

rohis dilaksanakan pada hari senin sampai jum’at sesuai jadwal yang

dibuat. SMP Negeri 14 Tangerang Selatan mewajibkan ekstrakulikuler rohis dan pramuka bagi setiap siswa. Kebijakan ini dibuat karena SMP Negeri 14 Tangerang Selatan memiliki program pendidikan karakter utama yakni religious, discipline dan bersih.

8. Muatan Lokal

Muatan Lokal yang dipilih ditetapkan berdasarkan ciri khas, potensi dan keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan tenaga pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal adalah pengembangan jiwa kewirausahaan dan penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dikembangkan antara lain inovasi, kreatif, berpikir kritis, eksplorasi, komunikasi, kemandirian, dan memiliki etos kerja. Nilai-nilai budaya yang dimaksud antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepekaan terhadap lingkungan, dan kerja sama.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut diintegrasikan di dalam proses pembelajaran yang dikondisikan supaya nilai-nilai tersebut dapat menjadi sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehinggga satuan pendidikan harus mengembangkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk setiap muatan lokal yang diselenggarakan.


(58)

Muatan Lokal yang diselenggarakan di SMP ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Muatan Lokal SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

No. Jenis Muatan Lokal Alokasi Waktu

VII VIII IX

1. Seni Budaya 2 2 2

2. Prakarya 2 2 -

3. BTQ 2 2 -

4. English Conversation - - 2


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)