Komersialisasi Sumber Daya Air Menurut Hukum Islam

(1)

SKRIPSI

Ditujukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

SYAEFUL ANWAR NIM : 1110043200030

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1438H/2016M


(2)

(3)

(4)

(5)

Undang-undang tersebut memungkinkan terjadinya privatisasi yang berpotensi komersialisasi sumber daya air. Desa Padarincang yang berada di Kabupaten Serang Banten merupakan salah satu desa yang merasakan akibat dari privatisasi yang dilakukan perusahaan swasta. Pada dasarnya Hukum Islam melarang hal tersebut.

Pokok masalah dalam skripsi ini undang-undang tentang sumber daya air yang dibuat oleh pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat. Undang-undang tersebut berpotensi terjadinya privatisasi sumber daya air. Hal tersebut dapat menimbulkan terjadinya kelangkaan air dikalangan masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research). Sedangkan sifat penelitian bersifat analisis deskriptif-analitiskritis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data Primer yaitu bahan hukum yang berasal dari buku-buku, undang-undang, peraturan pemerintah, pendapat para ahli, doktrin, dan pendapat para ulama. Data Sekunder yaitu bahan hukum yang berasal dari majalah hukum dan internet.

Kata Kunci : Komersialisasi Sumber Daya Air Pembimbing : Dr. Nahrowi, SH.,MH.

Hj. Ummu Hanah Yusuf Saumin, M.A. Daftar Pustaka : Dari tahun 1979- 2013


(6)

vi

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa memberikan rahmat yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan, kekuatan serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Kemudahan serta pertolongan Allah yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Padarincang, Serang Banten)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan di dalamnya dan masih jauh dari kesempurnaan dalam hal ini tidak terlepas dari sifat manusia yang penuh salah dan lupa. Selanjutnya karya ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dari kawan-kawan serta pihak-pihak yang terkait dalam memberikan dukungan dan memberikan sumbangsih ide serta waktu untuk berdiskusi dengan penulis. Oleh karena itu penulis merasa sangat perlu untuk mengucapkan terimakasih sebagai bentuk penghargaan kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

vii

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Nahrowi, SH.,MH. dan Dra. Hj. Ummu Hanah Yusuf Saumin, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu dan mencurahkan segala perhatiannya untuk memberikan pencerahan serta pengarahan yang begitu baik bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya.

5. Pimpinan serta karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pimpinan serta karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya, sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.

6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani masa pendidikan berlangsung.

7. Ayahanda tercinta AIPTU Endang Bachtiar dan ibunda Ai Siti Aidah yang selalu mendukung dan memberikan segalanya kepada ananda, agar ananda dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Adik saya tersayang, Diana Roudhotul Jannah dan Ramadha Bachtiar Radiansyah.


(8)

viii

(almh) Hj. Uki yang telah memberikan motivasi dan dukungan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Perbandingan Hukum angkatan 2010, Anchor Freedom, dan teman-teman penghuni kosan pesanggrahan, kosan Dimas yang penghuninya tidak saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi dan kenangan dalam menjalani pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah.

12. Sahabat-sahabat PMII KOMFAKSYAHUM Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat saya Anjo momaitry, Gerry Pamungkas, SH., Apriyanto Fitri Wibowo, S.Sy. serta sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2010 Fakultas Syariah dan Hukum yang selalu membantu dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Jakarta, 30 September 2016


(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu ... 9

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan... 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR A. Jual Beli Air Menurut Islam 1. Pengertian Jual Beli ... 18


(10)

x

C. Bentuk Komersialisasi Sumber Daya Air di Indonesia... 33

BAB III PRAKTEK KOMERSIALISASI KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR di DESA PADARINCANG A. Praktek Komersialisasi Sumber Daya Air PT. Tirta Investama (Aqua Danone)... 40

B. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat ... 46

BAB IV ANALISIS KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR A. Analisis Praktek Komersialisasi Sumber Daya Air di Indonesia ... 53

B. Analisis Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positive Tentang Komersialisasi Sumber Daya Air di Desa Padarincang ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(11)

(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

Alif Tidak dilambangkan

Ba b Be

Ta t Te

Tsa ts Te dan es

Jim j Je

Cha h Ha dengan dengan bawah

Kha kh Ka dan ha

Dal d De

Dzal dz De dan zet

Ra r Er

Zay z Zet

Sin s Es

Syin sy Es dan ye

Shad s Es dengan garis bawah

Dhat d De dengan garis bawah

1

Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM),Pedoman Penulisan Skripsi,(Ciputat: FSH-UIN Jakarta, 2012), hal. 43-46.


(12)

kanan

Ghain gh Ge dan ha

Fa f Ef

Qaf q ki

Kaf k Ka

Lam l El

Mim m Em

Nun n En

Wawu w We

Ha h Ha

Hamzah Apostrof

Ya y Ye

2. Vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf. Transliterasi vocal tunggal dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangkan

a fathah

i Kasrah


(13)

au A dan U

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tandamacron(coretan horisontal):

â A dengan topi di atas

î I dengan topi di atas

û U dengan topi di atas

4. Kata sandang, yan dalam bahasa arab dilambangkan dengan huruf ( ),

dialihaksarakan menjadi huruf l (el), baik diikuti hurufsyamsiyyah maupun hurufqomariyyah, Misalnya:

= al-ijtihad

=al-rukhsah, bukanar-rukhsah

5. T̄ a’ marb̄utah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat suk̄un,

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf h ,

sedangkant̄a’ marb̄ûtahyang hidup dilambangkan dengan huruf t , misalnya

( =ru’yah al-hilâlatauru’yatulhilâl).

6. Tasydîd, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak


(14)

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Istilah ekologi saat ini semakin populer, karena bila terjadi kerusakan/pencemaran lingkungan, maka pikiran seseorang tertuju kepada persoalan ekologi. Kerumitan persoalan ekologi saat ini, karena ada kecenderungan manusia memisahkan masalah lingkungan hidup dengan manusia, masalah manusia bukap merupakan bagian yang integrasi dengan lingkungan. Dengan demikian, menurut Soerjani bahwa Ekologi adalah ilmu dasar untuk memertanyakan, menyelidiki, dan memahami bagaimana alam bekerja, bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam sistem kehidupan yang mereka perlukan dari habitatnya untuk dapat melangsungkan kehidupannya, bagaimana dengan melakukan semuanya itu dengan komponen lain dan spesies lain, bagaimana individu dalam spesies itu beradabtasi, bagaimana makhluk hidup itu menghadapi keterbatasan dan harus toleran terhadap berbagai perubahan, bagaimana individu-individu dalam spesies itu mengalami pertumbuhan sebagai bagian dari suatu populasi atau komunitas. Semuanya ini berlangsung dalam suatu proses yang mengikuti tatanan, prinsip dan ketentuan alam yang rumit, tetapi cukup teratur, yang dengan ekologi kita memahaminya.1

Menurut Otto Soemarwoto, suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik

1


(16)

antara makhluk hidup dengan lingkunganya. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tidak hidup di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Masing-masing komponen memiliki fungsi atau relung. Selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan baik, maka keteraturan ekosistem itu pun terjaga.2

Seperti kita ketahui Bumi di ciptakan oleh Allah SWT. Didalamnya terdapat berbagai macam sumber daya alam, diantaranya adalah air, gas, mineral dan sebagainya. Air merupakan kebutuhan pokok manusia dan makhluk lainya. Seseorang tidak dapat hidup tanpa air, oleh karena itu air merupakan salah satu penopang hidup manusia.

Air tawar yang dapat dikonsumsi oleh manusia merupakan sumber daya alam yang sangat langka. Sekitar 97,2% dan apa yang kita sebut sebagai air adalah air laut yang tidak dapat dikonsumsi oleh manusia dan 2,15% merupakan air yang membeku. Dengan demikian, jumlah air tawar yang dapat dikonsumsi oleh manusia kurang dari 1% dari jumlah air yang ada di bumi.3 Perlu juga disadari bahwa ketersedian air tawar semakin menipis akibat dari kerusakan linkungan seperti penebangan liar yang mengakibatkan daerah resapan air berkurang dan abrasi pantai yang menyebabkan rembesan air laut ke daratan sehingga terkontaminasinya air bawah tanah. Masalah lingkungan hidup dapat

2

Supriadi,Hukum Lingkungan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 2.

3

Takdir Rahmadi,Hukum Lingkungan Di Indonesia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), hal. 194.


(17)

menimbulkan dampak negatif berupa ancaman terhadap kesehatan manusia, kerugian ekologis dan kerugian ekonomi.4

Setiap manusia sedikitnya membutuhkan 50 liter air bersih perhari untuk keperluan minum, mandi, memasak, mencuci dan irigasi. Bahkan dengan bertambahnya jumlah populasi manusia maka penggunaan air bersih semakin meningkat. Banyak ahli yang mengatakan bahwa akan terjadi kelangkaan air dalam kurun waktu beberapa dekade mendatang itu disebabkan adanya pertambahan jumlah populasi, polusi dan perubahan cuaca. Dari krisis sosial maupun alam yang akan dialami, krisis air dianggap paling mengkwatirkan bagi kelangsungan hidup kita dan planet bumi ini. Karena jika hal tersebut benar-benar terjadi dampaknya akan menyentuh semua kehidupan, mulai ketersediaan pangan, kesehatan, perekonomian bahkan menyangkut permasalahan keimanan.5

Sebagaimana pentingnya air, pemerintah juga mengatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Semenjak disahkanya Undang-undang tersebut timbul perdebatan dan penolakan di kalangan masyarakat. Dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004 memungkinkan terjadinya privatisasi yang berpotensi komersialisasi sumber daya air. Privatisasi merupakan bentuk perkembangan dari ekonomi kapitalis yang berujung atas exploitasi dan komersialisasi atas sumber daya air maupun exploitasi manusia. Karena dorongan

4

Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), hal. 208.

5


(18)

dari sistem kapitalisme adalah keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengesampingkan moral.6

Selain mengancam kebutuhan primer (daruriyat) rakyat, yakni kebutuhan untuk minum, mandi, memasak dan mencuci. Privatisasi air juga mengancam kebutuhan sekunder (hajiyat) rakyat yakni kebutuhan untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan juga akan berdampak pada kebangkrutan dan menyengsarakan petani. Efek lain dengan adanya privatisasi adalah menciptakan kekacauan sosial yang dapat menimbulkan biaya sosial (social cost) yang tinggi hal ini dikarenakan setiap masyarakat tidak terkecuali yang miskin akan gelisah dan kesulitan mendapatkan air bersih karena air merupakan kebutuhan dasar yang diberikan Tuhan secara gratis dan kini guna mendapatkannya harus dengan uang (membayar) karena nilai air telah dimutilasi menjadi barang komersil.7

Tidak hanya itu, apabila di eksploitasi secara besar-besaran bahkan dapat merusak ekosistem disekitarnya dan akan terjadinya kelangkaan air.Masalah kekurangan air dapat menimbulkan bencana bagi manusia dan kelalaian dalam pengelolaan sumber daya air juga dapat berakibat bencana. Kelangkaan air baik kuantitas maupun kualitasnya telah sering menjadi pemicu perselisihan yang berakhir pada perkelahian. Pengakuan hak atas air menjadi sangat penting, karena air adalah hak azasi, tanpa air manusia akan mati.

Meningkatnya permintaan air di tengah-tengah kelangkaan air membuat perusahaan-perusahaan besar (swasta) menjadikan kondisi tersebut sebagai

6

George Ritzer, Douglas J. Goodman,Teori Sosiologi Dari Teori Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern, (Terj. Inyiank Ridwan Muzir. 2008), hal.55.

7 Munawar Khalil. “

Privatisasi Privatisasi Sumber Daya Air dalam Tinjauan Hukum


(19)

peluang bisnis karena nilai air telah dimutilasi menjadi barang komersil. Tarif yang dibebankan kepada penggunapun tinggi. Hal ini menjadi sangat wajar karena pada dasarnya logika dari berbisnis adalah bagaimana bisa mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Demi tercapainya hal tersebut maka segala langkah dilakukan tanpa memperdulikan apakah langkah tersebut menimbulkan masalah atau tidak karena pada dasarnya air merupakan kebutuhan vital bagi manusia.

Dengan semakin mahalnya air bersih bagi masyarakat berpenghasilan rendah maka masyarakat terpaksa menggunakan air tidak bersih/kotor karena air merupakan kebutuhan pokok. Apabila dikonsumsi terus menerus maka akan mengancam kesehatan penggunanya. Tidak sedikit masyarakat yang terjangkit gizi buruk akibat mengkonsumsi air tidak bersih/kotor.

Karena air tidak gratis dan untuk memperolehnya masyarakat harus bersaing, baik dengan membeli atau membangun infrastruktur air bersih di tingkat rumah tangga, hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat miskin semakin tidak berdaya dalam bersaing dengan masyarakat yang lebih kaya untuk memperoleh akses ke prasarana dasar sekalipun. Hal seperti ini dapat menimbulkan konflik di dalam masyarakat.

Kasus seperti itu pernah terjadi di daerah Serang, Banten. Lebih dari 9.000 rumah tangga tani di Padaricang Banten kini terancam oleh kencangnya bisnis air yang terjadi semenjak dikeluarkanya UU privatisasi air pada tahun 2004. Mumun salah satu anggota serikat petani Indonesia mengatakan bahwa puluhan sumber daya air di Padaricang telah di monopoli oleh para investor baik yang mengelola air secara kemasan ataupun menyedot air-air pegunungan dan menjualnya dengan


(20)

mobil-mobil tangki. Saat ini di kecamatan Padaricang saja, setidaknya dua peruahaan air minum kemasan telah dibangun dan terbukti telah menyebabkan penurunan debit air untuk irigasi. Satu kasus baru-baru ini terjadi pada tahun 2008 adalah kasus pembangunan pabrik air Danone yang telah merampas 100 hektar sawah yang subur di Padaricang untuk kemudian dikonversi menjadi sumur athesis penghasil air. Danone beralih tidak akan mengambil air permukaan, tetapi lebih parahnya Danone akan mengambil air bawah tanah dengan pengeboran sedalam 800 meter. Akibatnya, 6.200 hektar sawah di Padaricang terancam kekeringan. Dua perusahaan lainya yang telah merampas kedaulatan petani dalam mengakses air di antaranya adalah coca-cola dan sosro. Selain itu, Lyones perusahaan MNC dari Inggris juga telah menguasai PDAM di Jakarta. Fakta menunjukan bahwa konflik petani yang bersaing untuk mendapatkan air irigasi telah meningkat.8

Permasalahan kebutuhan air tidak hanya menyangkut permasalahan kesejahteraan, akan tetapi juga menyangkut permasalahan keyakinan bagi seseorang. Air menjadi alat kebutuhan bagi seseorang untuk bersuci seperti berwudhu dan berjinabat. Jika air menjadi komoditas yang di komersialisasikan bisa berarti dalam beragama hanya di peruntukan bagi orang-orang yang cukup uang karena dapat membelinya dengan mudah. Akan tetapi bagi rakyat yang tidak cukup uang bisa dikatakan kebutuhan keimananya tidak akan terpenuhi. Dalam sejarah soal air, yang ditemukan dalam komunitas tradisional sebagai bagian pranata sosial yang lebih dahulu lahir sebelum negara, memandang hubungan

8

Pembaharuan Tani, Privatisasi Air Ancam Kedaulatan Petani Banten, (Serikat Petani Indonesia: Jakarta,edisi 59, Januari 2009), hal. 4.


(21)

manusia dengan air sebagai relasi alamiah dan tidak bisa lepas dari nilai etik keagamaan yang diyakini dan menjadi satu kesatuan dalam interaksi masyarakat dengan sumber daya air.9

Berlatar belakang dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mencermati tentang permasalahan yang timbul akibat komersialisasi sumber mata air. Dimana penulis akan mengkaji hal tersebut dalam karya ilmiah dan kemudian dikemas dengan judul “Komersialisasi Sumber Daya Air Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Padarincang, Serang Banten)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, tema yang akan dibahas akan sangat luas untuk dipaparkan dalam skripsi ini. Maka dari itu penulis membatasi pembahasan dalam skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis berusaha akan mengkaji tinjauan hukum islam mengenai komersialisasi sumber mata air yang berdampak terhadap kelangsungan hidup seseorang. Maka dari itu penulis memilih judul yang akan dibahas dalam skripsi ini. Penulis memilih judul “Komersialisasi Sumber Daya Air Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Padarincang, Serang Banten)”.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas masalah dalam pembahasan ini, maka dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

9

Adnan Harahap, dkk.Islam dan Lingkungan Hidup,(Jakarta: Yayasan Swarna Bumi, 1987), hal. 29.


(22)

a. Bagaimana praktek komersialisasi sumber daya air di Desa Padarincang?

b. Bagaimana tinjauan Hukum Islam mengenai regulasi dan praktek komersialisasi sumber daya air?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui praktek komersialisasi sumber daya air di desa Padarincang.

b. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam mengenai

komersialisasi sumber daya air.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Untuk lebih memperkaya pemikiran ilmu pengetahuan penulis dalam mengkaji permasalahan yang terjadi di masyarakat..

2) Untuk mengelaborasi antara teori yang diperoleh penulis di perkuliahan dengan fakta hukum yang terjadi di masyarakat

3) Untuk menambah khasanah keilmuan di bidang Hukum Islam bagi pembacanya.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah dalam membuat undang-undang yang berazaskan keadilan agar terciptanya kemakmuran dalam masyarakat.


(23)

2) Agar penelitian ini menjadi perhatian dan dapat digunakan bagi semua pihak khususnya pemerintah dan pihak swasta.

D. Kajian (Review) Studi Terdahulu

Di era globalisasi ini manusia diharapkan lebih memahami permasalahan-permasalahan lingkungan apalagi dalam permasalahan-permasalahan air. Permasalahan air dapat menimbulkan permasalahan yang berdampak terhadap kelangsungan hidup seseorang karena air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Jumlah penduduk yang semakin bertambah otomatis penggunaan air semakin meningkat. Dengan berkurangnya daerah resapan air akibat dari kerusakan lingkungan maka kelak Negara kita akan mengalami krisis air, ditambah lagi dengan adanya privatisasi dapat berpotensi komersialisasi yang dilakukan pelaku bisnis. Jika komoditas air dijadikan barang komersil maka kalangan tertentu saja yang bisa mendapatkanya.

Buku-buku dan literatur yang mengkaji permasalahan sumber daya air banyak sekali, diantaranya: buku yang berjudul Kemelut SDA Menggugat Privatisasi di Indonesia”oleh tim KRUHA, penerbit LAPERA pustaka utama

bekerja sama dengan KRUHA, Yogjakarta tahun 2005, yang menjelaskan bahwa air sebagai barang sosial, dengan multi fungsi dan multi skala keberadaanya saling berkaitan, harus dikelola dan dimanfaatkan sesuai dengan siklusnya. Hak guna air untuk kepentingan individu, kelompok maupun global tidak akan pernah merubah sebagai barang publik menjadi barang privat untuk dieksploitasi dan diperdagangkan secara bebas dan sebebas-bebasnya. Peran Negara sebagai pengatur SDA adalah memastikan terpenuhinya hak atas air sebelum pemenuhan


(24)

skala diatasnya, dan juga makalahnya yang berjudul “Runtuhnya Mitos Negara

Budiman Kekuatan Ekonomi Politik Asing Berusaha Menyingkirkan Kedaulatan

Rakyat”. Makalah tersebut menjelaskan sejarah mata air di desa Padarincang dan praktek privatisasi yang dilakukan perusahaan AMDK. Di dalam makalah tersebut terjadi permasalahan antara warga desa Padarincang dengan perusahaan AMDK yakni PT Tirta Investama (Aqua Danone).

Selain itu juga buku karangan Prof. Dr. H. Takdir Rahmadi, S.H, LL.M, Hukum Lingkungan Di Indonesia,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012),dalam buku ini terdapat perdebatan mengenai UU No 7 tahun 2004 karena terdapat pasal yang memungkinkan privatisasi sumber daya air.

Disamping itu juga ada skripsi yang membahas mengenai “Konsep Penguasaan Negara Atas Sumber Daya Air Dalam Prespektif Islam” (analisis

putusan makamah konstitusi nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan 008/PUU-III/2005 tentang pengujian undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air), oleh Afnanul Huda NIM 105045201507 mahasiswi Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011.

Selain itu ada juga tesis membahas tentang “Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Konservasi Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Desa Keseneng, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang), oleh Fransisca Emilia mahasiswi Universitas Diponegoro, 2013.

Disamping itu ada juga skripsi yang membahas mengenai “Tinjauan Fiqih Lingkungan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Sumber Daya Air” (Studi Analisis


(25)

2102140 mahasiswa syariah IAIN Walisongo, 2006 ini dengan pertimbangan kepentingan umum yang berorientasikan kemaslahatan dan menolak adanya kerusakan bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Jeratan hukum dari kerusakan lingkungan khususnya air yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, maka dalam kesimpulan skripsinya dalam prespektif fiqih lingkungan merupakan tindak pidana, dan kewenangan pemerintah untuk memberikan sanksi pidana, ketentuan pidana Undang-undang No 7 Tahun 2004 sesuai dengan maqasidus syariah karena dapat mengancam jiwa, akal dan daya survive manusia dan makhluk hidup lain.

Dalam skripsi “Pandangan Hukum Islam Terhadap Aspek Pidana Dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air” disusun oleh

Muhammad Arif Mujib NIM 2104178. Skripsi tersebut menjelaskan secara komparatif antara hukum Islam dan hukum positif mengenai pelanggaran terhadap praktek pidana pelanggaran sumber daya air yang menjelaskan tentang wajibnya menjaga pelestarian alam semesta dan perbuatan merusak lingkungan merupakan sebuah tindak pidana atau jarimah.

Pada dasarnya penelitian yang penulis teliti tidak ada kesamaan yang mendasar karena penulis merujuk pada komersialisasi sumber daya air menurut hukum Islam studi kasus di desa Padarincang kabupaten Serang Banten. Peneliti bermaksud meneliti secara umum aspek-aspek permasalahan mengenai sumber daya air. Dengan penelitian ini semoga dapat dijadikan pengalaman atau tambahan refrensi berfikir dan berwacana dalam kasus-kasus yang sama, tentunya dalam hal yang berkaitan dengan lingkungan.penelitian yang peneliti lakukan sebagai wacana dan pelengkap dalam pertanyaan yang timbul dalam masyarakat


(26)

mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, terkhusus dalam bidang sumber daya air dan konservasi air demi kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia dan ekosistemnya.

E. Metode Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Metode mempunyai definisi cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Kata penelitian secara ilmiah, dilakukan oleh manusia, untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab-akibatnya atau kecenderungan-kecenderungan yang timbul10.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai beberapa metode antara lain:

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum sebagai suatu aktivitas ilmiah senantiasa harus dikaitkan dengan arti yang dapat diberikan pada hukum, yang berkaitan dengan metode pendekatan yang digunakan. Menurut Soerjono Soekanto dan Purnadi Purba caraka,hal ini meliputi.11

a. hukum dalam arti ilmu (pengetahuan);

b. hukum dalam arti disiplin atau sistem ajaran tentang kenyataan; c. hukum dalam arti kaidah dan norma;

10

Soerjono soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, cet III, (Jakarta, 1984), hal. 3.

11

Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Perihal Penelitian Hukum, (Alumni Bandung, 1979), hal. 65.


(27)

d. hukum dalam arti tata hukum atau hukum positif tertulis; e. hukum dalam arti keputusan pejabat;

f. hukum dalam arti petugas;

g. hukum dalam arti proses pemerintahan;

h. hukum dalam arti perilaku yang teratur danajeg; i. hukum dalam arti jalinan nilai-nilai.

Metode pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris atau yuridis sosiologis. Dalam pendekatan yuridis sosiologis, hukum sebagailaw in action, dideskripsikan sebagai gejala sosial yang empiris. Dengan demikian hukum tidak sekedar diberikan arti sebagai jalinan nilainilai, keputusan pejabat, jalinan kaidah dan norma, hukum positif tertulis, tetapi juga dapat diberikan makna sebagai sistem ajaran tentang kenyataan, perilaku yang teratur dan ajeg, atau hukum dalam arti petugas.

Pada skripsi ini menggunakan penelitian terhadap azas-azas hukum empiris, yaitu penelitian terhadap unsur-unsur hukum yang dilakukan dengan cara hukum. Baik unsur ideal yang menghasilkan kaidah-kaidah hukum melalui filsafat hukum, maupun dan unsur nyata yang terjadi dimasyarakat yang menghasilkan tata hukum tertentu.12 Dalam skripsi ini yang menjadi tumpuannya adalah data lapangan, peraturan perundang-undangan dan ditopang oleh pendapat-pendapat para ahli terkait dengan komersialisasi sumber daya air.

12

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Desember 2010), hal. 31.


(28)

2. Pendekatan Masalah

Sesuai dengan penelitian ini yang menggunakan jenis penelitian empiris, maka penulis menggunakan beberapa pendekatan yang akan dilakukan yaitu, Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach) dan Pendekatan Kasus (Conceptual-Approach). Pendekatan Kasus digunakan untuk mengetahui praktek komersialisasi sumber daya air di Desa Padarincang, Serang Banten.

3. Teknik Pengumpulan Data

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu: a. Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Data Lapangan.

2) Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air. b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari:

1) Buku-buku mengenai SDA.

2) Undang-undang pengelolaan SDA.

3) buku yang berhubungan dengan fiqh lingkungan, Buku-buku Hukum lingkungan.


(29)

4. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer maupun bahan hokum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang akan dibahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk mendapatkan penjelasan yang sistematis. Pengolahan bahan hokum bersifat deduktif yaitu menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan secara umum ke permasalahan yang khusus atau lebih konkret. Setelah bahan hukum itu diolah dan diuraikan kemudian penulis menganalisisnya (melakukan penalaran ilmiah) dan mencari pendapat-pendapat para ahli untuk menjawab isu hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku“Pedoman Penulisan Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Untuk dapat menuangkan hasil penelitian kedalam bentuk penulisan yang teratur dan sistematis, maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab


(30)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab satu membahas tentang latar belakang, pembatasan dan pe-rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian kajian (review) studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KOMERSIALISASI AIR

Bab ini membahas tentang pengertian komersialisasi serta per-kembanganya. Kemudian tinjauan umum menurut hukum islam.

BAB III : PRAKTEK KOMERSIALISASI AIR di DESA

PADARINCANG

Bab ini membahas tentang tinjauan terhadap praktek komersialisasi air di Desa Padarincang.

BAB IV : PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN POSITIVE

MENGENAI KOMERSIALISASI AIR di DESA

PADARINCANG

Bab ini dipaparkan mengenai sudut pandang hukum islam dan hukum positif. Batasan-batasan hukum islam dan hukum positif menyikapi komersialisasi sumber daya air.


(31)

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran penulis yang didapatkan berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya.


(32)

18

A. Jual Beli Air Menurut Islam 1. Pengertian Jual Beli

Dalam Islam kata jual beli berasal dari bahasa Arab “al bai’u” bentuk mufrod dari kata “al buyuu” yang berarti tukar menukar suatu barang. Adapun menurut etimologi jual beli diartikan “pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lainnya”. Kata lain dari al-bai’u sama artinya (sinonim) dengan kata al-ijarah, yaitu tukar menukar suatu barang.1Berkenaan dengan al-ijarah. Dalam Al-Qur’an Surat Fatir ayat 29 disebutkan:

.

Artinya: “Sesungguhnya orang yang selalu membaca Kitab Allah dan

Mendirikan Shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, Mereka itulah yang mengharapkan Perniagaan yang tidak

merugi.”

Perkataan jual beli sendiri terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan beli”. Sebenarnya kata “jual dan beli” mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah adanya perbuatan pembelian atau membeli. Dengan demikian

1

Syeh Abdurahman As-sa’di dkk, Fiqih Jual-Beli Paduan Praktis Bisnis Syari’ah, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), hal. 4.

2

Departemen agama,al-qur’an terjemah,(Bogor: Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an, 2007), hal. 437.


(33)

perkataan jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli.

Dari ungkapan di atas terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli terlibat dua belah pihak yang saling tukar menukar atau melakukan pertukaran. Sedangkan secara terminologi kata bai’ menurut para pakar hukum Islam berbeda pendapat dalam mendefinisikannya kata bai’ atau jual beli tersebut. Menurut Sayyid Sabiq bahwa jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Menurut M. Anwar jual beli itu adalah: “perikatan yang meangandung pengertian pemindahan harta benda (jasa) dengan harta benda untuk dimiliki selama-lamanya, menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan atau ditentukan”. Adapun menurut pendapat Imam Taqiyuddin Abu Bakar Ibnu Muhammad Ibnu Al Khusaini, dalam kitabnya Kifyatul Ahyar yang artinya: Dalam arti syarat jual beli adalah pertukaran harta, yang dinyatakan dengan ijab qabul dengan lantaran sesuatu.3

Prof Dr. TM Hasby Ash Shidieqy mengatakan bahwa jual beli adalah memberikan suatu barang berharga walaupun tidak terijab Qobul (secara jelas) berhubung sudah menjadi adat contohnya ijab qobul yang terjadi dalam transaksi pembayaran di minimarket. Sedangkan jual beli menurut B.W adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk meyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (sipembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.

3 Hamzah Ya’qub

, Kode Etik Dagang Menurut Islam Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi, (Bandung: CV Diponegoro), hal. 73.


(34)

Jadi jual beli itu adalah pertukaran suatu barang atas dasar suka sama suka (rela) yang dibenarkan oleh syara’, sehingga harta (barang) yang ditukarkan menjadi hak milik untuk selama-lamanya. Pertukaran ini dilakukan atas dasar suka sama suka atau saling rela antara kedua belah pihak. Maka kita tidak boleh melakukan tukar menukar dengan cara paksaan, terpaksa atau memaksa kepada pihak lain untuk menjual atau membeli suatu barang demi kepentingan hanya sesuatu pihak saja, maka dalam Islam tidak dibenarkan hal yang sedemikian ini, karena hal tersebut sudah mengandung suatu kerusakan atau sudah nyata dilarang dalam Islam.4Dalam Islam jualbelimerupakan salah satu bentuk muamalah antara

sesama manusia. Adapun dasar hukumnya terdapat dalam Al-Qur’an, Al-Sunnah dan ijma’ umat.Adapun landasan atau dasar hukum yang berdasarkan firman Allah SWT:

Artinya:“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Riba berasal dari akar kata raba yang artinya berkembang, meningkat, atau melebihi. Kelebihan atau keuntungan interest dari peminjaman barang atau uang, yang menurut hokum Islam dilarang sebesar apapun.5

4

Syeh Abdurrahman As-Sa’di dkk, Fiqih Jual-Beli Paduan Praktis Bisnis Syari’ah, (Jakarta: Senayan Publishing, 2008), hal. 5.

5

Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Sinar Grafika Offset), hal. 287.


(35)

Dalam Surat annisa ayat 29 telah diterangkan:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Berdasarkan ayat diatas Allah membolehkan bahkan menghalalkan ber-muammalah terutama dalam hal jual beli dengan siapapun juga dengan syarat tidak ada paksaan diantara kedua belah pihak, tetapi Allah juga melarang bahkan mengharamkan segala sesuatu yang mengandung unsur riba baik itu dalam jual beli maupun dalam hal muamalah yang lainnya. Ayat ini dengan tegas melarang orang memakan harta orang lain atau hartanya sendiri dengan jalan batil, artinya tidak ada haknya. Memakan harta sendiri dengan jalan batil ialah membelanjakan hartanya pada jalan maksiat. Memakan harta orang lain dengan jalan batil ada berbagai caranya, seperti pendapat Suddi, memakanya dengan jalan riba, judi, menipu, dan menganiaya. Menurut Hasan dan Ibnu Abbas, memakan harta orang lain dengan tidak ada pergantian. Termasuk juga dalam jalan yang batal ini segala jual beli yang dilarang syara’, yang tidak termasuk ialah jalan perniagaan yang saling “berkeridhaan” (suka sama suka) diantaramu, yakni dari kedua pihak.7

6

Departemen agama,al-qur’an terjemah,(Bogor: Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an, 1996),hal. 83.

7

Abdul Halim Hasan Binjai,Tafsir Al-Ahkam,Cet. II, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2011), hal. 258.


(36)

Adapun dasar hukum diperbolehkannya jual beli menurut hadits yang diriwayatkan oleh Rofiah bin Rofi’:

:

:

(

)

.

Artinya: “Dari Rofiah bin rofi’ bahwasanya Rosulullah SAW ditanya apakah mata pencaharian yang paling baik itu? Nabi menjawab, ialah seorang itu yang bekerja dengan tangannya dan jual beli yang bersih. (H.R Bazzar dan dinilai Shahih oleh Al- Hakim).”

Hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa jual beli merupakan anjuran atau perintah nabi terhadap orang Islam untuk mengadakan jual beli yang mana jual beli tersebut disamakan dengan orang yang bekerja dengan hasil keringat sendiri, asalkan jual beli tersebut suci atau bersih dari perkara yang dilarang oleh syara’ seperti mengurangi timbangan, menipu, menjual barang yang belum jelas dan lain sebagainya.9 Sedangkan menurut landasan ijma umat tentang jual beli adalah: bahwasanya umat sepakat bahwa jual beli dan penekunannya sudah berlaku (dibenarkan) sejak zaman Rasulullah SAW hingga hari ini. Jual beli merupakan perilaku yang dianjurkan dalam Islam ini ditegaskan guna dapat memberikan kemudahan kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi ini akan berbeda hukum ketika kita berbicara tentang praktek jual beli air. Karena air merupakan kebutuhan mendasar bagi seluruh makhluk dan air dijadikan sebagai hak publik

8

Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Cet. VII, (Jakarta: Akbarmedia, 2012), hal. 203.

9 Hamzah Ya’qub

, Kode Etik Dagang Menurut Islam Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi, (Bandung: CV Diponegoro), hal. 64.


(37)

yang dapat diakses oleh siapa saja dan menjadi pelarangan ketika air tersebut dijadikan barang yang diperjual belikan.

2. Komersialisasi Air Menurut Islam

Air sebagai kebutuhan pokok manusia dan semua makhluk di bumi menjadi permasalahan tersendiri yang dibahas dalam fiqih Islam. Karena pada benda vital tersebut manusia berserikat. Sabda Rasulullah saw:

:

.

Artinya:“orang Muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu: air, rumput, dan api dan harganya adalah haram (H.R Ahmad dan Abu Dawud). Rasulullah juga melarang praktek jual beli air, sesuai hadits yang diriwayatkan Imam Muslim:

:

.

Artinya: “Dan Dari Jabir Bin Abdullah, Dia Berkata “Rasulullah Saw

Melarang Menjual Kelebihan Air. (HR. Muslim)

Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh ulama penyusun kitab Sunan (Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa’I dan Ibnu Majah) dan Tirmidzi menilainya sahih. Kata

10

Hamzah Ya’qub,Kode Etik Dagang Menurut Islam Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi, (Bandung: CV Diponegoro), hal. 129.

11

Muhammad bin ismail al amir ash-shan’ani,Subulus Salam-Syarah Bulughul Maram, jilid 2, (Darus Sunnah Press: Jakarta Timur 2013), hal. 333.


(38)

Al Fath Al Qusyairi, hadist tersebut sesuai dengan syarat sahih riwayat Imam Al Bukhari dan Muslim.12 Hadits tersebut sebagai dalil bahwa tidak boleh menjual sesuatu kelebihan air dari kebutuhan pemiliknya. Kata ulama, macam air itu ialah air yang keluar dari mata air dalam tanah umum, lalu permukaanya itu tidak dilarang penjualanya. Demikian juga jika orang membuat/menggali talaga dalam tanah miliknyatempat penampungan air atau dia menggali sumur, lalu sebagianya untuk dia minum dan sebagian lagi untuk mengairi sawah/menyirami tanaman, maka tidak ada larangan menjual kelebihanya.

Menurut zhohir hadits tersebut menunjukan wajib atas pemiliknya mendermakan kelebihan air dari kebutuhannya sendiri untuk minum atau untuk bersuci atau menyirami tanaman, baik air itu dari tanah umum maupun pada tanah yang dimiliki orang; Diantara ulama yang berpendapat pemanfaatan air untuk umum ini adalah Ibnu Qayim dalam kitabnya “Al Huda”. Beliau mengatakan: Boleh memasuki tanah dimiliki orang untuk mengambil air dan rumput, karena sesungguhnya dia mempunyai hak terhadap air itu tidak dilarang pemakaianya oleh milik orang lain itu. Beliau mengatakan bahwa Imam Ahmad telah menetapkan kebolehan gembala pada tanah yang bukan tanah umum untuk binatang ternak. Demikian menurut Manshur Billah dan Imam Yahya dalam pembahasannya tentang kayu bakar dan hasyisy (tumbuhan ganja). Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya tidak ada gunanya izin pemilik tanah, karena sesungguhnya tidak ada baginya untuk melarang masuk. Bahkan wajib atasnya merperkenakan orang dan haram atasnya mencegah orang memasukinya, sehingga

12

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 45.


(39)

memasukinya tidak tergantung pada izin pemiliknya, yang dibutuhkan izin itu hanyalah untuk memasuki rumah apabila ada orang yang menempatinya karena wajib minta izin untuk memasuki rumah.13

Adapun rumah yang tidak dihuni orang. Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan:

.

Artinya :“Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan

untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan. (Surat Annur: 29.)

Barang siapa yang menggali sumur atau sungai maka dialah yang paling berhak terhadap airnya dan dia tidak boleh melarang orang lain untuk mengambil kelebihan airnya, sekalipun sudah kami katakana bahwa air itu hak penggali sumur tetapi tidak dia miliki, sebagaimana menurut pendapat jumhur ulama. Atau sekalipun kami katakan air itu miliknya tetapi sesungguhnya dia berkewajiban memberikan kelebihanya kepada orang lain berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw:15

:

) .

(

.

13

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 45.

14

Departemen agama,al-qur’an terjemah, (Bogor: Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an, 1996), hal. 353.

15

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal 46.

16

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 47.


(40)

Artinya: Ya Nabi yallah, apakah yang tidak halal dilarang/dicegah? Beliau menjawab: air, Ya Nabi yallah apakah yang tidak halal dilarang? Beliau menjawab garam.

Hadits tersebut memberikan pengertian bahwa hukum air itu sama dengan garam dan apa-apa yang serupa itu, termasuk rumput, sama dengan hukum air itu. Barang siapa yang sudah mendahului pengembalaan binatangnya pada suatu tanah yang tidak dimiliki orang, di dalamnya ada rumputnya, maka dialah yang paling berhak mengembala di tempat itu selama binatangnya ada di dalamnya. Apabila sudah keluar dari tanah itu maka dia tidak berhak menjualnya.17

Dari Surat an-Nur ayat 29 juga dapat kita pahami bahwa ketika air merupakan milik bersama maka jika seseorang membutuhkan air yang ada didalam rumah sedangkan rumah tersebut tidak dihuni maka orang tersebut boleh mengambilnya tanpa harus meminta izin dari pemilik rumah. Sementara air yang sumbernya terkandung didalam perut bumi, tidak seorangpun bisa mengklaimnya sebagai miliknya kecuali jika ia bekerja untuk mengaksesnya, melakukan penggalian untuk menemukan sumber tersebut dan membuatnya siap guna. Ketika seseorang membuka sumber ini dengan kerja dan penggalian, maka ia berhak atas mata air yang ditemukannya. Ia berhak mengambil manfaat mata air tersebut dan mencegah intervensi dari orang lain, karena ia yang membuka kesempatan untuk menggunakan dan memanfaatkan air tersebut. Sementara mereka yang ikut andil dalam membuka kesempatan itu, tidak berhak mengintervensinya dalam menikmati manfaat air tersebut dan memilki air yang memancar berkat usahanya, sebab ini adalah penguasaan, dimana ia tidak memilki sumber airnya yang

17

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 47.


(41)

terdapat perut bumi. Sebagaimana itu ia wajib untuk membagi-bagikan air tersebut untuk dimanfaatkan orang lain secara gratis dan tidak boleh meminta imbalan, karena substansi air merupakan milik bersama. Si penemu air hanya memiliki prioritas yang lebih utamakan tetapi jikalau dia sudahcukup dalam kebutuhannya dia tidak punya hak untuk melarang orang lain untuk memanfaatkkan air tersebut.

Sebuah hadits Rasulullah saw tentang

ƥ Ǜ Ɩ ƾ Ƶ ǚ

dan diriwayatkan oleh Abu Bashir dari Imam Ash Shadiq. Imam mengatakan, jadi jangan jual mereka. Namun pinjamkanlah kepada tetangga dan saudaramu (seiman). Al Arba’a artinya seeseorang membuat sebuah dam untuk mengairi tanahnya hingga ia memenuhi kebutuhannya dalam hal ini. Dalam riwayat lain dari Ash Shadiq dinyatakan bahwa

ƥ Ǜ Ɩ ƾ Ƶ ǚ

artinya batas waktu yang tetap untuk untuk mengairi tanah. Ketika kalian telah memenuhi kebutuhan kalian maka kalian tidak diperbolehkan untuk menjual air tersebut dan membiarkan orang lain untuk memanfaatkannya. artinya dam yang dibuat diantara tanah-tanah milik sekelompok orang. Jika seseorang telah terpenuhi kebutuhannya maka maka ia harus membiarkan orang lain memanfaatkannya dan dilarang untuk menjual air tersebut.18

Adapun orang yang menyimpan air dalam tempat air minum dan kolam, maka itu dikecualikan dari ketentuan itu berdasarkan qiyas pada kayu bakar. Rasullulah saw telah bersabda tentang kayu bakar itu sebagai berikut:

18

Muhammad Baqir ash Shadr,Buku Induk Ekonomi Islam Astishaduna,(Jakarta: Zahira Pulbising House, 2008), hal. 241.


(42)

.

Artinya:Sungguh seseorang diantara kamu mengambil seutas tali lalu dia mengambil seikat kayu bakar kemudian dia jual, lalu dengan hasil jualan kayu itu dia dapat menjaga dirinya adalah lebih baik dari pada dia minta-minta kepada orang, yang terkadang orang memberinya atau menolaknya.

Boleh penjualan air dan kayu yang disimpannya dan tidak wajib dia berikan kepada orang kecuali hujan. Demikian juga penjualan sumur dan mata air itu sesungguhnya boleh. Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang menjual sumur rumah yang mampu mencukupi kebutuhan orang-orang Muslim dengannya, maka baginya surga.20

B. Privatisasi dan Komersialisasi Sumber Daya Air Di Indonesia

Privatisasi air adalah berpindahnya pengelolaan air baik sebagian maupun seluruhnya dari sektor publik kepada sektor swasta.21 Kurang lebih dua dekade terakhir ini, privatisasi air menjadi salah satu isu pembangunan yang paling kontroversial. Sedangkan komersial adalah perbuatan menjadikan sesuatu sebagai barang dagangan. Istilah komersialisasi sumber daya air merupakan efek yang

19

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 47.

20

Abubakar Muhammad,Terjemahan Subulus Salam III, cet I, (Al-Ikhlas: Surabaya 1995), hal. 48.

21

Kruha,Koalisi Rakyat Hak Atas Air Privatisasi Air 15 Maret 2011 http://www.kruha.org/page/id/dinamic_detil/11/101/Privatisasi_Air/Privatisasi_Air.html, akses tanggal 12 Sempember 2015


(43)

ditimbulkan oleh privatisai sumberdaya air ketika air menjadi komoditas yang di komersilkan.22

Bagi para pendukungnya privatisasi air dipandang sebagai cara yang paling pantas untuk mengatasi persoalan keteraksesan masyarakat terutama masyarakat miskin untuk memperoleh air bersih. Selain itu privatisasi air juga dipandang akan membantu meningkatkan efektifitas dan efisiensi layanan air yang selama ini dikelola oleh sektor publik. Sedangkan bagi penentangnya air merupakan kebutuhan dasar manusia dan tidak pantas untuk dijadikan barang dagangan termasuk dengan melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan dan penyediaannya. Sektor swasta akan lebih memprioritaskan keuntungan daripada peningkatan layanan kepada masyarakat.

Meskipun banyak sekali perhatian dan perdebatan terkait dengan privatisasi air, pada dasarnya sedikit sekali proyek-proyek privatisasi air di dunia. Menurut David Hall, 90 % penyediaan layanan air di dunia dilakukan oleh sektor publik. Hanya 5 % dari total populasi di dunia yang layanan airnya diberikan oleh sektor swasta.23

Dalam perkembangannya, terdapat dua model privatisasi air. Pertama berupa model UK yang diterapkan di Inggris dan Wales dimana kepemilikan dan pengelolaan utilitas air dilakukan oleh sektor swasta. Kedua adalah model Perancis, dimana kepemilikan di tangan publik sedangkan pengelolaannya

22

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 33.

23

Kruha, Koalisi Rakyat Hak Atas Air Privatisasi Air 15 Maret 2011 http://www.kruha.org/page/id/dinamic_detil/11/101/Privatisasi_Air/Privatisasi_Air.html, akses tanggal 12 Sempember 2015


(44)

dilakukan oleh publik atau private. Perbedaan lain dari kedua model tersebut adalah di UK dibentuk Office of Water Services (OFWAT) sebagai badan pengatur independen, sedangkan di Perancis “economic regulator” diperankan oleh pemerintah daerah.24

Secara umum terdapat beberapa model privatisasi air yaitu: i. Kontrak Jasa (service contracts).

Aspek individual dari penyediaan infrastruktur (pemasangan dan pembacaan meteran air, operasi stasiun pompa dan sebagainya) diserahkan kepada swasta untuk periode waktu tertentu (6 bulan sampai 2 tahun). Kategori ini kurang memberi manfaat bagi penduduk miskin. Kontrak jasa dipergunakan di banyak tempat seperti di Madras (India), dan Santiago (Chile).

ii. Kontrak Manajemen.

Manajemen swasta mengoperasikan perusahaan dengan memperoleh jasa manajemen baik seluruh maupun sebagian operasi. Kontrak bersifat jangka pendek (3 sampai 5 tahun) dan tidak terkait langsung dengan penyediaan jasa sehingga lebih fokus pada peningkatan mutu layanan daripada peningkatan akses penduduk miskin. Kontrak manajemen dilaksanakan di Mexico City, Trinidad, dan Tobago.

24

Kruha, Koalisi Rakyat Hak Atas Air Privatisasi Air 15 Maret 2011 http://www.kruha.org/page/id/dinamic_detil/11/101/Privatisasi_Air/Privatisasi_Air.html, akses tanggal 12 Sempember 2015


(45)

iii. Kontrak Sewa-Beli.

Perusahaan swasta melakukan lease terhadap aset perusahaan pemerintah dan bertanggung jawab terhadap operasi dan pe-meliharaannya. Biasanya kontrak sewa berjangka 10-15 tahun. Perusahaan swasta mendapat hak dari penerimaan dikurangi biaya sewa beli yang dibayarkan kepada pemerintah. Menurut Panos (1998), perusahaan swasta tersebut memperoleh bagian dari pengumuman pendapatan yang berasal dari tagihan pembayaran. Konsep ‘Enhanced Lease’ diperkenalkan karena di negara berkembang dibutuhkan investasi pengembangan sistem distribusi, pengurangan kebocoran, dan peningkatan cakupan layanan. Perbaikan kecil menjadi tanggungjawab operator dan investasi besar untuk fasilitas pengolahan menjadi tanggungjawab pemerintah. Kontrak sewa-beli banyak digunakan di Perancis, Spanyol, Ceko, Guinea, dan Senegal.

iv. Bangun - Operasi–Alih

BOT dan beragam variasinya biasanya berjangka waktu lama tergantung masa amortisasi (25-30 tahun). Operator menanggung risiko dalam mendesain, membangun dan mengoperasikan aset. Imbalannya adalah berupa jaminan aliran dana tunai. Pada akhir masa perjanjian, pihak swasta mengembalikan seluruh aset ke pemerintah. Terdapat beragam bentuk BOT. Pelaksanaan BOT terdapat di Australia, Malaysia, dan Cina. Di bawah prinsip BOT, pendanaan pihak swasta akan digunakan untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas atau


(46)

sistem infrastruktur berdasarkan standar standar performance yang disusun oleh pemerintah. Masa periode yang diberikan memiliki waktu yang cukup panjang untuk perusahaan swasta guna mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan dalam membangun konstruksi beserta keuntungan yang akan didapat yaitu sekitar 10 sampai 20 tahun. Pemerintah tetap menguasai kepemilikan fasilitas infrastruktur dan memiliki dua peran sebagai pengguna dan regulator pelayanan infrastruktur tersebut.

v. Konsesi

Konsesi biasanya berjangka waktu 25 tahun yang berupa pengalihan seluruh tanggung jawab investasi modal dan pemeliharaan serta pengoperasian ke operator swasta. Aset tetap milik pemerintah dan operator swasta membayar jasa penggunaannya. Tarif mungkin dibuat rendah dengan mengurangi jumlah modal yang diamortisasi, yang dapat menguntungkan penduduk miskin jika mereka menjadi pelanggan. Konsesi dengan target cakupan yang 37 jelas mengarah pada layanan bagi seluruh penduduk dapat menjadi alat yang tepat dalam memanfaatkan kemampuan swasta meningkatkan investasi, memberikan layanan yang baik, dan menetapkan tarif yang memadai. Melalui cara ini, pemerintah tetap mengatur tarif melalui sistem regulasi dan memantau kualitas layanan. Konsesi mempunyai sejarah panjang di Perancis, kemudian berkembang di Buenos Aires (Argentina), Macao, Manila (Pilipina), Malaysia, dan Jakarta. Dalam


(47)

konsesi, Pemerintah memberikan tanggung jawab dan pengelolaan penuh kepada kontraktor (konsesioner) swasta untuk menyediakan pelayanan infrastruktur dalam sesuatu area tertentu, termasuk dalam hal pengoperasian, perawatan, pengumpulan dan manajemennya. Konsesioner bertanggung jawab atas sebagian besar investasi yang digunakan untuk membangun, meningkatkan kapasitas, atau memperluas sistem jaringan, dimana konsesioner mendapatkan pendanaan atas investasi yang dikeluarkan berasal dari tarif yang dibayar oleh konsumen. Sedangkan peran pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan standar kinerja dan jaminan kepada konsesioner.

vi. Divestiture

Kategori ini merupakan bentuk paling ekstrim dari privatisasi, yang berupa pengalihan aset dan operasi ke swasta, baik keseluruhan maupun sebagian aset. Pemerintah hanya bertanggung jawab terhadap regulasi. Tidak banyak 38 contoh dari divestiture, hanya Inggris dan Wales melakukan dalam skala besar.25

C. Bentuk Komersialisasi Sumber Daya Air Di Indonesia

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 mengakibatkan utang luar negeri pemerintah bertambah akibat fluktuasi mata uang. Sehingga pihak IMF berusaha membantu Indonesia demi mengembalikan kondisi ekonomi

25

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 8.


(48)

yang tertuangdalam memorandum of economic and financial policies dalam perjanjian letter of intent (LOI). Isi LOI itu mengharuskan pemerintah melakukan agenda reformasi kebijakan dan institusional berdasarkan:

a. Manajemen makro ekonomi.

b. Restrurisasi finasial dan corparate sector. c. Proteksi terhada kaum miskin.

d. Reformasi institusi-institusi ekonomi.26

Progam yang dicanangkan oleh IMF untuk mereformasi makro ekonmi kemudian dimatangkan sepanjang tahun 1998 bekerjasama dengan Bank Dunia, ADB dan kreditor bilaretal. Pada bulan juni 1998 Bank Dunia mengeluarkan pinjaman sebesar 1 miliar dolar Amerika, yang kemudian disusul pinjaman yang kedua sebesar 500 juta dolar Amerika. Salah satu isi perjanjian utang tersebut adalah untuk memperbaiki pengelolaan sumberdaya air di Indonesia.27

Berawal krisis itulah Bank Dunia menawarkan pinjaman untuk pemerintah Indonesia guna merestrukturisasi sektor sumberdaya air yang disebut Water Resources Sector Sector Struktural Adjustment Laon (WATSAL). Pinjaman progam ini menjadi bagian dari keseluruhan pinjaman untuk merenofasi kebijakan mikro ekonomi Indonesia. Pemerintahpun menerima tawaran tersebut dan membentuk team khusus untuk menyusun bersama dengan pihak Bank Dunia. Tim inipun lebih dikenal dengan WATSAL Task Force atau kelompok kerja

26

Kruha, Koalisi Rakyat Hak Atas Air Privatisasi Air 15 Maret 2011 http://www.kruha.org/page/id/dinamic_detil/11/101/Privatisasi_Air/Privatisasi_Air.html, akses tanggal 12 Sempember 2015

27

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 27.


(49)

WATSAL. Bersama dengan tim koordinasi pengelolaan Sumber Daya Air membentuk rencana rencana implementasi WATSAL yang berisi tahapan-tahapan proses rencana dari masing-masing rencana restrukturisasi dam matriks kebijakan dan diserahkan ke Bank Dunia yang berperan sebagai pengawas pelaksanaan program.28Dengan dana yang diberikan kepada pemerintah Indonesia menjadikan pemerintah harus mengadopsi prinsip-prinsip WATSAL dalam undang-undang baru mengenai sumber daya air, kerangka tersebut antara lain:

a. Memperkenalkan hak guna air untuk alokasi air permukaan dan tanah dan untuk penggunaan air yang kondusif.

b. Meningkatkan efisiensi terhadap penggunaan air terutama untuk irigasi.

c. Memfasilitasi hubungan antara alokasi dan penggunaan air permukaan dan tanah melalui mekenisme sertifikasi yang seragam. d. Mengusahakan pencapaian kualitas air permukaan dan tanah yang

kondusif dengan pemabngunan sosial ekonomi dan keberlanjutan lingkungan, juga kompatibel dengan hak guna tanah dan perencanaan DAS (Daerah Aliran Sungai).

e. Membangun intitusi-institusi pengelolaan DAS yang partisipatif dan transparan.

f. Menguatkan mekanisme-mekanisme penunjangan, pengelolaan dan pendanaan berbasis masyarakat untuk jaringan irigasi, pelayanan

28

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 28.


(50)

air di tingkat kecamatan/kotamdya, sanitasi dan sistim pembuangan air.

g. Membuat sistem perencanaan, progam dan anggaran untuk keperluan investasi dan menejemen pembangunan sumber daya air yang terdesentraslisasi.

h. Membangun struktur regulator untuk pengelolaan tingkat daerah untuk menunjang pengimpliitasian pengelolaan DAS yang terintegrasi melalui unit DAS propinsi, dan jika feasible, usaha corpotarized self-financing dibawah Pemda.

i. Mendorong prinsip kontribusi yang saling menguntungkan terhadap biaya pelayanan publik air bersih dan irigsi dan prinsip “poluter pay” atau “ yang membuat polusi harus membayar” untuk biaya yang ditimbulakan karena terjadi polusi air.

j. Memperbaiki peraturan-peraturan dan kerangka kerja untuk partisipasi swasta dalam sektor sumber daya air dan pengelolaan kualitas air, termasuk 41 manajemen irigasi melalui konsesi investasi, pengoprasian dan pemeliharaan.

k. Meningkatkan koordinasi antara kehutanan, pertanian konsevasi dan aktivitas sektor publik dan swasta dalam sumber daya air. l. Membuat kebijakan-kebijakan spesifik mengenai konservasi lahan

basah yang berkelanjutan dan membangun daerah rawa.29

29

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 31.


(51)

Seiring dengan perkembangan situasi global maka UU No. 11 tahun 1974 sudah tidak lagi memadai. Maka pemerintah merasa perlu adanya kebijakan baru yang sesuai dengan perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi dan terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Apalagi dari pihak bank dunia juga mendesak Indonesia agar melakukan reformasi peranturan-peraturan yang menyangkut sumberdaya air. Hasilnya adalah bahwa reformasi untuk sektor sumberdaya air yang dirancang pemerintah didasari pada paradigma sebagai berikut:

1) Berwawasan lingkungan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

2) Perubahan peran pemerintah: dari yang tadinya berperan sebagai penyedia berubah fungsi sebagai memungkinkan tersedianya air dan sumber air.

3) Desentralisai kewenangan: pengelolaan sumber daya air harus memperhatikan kewenangan daerah kabupaten, kota dan propinsi. 4) Hak asasi manusia: selama ini terjadi ketidak adilan distribusi air,

dan setiap individu sebenarnya mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses terhadap air dan sumber air.

5) Demokratisasi: berubah dari pola pembangunan top down menjadi pola-pola pendekatan yang proposional antara top-down dan bottom-up sehingga lebih efektif.

6) Globalisasi: reformasi kebijakan sektor sumber daya air harus selaras dengan isu-isu global mengenai sumber daya air. Membuat


(52)

undang-undang baru mengenai sumber daya air, menetapkan kebijakan nasional, dan pembentukan Dewan Air Nasional.30 Melihat paradigma tersebut bahwa dapat kita pahami bahwasannya sumber daya air yang didasari pada paradigma globalisasi merupakan sebuah awal menjadi barang yang dapat diprivatisasi dan ini berujung pada dikomersialkannya sumber daya air. Isu terpenting tentang era baru dalam reformasi sumber daya air adalah mengenai hak guna air (Water Rights) untuk alokasi air permukaan dan air tanah yang diperkenalkan Bank Dunia. Hak guna air dalam undang-undang sumber daya air dibagi menjadi dua, yaitu hak guna pakai dan hak guna usaha. Hak guna pakai adalah penggunaan keperluan sehari-hari. Sedangkan hak guna usaha adalah hak guna air untuk memenuhi tugas komersil atau kebutuhan usaha.31

Hal ini sesuai dengan yang digariskan Bank Dunia dalamWater Resources Sector Strategy 2003, yang menyebutkan bahwa prinsip ekonomi dasar yang digunakan untuk memperlakukan air sebagai barang ekonomi adalah bahwa pengguna menyadari adanya financial cost untuk jasa penyediaan air (Water Supply) dan adanyaOpportunity Cost. Dengan memasukkan Opportunity Cost ini ke dalam harga air melalui dalam sistem hak guna yang berkekuatan hukum,32 diharapkan pengguna yang membutuhkan air lebih banyak seperti di perkotaan,

30

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 33.

31

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 39.

32

Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, (Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005), hal. 40.


(53)

dapat memenuhi kebutuhannya karena dapat membeli hak guna air dari low value user (misal: petani, masyarakat pedesaan). Melalui sistem ini hak akan ada insentif yang kuat dari low value user untuk secara sukarela memberikan hak guna mereka kepada high value user. Contoh: jika para petani dapat menjual hak guna mereka dengan harga yang sesuai, maka kelebihan air di daerahnya dapat dijual ke daerah atau kota tetangganya dimana nilainya lebih tinggi. Ini berarti melalui sistem hak guna usaha, mekanisme pasar berjalan. Perlu kita perhatikan adalah tidak adanya batasan yang jelas bagi penggunaan hak guna usaha air, baik secara kuantitas maupun jangka waktu. Padahal hal ini penting demi mencegah pemegang hak guna usaha mengeksploitasi air secara berlebihan.


(54)

40

A. Praktek Komersialisasi Sumber Daya Air PT.Tirta Investama (Aqua Danone)

Undang-undang no.7 tahun 2004 tentang sumber daya air telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan dimasukkan dalam lembaran negara tahun 2004 dengan nomor 32 pada tanggal 18 maret 2004. Akan tetapi banyak kalangan mengecam undang-undang tersebut karena mengandung unsur privatisasi dan itu akan berdampak pada dikomersilkannya air yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia.

Sejak lahirnya Undang-undang No.7 tahun 2004 perkembangan industri air minum dalam kemasan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tentu saja hal tersebut berimplikasi pada semakin banyak daerah yang menjadi sasaran eksploitasi air, salah satu perusahaan yang sangat agresif mengembangkan industri air minum adalah PT. Tirta Investama. PT. Tirta Investama mencari daerah baru untuk lokasi eksploitasinya. Setelah melakukan beberapa riset, akhirnya pilihan jatuh ke desa Curug Goong Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang.1

Kecamatan Padarincang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Serang yang wilayahnya berdekatan dengan Kecamatan Ciomas dan

1

Kruha, (2011), Runtuhnya Mitos Negara Budiman Kekuatan Ekonomi Politik Asing Berusaha Menyingkirkan Kedaulatan Rakyat, hal 1, http: //www.kruha.org/one modul/one document/1330327624.pdf. diakses tanggal 12 september 2015


(55)

kecamatan Cinangka. Wilayah kecamatan Padarincang terdiri dari tanah pertanian dan tanah perkebunan. Hal tersebut memungkinkan penduduk kecamatan Padarincang memilih mata pencaharian sebagai petani dan ada pula beberapa di-antaranya mengelola perkebunan. Daerah pertanian dan perkebunan di kecamatan Padarincang menjadi potensi besar bagi masyarakat untuk menghasilkan beras dan hasil pangan yang lainnya sebagai kebutuhan pangan yang paling utama.

Kawasan yang dipilihnya merupakan cagar alam rawa danau sekaligus merupakan lumbung air cadangan air bawah tanah rawa danau. Rawa danau yang terletak di Kabupaten Serang tepatnya masuk ke dalam Kecamatan Padarincang, Mancah dan Gunung Sari. Rawa danau tidak hanya merupakan danau biasa, menyebutkan rawa danau berarti kita juga membicarakan tentang kawasan cagar alam, kawasan DAS, sekaligus cadangan air bawah tanah dan kawasan yang memiliki geothermal. Suatu kawasan yang sungguh lengkap dan mempesona karena keindahan alamnya dan mitos yang mengitarinya.

Potensi sumber daya alam Rawa Danau ini tidak dapat dipisahkan dari Gunung Karang yang terletak di Kabupaten Pandeglang karena dari sini lah aliran air bermula termasuk air bawah tanah.Rawa danau merupakan sebuah cagar alam yang didominasi rawa-rawa dan juga terdapat sebuah danau. Luas kawasan ini sekitar 2.500 ha yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon. Pulau ini menjadi tempat bersarang bagi aneka jenis binatang reptile dan tidak kurang dari 250 jenis burung bermukim di kawasan ini.

Cirahab yang merupakan salah satu kampung dari desa Curug Goong Kecamatan Padarincang diapit dari dua area penting yakni Rawa Danau dan


(56)

Gunung Karang yang memiliki potensi aktif. Tidaklah mengherankan bahwa kawasan ini terdapat sumber air yang cukup besar dan banyak masyarakat yang membutuhkanya. Profesi warga setempat sebagian besar adalah petani sawah dan kebun. Secara turun menurun mata air Cirahab digunakan oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, ratusan hektar sawah mendapatkan pasokan air bagi kebutuhan tanaman padi dan tanaman lainya. Petani mendapatkan berkah dari limpahan air yang keluar dari mata air Cirahab.2

Warga sekitar dapat memanfaatkan keindahan alam Cirahab untuk berekreasi, satu-satunya area wisata air di Padarincang dan merupakan salah satu kebanggaan warga Padarincang. Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan dalam berbagai bentuk mulai merubah masyarakat dan cara hidupnya. Demikian pula perlakuan terhadap sumber daya alam yang melimpah, hutan berubah menjadi sawah, kebun, pemukiman dan air yang melimpah mulai dieksploitasi.

PT. Tirta Investama (Aqua Danone) melirik potensi besar cadangan air bawah tanah rawa danau bukan sekedar volumenya melainkan juga kualitas air purba yang ada di bawah tanah tersebut yang kaya akan mineral. Dalam upaya meneguhkan sebagai pemasok air minum dalam kemasan tingkat Nasional bahkan Internasional, pihak PT. Tirta Investama tetap berupaya dengan beragam cara agar pabrik di Cirahab dapat beroperasi sekalipun harus berhadapan dengan penduduk sekitar.

Pilihan mata air Curug Goong tepatnya sumber mata air Cirahab sebagai area eksploitasi awalnya berlangsung tanpa keresahan. Tak lama kemudian

ma-2

Kruha, (2011), Runtuhnya Mitos Negara Budiman Kekuatan Ekonomi Politik Asing Berusaha Menyingkirkan Kedaulatan Rakyat, hal. 6, http: //www.kruha.org/one modul/one document/1330327624.pdf. diakses tanggal 12 september 2015


(57)

syarakat mengetahui di lokasi tersebut akan dibangun pabrik Aqua yang akan me-nyedot air bawah tanah. Keresahan yang terjadi akibat kekhawatiran dikuasainya sumber mata air Cirahab dan eksploitasi air bawah tanah. Masyarakat Padarincang yang menyadari masa depan ketersediaan air menyatakan kesepahaman bersama bahwa komersialisasi air akan memunculkan dampak negative bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Pada tahun 2008 warga telah dengan tegas menolak kehadiran korporasi besar disektor air. PT Tirta Investama dipandang sebagai salah satu perusahaan yang telah menyebabkan terjadinya kekeringan. Catatan di Sukabumi dan Klaten menjadi refrensi empiric warga Padarincang untuk terus menggalang solidaritas dan dukungan dalam upaya mencabut surat izin Bupati. Surat izin tersebut diduga memiliki kecacatan dari sisi proses.

Pertama tidak adanya proses sosialisasi untuk mendapatkan legitimasi public terkait dukungan warga atas rencana pembangunan tersebut. Kedua tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku bahwa surat izin tersebut terbit setelah AMDAL selesai dibuat. Penolakan warga terhadap kehadiran PT Tirta Investama yang akan mengeksploitasi air di kawasan Cirahab Padarincang disebabkan karena minimnya keterlibatan warga. Bahkan ada sebagian warga yang merasa dibodohi pada tahap pembebasan lahan, mereka mendapat informasi jika lahan tersebut diperuntukan untuk pembangunan sarana pendidikan sehinggan menimbulkan antusiasme warga yang dilakukan pada akhirnya memunculkan reaksi dari warga.


(58)

Warga yang melakukan penolakan disudutkan pada situasi yang tidak mengenakan, mereka dipandang sebagai masyarakat tertutup dan irasional, tidak memiliki visi pembangunan dan cenderung anti kompromi, terbelakang, dan sulit diajak maju. Upaya penolakan warga berbuah hasil saat Bupati Serang menghentikan sementara proses pembangunan pabrik dan berjanji akan mencabut surat izin pembangunan, tetapi dipandang lemah karena tidak dilakukan pengawalan secara ketat atas rencana pencabutan tersebut.

Pertengahan tahun 2010 warga Padarincang kembali bergejolak setelah mendapatkan kabar bahwa Bupati akan meneruskan rencana pembangunan pabrik Danone di Cirahab. Reaksi kembali muncul dan mempertanyakan komitmen bupati atas pernyataan awal yang siap mencabut surat izin pembangunan yang telah diberikan kepada PT. Tirta Investama. Spanduk, baliho dan media lain digunakan untuk menunjukan sikap penolakan sebagai mana sebelumnya pernah dilakukan, musyawarah akbar digelar untuk membangun kembali persepsi bersama tentang konsistensi penolakan.

Berdasarkan data AMDAL yang dibuat perusahaan, beberapa informasi penting yang menyangkut investasi dan berbagai prasangka menyangkut informasi tersebut dikalangan masyarakat dapat dilihat dalam matriks berikut:3

3

Kruha, (2011), Runtuhnya Mitis Negara Budiman Kekuatan Ekonomi Politik Asing Berusaha Menyingkirkan Kedaulatan Rakyat, hal. 7, http: //www.kruha.org/one modul/one document/1330327624.pdf. diakses tanggal 12 september 2015


(1)

masyarakat Padarincang dalam pertemuan itu yang rencananya akan menemui Bupati Serang. (Radar Banten, 9 Agustus 2010).

10.9 Agustus 2010

Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik Aqua Danone (GRAPPAD) menggelar pertemuan untuk membahas kemungkinan terburuk yang akan terjadi di tengah-tengah masyarakat jika pembangunan pabrik Danone dilanjutkan, pertemuan yang dilaksanakan di kediaman H. Aksan itu juga membahas masalah dukungan kepala Desa yang turut kunjungan ke Sukabumi. Do’ifullah menilai kunjungan ke Sukabumi tidak bisa dijadikan landasan dukungan mengingat masih terdapat penolakan yang cukup kuat dari warga. Agung Wibowo mengatakan pemerintah harus melihat kenyataan karena pembangunan pabrik Aqua hanya akan memunculkan konflik horizontal, untuk menghindari konflik sebaiknya pemerintah membatalkan rencana pembangunan tersebut.

Abdul Azis menyampaikan pembangunan pabrik Danone terlalu dipaksakan dan pemerintah tidak memiliki landasan yang kuat terkait dukungan warga, munculnya penolakan disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang baik dari pemerintah serta ada masalah dalam proses perizinan. (Banten Raya Post, 10 Agustus 2010).

11. 24 Agustus 2010

Bupati Serang Taufik Nuriman dalam pertemuan dengan para Kepala Desa dan warga yang mendukung rencana pembangunan pabrik Danone mengatakan akan meneruskan pembangunan setelah Idul Fitri.

Pertemuan yang digelar di Pendopo merupakan agenda yang telah ditetapkan sebagai bentuk audiensi para kepala Desa dan beberapa warga yang telah melakukan kunjungan ke Sukabumi. Bupati Serang menilai masalah pro dan kontra itu merupakan hal yang biasa, tetapi pembangunan harus dilanjutkan karena jika dibatalkan akan menghambat para investor untuk menanamkan modalnya di kabupaten Serang. H. Maher mengutarakan bahwa masyarakat Padarincang harus terbuka terhadap investasi, hal ini dilakukan agar masyarakat Padarincang tidak tertinggal, jika ditolak sama saja dengan memelihara kemiskinan karena menolak lapangan pekerjaan. (Kabar Banten, 25 Agustus 2010).

12.26 Agustus 2010

Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik Aqua Danone (GRAPPAD) menilai pertemuan di Pendopo tidak merepresentasikan seluruh suara warga karena hanya


(2)

dihadiri oleh para Kepala Desa dan Anggota Komisi IV DPRD kabupaten Serang serta hanya beberapa warga yang memiliki kepentingan.

Abdul Azis menilai Bupati Serang telah mengeluarkan pernyataan sepihak terkait rencana pembangunan pabrik Danone, pemerintah tidak memiliki itikad yang baik untuk melakukan konsultasi ulang dan lebih berpihak pada kepentingan investor. Agung Wibowo mengungkapkan terdapat warga yang tidak bisa menerima kehadiran PT. Tirta Investama untuk berinvestasi di Padarincang dan ini merupakan sisi kelemahan karena tidak ada dukungan publik.

Doifullah mengutarakan keterbukaan investasi seharusnya melihat beberapa factor, eksploitasi air bawah tanah itu memiliki resiko dampak yang sangat besar yaitu kekeringan air dan hilangnya hak dasar warga atas air.

GRAPPAD telah menggalang solidaritas korban terkait kerusakan lingkungan yang diakibatkan aktifitas eksploitasi oleh industry yang berada di kawasan Serang dan sekitarnya, dan akan menggalang dukungan nasional untuk meningkatkan eskalasi penolakan. (Banten Raya Post, 27 Agustus 2010).

GRAPPAD melayangkan surat ingin melakukan audiensi dengan DPRD, tetapi selalu menemui jalan buntu dan tertunda tanpa alas an yang jelas. Anehnya Komisi IV DPRD justru melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan TI di sebuah restoran.

Fenomena tersebut, dan juga studi ke Sukabumi diduga disponsori oleh pihak perusahaan melalui salah satu anggota dewan yang secara attraktif sangat aktif berhubungan dengan kepentingan perusahaan. Walhi, Kruha dan LSM lain membuat tim investigasi yang menduga kedua kegiatan diduga gratifikasi.

Grappad mendesak DPRD yang kemudian karena merasa tidak ditanggapi serius maka masyarakat mendatangi DPRD namun kegiatan ini batal karena adanya pembatasan peserta audiensi.

Pihak perusahaan merasa sudah memperoleh legitimasi mulai melakukan

pembangunan. Keresahan mulai meningkat. Masyarakat kemudian melakukan rapat berupa pengajian yang dihadiri oleh ulama berpengaruh. Namun perusahaan dan Pemda masih tak mau mengakomodasi keinginan masyarakat.

13.5 Desember 2010.

Masyarakat hendak melakukan rapat akbar di lokasi Perusahaan. Respon masyarakat sangat luar biasa, ribuan massa datang dari berbagai arah menuju lokasi. Mengingat tiadanya respon dari pemda selama ini, dan kemudian mereka melihat perusahaan telah mulai melakukan pembagunan dan di jaga para jawara. Maka terusiklah rasa keadilan warga, sehingga menimbulkan kemarahan yang berakibat pembakaran dan perusakan di lokasi.


(3)

Dini hari terjadi penangkapan atas lima orang warga sehubungan dengan aksi 5 desember sekitar jam 02. WIB, Padahal sebelumnya Wakapolres bertemu dengan tokoh masyarakat menjamin tidak akan terjadi penangkapan. Masyarakat secara spontanitas bergerak ke Polsek dan Kecamatan, kemudian mereka membawa Wakapolres yang saat itu masih berada di Polsek di bawa masyarakat ke Masjid, demikian juga dengan Camat. Semakin pagi masyarakat semakin besar jumlahnya bahkan beberapa daerah juga telah menyiapkan solidaritas bila saja pemeariantah menggunakan kekerasan yang terlihat dari dikonsentrasikannya brimob di kecamatan Ciomas. Namun pihak Polres kemudian mengantarkan kelima warga yang dibawa oleh aparat kepolisian (2 orang sempat membaca surat perintah namun tidak boleh diambil atau dberikan pada keluarganya). Demikian juga warga melepaskan Wakapolres dan Camat untuk kembali.

15.13 Desember 2010

Pemda mengundang berbagai pihak untuk mendengarkan ekspose perusahaan yang dipresentasikan oleh ahli yang mengatasnamakan UNPAD dan Badan Tenaga Nuklir Nasional dan dikatakan kajian ilmiah. Masyarakat tetap menolak, apalagi kedua ahli tersebut adalah tim perusahaan yang membuat AMDAL.

Setelah pemilu nasional dan Kunjungan Gubernur Banten ke Perancis yang juga bertemu dengan direktur Danone, perusahaan aktif melakukan pendekatan dan lobby. Dukungan elite dapat dikatakan bulat, sekalipun peran DPRD bila dulunya ketua Dewan yang aktif saat ini hanya salah satu anggota DPRD. Namun dia mampu memobilisasi anggota lainnya untuk mengikuti iramanya memberikan dukungan terhadap TI. Bila dulunya Muhyi secara selintas memberikan dukungan terhadap perusahaan, namun pada periode ini mulai meendekat terhadap kelompok masyarakat yang menolak, setidaknya dia memahami kepentingan masyarakat dan bersedia dialog. Dukungan anggota DPRD terhadap masyarakat penolak masih terbatas dialog, jadi tiada dukungan nyata bahkan tidak ada satupun partai yang mendukung tuntutan masyarakat untuk mencabut izin pendirian pabrik Aqua Danone

Belajar dari pengalaman 2008, pihak TI mulai intensif melakukan pengorganisasian hal ini terlihat dari peran Muhtadi yang melakukan sosialisasi bahkan Forum Ulama Tambihul Ummat sudah berbalik mendukung perusahaan. Selain secara langsung dan melalui CSR, pola lama tetap digunakan yakni keterlibatan salah satu anggota DPRD kabupaten Serang (Damimi) yang aktif mendorong studi banding ke Sukabumi yang kemudian melakukan peretemuan dengan bupati untuk menyatakan dukungan (14 kepala desa), tokoh masyarakat dan ulama..Bahkan Damimi melakukan konsolidasi anggota DPRD dan bertemu dengan perusahaan TI di restoran sekitar Baros.

Perusahaan bahkan mulai secara terbuka menggunakan para jawara untuk mellindungi kepentingannya, berbagai kampanye menyesatkan dilakukan seperti rekrutmen tenaga kerja yang akan melibatkan ribuan orang, mereka yang menolak adalah mereka yang tidak kebagian uang atau proyek danone. Logika ini menunjukkan bahwa perusahaan memang tidak mempunya itikad baik, ia menggunakan para jawara jelas merupakan pilihan politik kekerasan,


(4)

isu uang yang memojokkan para penolak pendirian aqua merupakan penghinaan terhadap ulama, abuya dan tokoh masyarakat. Tindakan membagi uang termasuk dengan CSR jelas merupakan upaya pecah belah bamboo masyarakat. Demikian juga dengan ribuan pekerja yang akan direkrut adalah kebohongan semata, karena di AMDAL yang mereka buat dinyatakan tak lebih dari 200 orang itupun keseluruhan tenaga kerja.

Bila dilihat stakeholder yang muncul di media massa dan rumor dikalangan masyarakat, berikut ini peta dukungan dan pergeseran yang terjadi selama hampir 3 tahun.

Anti Aqua Negara Perusahaan

Abd Basyit (Koordinator TAMPA) GRAPPAD

Atut Chosiyah (Gubernur)

Direktur TI

Abd Azis, Husni Mubarak, Abd Azis, Embang Muiz.

Muncul nama-nama Zukhdi Mansyur, Agung Wibowo, H. Doifullah, H. Aksan

Taufik Nuriman (Bupati)

Anang Mulyana (DPLH)

12 Kepala Desa 2 Kepala Desa

Konsultan

MUI Padarincang, Forum Lintas Barat, Himpunan mahasiswa Pal Lima – Cinangka, Aliansi

Masyarakat Peduli Lingkungan, Forum Ulama Tambiul Ummah, LPM Padarincang, Forum Ummat Bersatu, Masyarakat Petani Banten dan Forum Kepala Desa Kec.Padarincang

Hasan makhsudi (Ketua DPRD)

Perusahaan

BEM Untirta, Mapala Untirta, UKM Sigma, Mahapeka, HAMAS PAHAM, LBH Banten, LBH Jakarta, YLBHI, WALHI, Kontras Lembaga yang baru muncul Pusat koordinasi mapala Banten, FKPN,FAM, SABDA ALAM, Kruha

Akmad Rivai, Madsukra, SM

Hartono, Abd

Muhyi (Anggota DPRD), Damimi

Rekonvasi Bumi LSM Pelaksana CSR

Masyarakat Pendukung: H. Riri Tokoh Masyarakat (Jawara), Ketua Advokasi IKAYASA (Zarkasyi Yamin), Karang Taruna (Muhtadi). Forum Ulama Tambiul Ummat (H.Abd karim), H.


(5)

Asep saefudin dan H. Maher. Catatan: Warna biru non aktif (mendukung pasif), warna merah berubah haluan dan hijau pendatang baru tahun 2010 sedangkan hitam sejak 2008.

Pihak pemerintah daerah yang memperlihatkan keengganannya untuk berdialog dengan masyarakat melalui hearing di DPRD kabupaten memperlihatkan betapa besarnya nilai Aqua Danone bagi dirinya dan dan politik local elite. Tidaklah mengherankan bila kemudian ada rumor bahwa kemenangan bupati kali ini akibat hubungan dengan pihak perusahaan, spekulasi ini makin santer ketika peristiwa 5 desember juga tidak memadamkan hasrat pemda untuk membela danone bahkan mereka menggunakan tim perusahaan untuk meyakinkan masyarakat sekalipun untuk itu haruis membawa nama lembaga kedua ahli sewaan perusahaan yakni UNPAD dan Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Berbagai upaya Danone selama 2 tahun memang memperlihatkan kemajuan, dukungan mulai meluas terutama pemerintah desa yang ditandai oleh bergabungnya seluruh kepala desa kemudian masyarakat dan beberapa ulama terutama mereka yang memperoleh CSR terlihat menunjukkan dukungan demikian juga makin banyaknya jawara yang secara atraktif menjaga lokasi pabrik. Tidak aktifnya salah satu penggerak penolakan semakin mempercaya diri mereka untuk mengabaikan suara yang menolak.

Masyarakat Ciomas yang sejak masa perlawanan terhadap penjajah terkenal sebagai santri dan sekaligus jawara rupanya melihat perlakuan perusahaan dan pemerintah sudah keterlaluan dan tidak dapat ditolerir lagi. Perusakan area dan fasilitas pabrik, kemudian penyanderaan wakapolres dan Camat, serta Istighotsah merupakan rangkaian jiwa kepatriotan dan sekaligus aspirasi mereka yang tidak boleh diremehkan.

Bila saja pemda masih bertahan pada keinginannya, maka benarlah kata Kuntowijoyo: RUNTU(NYA M)TOS NEGARA BUD)MAN’ Negara dalam hal ini diwakili oleh aparatusnya baik eksekutif, legislative maupun yudikatif dalam kasus Eksploitasi Air bawah Tanah oleh pihak Aqua Danone (MNC) sama sekali tidak menunjukkan kebudimanan bagi warga karena semua diam dan membiarkan Bupati Serang menggunakan kuasanya untuk memberikan penguasaan atas sumberdaya air pada Aqua Dananone. Keuntungann bisnis ini tersedot ke luar negeri, jadi substansinya tidak jauh berbeda dengan masa kolonialisme. Inilah wujud NEOKOLONIALISME-IMPERIALISME (NEKOLIM).


(6)

73

73 Curug Goong desa Padarincang

Perlawanan warga terhadap PT DANONE

Penolakan warga Padarincang terhadap pembangunan pabrik PT

DANONE

Wakapolres dan camat Padarincang disandera oleh warga