Bentuk Komersialisasi Sumber Daya Air Di Indonesia

air di tingkat kecamatankotamdya, sanitasi dan sistim pembuangan air. g. Membuat sistem perencanaan, progam dan anggaran untuk keperluan investasi dan menejemen pembangunan sumber daya air yang terdesentraslisasi. h. Membangun struktur regulator untuk pengelolaan tingkat daerah untuk menunjang pengimpliitasian pengelolaan DAS yang terintegrasi melalui unit DAS propinsi, dan jika feasible, usaha corpotarized self-financing dibawah Pemda. i. Mendorong prinsip kontribusi yang saling menguntungkan terhadap biaya pelayanan publik air bersih dan irigsi dan prinsip “poluter pay” atau “ yang membuat polusi harus membayar” untuk biaya yang ditimbulakan karena terjadi polusi air. j. Memperbaiki peraturan-peraturan dan kerangka kerja untuk partisipasi swasta dalam sektor sumber daya air dan pengelolaan kualitas air, termasuk 41 manajemen irigasi melalui konsesi investasi, pengoprasian dan pemeliharaan. k. Meningkatkan koordinasi antara kehutanan, pertanian konsevasi dan aktivitas sektor publik dan swasta dalam sumber daya air. l. Membuat kebijakan-kebijakan spesifik mengenai konservasi lahan basah yang berkelanjutan dan membangun daerah rawa. 29 29 Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005, hal. 31. Seiring dengan perkembangan situasi global maka UU No. 11 tahun 1974 sudah tidak lagi memadai. Maka pemerintah merasa perlu adanya kebijakan baru yang sesuai dengan perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi dan terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Apalagi dari pihak bank dunia juga mendesak Indonesia agar melakukan reformasi peranturan- peraturan yang menyangkut sumberdaya air. Hasilnya adalah bahwa reformasi untuk sektor sumberdaya air yang dirancang pemerintah didasari pada paradigma sebagai berikut: 1 Berwawasan lingkungan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. 2 Perubahan peran pemerintah: dari yang tadinya berperan sebagai penyedia berubah fungsi sebagai memungkinkan tersedianya air dan sumber air. 3 Desentralisai kewenangan: pengelolaan sumber daya air harus memperhatikan kewenangan daerah kabupaten, kota dan propinsi. 4 Hak asasi manusia: selama ini terjadi ketidak adilan distribusi air, dan setiap individu sebenarnya mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses terhadap air dan sumber air. 5 Demokratisasi: berubah dari pola pembangunan top down menjadi pola-pola pendekatan yang proposional antara top-down dan bottom-up sehingga lebih efektif. 6 Globalisasi: reformasi kebijakan sektor sumber daya air harus selaras dengan isu-isu global mengenai sumber daya air. Membuat undang-undang baru mengenai sumber daya air, menetapkan kebijakan nasional, dan pembentukan Dewan Air Nasional. 30 Melihat paradigma tersebut bahwa dapat kita pahami bahwasannya sumber daya air yang didasari pada paradigma globalisasi merupakan sebuah awal menjadi barang yang dapat diprivatisasi dan ini berujung pada dikomersialkannya sumber daya air. Isu terpenting tentang era baru dalam reformasi sumber daya air adalah mengenai hak guna air Water Rights untuk alokasi air permukaan dan air tanah yang diperkenalkan Bank Dunia. Hak guna air dalam undang-undang sumber daya air dibagi menjadi dua, yaitu hak guna pakai dan hak guna usaha. Hak guna pakai adalah penggunaan keperluan sehari-hari. Sedangkan hak guna usaha adalah hak guna air untuk memenuhi tugas komersil atau kebutuhan usaha. 31 Hal ini sesuai dengan yang digariskan Bank Dunia dalam Water Resources Sector Strategy 2003, yang menyebutkan bahwa prinsip ekonomi dasar yang digunakan untuk memperlakukan air sebagai barang ekonomi adalah bahwa pengguna menyadari adanya financial cost untuk jasa penyediaan air Water Supply dan adanya Opportunity Cost. Dengan memasukkan Opportunity Cost ini ke dalam harga air melalui dalam sistem hak guna yang berkekuatan hukum, 32 diharapkan pengguna yang membutuhkan air lebih banyak seperti di perkotaan, 30 Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005, hal. 33. 31 Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005, hal. 39. 32 Tim kruha, etal, Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, Yogyakarta: LAPERA Pustaka utama, 2005, hal. 40. dapat memenuhi kebutuhannya karena dapat membeli hak guna air dari low value user misal: petani, masyarakat pedesaan. Melalui sistem ini hak akan ada insentif yang kuat dari low value user untuk secara sukarela memberikan hak guna mereka kepada high value user. Contoh: jika para petani dapat menjual hak guna mereka dengan harga yang sesuai, maka kelebihan air di daerahnya dapat dijual ke daerah atau kota tetangganya dimana nilainya lebih tinggi. Ini berarti melalui sistem hak guna usaha, mekanisme pasar berjalan. Perlu kita perhatikan adalah tidak adanya batasan yang jelas bagi penggunaan hak guna usaha air, baik secara kuantitas maupun jangka waktu. Padahal hal ini penting demi mencegah pemegang hak guna usaha mengeksploitasi air secara berlebihan. 40

BAB III PRAKTEK KOMERSIALISASI SUMBER DAYA AIR Di DESA

PADARINCANG

A. Praktek Komersialisasi Sumber Daya Air PT.Tirta Investama Aqua Danone

Undang-undang no.7 tahun 2004 tentang sumber daya air telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan dimasukkan dalam lembaran negara tahun 2004 dengan nomor 32 pada tanggal 18 maret 2004. Akan tetapi banyak kalangan mengecam undang-undang tersebut karena mengandung unsur privatisasi dan itu akan berdampak pada dikomersilkannya air yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Sejak lahirnya Undang-undang No.7 tahun 2004 perkembangan industri air minum dalam kemasan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tentu saja hal tersebut berimplikasi pada semakin banyak daerah yang menjadi sasaran eksploitasi air, salah satu perusahaan yang sangat agresif mengembangkan industri air minum adalah PT. Tirta Investama. PT. Tirta Investama mencari daerah baru untuk lokasi eksploitasinya. Setelah melakukan beberapa riset, akhirnya pilihan jatuh ke desa Curug Goong Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang. 1 Kecamatan Padarincang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Serang yang wilayahnya berdekatan dengan Kecamatan Ciomas dan 1 Kruha, 2011, Runtuhnya Mitos Negara Budiman Kekuatan Ekonomi Politik Asing Berusaha Menyingkirkan Kedaulatan Rakyat, hal 1, http: www.kruha.orgone modulone document1330327624.pdf. diakses tanggal 12 september 2015 kecamatan Cinangka. Wilayah kecamatan Padarincang terdiri dari tanah pertanian dan tanah perkebunan. Hal tersebut memungkinkan penduduk kecamatan Padarincang memilih mata pencaharian sebagai petani dan ada pula beberapa di- antaranya mengelola perkebunan. Daerah pertanian dan perkebunan di kecamatan Padarincang menjadi potensi besar bagi masyarakat untuk menghasilkan beras dan hasil pangan yang lainnya sebagai kebutuhan pangan yang paling utama. Kawasan yang dipilihnya merupakan cagar alam rawa danau sekaligus merupakan lumbung air cadangan air bawah tanah rawa danau. Rawa danau yang terletak di Kabupaten Serang tepatnya masuk ke dalam Kecamatan Padarincang, Mancah dan Gunung Sari. Rawa danau tidak hanya merupakan danau biasa, menyebutkan rawa danau berarti kita juga membicarakan tentang kawasan cagar alam, kawasan DAS, sekaligus cadangan air bawah tanah dan kawasan yang memiliki geothermal. Suatu kawasan yang sungguh lengkap dan mempesona karena keindahan alamnya dan mitos yang mengitarinya. Potensi sumber daya alam Rawa Danau ini tidak dapat dipisahkan dari Gunung Karang yang terletak di Kabupaten Pandeglang karena dari sini lah aliran air bermula termasuk air bawah tanah.Rawa danau merupakan sebuah cagar alam yang didominasi rawa-rawa dan juga terdapat sebuah danau. Luas kawasan ini sekitar 2.500 ha yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon. Pulau ini menjadi tempat bersarang bagi aneka jenis binatang reptile dan tidak kurang dari 250 jenis burung bermukim di kawasan ini. Cirahab yang merupakan salah satu kampung dari desa Curug Goong Kecamatan Padarincang diapit dari dua area penting yakni Rawa Danau dan Gunung Karang yang memiliki potensi aktif. Tidaklah mengherankan bahwa kawasan ini terdapat sumber air yang cukup besar dan banyak masyarakat yang membutuhkanya. Profesi warga setempat sebagian besar adalah petani sawah dan kebun. Secara turun menurun mata air Cirahab digunakan oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, ratusan hektar sawah mendapatkan pasokan air bagi kebutuhan tanaman padi dan tanaman lainya. Petani mendapatkan berkah dari limpahan air yang keluar dari mata air Cirahab. 2 Warga sekitar dapat memanfaatkan keindahan alam Cirahab untuk berekreasi, satu-satunya area wisata air di Padarincang dan merupakan salah satu kebanggaan warga Padarincang. Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan dalam berbagai bentuk mulai merubah masyarakat dan cara hidupnya. Demikian pula perlakuan terhadap sumber daya alam yang melimpah, hutan berubah menjadi sawah, kebun, pemukiman dan air yang melimpah mulai dieksploitasi. PT. Tirta Investama Aqua Danone melirik potensi besar cadangan air bawah tanah rawa danau bukan sekedar volumenya melainkan juga kualitas air purba yang ada di bawah tanah tersebut yang kaya akan mineral. Dalam upaya meneguhkan sebagai pemasok air minum dalam kemasan tingkat Nasional bahkan Internasional, pihak PT. Tirta Investama tetap berupaya dengan beragam cara agar pabrik di Cirahab dapat beroperasi sekalipun harus berhadapan dengan penduduk sekitar. Pilihan mata air Curug Goong tepatnya sumber mata air Cirahab sebagai area eksploitasi awalnya berlangsung tanpa keresahan. Tak lama kemudian ma- 2 Kruha, 2011, Runtuhnya Mitos Negara Budiman Kekuatan Ekonomi Politik Asing Berusaha Menyingkirkan Kedaulatan Rakyat, hal. 6, http: www.kruha.orgone modulone document1330327624.pdf. diakses tanggal 12 september 2015 syarakat mengetahui di lokasi tersebut akan dibangun pabrik Aqua yang akan me- nyedot air bawah tanah. Keresahan yang terjadi akibat kekhawatiran dikuasainya sumber mata air Cirahab dan eksploitasi air bawah tanah. Masyarakat Padarincang yang menyadari masa depan ketersediaan air menyatakan kesepahaman bersama bahwa komersialisasi air akan memunculkan dampak negative bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Pada tahun 2008 warga telah dengan tegas menolak kehadiran korporasi besar disektor air. PT Tirta Investama dipandang sebagai salah satu perusahaan yang telah menyebabkan terjadinya kekeringan. Catatan di Sukabumi dan Klaten menjadi refrensi empiric warga Padarincang untuk terus menggalang solidaritas dan dukungan dalam upaya mencabut surat izin Bupati. Surat izin tersebut diduga memiliki kecacatan dari sisi proses. Pertama tidak adanya proses sosialisasi untuk mendapatkan legitimasi public terkait dukungan warga atas rencana pembangunan tersebut. Kedua tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku bahwa surat izin tersebut terbit setelah AMDAL selesai dibuat. Penolakan warga terhadap kehadiran PT Tirta Investama yang akan mengeksploitasi air di kawasan Cirahab Padarincang disebabkan karena minimnya keterlibatan warga. Bahkan ada sebagian warga yang merasa dibodohi pada tahap pembebasan lahan, mereka mendapat informasi jika lahan tersebut diperuntukan untuk pembangunan sarana pendidikan sehinggan menimbulkan antusiasme warga yang dilakukan pada akhirnya memunculkan reaksi dari warga.