Tim Penguji 7 Metode Pembelajaran Diskusi

6 MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. ................... Sekretaris : Sumarti, S.Pd., M. Hum. .................... Penguji Bukan Pembimbing : Drs. Imam Rejana, M.Si. ..…………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 002 Tanggal Lulus Ujian PTK : 4 PERSEMBAHAN Sebagai tanda syukur penulis atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah limpahruahkan kepada penulis, PTK ini dipersembahkan kepada orang-orang tercinta berikut : 1. Anak-anak, menantu dan cucu-cucu yang telah memberikan dorongan untuk terus bersemangat menuntut ilmu walau usia sudah menjelang senja. 2. Rekan-rekan guru SMP Negeri 6 Bandarlampung yang telah terlebih dahulu menyelesaikan study strata satu sehingga menginspirasi penulis untuk menyelesaikan pendidikan penyetaraan strata satu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. 3. Dosen pembimbing yang telah membimbing penulisan PTK ini. 4. Almamater tercinta”Universitas Lampung” Semoga Allah Swt senantiasa memberkati jasa dan karya mereka sehingga dicatat sebagai amal saleh. Amin. 5 Judul PTK : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 20112012 Nama Mahasiswa : Yuhartini Nomor Pokok Mahasiswa : 1013066021 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. Sumarti, S.Pd., M. Hum. NIP 19620203 198811 1 001 NIP 19700318 199403 2 002 2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 19480421 197803 1 004 1 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Talangpadang Lampung Selatan,tanggal 28 Januari 1956. Sebagai anak ketiga pasangan Hi. Hasbullah dan Ibu Hj. Asroh almarhum. Pendidikan yang penulis tempuh Sekolah Dasar Negeri 3 Telukbetung diselesaikan pada tahun 1969, Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri Tanjung Karang diselesaikan tahun 1974 PGSMTP Bandar Lampung Jurusan Bahasa Indonesia diselesaikan tahun 1986. Universitas Terbuka Jurusan Bahasa Indonesia tidak selesai. Terdaftar sebagai mahasiswa S-I Dalam Jabatan FKIP Universitas Lampung Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah tahun 2009, melaksanakan PPLPPM di SMP Negeri 6 Bandar Lampung selama dua bulan pada tahun 2010. SANWACANA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Catatan Harian Dengan Penerapan Metode Diskusi pada Siswa SMP 6 Bandar Lampung Kelas VII Semester Ganjil Tahun 20112012”. Penulis menyadari PTK ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas segala bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut : 1. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Pembimbing 1 yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi, memberikan pengarahan serta saran-saran dari menyusun proposal hingga PTK ini selesai ditulis. 2. Sumarti, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan PTK ini. 3. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta stafnya. 4. Drs.Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. 5. Dr. Edy Suyanto, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah yang telah memberikan pengarahan, dan bimbingan bantuan dan saran,motivasi dengan penuh kebijakan dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Lampung dengan baik. 6. Drs. Khaeroni, M.M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Bandar Lampung yang selalu memotivasi dan membantu kelancaran dalam penelitian dan penyusunan PTK ini. 7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani perkuliahan. 8. Keluarga besar SMP Negeri 6, seluruh dewan guru, karyawan, dan Staf Tata Usaha SMP Negeri 6 Bandar Lampung. 9. Anak, menantu,dan cucu-cucu tercinta yang telah memberikan doa dan semangat serta dukungan kepada penulis menyelesaikan pendidikan S-I walaupun usia semakin senja. 10. Teman-teman mahasiswa penyetaraan S-1 dalam Jabatan Program Studi Bahasa Indonesia Angkatan 20092010 yang telah bersama-sama berjuang menyelesaikan Pendidikan S-1 dalam jabatan. Semoga Allah Swt mencatatnya menjadi amal saleh. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Bandar Lampung, 2012 Penulis Yuhartini 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Depdiknas, 2008 : 16 Standar Isi Bahasa Indonesia untuk SMP. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan menulis yang tertuang dalam Standar Isi Bahasa Indonesia kelas VII semester ganjil adalah menulis catatan harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dengan bahasa yang baik dan benar. Keterampilan menulis mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Kompetensi ini sangat penting diajarkan untuk melatih kebiasaan menulis di kalangan siswa, namun demikian sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar Lampung masih kesulitan menulis catatan harian. Hal ini disebabkan siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar Lampung belum terbiasa menulis catatan harian dan kekurangtepatan guru memilih metode pembelajaran menulis catatan harian menjadi faktor penyebab ketidak berhasilan. Indikasi ini terlihat Nilai rata-rata pelajaran menulis 2 khususnya menulis catatan harian siswa kelas VII menduduki peringkat terbawah dari kelima aspek penilaian berbahasa dengan KKM 65. Nilai tersebut dapat dijelaskan tabel berikut. Tabel 1 Nilai Rerata Aspek Kebahasan Siswa Kelas VII Semester Ganjil 20102011 Kelas Nilai Aspek Kebahasaan Menyimak Berbicara Membaca Menulis VII A 69 70 73 60 VII B 67 73 65 65 VII C 63 68 68 64 VII D 68 69 71 61 VII E 67 65 63 60 VII F 70 63 67 59 VII G 65 67 64 62 Rerata 67 67 67 62 Sumber Waka Kurikulum SMP Negeri 6 Bandar Lampung Berdasarkan wawancara antara peneliti dan guru, didapat gambaran mengenai kesulitan kegiatan menulis catatan harian, yaitu salah satunya kosakata yang dimiliki siswa terbatas mengingat mereka masih menduduki tingkat pertama pendididikan menengah pertama. Mereka merasa kesulitan merangkaikan kata menjadi catatan harian dengan bahasa yang ekpsresif. Di lain pihak, guru mengatakan pelajaran menulis harian adalah pelajaran yang paling tidak dikuasai siswa. Pembelajaran menulis adalah momok dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa karena mereka harus berpikir dan menuangkan pikirannya dalam bahasa tulis sekaligus. Keterbatasan kosakata siswa cukup memenga-ruhi minat siswa dalam mengembangkan idenya untuk dituangkan menjadi tulisan catatan harian. Akibatnya mereka jadi enggan mengikuti pelajaran menulis catatan harian. 3 Guru juga masih kesulitan menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi menulis catatan harian. Selama ini dalam mengajarkan materi menulis catatan harian, guru menggunakan metode ceramah dan tugas. Pada awal kegiatan belajar-mengajar, guru menerapkan pembekalan materi mengenai pengertian menulis catatan harian sambil memberi pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang tulisan catatan harian. Kemudian guru memberi tugas pada siswa menulis buku harain. Menurut siswa pembelajaran menulis catatan harian itu tidak menyenangkan karena mereka merasa kesulitan merangkaikan kata. Di lain pihak, guru mengatakan pelajaran menulis catatan harian adalah keterampilan berbahasa yang paling tidak dikuasai siswa. Pembelajaran menulis catatan harian adalah momok dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa karena mereka harus berpikir dan menuangkan pikirannya dalam bahasa tulis sekaligus. Keterbatasan kosakata siswa cukup memengaruhi minat siswa dalam mengembangkan idenya untuk dituangkan menjadi catatan harian. Akibatnya mereka jadi enggan dan mengikuti pelajaran menulis catatan harian. Guru kesulitan menemukan teknik yang tepat untuk mengajarkan materi menulis catatan harian. Selama ini dalam mengajarkan materi menulis catatan harian, guru menggunakan metode ceramah dan tugas dan cenderung teoritis. Pada awal kegiatan belajar-mengajar, guru menerapkan pembekalan materi mengenai pengertian menulis catatan harian sambil memberi pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang tulisan catatan harian. Kemudian guru mengajarkan kepada siswa materi menulis catatan harian. Selanjutnya, siswa diminta membuat tulisan 4 catatan harian sesuai dengan penjelasan guru. Siswa masih mengalami kesulitan membuat tulisan catatan harian yang baik, terbukti hasil pekerjaan menulis catatan harian siswa belum maksimal. Kesulitan yang banyak dialami siswa adalah cara mengembangkan ide dan mengatur ide tersebut agar dapat ditulis secara runtut.

1.2 Identifikasi Masalah

Rendahnya prestasi menulis catatan harian siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar Lampung, masalah yang terkait dengan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar Lampung belum terbiasa menulis catatan harian. 2. Kekurangtepatan guru dalam memilih metode pembelajaran. 3. Menulis catatan harian belum menjadi budayatradisi baik bagi siswa ataupun guru. 4. Nilai rata-rata pelajaran menulis khususnya menulis catatan harian siswa kelas VII menduduki peringkat terbawah dari kelima aspek berbahasa dengan KKM 65. 5. Kosakata yang dimiliki siswa masih terbatas mengingat mereka masih menduduki tingkat pertama pendididikan menengah pertama dan merangkaikan kata-kata menjadi catatan harian dengan bahasa yang ekpsresif. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dicoba metode pembelajaran diskusi untuk meningkatkan kemampuan siswa SMP Negeri 6 Bandar Lampung kelas VII semester ganjil menulis catatan harian. 5

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran pada kegiatan menulis catatan harian dengan metode diskusi? 2. Apakah kemampuan siswa menulis catatan harian bisa ditingkatkan dengan penerapan metode diskusi?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah berikut ini. 1. Meningkatkan aktivitas siswa menulis catatan harian dengan penerapan metode pembelajaran diskusi. 2. Meningktakan kemampuan siswa menulis buku catatan harian dengan penerapan metode pembelajaran diskusi.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi guru untuk meningkatkan wawasan guru tentang model pmbelajaran diskusi dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis buku catatan harian. 2. Meningkatkan kemampuan siswa menulis buku catatan harian. 3. Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 6 Bandar Lampung. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan kompetensi

Berkaitan dengan pengertian kemampuan, banyak pakar telah mendefinisikan. Nurhadi dan Agus G.S. 2003: 15 menyebutkan bahwa kemampuan kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hal senada diungkapkan oleh Suparno 2004: 16. Dia menjelaskan bahwa kemampuan merujuk pada pengetahuan fundamental, keterampilan, dan pembawaan perilaku berkaitan pada keadaan seseorang dalam menunjukkan pemilikan suatu kompetensi. Departemen Pendidikan Nasional 2006: 1 menyederhanakan pengertian kemampuan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Jadi, kemampuan merujuk pada “kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan” Suparno, 2001: 27.

2.2 Pengertian Menulis

Menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan. Pendapat ini senada dengan Tarigan, 2002: 12 yang menyatakan bahwa menulis berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran secara menarik pada pembaca. Menulis adalah segenap rangkaian 7 kegiatan seseorang yang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Hasil perwujudan melalui bahasa tulis tersebut menjadi karya tulis yang dapat berupa catatan harian. Lain halnya dengan Harefa 2003: 7 yang menjelaskan bahwa menulis merupakan keterampilan tingkat dasar, artinya menulis akan membangun keyakinan dan sikap percaya diri secara sehat. Keyakinan itu dapat diperteguh dengan menambahkan berbagai alasan yang bersifat rasional maupun sosial-emosional, bahkan spiritual. Dalam proses membangun proses keyakinan diri tersebut, pertanyaan pertama yang perlu dijawab bukan pertanyan apa yang harus ditulis, melainkan pertanyaan yang muncul adalah mengapa ingin menulis. Menurut HG Tarigan menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut berserta simbol-simbol grafis. Menulis adalah komunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak pada orang lain secara tertulis. Berdasarkan pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis merupakan aktivitas seseorang dalam mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan melalui bahasa tulis secara tertib dan tertata sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Dalam menulis catatan harian diperlukan adanya bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata dan tatabahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau dapat menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. 8 Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pandapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan menulis yaitu siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengethuan, pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi dan lain-lain. Sejalan dengan tujuan tersebut, peran budaya menulis catatan harian semakin menempati kedudukan yang sentral di dalam kehidupan moderen. Tanpa budaya menulis, arus komunikasi dan informasi akan terputus sehingga manusia akan terkungkung dalam keterbelakangan dan kebodohan. Pendapat bahwa membuat seorang anak mengingat berbagai jenis informasi, kata-kata, dan tulisan yang sedemikian banyak, bukan merupakan cara efektif untuk mengembangkan memorinya. Kunci pengembangan memori anak-anak adalah dengan mendorong mereka menyusun sebuah kisah dan merangkai sejumlah kata-kata yang mereka miliki. Aen Trisnawati 2005:1 juga berpendapat bahwa fantasi merupakan unsur paling menarik dalam kehidupan anak-anak. Fantasi sangat mendominasi kehidupan mereka karena merupakan unsur yang mendukung kreativitas. Anak- anak bisa memandang hal-hal yang tidak mungkin menjadi hal yang mungkin dengan fantasinya menjadi catatan catatan harian. Dengan menulis kita meninggalkan monumen dalam kehidupan ini bahkan ketika kita menulis karya kita akan abadi walau kita nantinya telah meninggal dunia. Untuk itu saat ini mulai dengan memiliki buku catatan yang mencatat hal-hal yang menarik yang kita temui di jalan, di kantor atau di rumah. Langkah berikutnya 9 mencoba mengelola emosi kepada teman, atasan maupun pasangan dalam bentuk kalimat, puisi maupun prosa, maka akan terbiasa untuk menulis dan mengasah ketajaman kemampuan menulis.

2.3 Catatan Harian

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, catatan harian artinya tulisan yang berisi kegiatan yang harus dilakukan dari kejadian yang dialaminya setiap hari. Catatan harian bisa merupakan catatan pribadi yang berisi kejadian atau pengalaman seseorang yang dialami setiap hari. Catatan harian bukanlah semata- mata sebuah catatan pikiran-pikiran kita dan aktivitas kita sehari-hari. Hal ini tidak perlu diragukan, tetapi juga merupakan catatan kemajuan dan perkembangan dari seseorang yang terus menerus bertambah. Sifat yang perlahan- lahan berkembang menjadi bukti dan nampak jelas bagi orang yang memelihara catatan harian jika catatan tersebut dibaca kembali setelah setahun atau lebih. Catatan harian digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran yang benar, tidak menyimpang atau dibesar-besarkan, dan harus lengkap tanpa meringkas-ringkas apa yang ada. Kenyataannya, ini merupakan catatan yang terus terang tanpa sesuatu yang disembunyikan dan dihilangkan dari konteksnya. Catatan seperti itu membuat mudah bagi orang untuk melihat kedalam dirinya dengan kejujuran yang mutlak, penilaian kondisi atas diri sendiri menjadi sederhana dan mudah, serta seseorang juga dapat perlahan-lahan mulai menerima dirinya sendiri sebagaimana adanya tanpa merasa malu atau bersalah. 10 Setiap orang dalam kehidupan ini pasti mengalami berbagai pengalaman. Ada yang menarik, menjengkelkan, mengecewakan, bahkan membuat putus asa. Semua pengalaman tersebut dapat saja diungkapkandicurahkan kepada orang lain. Apakah itu teman, orang tua, guru, atau siapa saja. Jika tidak ada seseorang yang dapat mencurahkan pengalaman, bisa juga perasaan, pemikiran, bahkan hasil perenungan, kita bisa menuliskannya pada catatan harian. Jika menganggap menulis catatan harian adalah sesuatu yang bodoh dan membuang-buang waktu adalah salah besar. Betapa banyak orang yang menulis catatan harian bisa menjadi terkenal. Seperti: Catatan Harian Seorang Demonstran yang ditulis oleh Soe Hok Gie, belum lama ini difilmkan, dan filmnya cukup menarik perhatian kaum muda. Begitu juga, dengan Catatan Harian Anne Frank yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia

2.4 Model-Model Menulis Catatan Harian

a. Berdasarkan Hasil Pemikiran

Biasanya orang menggunakan teknik ini jika ia ingin menuliskan sesuatu yang terpikirkan pada saat itu. Pikiran ataupun gambaran tentang sesuatu peristiwa, orang, tempat, waktu, bahkan mimpi pun dapat diungkapkannya. Hal-hal yang sulit dilupakan yang merupakan penggalan dari perjalanan hidup seseorang. Para penulis catatan harian biasanya senang menggunakan teknik ini. Mengapa? Karena teknik ini dapat menggambarkan semua peristiwa yang dipikirkan penulisnya. Contoh: Aku hampir saja yakin bahwa pemerintah memperhatikan rakyatnya. Buktinya kini ada dana BOS yang dapat meringankan beban kedua 11 orang tuaku membiayai sekolahku. Mungkin memang pemerintah mulai memikirkan rakyatnya.

b. Berdasarkan Hasil Perenungan

Pada model ini penulis dapat menuangkan hasil perenungan dirinya atas suatu kejadianperistiwa yang dialaminya baik yang menyenangkan, menjengkelkan, mengecewakan, ataupun menyakitkan hati yang dapat mengubah sifat atau karakter diri. Berdasarkan hasil perenungannya penulis dapat mengambil hikmah dari semua kejadian yang telah dialaminya. Misalnya jika penulis adalah seorang yang boros maka ia akan merenungkannya sehingga ia tidaklah boros lagi.

2.5 Bentuk-Bentuk Catatan Harian Berdasarkan Bentuk Karangan

a. Agenda

Agenda merupakan catatan catatan harian yang sudah dicetak hari, tanggal, bulan, dan tahunnya. Penulis menuliskan kegiatan atau jadwal kegiatannya pada kolom yang tersedia, sehingga panjang tulisannya terbatas sesuai dengan tempat yang tersedia. Dengan demikian, penulis menuliskan catatannya secara singkat, padat, dan jelas. Contoh : Sabtu, 4 Februari 2006 Pukul 11.00 Rapat OSIS Pukul 14.00 Penyusunan Proposal Persami 12

b. Uraian

Penulisan catatan harian berbentuk uraian, maksudnya adalah penulisan dengan mengambil format prosa, biasanya berupa narasi. Penulis dapat dengan bebas menuangkan ide-ide, perasaan, pengalamannya. Contoh: pagi itu hujan turun deras aku kesiangan tiba di sekolah. Aku harus menjalani hukuman guru piket membersihkan WC guru. Hampir setengah jam aku tertahan tidak bisa masuk kelas. Akhirnya pada pukul 07.45 aku baru diizinkan masuk kelas.

c. Puisi

Penulisan catatan harian berbentuk puisi, biasanya penulis ingin mengungkapkan perasaan emosi yang membelenggu dirinya secara lepas. Setelah dituliskan, penulis akan merasa lega dan lepas dari beban yang membelenggunya seperti contoh yang dituliskan oleh Anwar berikut ini. Oh…andai kubisa Andai kuraih Semua angan yang ada Betapa bahagia…

2.6 Manfaat Catatan Harian

a. Teman untuk Mencurahkan Hati Curhat

Seringkalai kita sulit untuk mengungkapkan perasaan kita kepada orang lain karena bisa saja apa yang kita utarakan, teman atau orang lain tersebut tidak bisa menyimpan rahasia kita. Sepertinya sulit mencari orang yang benar-benar dapat kita percayai. 13 Catatan harian dapat kita jadikan teman atau tempat untuk mencurahkan hatiperasaan kita, istilah sekarang Curhat. Mengapa tidak? Bila kita sudah mencurahkan segala isi hati kita, maka kita akan merasa lega.

b. Bahan Biografi

Catatan harian dapat menjadi bahan biografi dan membagi pengalaman bagi orang yang membacanya. Catatan harian yang bisa menjadi monumental misalnya: Catatan Harian Seorang Demonstran: Soe Hok Gie, bahkan difilmkan. Begitu pula dengan Catatan Harian Anne Frank.

c. Bahan Cerita

Di masa sekarang ini banyak remaja yang mengangkat catatan hariannya menjadi novel. Ada beberapa yang sudah difilmkan, misalnya: Eiffel I’m in Love.

d. Sebagai Evaluasi DiriCermin Diri

Catatan harian yang kita tulis dapat sebagai bahan untuk mengevaluasi apa yang telah kita lakukan. Dengan mengevaluasi diri, maka dapat menjadi cermin bagi diri kita untuk memperbaiki prilakuperbuatan kita yang salah menyimpang. Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang lebih baik di masa yang akan datang

e. Tata Cara Menulis Catatan Harian

1. Catatlah pada catatan diary yang tersedia. 2. Pada catatan tebal agar dapat dipakai dalam jangka waktu lama. 3. Gunakan tinta permanen agar tidak mudah luntur. 14 4. Cantumkan tanggal dan hari penulisan catatan harian. 5. Usahakan tidak banyak menggunakan singkatan agar kita mudah memahami isi catatan harian di masa yang akan datang. 6. Tulislah kejadian hari ini dengan segera agar mudah mengingatnya. 7. Tulislah catatan harian kita dengan jujur sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. 8. Jika ada guntingan koranmajalah yang berhubungan dengan prestasi kita jangan lupa tempelkan pada catatan harian kita

2. 7 Metode Pembelajaran Diskusi

Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Sri Hastuti:1997 Sedangkan Muhibbin Syah 2000 , mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah problem solving. Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok group discussion dan resitasi bersama socialized recitation. Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan pengajar memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan . Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling 15 mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif, menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi. Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi Maier, dalam Depdikbud, 1983:29. Masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran dengan metode diskusi adalah masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan juga masalah yang mengandung banyak variabel. Banyaknya alternatif dan atau variabel tersebut dapat memancing anak untuk berfikir. Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya hanya menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak cocok untuk didiskusikan. Menurut Maiyer Depdikbud,1983:29 dalam diskusi kelompok kecil, dapat meningkatkan siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah. Untuk itu, 16 bilamana guru menginginkan keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi, maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok diskusi yang mampu memaksimalkan partisipasi anggota adalah antara 3-7 anggota. Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang jumlah anggotanya antara 3-7. Anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1-2 orang. Dalam diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dijadikan topik diskusi hendaknya yang relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong keterlibatan mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal.

a. Beberapa Jenis Diskusi

a. Diskusi Kelompok Besar Whole Group Discussion. Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak untuk mengajukan pendapat. Dalam diskusi kelompok besar, tidak semua siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi siswa yang ingin berpendapat perlu diperhatikan. Dalam diskusi kelompok besar, pembicaraan 17 sering didominasi oleh anak-anak tertentu. Akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk berpendapat. Untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan keberanian peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam praktek, tidak sedikit anak-anak yang kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang menguasai permasalahan yang menjadi bahan diskusi. b. Diskusi Kelompok Kecil Buzz Group Discussion Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan. c. Diskusi Panel Fungsi utama diskusi panel adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok secara mutlak. Dalam artian panel memberikan pada kelompok besar keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi yang dibawakan oleh beberapa 18 peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang melaksanakan panel mewakili beberapa sudut pandangan yang dipertimbangkan dalam memecahkan masalah. Mereka memiliki latar belakang pengetahuan yang memenuhi syarat untuk berperan dalam diskusi tersebut. Forum panel secara fisik dapat dihadiri audience secara lansung atau tidak langsung melalui TV, radio, dan sebagainya. d. Diskusi Kelompok. Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil erdiri atas 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan diskusi dengan masalah tertentu. Guru menjelaskan garis besar problem kepada kelas, ia menggambarkan aspek- aspek masalah kemudian tiap-tiap kelompok syndicate diberi topik masalah yang sama atau berbeda-beda selanjutnya masing-masing kelompok bertugas untuk menemukan kesepakatan jawaban penyelesaiannya. Untuk memudahkan diskusi anak, guru dapat menyediakan reference atau sumber-sumber informasi yang relevan. Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi dan menysusun kesimpulan sindikat. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan kesimpulan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk didiskusikan secara klasikal. e. Brain Storming Group. Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide-ide yang yang ditemukannya dianggap benar. 19 f. Symposium. Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek tertentu dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat 5-20 menit. Kemudian dikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium. g. Informal Debate. Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual. h. Colloqium. Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan-pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar siswamahasiswa menginterview manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan laintambahan dari siswa mahasiswa lain. i. Fish Bowl. Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi, kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkuk fish bowl. Selama kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbang pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah berbicara. 20

b. Manfaat Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk : a. Mendorong siswa berpikir kritis. b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas. c. Mendorong siswa menyumbangkan pikirnya untuk memcahkan masalah bersama. d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Diskusi

Kelebihan metode diskusi: 1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan 2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. 3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. Syaiful Bahri Djamarah, 2000 Kelemahan metode diskusi: 1. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. 2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

21 4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal Syaiful Bahri Djamrah, 2000 Beberapa model diskusi kelompok berbasis pembelajaran kooperatif Depdiknas 2005:41-42, antara lain sebagai berikut. 1. Learning together belajar bersama yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok beranggotakan empat - lima siswa heterogen untuk menangani tugas. 2. Jigsaw yang mengelompokkan siswa ke dalam tim beranggotakan enam orang yang memelajari materi akademik yang telah dibagi menjadi beberapa subbab. 3. Team-Assisted Individualization TAI yang lebih menekankan pengajaran individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif. Menurut Zaini, dkk. 2004:123-124, keunggulan metode diskusi kelompok di antaranya: 1. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir. 2. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip. 4. Membantu siswa menyadari akan suatu problem dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah. 5. Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya.

Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 10 73

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6 BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 2011/2012

0 11 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6 BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 2011/2012

0 9 48

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 65

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 80

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 53 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADASISWA SMP NEGERI 11 BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GENAP TAHUN 2010/2011

2 17 101

KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN SISWA KELAS VII MTs AL-HIDAYAH SRIKUNCORO, SEMAKA, TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 69

PEMBELAJARAN MENULIS DONGENG PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 16 PONTIANAK

0 0 10