Sanksi Administrasi SISTEM PENGAWASAN KEPABEANAN TERHADAP BARANG IMPOR

2. Fungsi Sanksi Administrasi Sanksi administrasi pajak dijatuhkan oleh aparatur negara atau lembaga negara yang diberi wewenang dan kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan segala ketentuan yang sudah ditentukan dalam undang-undang perpajakan. Sanksi administrasi bersifat reparatoir-condemnatoir, yaitu pemulihan kembali pada keadaan semula dan memberikan hukuman. Pengenaan sanksi administrasi dilakukan secara langsung oleh pemerintah tanpa melalui peradilan Ridwan HR, 2005:318. Penerapan sanksi administrasi secara cepat, tepat, dan tegas memberikan pengaruh yang sangat besar kepada kepatuhan wajib pajak. Sehingga tidak banyak masalah penyelundupan pajak atau kejahatan pajak yang dihadapkan pada pengadilan. Penerapan sanksi admnistrasi akan lebih efektif dengan diadakan penyuluhan bagi wajib pajak untuk memliki kesadaran akan pajak, mengerti fungsi pajak, lebih patuh untuk membayar pajak, serta mematuhi kewajiban-kewajiban pajak. Pembuat undang-undang dapat memberikan wewenang kepada organ pemerintah untuk menjatuhkan hukuman berupa denda geldbote terhadap seseorang yang telah melakukan pelanggaran pertauran perundang-undangan. Hukuman berupa denda telah ditentukan jumlah yang dikenakan kepada pihak yang melanggar ketentuan. Berkenaan dengan denda administrasi ini dalam Algemene Berpalingen van Administratief Recht, disimpulkan bahwa denda administrasi hanya dapat diterapkan atas dasar kekuatan wewenang yang diatur dalam undang-undang dalam arti formal Ridwan HR, 2005:334. 3. Jenis Sanksi Administrasi Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan Pasal 2 ayat 1 dan 2, diketahui bahwa sanksi Administrasi berupa denda dikenakan hanya terhadap pelanggaran yang diatur dalam undang-undang dan besaran denda dinyatakan dalam : nilai rupiah tertentu, nilai rupiah minimum sampai dengan maksimum, persentase tertentu dari bea masuk yang seharusnya dibayar, persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar ataupun dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Sanksi dalam Hukum Administrasi berarti sebagai alat kekuasaan yang bersifat publik yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum administrasi negara. S. Prajudi Atmosudirjo 1994:142, menyatakan bahwa sanksi yang paling penting bagi administrasi maupun bagi warga masyarakat yang bersangkutan adalah sanksi eksekusi till reele executie, yakni 1 terhadap kelalaian memenuhi suatu keterikatan atau kewajiban yang ditetapkan dalam tindak hukum administrasi, dengan perkataan lain : pelanggaran dari suatu atau beberapa ketentuan yang dimuat dalam surat izin, dan 2 terhadap pelanggaran daripada suatu ketentuan undnag-undang, yaitu tegasnya : melakukan sesuatu tanpa izin sebagaimana oleh undang-undang. Menurut Philipus M. Hadjon 2005: 24 mengklasifikasikan macam-macam sanksi dalam hukum administrasi menjadi 4, yakni : a. Paksaan pemerintah bestuursdwang b. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan izin, subsidi, pembayaran, dan sebagainya; c. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah dwangsom; d. Pengenaan denda administrative administrative boete

H. Istilah dan Pengertian dalam Kepabenan

Dalam Undang-Undang Kepabenan nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1995, yang dimaksud dengan : 1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. 2. Daerah pabean adalah wilayah Republik yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini. 3. Kawasan pabean KB adalah kawasan dengan batas batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 4. Kantor pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan Undang- Undang ini. 5. Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban Pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dlama undnag-undnag ini. 6. Pos pengawasan pabean adalah tempat yang digunakan oleh pejabat bea dan cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang impor dan ekspor. 7. Kewajiban pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini. 8. Pemberitahuan pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. 9. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. 10. Importir Terdaftar adalah perusahaan atau badan hukum yang telah mendapat pengakuan dari memberi perdagangan untuk mengimpor barang-barang tertentu yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 11. Barang yang diawasi impor adalah barang yang impomya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan memberi perdagangan atau pejabat yang ditunjuk setelah mendapat persetujuan atau rekomendasi dari instansi terkait; 12. Barang yang dilarang adalah barang yang tidak boleh di impor;