SISTEM PENGAWASAN KEPABEANAN TERHADAP BARANG IMPOR

(1)

Customs Supervision System for Goods Imported

By

NADIA RAISSOFI H.

The rapid development of industry and trade lead to public demands that the governmentcan provide legal certainty in the business world. The government should be able to make a law of customs that can anticipate developments in society in order to provide services and supervision. In Indonesia, known as the implementing agency tax one of them is the Directorate General of Customs and Excise. Customs has the task of supervision in accordance with industry requirements and avoid the lack of launch flow of goods. Eachcustoms administration shall conduct monitoring activities.

Issues raised in this thesis are (1) How is the system of import goods customs supervision conducted by the Office of Surveillance and Customs and Excise Service Bandar Lampung? and (2)What are the inhibiting factors in the process of customs control of imports of goods made Oversight Office and Customs and Excise Service Bandar Lampung?

The research method used is an empirical approach juridical law. The data used in the form of primary data and secondary data obtained through library research and interviews. Data processed through the editing proces, classification and systematization, then analyzed byqualitative descriptive.

From the research results can be seen that not only the effectiveness of customs controlscarried out on goods that enter or exit the customs area, but also against the traffic of certain goods in the customs area of Indonesia. Inhibiting factors in the system of custims of customs supervision of goods imported divided internal factors and external factors. Intern l factorsare inhibiting factors in the supervisory activities arising from customs and excise officers, while the external limiting factor is the factor that emerges from the import players who misuse the system self-assessment, is the system notices to emphasize giving confidenceto Notifier to calculate and pay its own import duties are payable by the importer orexporter. Administrative sanctions procedure begins with the issuance of the notice of administrative fine and then issued Letter of Imposition of Administrative Sanctions(SPSA). The imposition of administrative sanctions shall be established by a letter settingto satisfy the justice for the parties subject to administrative sanctions, so that the concerned have a clear provision that is violated.


(2)

Sistem Pengawasan Kepabeanan Terhadap Barang Impor

Oleh

NADIA RAISSOFI H.

Pesatnya perkembangan Industri dan pedagangan menimbulkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Pemerintah harus dapat membuat suatu hukum kepabeanan yang dapat mengantisipasi perkembangan dalam masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan. Di Indonesia, dikenal lembaga pelaksana pajak salah satunya adalah Direktorat Jendral Bea dan Cukai. Bea cukai mempunyai tugas pengawasan sesuai dengan kebutuhan industri dan menghindari ketidaklancaran arus barang. Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimanakah sistem pengawasan pabean terhadap barang impor yang dilakukan oleh kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung? dan (2) Apa saja faktor-faktor penghambat dalam proses pengawasan pabean terhadap barang impor yang dilakukan kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung?

Metode Penelitian yang digunakan adalah pendekatan hukum yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan wawancara. Data diolah melalui proses editing, klasifikasi dan sistematisasi, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Efektivitas pengawasan pabean tidak hanya dilakukan terhadap barang-barang yang masuk atau keluar daerah pabean saja, tetapi juga terhadap lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia. Faktor-faktor penghambat dalam sistem pengawasan pabean terhadap barang impor terbagi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor penghambat dalam kegiatan pengawasan yang muncul dari petugas bea dan cukai tersebut, sementara faktor penghambat eksternal adalah faktor yang muncul dari pelaku impor yang menyalahgunakan system self-assesment, yakni system pemberitahuan dengan menitik beratkan pemberian kepercayaan kepada pemberitahu untuk menghitung dan membayar sendiri bea masuk yang terhutang oleh importir atau eksportir. Prosedur penerapan sanksi administrasi diawali dengan penerbitan surat pemberitahuan denda administrasi kemudian dikeluarkan Surat Pengenaan Sanksi Administrasi (SPSA). Pengenaan sanksi Administrasi harus ditetapkan dengan surat penetapan untuk memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang dikenai sanksi administrasi, agar yang bersangkutan mengetahui secara jelas ketentuan yang dilanggar.


(3)

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

`

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia perdagangan internasional menunjukkan perkembangan yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini diimbangi kemajuan dari segi teknologi informasi yang memungkinkan peredaran arus barang dan dokumen semakin cepat. Arus perdagangan antar negara yang semakin meningkat ini, menyebabkan pemeriksaan 100% atas sarana pengangkut dan barang yang ada diatasnya atau diangkutnya yang masuk ke wilayah Indonesia semakin mustahil untuk dilakukan. Pesatnya perkembangan Industri dan pedagangan menimbulkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Pemerintah harus dapat membuat suatu hukum kepabenan yang dapat mengantisipasi perkebangan dalam masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan (Sugianto, 2008:12)

Di Indonesia, dikenal lembaga pelaksana pajak yang terdiri atas Direktorat Jendral Pajak dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai sebagai bagian dari Departemen Keuangan. Salah satu instansi pemerintah yang menangani masalah perdagangan Internasional dalam hal ekspor-impor adalah Direktorat Jendral Bea dan cukai


(5)

yang menjalankan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di bidang perdagangan Internasional dan melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan hukum pajak formal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 atas perubahan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kapabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 nomor 4661), yang selanjutnya disebut Undang-Undang Kapabeanan.

Bea dan cukai merupakan institusi global yang hampir semua negara di dunia memilikinya. Bea dan cukai merupakan perangkat negara konvensional seperti halnya kepolisian, kejaksaan, pengadilan, ataupun angkatan bersenjata, yang eksistensinya telah ada sepanjang sejarah negara itu sendiri. Istilah Bea Cukai yang dikenal dunia adalh Customs (bahasa Inggris) atau Doune (bahasa Prancis). Istilah customs muncul merujuk pada kegiatan pemungutan biaya atas barang-barang dagangan yang masuk dan keluar daratan Inggris pada zaman dahulu. Karena pungutan itu telah menjadi semacam kebiasaan maka istilah customs-lah yang muncul. Sedangkan istilah doune berasal dari bahasa Persia, divan, yang artinya register, atau orang yang memegang register. Kedua istilah ini yang mempengaruhi istilah-istilah untuk Bea dan Cukai di banyak Negara (http://wikipedia.org/wiki/DirjenBeadanCukai).

Pabean adalah instansi (jawatan, kantor) yang mengawasi, memungut, dan mengurus bea masuk (impor) dan bea keluar (ekspor), baik melalui darat, laut, maupun melalui udara. Di Indonesia, instansi yang menjalankan tugas-tugas ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan Republik Indonesia di bidang kepabeanan dan


(6)

cukai. Kepabeanan sendiri berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar . ( Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006) .

Dalam kegiatan kapabeanan masih banyak pihak-pihak pengguna jasa kapabeanan yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undamg Kapabenan, antara lain yaitu ketidakjujuran,ketidakpatuhan, dan kurang tanggung jawab pengguna jasa dalam pemenuhan ketentuan undang-undang yang berlaku. Direktorat Jendral Bea dan Cukai harus dapat mengatasi dan dapat memecahkan masalah masalah yang terjadi dalam lalu lintas perdagangan Internasional serta dapat memperkecil penyalahgunaan fasilitas. Oleh karena itulah diperlukan adanya pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan impor.

Dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/KMK.05/1996 tentang Pemeriksaan Atas Barang Impor oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai, DJBC melakukan pemeriksaan barang impor dapat dilaksanakan di kawasan pabean, gudang importir, atau tempat lain yang digunakan importir untuk menyimpan barang impor. Kawasan pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jendral Bea dan Cukai.

Seyogyanya Importir memiliki kewajiban melakukan Registrasi Kepabeanan ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan membawa sejumlah keterangan dan dokumen dokumen serta bukti bukti yang cukup. Namun berdasarkan


(7)

Undang-Undang Kepabeanan yang menganut system self-assesment, yakni system pemberitahuan dengan menitik beratkan pemberian kepercayaan kepada pemberitahu untuk menghitung dan membayar sendiri bea masuk yang terhutang (in contrary of official assement) oleh importir atau eksportir. Sistem self assesment memberikan kepercayaan yang besar kepada para pengguna jasa kapabeanan. Kepercayaan tersebut harus diimbangi dengan tanggung jawab, kejujuran, dan kepatuhan dalam pemenuhan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Oleh karena itulah sangat dibutuhkannya pengawasan. Pengawasan terhadap pelaku impor sagat penting adanya demi mencegah terjadinya pelanggaran. Karena pelanggaran terhadap barang impor dapat sangat merugikan negara. Dengan adanya pengawasan terhadap barang impor yang masuk ke wilayah Indonesia, maka akan mengurangi proses pengimporan gelap atau yang tidak sesuai dengan ketentuan undang-undnag, juga dapat meningkatkan devisa bagi negara.

Bea cukai mempunyai tugas pengawasan sesuai dengan kebutuhan industri dan menghindari ketidaklancaran arus barang. Pemeriksaan pabean dilakukan oleh pejabat bea dan cukai secara selektif dengan mempertimbangkan resiko yang melekat pada barang dan importir. Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan pabean meliputi seluruh pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas pabean dalam perundang-undangannya yaitu memeriksa sarana pengangkut, barang, penumpang, dokumen, pembukuan, melakukan Pengawasan yang bersifat Built in. Pengawasan ini berdasarkan satu paket dan terbagi atas spesialisasi dari masing-masing bidang. Contohnya pengawasan internal seperti halnya dalam pengawasan terhadap kinerja pejabat


(8)

bea dan cukai, sedangkan pengawasan eksternal akan dilakukan oleh pengawas diluar DJBC. Pengawasan yang bersifat intelijen, yaitu Pengawasan dengan pengumpulan data dan informasi, identifikasi dan analisis terhadapnya sehingga akan menghasilkan apa yang disebut sebagai hasil intilijen.

Sanksi Administrasi adalah sanksi berupa denda yang dikenakan terhadap setiap orang yang melakukan pelanggaran administrasi. Demikian aturan Undang-Undang Kepabeanan, Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 1996 yang telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan, dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.04/2008 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara Dalam Rangka Ekspor, Penerimaan Atas Barang Kena Cukai, dan Penerimaan Negara yang Berasal Dari Pengenaan Denda Administrasi Atas Pengangkutan Barang Tertentu.

Menurut PP no. 28 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan, sanksi administrasi dikenakan pada jenis pelanggaran dalam hal kegiatan impor, ekspor, pengangkutan, dan kegiatan lainnya. Sanksi administrasi ditujukan untuk memulihkan hak negara dan untuk menjamin ditaatinya aturan yang secara tegas telah diatur dalam ketentuan undang-undang. Bea dan cukai yang berada digaris depan wilayah Indonesia sebagai pintu penjaga perbatasan atas masuk dan keluarnya barang impor dan ekspor, memiliki peran yang sangat penting bagi kelancaran arus barang yang keluar masuk wilayah Negara kesatuan republik Indonesia agar berjalan sesuai


(9)

dengan ketentuan undang-undang. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006, pengawasan kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu-lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean dan pemungutan bea masuk. Dari pengertian pada pasal 1 tersebut sangat jelas bahwa institusi bea dan cukai memiliki peranan yang sangat penting yaitu melakukan pengawasan terhadap barang yang keluar atau masuk ke daerah pabean Indonesia serta melakukan pungutan uang untuk negara (Bambang Semedi, 2010: 40).

Seiring dengan proses pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea Cukai, sangat memungkinkan adanya faktor-faktor penghambat yang menyebabkan terjadinya pelanggaran pada kegiatan Impor tersebut. Misalnya pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Bandar Lampung, diketahui bahwa pelanggaran yang terjadi adalah jenis pelanggaran dalam kegiatan impor yakni PT. X yang dengan sengaja memberitahukan jumlah, jenis dan kualitas barang tidak sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga tidak dapat ditentukan tarif pembebanan dan nilai pabean atas barang yang diimpornya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai, hal ini mengakibatkan kurangnya pembayaran Bea Masuk. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menjadikannya sebagai penelitian ilmiah dengan judul“Sistem Pengawasan Kepabeanan Terhadap Barang Impor”


(10)

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimanakah sistem pengawasan pabean terhadap barang impor yang dilakukan oleh kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung ?

2. Apa saja faktor-faktor penghambat dalam proses pengawasan pabean terhadap barang impor yang dilakukan kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung ?

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada bidang Hukum Administrasi Negara, yakni mengenai sistem pengawasan kegiatan impor pada instansi pemerintah dalam hal ini adalah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

2. Ruang lingkup penelitian, yakni :

a) Berkenaan pada faktor-faktor penghambat yang sering terjadi dalam proses pengawasan kegiatan impor sehingga terjadinya kesalahan pemberitahuan jumlah atau jenis barang dan adanya kekurangan pembayaran bea masuk yang seharusnya dibayar oleh suatu perusahaan pengguna jasa kepabeanan yang biasa disebut dengan pelanggaran kegiatan Impor.


(11)

b) Berkenaan pada penerapan sanksi atas kesalahan pemberitahuan jumlah atau jenis barang dan adanya kekurangan pembayaran bea masuk terhadap barang impor yang seharusnya dibayar oleh suatu perusahaan pengguna jasa kepabeanan.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimanakah sistem pengawasan kegiatan Impor yang dilakukan oleh kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apa saja faktor-faktor penghambat dalam proses pengawasan kegiatan impor serta mengetahui bagaimanakah penerapan sanksi administrasi terhadap barang impor pada kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis

Memperluas dan memperdalam ilmu Hukum Administrasi Negara khususnya mengenai sistem pengawasan kegiatan Impor, faktor-faktor penghambat dalam proses pengawasan kegiatan impor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran serta penerapan sanksi administrasi terhadap pelanggaran jasa kepabeanan yang merupakan bidang hukum pajak.


(12)

2. Kegunaan Praktis

Memberikan data-data mengenai sistem pengawasan kegiatan Impor, data mengenai faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan impor serta penerapan sanksi administrasi terhadap pelanggaran impor bagi yang berminat mengetahui lebih dalam tentang organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

a. Memberikan masukan-masukan kualitatif terhadap pelaksanaan pabean dalam rangka meminimalisir dan mencegah terjadinya pelanggaran jasa kepabeanan.

b. Sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata 1 khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem

Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah

himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Sistem juga berasal dari bahasa latin (systema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entisitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. Sistem adalah sebuah tatanan (keterpaduan) yang terdiri atas sejumlah komponen fungsional (dengan satuan fungsi/tugas khusus) yang saling berhubungan dan secarabersama-sama bertujuan untuk memenuhi suatu proses/pekerjaan tertentu. Sistem mempunyai syarat tertentu. Adapun syarat-syarat sistem yaitu sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah, elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan, adanya hubungan diantara elemen sistem, energi dan material lebih penting dari pada elemen sistem, tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen (Achmad S. Ruky, 2010:35).


(14)

B. Pengawasan

Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk menjamin atau menjaga agar rencana dapat diwujudkan dengan efektif dan mencegah adanya kesalahan. Organisasi mempunyai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjaga agar organisasi itu dapat mencapai tujuannya mutlak diperlukan pengawasan. Pengawasan berfungsi menjaga agar seluruh jajaran berjalan di atas rel yang benar. Pengawasan dapat dilakukan dari jauh maupun dari dekat. Pengawasan dari jauh disebut pemantauan atau monitoring ini dapat dilakukan menggunakan sarana telepon, fax, atau radio. Wujud pengawasan cara ini adalah permintaan laporan kepada bawahan dan jawaban dari bawahan atas permintaan tersebut. Jika pengawasan dari jauh tidak efektif dapat dilakukan pengawasan langsung ke obyeknya. Dalam hal ini pengawasan yang dilakukan disebut sebagai pemeriksaan yang berarti pemeriksa berhadapan langsung dengan obyek yang diperlukan. Pengawasan bekerja dengan memakai semua undang-undang, prosedur dan tatacara yang telah ditetapkan sebagai tolok ukur atau pembanding untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan pokok organisasi itu telah berjalan dengan baik.

Pengawasan bekerja pada saat pelaksanaan tugas pokok organisasi sedang berlangsung dan diharapkan segera bisa mengoreksi pelaksanaan kegiatan apabila diketahui ada penyimpangan. Penyimpangan di sini berarti ada kegiatan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan undang-undang, prosedur atau juklak yang ditetapkan yang kalau tidak dikoreksi akan menyebabkan organisasi akan menyimpang makin


(15)

jauh dari tujuannya. Pada umumnya para ilmuwan membedakan kegiatan pengawasan dengan evaluasi. Jika pengawasan dilakukan dengan pada saat kegiatan berlangsung maka evaluasi dilakukan setelah kegiatan selesai namun di dalam prakteknya kedua kegiatan ini hampir sama bentuknya karena setiap kegiatan pengawasan pasti akan terkait dengan evaluasi dan setiap kegiatan evaluasi pasti mengandung aspek pengawasan. Jika kita sepakati pengertian pengawasan adalah kegiatan untuk menjaga agar semua peraturan dipenuhi atau dijalankan, maka sebenarnya kegiatan ini harus dilaksanakan oleh semua orang dalam organisasi (Alam S, 2007: 142).

Hal yang menjadi acuan kegiatan pengawasan adalah rencana, program kerja, prosedur atau petunjuk pelaksanaan yang pada umumnya dituangkan dalam bentuk perundang-undangan baik itu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Dirjen dan sebagainya. Direktorat Jendral Bea dan Cukai dalam harus mengawasi pemungutan bea masuk atas suatu jenis barang impor dengan suatu tarif tertentu. Demikian pula tata cara pemeriksaan barang impor berdasarkan prosedur atau petunjuk pelaksanaan tertentu yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri atau Surat Keputusan Direktur Jenderal pada hakikatnya adalah untuk mengamankan rencana yang telah ditetapkan. Tata cara penetapan harga, tarif, pemeriksaan barang, patroli dan pemeriksaan kapal dimaksudkan agar rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan efektif sehingga mencapai sasaran yangditetapkan (Sjamsudin, 2007:21)


(16)

C. Kepabeanan

1. Pengertian Kepabeanan

Pabean adalah instansi (jawatan, kantor) yang mengawasi, memungut, dan mengurus bea masuk (impor) dan bea keluar (ekspor), baik melalui darat, laut, maupun melalui udara. Di Indonesia, instansi yang menjalankan tugas-tugas ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan Republik Indonesia di bidang kepabeanan dan cukai. Kepabeanan sendiri berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar . ( Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 ) . Sementara yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang kepabeanan. Barang dari luar daerah pabean yang memasuki daerah pabean akan terhutang bea masuk dan wajib menyelesaikan kewajiban pabeannya (Sugianto SH.MM, 2008:57).

2. Peran Kepabeanan Indonesia

Kepabeanan mempunyai posisi yang sangat strategis dalam lalu lintas orang dan barang serta merupakan mata rantai transaksi komersial dan perdagangan. Saat ini kepabeanan mempunyai peluang untuk berbudaya kepada masyarakat dan pemerintah, dengan cara meninggalkan budaya lama dan etos manajemen yang


(17)

diterapkan saat ini. Tidak hanya menyampaikan kebijakan tetapi juga memberikan kontribusi efektif yang difokuskan kepada sasaran inti bisnis, fleksibel dalam menggunakan sumber-sumber yang ada, mengurangi biaya, peningkatan kompetensi, ketrampilan, dan pelatihan staf yang lebih baik (Ali Purwito M, 2010:33).

3. Aspek-Aspek Kepabeanan

Aspek berkaitan erat dengan sumber daya manusia., moral dan digabungkan dengan tujuan organisasi kepabenan yang bersifat universal yang terikat dnegan konvensi internasional, perjanjian multilateral dan bilateral. Sesuai dengan jiwa perpajakan, aspek kepabenan terdiri dari aspek keadilan, pemberian intensif (pendirian kawasan yang dapat digunakan untuk memperoses,perseyujuan impor barang sebelum bea masuk dilunasi, netralitas dalam pemungutan bea masuk, kelayakan administrasi, pengendalian,pengawasan,pemantauan dan praktik kepabenan internasional) (Ali Purwito M, 2010:36)

D. Barang Impor

1. Pengertian Barang Impor

Barang Impor adalah kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain yang akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya uang asing kenegara kita dapat digunakan untuk membayar pembelian atas impor dan jasa dari luar negeri. Kegiatan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Produk impor merupakan barang-barang yang tidak dapat dihasilkan atau negara yang sudah dapat


(18)

dihasilkan,tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan rakyat. Barang Impor ada yang bersifat permanent dan sementara. Barang impor permanent adalah pemasukan barang kedaerah pabean dan tidak akan diekspor kembali, melainkan dikonsumsi dalam negeri. Sedangkan barang impor sementara adalah pemasukan barang kedaerah pabean yang nyata-nyata akan diekspor kembali dalam jangka waktu tertentu. Barang impor sementara inilah yang banyak dilakukan dalam perdagangan dunia. Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara apabila pada waktu impornya dipenuhi persyarata tidak akan habis didalam masa pengimporan sementara, dalam pengimporan sementara tidak berubah bentuk kecuali karena aus dalam penggunaan, jelas identitasnya, ada dokumen pendukung bahwa barang tersebut diekspor kembali (Abdul Sani,R, 2007: 2).

Berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 28/KP/I/1982 yang telah beberapa kali diubah dan ditambah, dan terakhir Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 229/MPP/Kep/7/1997 tanggal 4 Juli 1997 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor, yang di dalamnya meliputi: Impor hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan yang telah memiliki API; Barang impor harus dalam keadaan baru; Pengecualian: Barang Pindahan, Barang Impor Sementara, Barang Kiriman, Barang Contoh Tidak Diperdagangkan, Hadiah, Barang Perwakilan Negara Asing dan Barang Untuk Badan Internasional/Pejabatnya Bertugas di Indonesia; Kapal Pesiar dan kapal Ikan, atau Ditetapkan Lain Oleh Menteri Perdagangan; barang tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan (Abdul Sani,R, 2007: 11).


(19)

2. Pengelompokan Barang Impor

a. Barang Yang Dapat di Impor

1) Barang Modal Bukan Baru (mesin bekas)

Sebagai sarana pengangkutan untuk mendorong kegiatan usaha industri. Serta mendorong pertumbuhan dan pengembangan industri rekondisi dalam rangka penyediaan lapangan kerja serta meningkatkan tambah hasil industri. Impor mesin ini diperbolehkan karena Harga barang modal yang baru relatif mahal dan tidak dapat dijangkau oleh Dunia Usaha; Menjamin pemenuhan kebutuhan barang modal bukan baru di dalam negeri, baik untuk menunjang sektor riil. Adapun Pokok-pokok pengaturannya yaitu :

1) Impor Mesin dan Peralatan Mesin bukan baru yang diatur impornya

2) Impor barang modal bukan baru hanya dapat dilakukan oleh industri rekondisi dan pengguna langsung.

3) Sebelum barang modal bukan baru dipindah tangankan, diwajibkan kepada usaha rekondisi untuk melakukan perawatan dan memberikan pelayanan purnajual.

4) Importasi barang modal bukan baru dapat dilakukan setelah memperoleh persetujuan impor terlebih dahulu dari Departemen Perdagangan.

5) Persetujuan impor disertai kartu kendali untuk memonitor realisasi impor barang modal bukan baru yang ditandasyahkan oleh petugas Bea dan Cukai di masingmasing pelabuhan tujuan.


(20)

2) Bahan Baku Plastik

Untuk melindungi industri pengguna bahan baku plastik dalam negeri sekaligus memenuhi kebutuhan industri dalam negeri oleh karena itu bahan baku plastik diperbolehkan untuk diimpor.

3) Garam

Industri pengguna barang di dalam negeri (pabrik kertas, pulp, kaustik soda dan pengeboran minyak) selama ini menggunakan garam impor dengan alasan garam dalam negeri kualitasnya tidak memenuhi syarat dan harganya relatif mahal serta untuk beberapa jenis garam belum dapat diproduksi di dalam negeri.

4) Tekstil Dan Produk Tekstil

Karena Semakin maraknya peredaran tekstil asal impor illegal di pasaran dalam negeri yang berdampak pada kerugian industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dalam negeri, pemerintah berusaha mempertahankan iklim usaha tetap kondusif di pasaran dalam negeri serta mencegah praktek perdagangan tidak adil yang mengakibatkan kerugian terhadap industri dan konsumen TPT. Maka impor tekstil dan produk tekstil diperbolehkan.

5) Prekursor

Prekusor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan penolong untuk keperluan proses produksi pharmasi atau non pharmasi, apabila disimpangkan dapat dipergunakan dalam memproses pembuatan narkotika dan atau psikotropika. Prekusor diperbolehkan diimpor untuk menjamin tersedianya bahan baku/penolong untuk industri farmasi dan nonfarmasi.


(21)

6) Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO)

Berbagai industri di Indonesia masih membutuhkan senyawa kimia yang merupakan BPO sebagai bahan baku penolong. Berdasarkan konvensi WINA dan Monterial protokol Indonesia untuk dapat melaksanakan program penghapusan penggunaan BPO sampai batas waktu tertentu.

7) Minyak Pelumas

Tata Niaga Impor Minyak Pelumas bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri, menjamin kelancaran dan penyediaan serta kebutuhan produksi dalam negeri untuk melindungi konsumem dari minyak pelumas palsu.

8) Gula

Gula dalam negeri tidak dapat bersaing dengan gula impor karena petani dinegara pengekspor diberi subsidi oleh pemerintahnya. Pemerintah Indonesia tidak memiliki dana untuk memberikan subsidi.Petani tebu sangat tergantung kepada industri gula, maka diberikan insentif kepada industri gula dan mewajibkan untuk membeli (menyangga) gula petani pada tingkat harga yang wajar agar petani mampu memperbaiki budi daya tanamannya.

9) Beras

Beras dalam negeri tidak dapat bersaing dengan beras impor karena petani di negara pengekspor diberi subsidi oleh pemerintahnya. Pemerintah Indonesia tidak memiliki dana untuk memberikan subsidi.Pengadaan beras untuk Program RASKIN selama ini berasal dari impor sehingga perlu didorong untuk membeli beras yang berasal dari dalam negeri,dalam rangka ketahanan pangan.


(22)

k. Bahan Berbahaya (B2)

Untuk menghindari dampak negative yang ditimbulkan dari penyimpangan dan penyalahgunaan B2 oleh masyarakat, maka importasi barang berbahaya diperbolehkan.

DAFTAR BAHAN BERBAHAYA YANG DIATUR TATA NIAGA IMPORNYA

BERDASARKAN KEPUTUSAN MENPERINDAG

NO. 254/MPP/Kep/7/2000.

No NOMOR/HS URAIAN BARANG

1 2 3 4 5 2805.40.00.00 2811.19.00.00 2840.11.00.00 2840.19.00.00 2904.90.00.00

Sodium Borat dan pekatannya (dikasinasi) Air Raksa

Sianida dan sianida kompleks dari natrium Sodium Sianida

Borat Lainnya

10) Bahan Peledak

Mengingat bahan peledak banyak diperlukan oleh industri peralatan militer. Dan beberapa jenis industri komersial non militer lainnya, maka impornya perlu diawasi dan dibatasi untuk mencegah penyalahgunaan/penyimpangan.

11) Minol (Minuman Beralkohol)

Tata niaga impor minol (minuman beralkohol) bertujuan disamping untuk memenuhi kebutuhan hotel, pub, bar, dan tamu restoran atau wisatawan asing dan toko bebas


(23)

bea juga untuk membatasi kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yang tidak sesuai dengan budaya bangsa dan agama.

12) Cengkeh.

Produksi cengkeh nasional kenyataannya melebihi kebutuhan cengkeh dalam negeri termasuk untuk kebutuhan industri rokok kretek didalam negeri. Sebelum dikeluarkan ketentuan pengaturan impor, industry rokok kretek banyak menggunakan cengkeh impor yang pada dasarnya kualitasnya tidak berbeda dengan kualitas cengkeh dalam negeri.

13) Fotocopy Berwarna

Mesin foto copy berwarna dapat dibuat reproduksi bahan cetakan berwarna yang serupa dengan aslinya, hal ini dapat disalahgunakan untuk mencetak/ mereproduksi uang kertas serta surat-surat berharga lainnya.

b. Barang yang tidak dapat di Impor 1) Udang

Impor udang dihentikan sementara karena merugikan pengusaha, selain itu, Indonesia sebagian besar wilayahnya adalah perairan, maka pemerintah berupaya agar Indonesia mengembangkan potensi dan tidak mengimpor udang hal ini tercantum dalam Peraturan Bersama Menteri Perdagangan dan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 37/MDAG/PER/12/2005 dan Nomor SKB.05/MEN/2005 Tentang Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia.


(24)

2) Daging Sapi

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 757/MPP/Kep/12/2003 Tentang Larangan sementara impor hewan Ruminansia dan produk turunannya yang berasal dari Amerika Serikat, disebabkan sapi di daerah tersebut sedang rawan terinfeksi oleh penyakit.

3) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 231/MPp/Kep/7/1997 Tentang prosedur Impor Limbah menuliskan bahwa impor bahan berbahaya dan beracun di Indonesia dilarang untuk melindungi masyarakat dari wabah penyakit. 4) Produksi Industri Percetakan dalam Bahasa Indonesia Ataupun Bahasa Daerah Indonesia Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 62/MPP/Kep/02/2001 tanggal 21 Pebruari 2001 menuliskan bahwa melarang impor produksi percetakan dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Daerah Indonesia untuk melindungi cagar kekayaan budaya Indonesia.

5) Barang Bukan Baru (Bekas)

Barang bukan baru ataupun barang bekas dilarang diimpor untuk melindungi Industri dalam Negeri, barang bukan baru tersebut termasuk pakaian bekas.

6) Psikotropika

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 , bahwa Impor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi yang telah memiliki izin sebagai importir sesuai dengan ketentuan peraturan


(25)

perundang-undangan yang berlaku, serta lembaga penelitian atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu psitropika tidak boleh sembarangan diimpor.

7) Narkotika

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 pasal 14 bahwa Pelaksanaan impor narkotika dilakukan atas dasar persetujuan pemerintah negara pengekspor dan persetujuan tersebut dinyatakan dalam dokumen yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara pengekspor sepanjang barnag tersebut tidak melanggar ketentuan yang berlalaku dalam undang-undanag tersebut.

8) Bahan Senjata Kimia

Konvensi tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan penggunaan Senjata Kimia serta tentang pemusnahannya, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1998.

3. Dokumen Kelengkapan Impor

Contoh dokumen pelengkap dalam rangka impor :

1) Invoice yaitu bukti transaksi yang diimpor dengan minimal memberitahukan jumlah barang, pemilik barang, satuan mata uang (kurs) yang dipakai, nama pihak pembeli dan tempat melakukan pembayaran (Sugianto SH.MM, 2008:76)

2) Bill of lading merupakan surat perjanjian pengangkutan sarana pengangkut berupa kapal laut yang berisikan tentang nama sarana pengangkut, nomor voyage, tempat bertolak dan tempat atau pelabuhan yang akan dituju serta jumlah muatan kapal (Sugianto SH.MM, 2008:76).


(26)

3) Packing list merupakan dokumen yang memberitahukan jumlah muatan barang

atau daftar kemasan barang secara lebih terperinci (Sugianto SH.MM, 2008:77)

4) Manifest adalah dokumen yang berisikan tentang muatan barang yang dibawa oleh sarana pengangkut (Sugianto SH.MM, 2008:77).

E. Pelakasanaan Kegiatan Impor

Kegiatan pertukaran barang dan jasa antara Indonesia dan luar negeri yang di merupakan pertukaran barang dan jasa antara satu negara dengan negara lain dilakukan dalam bentuk kerjasama

a) Kerjasama Bilateral. Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dilakukan oleh kedua negara dalam pertukaran barang dan jasa.

b) Kerjasama regional.

c) Kerja sama regional adalah kerja sama yangdilakukan dua negara atau lebih yang berada dalam satu kawasan atauwilayah tertentu.

d) Kerja sama multilateral. Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang dilakukan oleh lebih dua negara yang dilakukan dari seluruh dunia.

1. Persyaratan Impor

Persyratan impor barang antara lain adalah : a) Tidak akan habis dipakai

b) Tidak berubah bentuk selama masa pengimporan sementara kecuali harus karena penggunaan.


(27)

d) Ada dokumen pendukung bahwa barang tersebut akan di eksport kembali.

e) Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.

f) Surat keterangan asal bagi media yang tergolong benda lain yang diterbitkan oleh perusahaan tempat pengolahan di daerah asal.

F.Sistem Pengawasan Kepabeanan

Untuk menjaga dan memastikan agar semua barang, kapal dan orang yang keluar/masuk dari dan ke suatu negara mematuhi semua ketentuan kepabeanan, Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan pabean meliputi seluruh pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas pabean dalam perundang-undangannya yaitu memeriksa kapal, barang, penumpang, dokumen, pembukuan, melakukan penyitaan, penangkapan, penyegelan, dan lain-lain. Dalam modul pencegahan pelanggaran kepabeanan yang dibuat oleh World Customs Organization (WCO) disebutkan bahwa pengawasan pabean adalah salah satu metode untuk mencegah dan mendeteksi pelanggaran kepabeanan. Berdasarkan modul WCO tersebut dinyatakan bahwa pengawasan Bea Cukai yang mampu mendukung pendeteksian dan pencegahan penyelundupan paling tidak harus mencakup kegiatan :penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, dan audit pasca impor. Di samping tiga kegiatan itu menurut hemat penulis patroli juga merupakan pengawasan Bea Cukai untuk mencegah penyelundupan (Miranti Eliyanti, 2009:5).


(28)

Kegiatan penindakan dan penyidikan sebenarnya merupakan tindak lanjut dari pengawasan pabean. Pengawasan pabean yang dilakukan melalui penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, audit pasca-impor, maupun patroli jika menemukan adanya pelanggaran atau tindak pidana akan ditindaklanjuti dengan penindakan atau bahkan penyidikan. Penelitian dokumen atau audit yang menemukan dokumen palsu akan segera ditindaklanjuti dengan penyidikan.

Kegiatan Bea cukai merupakan satu mata rantai yang tidak terputus mulai dari kedatangan kapal, penyerahan pemberitahuan, penelitian dokumen, pemeriksaan barang sampai dengan pengeluaran barang. Demikian pula apabila petugas menemukan pelanggaran pada pengawasan dan pemeriksaan barang harus ditindaklanjuti dengan penindakan atau penyidikan. Jika ada petugas yang menemukan narkotika dalam koper penumpang harus segera ditindaklanjuti dengan penyidikan. Jika wewenang penyidikan hanya diberikan kepada Kantor Wilayah akan menyebabkan terhambatnya proses penyidikan. Memberikan wewenang pemeriksaan terhadap petugas Kantor Pelayanan tetapi tidak memberikan wewenang tindak lanjut berupa penindakan atau penyidikan seperti membuat segmentasi atau pengkotak-kotakan tugas yang akan menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi Bea Cukai.

Meskipun dalam tugas dan fungsi Kantor Pelayanan tidak disebutkan secara tersurat adanya wewenang penindakan dan penyidikan bahkan unit kerja penindakan dan penyidikan juga tidak ada namun kedua kegiatan ini harus tetap dapat dilaksanakan di


(29)

situ karena merupakan tindak lanjut dari pemeriksaan barang. Di kantor-kantor pelayanan saat ini terdapat juga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang berwenang melakukan penyidikan. Kalau mereka tidak difungsikan karena fungsi penyidikan tidak ada dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan akan menimbulkan kesulitan kalau terjadi tindak pidana dan harus mendatangkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dari Kantor Wilayah (Eva Yuliana Noor, 2008:22).

Dalam Undang-Undang Kepabeanan diatur wewenang Pejabat Bea dan Cukai mulai dari pasal 74 sampai dengan pasal 92 yang antara lain berisi wewenang penindakan dan pasal 112 tentang wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai. Jika wewenang-wewenang itu tidak dapat dijalankan oleh petugas Kantor Pelayanan akan menyebabkan hambatan dalam tugas pokok Bea dan Cukai. Pada Kantor Pelayanan terdapat seksi Kepabeanan yang menyelenggarakan fungsi pemeriksaan barang, mengoperasikan X-Ray, pemeriksaan badan, menetapkan klasifikasi barang, tarif bea masuk dan nilai pabean, penelitian kebenaran, penghitungan bea masuk. Fungsi-fungsi tersebut adalah Fungsi-fungsi pengawasan pabean, meskipun nama unitkerjanya bukan Seksi Pengawasan, Seksi Operasi, atau Seksi Pemberantasan Penyelundupan. Tugas yang dilakukan Seksi Kepabeanan yaitu pemeriksaan barang,pemeriksaan badan, penelitian tarif bea masuk dan nilai pabean pada hakekatnya adalah pengawasan dalam pengertian manajemen yaitu upaya menjaga agar semua kegiatan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Petugas Bea dan Cukai di Kantor Pelayanan memeriksa barang, mencocokkan apakah semua barang yang diimpor telah


(30)

diberitahukan dengan benar atau apakah tarif dan harganya telah diberitahukan dengan benar. Benar di sini adalah sesuai dengan undang-undang atau peraturan yang berlaku mengenai pemberitahuan impor (Eva Yuliana Noor, 2008:27).

G. Sanksi Administrasi

1. Pengertian Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan pemerintahan, dimana kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis. Sanksi administrasi merupakan pembayaran kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi administrasi dibedakan menjadi tiga, yakni: sanksi berupa bunga, sanksi berupa denda administrasi, dan sanksi berupa kenaikan. Sanksi administrasi adalah hukuman yang diajukan oleh pejabat administrasi terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan undnag-undang yang dikualifikasikan lebih ringan daripada tindak pidana yang selalu berupa sejumlah uang, baik dalam jumlah tetap atau suatu perkalian atau perssentase jumlah pajak terutang. Sanksi Administrasi adalah sanksi berupa denda yang dikenakan kepada setiap orang yang melakukan pelanggaran administrasi yang secara nyata telah diatur didalam undnag-undang. Denda adalah sejumlah uang yang dibayarkan lebih daripada yang seharusnya dibayarkan yang disebabkan oleh kesalahan dan ketentuannya telah diatur dalam undang-undang.


(31)

2. Fungsi Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi pajak dijatuhkan oleh aparatur negara atau lembaga negara yang diberi wewenang dan kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan segala ketentuan yang sudah ditentukan dalam undang-undang perpajakan. Sanksi administrasi bersifat reparatoir-condemnatoir, yaitu pemulihan kembali pada keadaan semula dan memberikan hukuman. Pengenaan sanksi administrasi dilakukan secara langsung oleh pemerintah tanpa melalui peradilan (Ridwan HR, 2005:318).

Penerapan sanksi administrasi secara cepat, tepat, dan tegas memberikan pengaruh yang sangat besar kepada kepatuhan wajib pajak. Sehingga tidak banyak masalah penyelundupan pajak atau kejahatan pajak yang dihadapkan pada pengadilan. Penerapan sanksi admnistrasi akan lebih efektif dengan diadakan penyuluhan bagi wajib pajak untuk memliki kesadaran akan pajak, mengerti fungsi pajak, lebih patuh untuk membayar pajak, serta mematuhi kewajiban-kewajiban pajak. Pembuat undang-undang dapat memberikan wewenang kepada organ pemerintah untuk menjatuhkan hukuman berupa denda (geldbote) terhadap seseorang yang telah melakukan pelanggaran pertauran perundang-undangan. Hukuman berupa denda telah ditentukan jumlah yang dikenakan kepada pihak yang melanggar ketentuan. Berkenaan dengan denda administrasi ini dalam Algemene Berpalingen van Administratief Recht, disimpulkan bahwa denda administrasi hanya dapat diterapkan atas dasar kekuatan wewenang yang diatur dalam undang-undang dalam arti formal (Ridwan HR, 2005:334).


(32)

3. Jenis Sanksi Administrasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan Pasal 2 ayat (1) dan (2), diketahui bahwa sanksi Administrasi berupa denda dikenakan hanya terhadap pelanggaran yang diatur dalam undang-undang dan besaran denda dinyatakan dalam : nilai rupiah tertentu, nilai rupiah minimum sampai dengan maksimum, persentase tertentu dari bea masuk yang seharusnya dibayar, persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar ataupun dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Sanksi dalam Hukum Administrasi berarti sebagai alat kekuasaan yang bersifat publik yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum administrasi negara.

S. Prajudi Atmosudirjo (1994:142), menyatakan bahwa sanksi yang paling penting bagi administrasi maupun bagi warga masyarakat yang bersangkutan adalah sanksi eksekusi till (reele executie), yakni (1) terhadap kelalaian memenuhi suatu keterikatan atau kewajiban yang ditetapkan dalam tindak hukum administrasi, dengan perkataan lain : pelanggaran dari suatu atau beberapa ketentuan yang dimuat dalam surat izin, dan (2) terhadap pelanggaran daripada suatu ketentuan undnag-undang, yaitu tegasnya : melakukan sesuatu tanpa izin sebagaimana oleh undang-undang.


(33)

Menurut Philipus M. Hadjon (2005: 24) mengklasifikasikan macam-macam sanksi dalam hukum administrasi menjadi 4, yakni :

a. Paksaan pemerintah(bestuursdwang)

b. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan (izin, subsidi, pembayaran, dan sebagainya);

c. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah(dwangsom); d. Pengenaan denda administrative(administrative boete)

H. Istilah dan Pengertian dalam Kepabenan

Dalam Undang-Undang Kepabenan nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1995, yang dimaksud dengan :

1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.

2. Daerah pabean adalah wilayah Republik yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini. 3. Kawasan pabean (KB) adalah kawasan dengan batas batas tertentu di pelabuhan

laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.


(34)

4. Kantor pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

5. Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban Pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dlama undnag-undnag ini.

6. Pos pengawasan pabean adalah tempat yang digunakan oleh pejabat bea dan cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang impor dan ekspor.

7. Kewajiban pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini.

8. Pemberitahuan pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.

9. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.

10. Importir Terdaftar adalah perusahaan atau badan hukum yang telah mendapat pengakuan dari memberi perdagangan untuk mengimpor barang-barang tertentu yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

11. Barang yang diawasi impor adalah barang yang impomya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan memberi perdagangan atau pejabat yang ditunjuk setelah mendapat persetujuan atau rekomendasi dari instansi terkait;


(35)

13. Verifikasi atau penelusuran teknis adalah penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan surveyor sebelum muat barang atau negara asal barang dimana barang tersebut dimuat;

14. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat otorisasi dari dan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan untuk melakukan verifikasi atau penelusuran teknis atas barangbarang impor;

15. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.

16. Bea masuk (BM) adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor.

17. Bea keluar (BK) adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan terhadap barang ekspor.

18. Tempat penimbunan sementara (TPS) adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang, sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.

19. Tempat penimbunan berikat (TPB) adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.

20. Tempat penimbunan pabean (TPP) adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang disamakan dengan itu, yang disediakan oleh pemerintah di kantor pabean, yang berada di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyimpan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang


(36)

dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara berdasarkan Undang-Undang ini.

21. Barang tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait sebagai barang yang pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasi.

22. Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan. 23. Tarif adalah klasifikasi barang dan pembebanan bea masuk atau bea keluar. 24. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu

yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang undang ini.

25. Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang merupakan bagian daripadanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk penjualan eceran.

26. Pengusaha pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik.

27. Tempat penyimpanan adalah tempat, bangunan, dan/atau lapangan yang bukan merupakan bagian dari pabrik, yang dipergunakan untuk menyimpan barang kena cukai berupa etil alkohol yang masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan, dijual, atau diekspor.


(37)

28. Pengusaha tempat penyimpanan adalah orang yang mengusahakan tempat penyimpanan.

29. Tempat penjualan eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran barang kena cukai kepada konsumen akhir.

30. Pengusaha tempat penjualan eceran adalah orang yang mengusahakan tempat penjualan eceran.

31. Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual barang kena cukai yang sudah dilunasi cukainya yang semata-mata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.

32. Dokumen cukai adalah dokumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan undang-undang ini dalam bentuk formulir atau melalui media elektronik.

33. Pos pengawasan Pabean adalah tempat yang digunakan oleh pejabat bea dan cukai untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas barang ekspor dan impor

34. Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang kepabeanan.

Direktorat Jendral Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departement Keuangan di bidang Kepabeanan dan Cukai. Direktorat Jendral Bea dan Cukai yang selanjutnya disebut DJBC adalah salah satu instansi pemerintah yang melayani masyarkat di bidang kepabeanan dan cukai. Pada masa penjajahan Belanda,


(38)

bea cukai sering disebut dengan duane. Tugas dan fungsi DJBC adalah berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, antara lain memungut bea masuk berikut pajak-pajak atas barang impornya (PPN,Impor,PPh, Pasal 22, PPnBM) dan cukai. Sebagaimana diketahui bahwa pemasukan terbesar (sering disebut sisi penerimaan) kepada kas negara adalah dari sektor pajak dan termasuk didalamnya adalah bea masuk dan cukai yang dikelola oleh DJBC.

Berdasarkan pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.32/KMK/.01/1998, tugas pokok DJBC adalah melaksanakan sebagaimana tugas pokok Departement keuangan dibidang Kepabeanan dan Cukai berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang keluar masuk daerah pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas pokok dari Direktorat Jendral Bea dan Cukai adalah untuk :

1. Pengawasan dan pelayanan atas lalu lintas barang yang masuk dan keluar daerah pabean Indonesia.

2. Melakukan pemungutan bea masuk dan cukai serta peungutan negara lainnya. 3. mengawasi kegiatan ekspor dna impor, mengawasi peredaran minuman yang

mengandung alkohol atau etil alkohol, dan peredaran rokok atau barang hasil pengelolaan tembakau lainya.

4. Sebagai fasilitator perdagangan, yang berwenang untuk melakukan penundaan atau bahkan pembebasan pajak dengan syarat syarat tertentu.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah merupakan suatu ilmu mengenai jenjang jenjang yang harus dilalui dalam suatu proses penelitian atau merupakankegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah berdasarkan suatu sistem; sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan penelitian dengan tujuan untuk mempelajari permasalahan yang timbul dari gejala hukum tertentu (Rianto Adi, 2007:2).

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum yuridis empiris. Pendekatan hukum empiris adalah penelitian yang menggunakan data empiris mengenai fakta yang terjadi dilapangan. Oleh karena itu dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung, mempelajari kenyataan yang terjadi di lapangan yakni pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung.


(40)

B. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini berasal dari dua jenis data, yaitu : 1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari keterangan-keterangan atau penjelasan dari para informan dengan melakukan studi lapangan (Muhamad Muhdar,2010:8). Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pegawai yang berkompeten di bidangnya pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder Diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang bekaitan dengan permasalahan,yakni :

a. Bahan hukum primer,adalah aturan perundang-undangan yang mengikat, seperti halnya : Undang- Undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan yang kemudian diubah dengan Undang-Undang nomor 17 tahun 2006, Peraturan pemerintah nomor 22 tahun 1996 yang kemudian diubah menjadi Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2008 tentang Pengenaan Sanksi Administrasi di Bidang Kepabeanan, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 487/KMK.05/1996 tentang pemeriksaan atas barang ekspor, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 229/M/Kep/7/1997 tanggal 14 Juli 1997 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 229/M/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.


(41)

b. Bahan hukum sekunder, adalah memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan bahan jenis lainnya yang mendukung penelitian ini.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan : 1. Studi lapangan

Studi Lapangan adalah proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai informan secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun terlebih dahulu sesuai dengan pokok permasalahan yang diajukan.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah proses pengumpulan data yang dilakukan dengan pencarian data sekunder, membaca, menginventisir, mencatat, mengutip, dan menganalisa seluruh data sekunder yang berhubungan dengan penelitian.


(42)

D. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Klasifikasi Data

Klasifikasi data dilakukan dengan cara pengelompokan data sesuai dengan ketetapan aturan yang ada.

2. Penyusunan Data

Penyusunan data dilakukan dengan cara menempatkan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis.

3. Seleksi Data

Seleksi data dilakukan dengan cara memilih dan mengklasifikasikan pokok-pokok bahasan yang akan dipakai.

4. Pemeriksaan Data

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara meninjau kembali data-data yang telah di klasifikasi, disusun dan diseleksi agar tidak terjadi kesalahan.

E. Analisis Data

Semua data yang telah diperoleh, analisis yang dilakukan dengan cara deksriptif artinya dengan cara menguraikan data ke dalam bentuk kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis, kemudian dilakukan interpretasi sehingga diperoleh pemahaman dan gambaran yang jelas mengenai jawaban permasalahan untuk kemudian diambil kesimpulan-kesimpulan umum (Soejono, 2004:24).


(43)

V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk menjaga dan memastikan agar semua barang, kapal dan orang yang keluar/masuk dari dan ke suatu negara mematuhi semua ketentuan kepabeanan, Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan pabean meliputi seluruh pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas pabean dalam perundang-undangannya yaitu memeriksa kapal, barang, penumpang, dokumen, pembukuan, melakukan penyitaan, penangkapan, penyegelan, dan lain-lain. Efektivitas pengawasan tidak hanya dilakukan terhadap barang-barang yang masuk atau keluar daerah pabean saja, tetapi juga terhadap lalu lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia. Hal ini selain dalam rangka pengawasan , juga untuk mengoptimalkan pencegahan penindakan penyelundupan dengan modus pengangkutan antarpulau. Kegiatan Bea cukai merupakan satu mata rantai yang tidak terputus mulai dari kedatangan kapal, penyerahan pemberitahuan, penelitian dokumen, pemeriksaan barang sampai dengan pengeluaran barang.

2. Faktor-faktor penghambat dalam sistem pengawasan pabean terhadap barang impor terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor


(44)

internal adalah faktor-faktor penghambat dalam kegiatan pengawasan yang muncul dari petugas bea dan cukai tersebut. Petugas bea cukai sering menilai harga barang yang dibawa tidak sesuai, artinya walaupun barang bawaan yang dibeli nilainya kurang dari ketentuan maka selanjutnya petugas bea cukai berhak membuat penilaian tersendiri atas harga barang bawaan tersebut. Sementara faktor penghambat eksternal adalah faktor yang muncul dari pelaku impor yang menyalahgunakan system self-assesment, yakni system pemberitahuan dengan menitik beratkan pemberian kepercayaan kepada pemberitahu untuk menghitung dan membayar sendiri bea masuk yang terhutang (in contrary of official assement) oleh importir atau eksportir. Prosedur penerapan sanksi administrasi diawali dengan penerbitan surat pemberitahuan denda administrasi kemudian dikeluarkan Surat Pengenaan Sanksi Administrasi (SPSA). Pengenaan sanksi Administrasi harus ditetapkan dengan surat penetapan untuk memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang dikenai sanksi administrasi, agar yang bersangkutan mengetahui secara jelas ketentuan yang dilanggar. Setelah penerbitan surat pemberitahuan denda administrasi, pihak pelanggar jasa kepabeanan harus membayar denda administrasi berdasarkan jangka waktu, jumlah dan tempat pembayaran (bank) yang ditetapkan. Jika pihak pelanggar jasa kepabeanan tidak membayar atau tiak mengajukan keberatan sampai dengan waktu yang ditetapkan, maka dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulannya.


(45)

Oleh

NADIA RAISSOFI H.

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(46)

(Skripsi)

Oleh

Nadia Raissofi H

0812011063

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(47)

Daftar Buku

Abdurrahman, H. Soejono. 2003. Metode Penelitian Hukum.PT. Raja Grasindo Persada.Jakarta.

Adi,Rianto.2007.Metode Penelitian Sosial dan Hukum.Granit.Jakarta.

Alam.2007.Ekonomi Jilid 3.Esis.Jakarta.

Asshofa, Burhan. 1998,Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta.

Atmosudirjo, S,. Prajudi. 1994,Hukum Administrasi Negara. Jakarta.

Elim, John.2007.Manajemen Pengawasan. bpkp.Jakarta Sugianto. 2008, Pengantar Kepabeanan dan Cukai.PT.Grasindo.Jakarta.

Eliyanti,Miranti.2009.Tindak Pidana Pemalsuan Dokumen Pabean dan Penerapan Sanksi Pidana.FH Universitas Muhamadiyah Surakarta.Surakarta.

Hadjon, Philipus M. 2005.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

HR, Ridwan. 2008.Hukum Administrasi Negara. Rajawali Pers. Jakarta.

Ismanthono, Henricus.2009. Kepabeanan dan Cukai Indonesia. PT.Grasindo. Jakarta.


(48)

Muhdar,Muhamad.2009.MetodePenelitianHukum.PT.RajaGrasindoPersada.Jakarta.

Pramutoko, Bayu.2008.Ekonomi dan Bisnis Internasional I. PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Purwito, Ali. 2007.Reformasi Kepabeanan. Graha Ilmu. Jakarta.

Rahardjo, Satjipto. 2009, Penegak Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Genta Publishing. Yogyakarta.

Resmi, Siti. 2005.Perpajakan Teori dan Kasus. Selemba. Jakarta.

Ruky,S.Ahmad.2001.SistemManajemen Kinerja.PT.Gramedia Buku Utama.Jakarta.

Sani,Abdul,dkk.2010.BukuPintarKepabeanan.PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soemitro, Rochmat. 1998.Pajak Ditinjau Dari Segi Hukum. PT. Eresco. Bandung.

Sugianto. 2008.Pengantar Kepabeanan dan Cukai. PT. Grasindo. Jakarta.

Somedi, Bambang.2010.Pengawasan dan Penindakan dibidang Kepabeanan. Widyaiswara Utama.Jakarta.


(49)

Daftar Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang no 17 tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-Undang nomo 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan

Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2008 tentang Pengenaan Sanksi Administrasi di Bidang Kepabeanan

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 231/MPp/Kep/7/1997 Tentang prosedur Impor Limbah

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 229/M/Kep/7/1997 tanggal 14 Juli 1997 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 757/MPP/Kep/12/2003 Tentang Larangan sementara impor hewan Ruminansia dan produk turunannya yang berasal dari Amerika Serikat.

Peraturan Bersama Menteri Perdagangan dan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 37/MDAG/PER/12/2005 tentang Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia.


(50)

tentang Perpanjangan Masa Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia

Peraturan Bersama Menteri Perdagangan Republik Indonesia dan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 40/M-DAG/Per/12/2006 tentang Larangan Sementara Impor Udang ke Wilayah Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Nomor 144/PMK.04/2007 Tentang Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai.

Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor P-42/BC/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai, beserta perubahannya P-08/BC/2009

Internet

http://wikipedia.org/wiki/DirjenBeadanCukai

http://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Bea_dan_Cukai_Kementerian_K uangan_Indonesia

http://www.kemendag.go.id/tupoksi_inspektorat_jenderal/


(51)

(52)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI……… i

DAFTAR TABEL………... iv

I. PENDAHULUAN...………..….1

A. Latar Belakang ...………. 1

B. Permasalahan………..…..…... 7

C. Ruang Lingkup Penelitian………... 7

D. Tujuan Penelitian………...….…. 8

E. Kegunaan Penelitian……….…...…… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA……….……10

A. Sistem ……….………... 10

B. Pengawasan………..……. 11

C. Kepabeanan ………...……….……... 13

1. Pengertian Kepabeanan ………...………... 13

2. Peranan Kepabeanan Indonesia ………...…... 13

3. Aspek-AspekKepabeanan ………...………... 14

D. Barang Impor ………...……….. 14

1. PengertianBarang Impor ………...………. 14

2. Pengelompokan Barang Impor ………...…… 16

3. Dokumen Kelengkapan Impor ……….…..…….22

E. Pelaksanaan Kegiatan Impor ...23


(53)

F. Sistem Pengawasan Kepabeanan………...………...………. 24

G. Sanksi Administrasi ………... 27

1. Pengertian Sanksi Administrasi ………..… 27

2. Fungsi Sanksi Administrasi……….….….. 28

3. Jenis Sanksi Administrasi………..……. 29

H. Istilah dan Pengertian dalam Kepabeanan ... 30

III. METODE PENELITIAN………....… 36 A. Pendekatan Masalah ………....………..…... 36

B. Jenis dan Sumber Data ……….…....37

C. Prosedur Pengumpulan Data ……….……….……...38

D. Prosedur Pengolahan Data ………..…….……….39

E. Analisis Data ……….…...……….…..39

IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN……….……….40

A. Gambaran Umum ………... 40

1.Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan CukaiBandar Lampung………..…….………..42

a. Kedudukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung……….……..42

b. Tugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung……….……..44

c. Fungsi Kantor Pengawsan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandar Lampung……….………….45

2.Struktur Organisasi……….…………..46

B. Pelaksanaan Sistem Pengawasan Kepabeanan Terhadap Barang Impor…....54

1. Pengawasan Preventif………...55

2. Pengawasan Represif ...59


(54)

1. Faktor Internal dan Eksternal ... 60 2. Pelanggaran jasa kepabeanan dalam bidang impor pada praktiknya ... 65 3. Penerapan Sanksi Administrasi …...………...71

a. Tatacara Penetapan Besarnya Denda Terhadap Pelanggaran Yang Diancam Dengan Sanksi Administrasi Berupa Denda Minimum Sampai

Dengan Maksimum Yang Dinyatakan Dalam Nilai Rupiah…………....74 b. Tatacara Penetapan Besarnya Denda Terhadap Pelanggaran Yang

Diancam Dengan Sanksi Administrasi Berupa Denda Minimum Sampai Dengan Maksimum Yang Besarnya Dinyatakan Dalam Persentase Tertentu Dari Kekurangan Pembayaran Bea Masuk………..….75

V. KESIMPULAN………...…...76

DAFTAR PUSTAKA……….....77


(55)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis Jumlah pelanggaran yang terjadi sepanjang tahun 2011………..….66 2. Julmlah pelanggaran dan sanksi atas pelanggaran jasa kepabeanan……..…...72


(56)

Nama Mahasiswa :Nadia Raissofi H. No. Pokok Mahasiswa : 0812011063

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Upik Hamidah, S.H.,M.H. Syamsir Syamsu, S.H,.M.H.

NIP 1960 0606 198703 2 012 NIP 1961 0805 198903 1 005

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP 1961 1219 198803 2 002


(57)

1. Tim Penguji

Ketua :Upik Hamidah, S.H., M.H. ...

Sekretaris :Syamsir Syamsu, S.H., M.H. ...

Penguji Utama :Nurmayani, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M S. NIP19621109 198703 1 003


(58)

Siapa yang bersantai ketika seharusnya bekerja; akan menyesal saat tiba pembagian upahnya.

(Ibn Al Jauzy)

Di antara rizqi termulia yang dinikmati seorang hamba; adalah yang dijemputnya dengan kerja tangannya. (Ustadz Salim A. Fillah)

Biarlah yang besar itu karyamu, bukan kepalamu. Biarlah yang tinggi itu capaianmu, bukan hatimu.

Walau terlanjur kau dianggap berilmu, jangan malu mengatakan tak tahu; dengan itu Allah yang jadi gurumu. (Ustadz Salim A. Fillah)

Pemandangan paling menyedihkan adalah takhta yang lebih mahal dari kepemimpinan, baju yang lebih mahal dari pemakainya.

Jika beberapa pilihan baik membingungkanmu; dan ridha Allah yang kauburu; maka ambillah yang menyelisihi keinginan nafsu.


(59)

Tuhanku Allah SWT, yang selalu memberikan petunjuknya untukku.

Orang yang paling berjasa dalam hidupku, Mama dan Papa tercinta yang selalu memberiku doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu mengalir, ini adalah salah satu tanda

baktiku

Yang Terkasih : Kakak dan adik-adikku

Yang Tersayang : Sahabat dan teman-teman seangkatan

Serta Almamaterku Tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung Viva Justicia !


(60)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 17 Juli 1990, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Drs. Hardi Hamzah dan Ibu Agustina

Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Pertiwi Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 2002 di SD Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut, Bandar Lampung. Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 1, Bandar Lampung dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Negeri 2, Bandar Lampung.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas HukumUniversitas Lampung melalui jalur PMKA pada tahun 2008.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai Bendahara Umum. Penulis juga aktif dalam Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Untuk Seni (Persikusi) dan Mahkamah. Penulis juga menjadi aktivis pada Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bandar Lampung.


(61)

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul : Sitem Pengawasan Kepabeanan Terhadap Barang Impor. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan untuk meraih gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih untuk:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M S. selaku Dekan Fakultas Hukum Unila; 2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Unila dan Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan dan saran yang telah diberikan;

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Unila dan Pembimbing Utama yang selalu bersedia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(62)

dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktunya saat penulis ingin berkonsultasi;

6. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. Selaku Pembahas II pada saat seminar I dan 2 atas masukan dan saran yang telah diberikan;

7. Seluruh anggota staff dan dosen di Fakultas Hukum Universitas Lampung; 8. Papa, mama, kakak, dan adik-adikku (terima kasih untuk motivasi, doa,

semangat, ketulusan, kasih sayang, perhatian, dan telah menjadikan saya lebih baik setiap harinya).

9. Rewind Tri Fazardo terima kasih untuk dukungan, perhatian, doa, kasih sayang dan semangatnya selama ini.

10. Sahabat-sahabat terbaikku: Rika Anggraini Fikri, Cindy Almira, Pratiwi Sarastika, Ayu Syafitri, Ade Suprima, Mona Sindytia, Primayani Yustya Sari, Yulianti, Lucky Dinaristama, Ira Familia Sari terima kasih untuk keceriaannya.

11. Keluarga KKN-ku tersayang : Hilda silvia Yoga, Theodora Nainggolan. Dwi Rahmadita,Wiwik Nurhayati.

12. Sahabat-sahabat di almamaterku tercinta : Rika Anggraini Fikri, Cindy Almira, Pratiwi Sarastika, Ayu Syafitri, Ade Suprima, Mona Sindytia, Primayani Yustya Sari, Yulianti,rateh,ira familia, chyntia felisiane, cholif, gerry, iqbal, bang togar terima kasih untuk semua waktu yang kita lalui bersama di Universitas Lampung ini


(63)

disebutkan satu per satu.

14. Teman-teman HIMA HAN : Iqbal, Mona, Yanik, Juli, Ira, queen, dira, citra, frestia, togar,angga,raden, ferry dan teman hima han lainnya.

15. Teman-temanku di Himpunan Mahasiswa Islam : Untuk Seluruh Kanda, Yunda dan Dinda dan teman teman komisariat yang selalu memberikan semangat, motivasi dan membentuk karakterku sehingga aku bisa menjadi seperti sekrang.

Peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam proses penyelesaian skripsi ini karena itu peneliti menerima semua saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata PenelitiMengucapkan “Terima Kasih”.

Bandar Lampung, Januari 2012

Peneliti,


(1)

MOTTO

Siapa yang bersantai ketika seharusnya bekerja; akan menyesal saat tiba pembagian upahnya.

(Ibn Al Jauzy)

Di antara rizqi termulia yang dinikmati seorang hamba; adalah yang dijemputnya dengan kerja tangannya. (Ustadz Salim A. Fillah)

Biarlah yang besar itu karyamu, bukan kepalamu. Biarlah yang tinggi itu capaianmu, bukan hatimu.

Walau terlanjur kau dianggap berilmu, jangan malu mengatakan tak tahu; dengan itu Allah yang jadi gurumu. (Ustadz Salim A. Fillah)

Pemandangan paling menyedihkan adalah takhta yang lebih mahal dari kepemimpinan, baju yang lebih mahal dari pemakainya.

Jika beberapa pilihan baik membingungkanmu; dan ridha Allah yang kauburu; maka ambillah yang menyelisihi keinginan nafsu.


(2)

Karya kecil ku ini, Kupersembahkan kepada:

Tuhanku Allah SWT, yang selalu memberikan petunjuknya untukku.

Orang yang paling berjasa dalam hidupku, Mama dan Papa tercinta yang selalu memberiku doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu mengalir, ini adalah salah satu tanda

baktiku

Yang Terkasih : Kakak dan adik-adikku

Yang Tersayang : Sahabat dan teman-teman seangkatan

Serta Almamaterku Tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung Viva Justicia !


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 17 Juli 1990, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Drs. Hardi Hamzah dan Ibu Agustina

Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Pertiwi Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 2002 di SD Negeri 2 (Teladan) Rawa Laut, Bandar Lampung. Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 1, Bandar Lampung dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Negeri 2, Bandar Lampung.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas HukumUniversitas Lampung melalui jalur PMKA pada tahun 2008.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai Bendahara Umum. Penulis juga aktif dalam Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Untuk Seni (Persikusi) dan Mahkamah. Penulis juga menjadi aktivis pada Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bandar Lampung.


(4)

SANWACANA

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul : Sitem Pengawasan Kepabeanan Terhadap Barang Impor. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan untuk meraih gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih untuk:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M S. selaku Dekan Fakultas Hukum Unila; 2. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi

Negara Fakultas Hukum Unila dan Penguji Utama pada ujian skripsi atas masukan dan saran yang telah diberikan;

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Unila dan Pembimbing Utama yang selalu bersedia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(5)

4. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H. selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan dan masukan yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak meluangkan waktunya saat penulis ingin berkonsultasi;

6. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. Selaku Pembahas II pada saat seminar I dan 2 atas masukan dan saran yang telah diberikan;

7. Seluruh anggota staff dan dosen di Fakultas Hukum Universitas Lampung; 8. Papa, mama, kakak, dan adik-adikku (terima kasih untuk motivasi, doa,

semangat, ketulusan, kasih sayang, perhatian, dan telah menjadikan saya lebih baik setiap harinya).

9. Rewind Tri Fazardo terima kasih untuk dukungan, perhatian, doa, kasih sayang dan semangatnya selama ini.

10. Sahabat-sahabat terbaikku: Rika Anggraini Fikri, Cindy Almira, Pratiwi Sarastika, Ayu Syafitri, Ade Suprima, Mona Sindytia, Primayani Yustya Sari, Yulianti, Lucky Dinaristama, Ira Familia Sari terima kasih untuk keceriaannya.

11. Keluarga KKN-ku tersayang : Hilda silvia Yoga, Theodora Nainggolan. Dwi Rahmadita,Wiwik Nurhayati.

12. Sahabat-sahabat di almamaterku tercinta : Rika Anggraini Fikri, Cindy Almira, Pratiwi Sarastika, Ayu Syafitri, Ade Suprima, Mona Sindytia, Primayani Yustya Sari, Yulianti,rateh,ira familia, chyntia felisiane, cholif, gerry, iqbal, bang togar terima kasih untuk semua waktu yang kita lalui bersama di Universitas Lampung ini


(6)

13. Teman-temanku di Badan Eksekutif Mahasiswa : Kanda Awang, Kanda Yanu, Iqbal, yogi, rateh,ayu dan semua anggota BEM yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

14. Teman-teman HIMA HAN : Iqbal, Mona, Yanik, Juli, Ira, queen, dira, citra, frestia, togar,angga,raden, ferry dan teman hima han lainnya.

15. Teman-temanku di Himpunan Mahasiswa Islam : Untuk Seluruh Kanda, Yunda dan Dinda dan teman teman komisariat yang selalu memberikan semangat, motivasi dan membentuk karakterku sehingga aku bisa menjadi seperti sekrang.

Peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam proses penyelesaian skripsi ini karena itu peneliti menerima semua saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata PenelitiMengucapkan “Terima Kasih”.

Bandar Lampung, Januari 2012

Peneliti,