41
BAB III KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA DPR
A. Mahkamah Kehormatan Dewan
Anggota  DPR  menempati  posisi  dan  peran  sebagai  perwakilan  politik yang bersifat
“menyuarakan” kepentingan dan aspirasi mereka yang diwakili. Ini  berbeda  dengan  perwakilan  politik  yang  dimainkan  oleh  pemerintah
terpilih  melalui  pemilu  dalam  suatu  pemerintahan  perwakilan  yang demokratis.  Pemerintahan  terpilih  ditentukan  oleh  suara  rakyat  dalam  suatu
proses  pemilu  menjalankan  peran  yang  bersifat  “memenuhi”  kebutuhan  dan kehendak rakyat.
Tata pemerintahan demokratis meniscayakan hubungan fungsional yang harus  terjalin  antara  DPR  dengan  pemerintah  terpilih,  yakni:  DPR
menyuarakan  aspirasi  dan  kepentingan  rakyat,  pemerintah  memenuhi kehendak  dan  kebutuhan  rakyat  yang  terpantulkan  dari  aspirasi  dan
kepentingan  yang  disuarakan  perwakilan  politik,  serta  anggota  DPR mengawasi proses pemenuhan kehendak dan kebutuhan. Hubungan fungsional
seperti  itu  berlangsung  secara  berputar  terus  menerus  yang  disertai  dengan dinamika internal untuk koreksi, perbaikan dan penyempurnaan baik terhadap
dimensi proses maupun dimensi hasil dari hubungan tersebut. Kerangka kerja seperti ini menempatkan anggota DPR dalam posisi primer yang memberikan
input berupa tuntutan terhadap proses pembuatan kebijakan publik, dan dalam posisi pengawasan pada tahap implementasi kebijakan publik.
61
Berdasarkan  Pasal  20A  ayat  1  UUD  1945  menyatakan,  DPR merupakan  lembaga  perwakilan  rakyat  yang  berkedudukan  sebagai  lembaga
negara, yang memiliki fungsi antara lain: legislasi, anggaran, dan pengawasan. Dengan  demikian  DPR  memiliki  fungsi  politik  yang  strategis,  yaitu  sebagai
lembaga penentu kebijakan kenegaraan.
62
Mengingat begitu pentingnya posisi dan peran dari anggota DPR sebagai representasi  rakyat  belum  menjamin  bahwa  kinerja  dari  anggota  DPR  sudah
optimal.  Tak  sedikit  dari  anggota  DPR  terjerat  kasus  hukum  seperti,  korupsi dan melakukan tindak pidana, ditambah lagi dengan terlalu mudahnya anggota
DPR  untuk  menjadi  saksi  dalam  kasus  korupsi  misalnya.  Hal  tersebut membuat  opini  terhadap  anggota  DPR  buruk.  Hal  tersebut  juga  diakui  oleh
wakil Ketua Umum  PPP  Lukman Hakim Saifuddin, bahwa saat  ini parlemen sudah  kehilangan  kepercayaan  rakyat.  Karena  itu,  DPR  hasil  pemilu  2014
harus  lebih  baik  dari  pada  sebelumnya.
63
Oleh  karena  itu  perbaikan kompetensi wakil rakyat mutlak diperlukan perbaikan.
Salah satu bentuk perbaikan tersebut dapat dilihat dari dibentuknya alat kelengkapan DPR yaitu Mahkamah Kehormatan Dewan, dalam Pasal 119 UU
61
Sebastian Salang, dkk,. Menghindari Jeratan Hukum Bagi Anggota Dewan, Jakarta: Forum Sahabat, 2009, h. 195.
62
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,  Jakarta: Kencana, 2010, h.193.
63
Tinjauan  Kompas,  Menatap  Indonesia  2014  :  Tantangan,  Prospek  Politik  Dan Ekonomi Indoneisa, Jakarta:Buku Kompas, 2014, h. 131.
No  42  Tahun  2014,  menyatakan  bahwa  MKD  dibentuk  oleh  DPR  dan merupakan  alat  kelengkapan  DPR  yang  bersifat  tetap.  Pembentukan  MKD
bertujuan menjaga dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.
Terkait  mengenai  susunan  dan  keanggotaan  MKD  diatur  dalam  Pasal 120  UU 42 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa, DPR menetapkan susunan
dan keanggotaan MKD yang terdiri atas semua fraksi dengan memperhatikan perimbangan  dan  pemerataan  jumlah  anggota  setiap  fraksi  pada  permulaan
keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Anggota MKD berjumlah 17 tujuh belas orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna.  Tata cara mengenai
pemilihan  susunan  keanggotaan  diatur  dalam  Pasal  79  Peraturan  DPR  No  1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib yang menyatakan Pimpinan DPR mengadakan
konsultasi dengan pimpinan Fraksi untuk menentukan komposisi keanggotaan MKD dengan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. Apabila dalam
hal  untuk  mufakat  tidak  tercapai  dalam  penentuan  komposisi  keputusan diambil  berdasarkan  keputusan  terrbanyak  dalam  rapat  paripurna.  Kemudian
Fraksi  mengusulkan  nama  anggota  MKD  kepada  pimpinan  DPR  sesuai dengan  perimbangan  dan  pemerataan    jumlah  anggota  setiap  Fraksi  pada
permulaan  masa  keanggotaan  DPR  dan  permulaan  tahun  sidang.    Mengenai penggantian  anggota  MKD  dapat  dilakukan  oleh  fraksinya  apabila  anggota
MKD  yang  bersangkutan  berhalangan  tetap  atau  ada  pertimbangan  lain  dari fraksinya.
Terkait  mengenai  Pimpinan  MKD  diatur  dalam  Pasal  121  UU  No  42 Tahun  2014  Pimpinan  MKD  merupakan  satu  kesatuan  yang  bersifat  kolektif
dan  kolegial.  Pimpinan  MKD  terdiri  atas  1  satu  orang  ketua  dan  paling banyak  2  dua  orang  wakil  ketua  yang  dipilih  dari  dan  oleh  anggota  MKD
dalam satu  paket  yang bersifat  tetap berdasarkan usulan fraksi  sesuai dengan prinsip  musyawarah  untuk  mufakat.  Setiap  Fraksi  dapat  mengajukan  1  satu
orang  bakal  calon  pimpinan  MKD.  Sedangkan  apabila  pemilihan  pimpinan MKD  berdasarkan  musyawarah  untuk  mufakat  tidak  tercapai,  keputusan
diambil  berdasarkan  suara  terbanyak.  Pemilihan  pimpinan  MKD  dilakukan dalam  rapat  MKD  yang  dipimpin  oleh  pimpinan  DPR  setelah  penetapan
susunan  dan  keanggotaan  MKD.  Pimpinan  MKD  ditetapkan  dengan keputusan pimpinan DPR
Kemudian,  ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pemilihan pimpinan  MKD  diatur  dalam  Peraturan  DPR  No  1  Tahun  2014  tentang  Tata
Tertib  yang  tercantum  dalam  Pasal  80  yang  menyatakan  bahwa,  Pimpinan MKD  merupakan  salah  satu  kesatuan  pimpinan  yang  bersifat  kolektif  dan
kolegial.  Pimpinan  MKD  terdiri  atas  1  satu  orang  ketua  dan  paling  banyak dua orang wakil ketua  yang dipilih dari dan oleh anggota MKD dalam satu
paket  yang  bersifat  tetap  berdasarkan  usulan  fraksi  sesuai  dengan  prinsip musyawarah untuk mufakat. Paket yang bersifat tetap berlaku untuk fraksi.
Setiap  fraksi  hanya  boleh  diwakili  oleh  1  satu  orang  bakal  calon pimpinan MKD. Dalam mengusulkan paket bakal calon Pimpinan MKD dapat
memperhatikan  keterwakilan  perempuan.  Paket  calon  pimpinan  MKD  yang bersifat  tetap  tersebut  berlaku selama 5 lima tahun.  Calon  ketua dan wakil
ketua diusulkan dalam rapat MKD  yang dipimpin oleh pimpinan DPR secara tertulis oleh Fraksi dalam satu paket calon pimpinan MKD yang terdiri atas 1
satu  orang  ketua  dan  2  dua  orang  wakil  ketua  dari  fraksi  yang  berbeda untuk ditetapkan sebagai paket calon pimpinan MKD dalam rapat MKD.
Pimpinan rapat MKD mengumumkan nama paket calon pimpinan MKD dalam  rapat  MKD.  Paket  calon  pimpinan  MKD  dipilih  secara  musyawarah
untuk  mufakat  dan  ditetapkan  dalam  rapat  MKD.  Dalam  hal  musyawarah untuk  mufakat  tidak  tercapai,  paket  calon  pimpinan  MKD  dipilih  dengan
pemungutan  suara.  Setiap  anggota  MKD  memilih  satu  paket  calon  pimpinan MKD  yang  telah  ditetapkan.  Paket  calon  pimpinan  MKD  yang  memperoleh
suara terbanyak ditetapkan sebagai ketua dan wakil ketua terpilih dalam rapat MKD. Dalam hal  hanya  terdapat  satu  paket  calon pimpinan MKD, pimpinan
rapat  MKD  langsung  menetapkan  menjadi  pimpinan  MKD.  Pimpinan  MKD ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR.
Selanjutnya,  mengenai  fungsi,  tugas  dan  wewenang  MKD  tercantum dalam  Pasal  122  Undang-Undang  42  Tahun  2014  menyatakan  bahwa,  MKD
bertugas  melakukan  penyelidikan  dan  verifikasi  atas  pengaduan  terhadap anggota  karena;  tidak  melaksanakan  kewajiban  sebagai  anggota  DPR,  tidak
dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap selama 3 tiga bulan berturut-turut tanpa keterangan yang sah, tidak memenuhi syarat
sebagai anggota DPR, melanggar ketentuan larangan sebagaimana yang diatur dalam  undang-undang  ini.  Selain  tugas  MKD  melakukan  evaluasi  dan
penyempurnaan  peraturan  DPR  tentang  kode  etik.  MKD  berwenang memanggil pihak  yang berkaitan dan melakukan kerja sama dengan lembaga
lain. Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tugas  dan  wewenang  MKD  diatur
dalam Pasal 2 Peraturan DPR No 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Beracara Mahkamah  Kehormartan  Dewan,    yang  menyatakan  bahwa  MKD  bertugas
mengadakan  sidang  untuk  menerima  tindakan  dan  atau  peristiwa  yang  patut diduga dilakukan  oleh anggota sebagai pelanggaran terhadap undang-undang
yang mengatur mengenai, MPR, DPR, DPR, DPRD serta mengatur mengenai tata  tertib  dan  kode  etik.  Selain  itu,  MKD  bertugas  menerima  surat  dari
penegak  hukum  tentang  pemberitahuan  dan  atau  pemanggilan  dan  atau penyidikan  kepada  anggota  atas  dugaan  melakukan  tindak  pidana.  Meminta
keterangan  dari  pihak  penegak  hukum  tentang  pemberitahuan  pemanggilan dan  pemeriksaan  untuk  penyidikan  kepada  anggota  atas  dugaan  melakukan
tindak  pidana.  Namun  tugas  yang  MKD  yang  paling  pokok  dalam pembahasan  ini  adalah  memberikan  persetujuan  atau  tidak  memberikan
persetujuan  secara  tertulis  mengenai  pemanggilan  dan  keterangan  dari  pihak penegak  hukum  kepada  anggota  DPR  yang  diduga  melakukan  tindak  pidana
serta  mendampingi  penegak  hukum  dalam  melakukan  penggeledahan  dan penyitaan di tempat anggota yang diduga melakukan tindak pidana.
Dalam  menjalankan  fungsi  dan  tugasnya,  MKD  berwenang  untuk menerbitkan  surat  edaran  mengenai  anjuran  untuk  menaati  tata  tertib  serta
mencegah pelanggaran kode etik kepada seluruh anggota. Memantau perilaku dan  kehadiran  anggota  dalam  rapat.  Memberikan  rekomendasi  kepada  pihak
terkait  untuk  mencegah  terjadinya  pelanggaran  kode  etik  dan  menjaga martabat,  kehormatan,  citra,  kredibilitas  DPR.  Melakukan  tindak  lanjut  atas
dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota DPR. memanggil dan  memeriksa  setiap  orang  yang  terkait  tindakan  dan  atau  peristiwa  yang
patut  diduga  dilakukan  oleh  anggota  yang  tidak  melaksanakan  salah  satu kewajiban  atau  lebih  dan  atau  melanggar  ketentuan  sebagaiamana  dimaksud
dalam peraturan DPR tentang Tata Tertib.
B. Kedudukan  Hukum  Anggota  DPR  Yang  Diduga  Melakukan  Tindak