Efek Umpan Balik Feedback Persiapan Penelitian Perizinan Penelitian

Palupi dan pambudi dalam pawito, 2009:240 menyebutkan “dalam pembuatan iklan ini harus memperhatikan beberapa hal penting agar iklan tersebut mudah dicerna dan menarik sehingga dapat diterima baik oleh masyarakat umum.” Hal tersebut yaitu: a. Mengandung isu tunggal b. Sederhana mudah dicerna dan mudah diingat c. Langsung menyentuh kebutuhan khalayak dengan segmen tertentu d. Dan terfokus pada target tertentu.

4. Efek Umpan Balik Feedback

Menurut Ball Rokeah dan De Fleur akibat efek potensial komunikasi dapat dikategorikan dalam tiga macam, yaitu: a. Akibat efek kognitif Yaitu efek yang berkaitan dengan pengetahuan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Dalam kaitannya dengan kominikasi plitik, efek yang timbul adalah menciptakan dan memecahkan ambiguitas dalam pikiran orang, menyajikan bahan mentah bagi interpretasi personal, memperluas realitas sosial dan politik, menyusun agenda, media juga bermain di atas sistem kepercayaan orang. b. Akibat efek afektif Yaitu efek yang berkaitan dengan pemahaman komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Dalam hal ini ada 3 efek komunikasi politik yang timbul, yaitu: 1 Seseorang dapat menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik melalui komunikasi politik 2 Komunikais bisa memperkuat nilai komunikasi politik. 3 Komunikasi poltik bisa memperkecil nilai yang dianut. c. Akibat Konatif perubahan prilaku Yaitu efek yang berkaitan dengan perubahan prilaku dalam melaksanakan pesan komunikasi olitik yang dierimanya dari komunikator politik. Perwujuadan efek komunikasi poliik yang timbul adalah dapat berupa “partisipasi politik” nyata untuk memberikan suara dalam pemilihan umum DPR, DPD, DPRD, dan Presiden serta Wakil Presiden dan aau bersedia melaksanakan kebijakan serta keputusan politik yang dikomunikasikan oleh komunikator politik.

5. Komunikan

Komunikan atau khlayak dalam komunikasi politik adalah semua khalayak yang tergolong dalam infrasturktur atau suprastruktu politik. Atau dengan kata lain semua komunikan yang secara hukum terikat oleh konstitusi, hukum, dan ruang lingkup komunikator suatu negara.Komunikan dapat bersifat individual atau perorangan, dapat juga berupa institusi, organisasi, masyarakat secara keseluruhan, partai politik atau negara lain. Apabila komunikan dijadikan sebagai objek dengan berbagai ketentuan normatif yang mengikatnya, sehingga komunikasi tidak memiliki ruang gerak yang bebas, dapat dipastikan bahwa proses komunikasi berada dalam sistem totaliter. Sebaliknya apabila komunikan bukan hanya sebagai objek tapi dijadikan partner bagi komunikator, sehingga pertukaran pesan-pesan komunikasi dalam frekuensi tinggi, maka dapat dipastikan bahwa sitem politik yang melandasi proses komunikasi tersebut berada pada sistem demokrasi. Tolok ukur ini dapat pula digunakan bagi perkembangan pendapat umum public opinion atau feedback umpan balik. Dalam sistem totaliter baik pendapat umum atau umpan balik hampir tidak berfungsi. Sedangkan dalam sisem demokrasi pendapat umum atau umpan balik dijadikan alasan sebagai masukan input bagi penguasa untuk menyempurnakan kebijaksanaan komunikasi pemerintah.

2.1.4 Tinjauan Tentang Marketing Politik

2.1.4.1 Political Marketing dalam Komunikasi Politik Pada kajian ilmu komunikasi, dimensi Komunikasi Politik secara luas meliputi hubungan antara banyak elemen seperti pemerintah, masyarakat sipil, partai politik, media bahkan pihak luar negeri. Pada kajian ini political marketing adalah bagian dari Komunikasi Politik Dalam model Laswell, komunikasi politik dihubungkan dengan political marketing. Political marketing digunakan dalam konteks dan tujuan yang lebih sempit. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua kegiatan marketing politik merupakan bagian dari kegiatan komunikasi politik sedangkan ada bagian dari komunikasi politik yang bukan merupakan kegiatan political mareketing. Political marketing terdiri atas dua kata yaitu “political” dan “marketing”. Ketika kedua kata tersebut digabungkan, political marketing menurut Lock dan Harris 1996 merujuk kepada “political marketing is concerned with communicating with party members, media and prospective sources of funding as well as the electorate.” Sedangkan Wring 1997 mendifinisikan marketing politik sebagai “the party of candidate’s use of opinion research adn enviromental analysis to produce and promote a competitive offering which will help realise organisational aims and satisfy groups of electors in exchange for their votes.” Firmanszah 2008 mengatakan bahwa “penggunaan metode marketing dalam bidang politik dikenal sebagai pemasaran politik.” Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa masa semakin tingginya tingkat persaingan pada dunia politik, sehingga diperlukan strategi tertentu untuk dapat memenangkan persaingan tersebut. Seperti pada pemasaran komersil, maka pada pemasaran politik juga terdapat produsen pelaku politik, produk produk politik: person, party, policy melalui presentation dan konsumen electorate. Dalam domain marketing, politica marketing merupakan perluasan dari ilmu pemasaran yang memperluas cakupan studinya menjadi : 1 pemasaran komersial; 2 pemasaran sosial; 3 pemasaran politik. Pada dasarnya, dengan cakupan sempit political marketing maka juga terdapat tiga hal yang juga pada pemasaran komersial dan pemasaran sosial yaitu : produsen, prodik dan konsumen. Seperti dalam dimensi komersial, maka pada dunia politik juga dikenal dengan persaingan. Bahkan semenjak politik itu ada, persaingan juga telah ada. Persaingan terjadi untuk memperebutkan suara dari pemilih. Peran marketing politik tidak hanya sebatas membuat para pemilih sebagai konsumen memilih partau atau kandidiat tertentu, tapi juga untuk membangun loyalitas mereka. Dalam hal ini sering sekali terjadi komunikasi dua arah antara partaikandidat sebagai produsen dengan pemilih sebagai konsumen melalui umpan balik feedback. Seperti juga pada pemasaran komersial, dibutuhkan umpan balik agar dapat mengetahui bentuk apa yang ideal menurut kebutuhan dari konsumen. Hubungan dua arah ini menghasilkan sebuah hubungan jangka panjang yang bersifat relasional dan tidak hanya bersifat trabsaksional yang sementara. Politial marketing sendiri mempunyai tiga cakupan dimensi yaitu : sempit political marketing as party management, luas dan diperluas policy marketing. Dalam hal ini kita fokus kepada dimensi marketing politik secara luas di mana seperti disebutkan di atas terdapat komponen utama yaitu produsen, produk dan konsumen. Seperti pada pemasaran komersial, agar konsumen tahu produk apa yang dihasilkan oleh produsen maka dibutuhkanlah sebuah prosen komunikasi. Produsen melakukan kegiatan komunikasi kepada konsumen tentang apa produk yang dihasilkannya. Bentuk komunikasi yang efektif akan memberikan hasil yang maksimal. Dalam hal pemasaran komersil maka konsumen akan tertarik dengan produk lalu membelinya maka dalam political marketing, konsumen akan tertarik oleh produk politik yang dihasilkan oleh produsen dan kemudian memilihnya memalui pemilu.

2.1.4.2 Political Marketing

Membicarakan tentang bagaimana memenangkan mindshare benak publik adalah membicarakan tentang Komponen strategi dalam pemasaran. Strategi pemasaran ini meliputi segmentasi, targeting, dan positioning. Segmentasi, targeting, dan positioning adalah aspek-aspek dalam strategi penerapan pemasaran yang berbicara how to win mind share. Dikatakan memenangkan mind share publik karena hasil dari strategi penerapan pemasaran adalah perumusan positioning, yaitu perumusan sesuatu yang ingin dipersepsikan oleh pemilih kemudian dapat mendominasi pesaing yang lain dalam mind share pemilih, dan kemudian memenangkan mind share mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah upaya menanamkan citra produk atau perusahaan agar melekat di benak pelanggan. 1. Segmentasi Pengertian segmen adalah kelompok. Segmentasi sendiri adalah upaya memetakan pasar yang luas dan heterogen menjadi lebih terkelompokan dengan klasifikasi-klasifikasi tertentu agar dapat merumuskan dan melakuan pendekatan yang tepat sesuai dengan karakteristik segmen-segmen tersebut. Ini dilakukan karena pada hakekatnya masyarakat adalah market yang bersifat heterogen. Menurut Firmanzah 2008:212 ‘Segmentasi atau pemetaan ini penting dilakukan mengingat institusi politik diharapkan dapat selalu hadir dalam berbagai karakteristik pemilih.” Segmentasi dapat dilakukan dengan menganalisa Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku pemilih. Menurut Setiadi 2003:11 mengadaptasi faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam marketing secara umum, faktor tersebut adalah a Faktor kebudayaan Faktor ini terdiri dari dimensi budaya, sub budaya, dan kelas sosial. b Faktor sosial. Terdiri dari kelompok yang terbagi menjadi kelompok keanggotaan membership groups dan kelompok acuan reference groups, keluarga, peran dan status. c Faktor pribadi, Terdiri dari umur dan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. d Faktor psikologis, Terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap. Berdasarkan faktor-faktor di atas, segmentasi kemudian dapat disusun dengan menggunakan beberapa variabel seperti geografi wilayah, luas daerah, kepadatan, iklim, psikografi kelas sosial, gaya hidup, kepribadian, behavioristik pengetahuan, sikap, demografi Usia, jenis kelamin, siklus hidup, pendapatan, pekerjaan, agama, ras. Menurut Firmanzah, 2008 212 setelah penyusunan segmentasi, kandidat tim sukses perlu juga menyusun profil hasil segmentasi. Profil ini idealnya meliputi tiga hal, yaitu : a Profil tentang pendukung kandidat Hal ini penting untuk memahami mengapa mereka menjadi pendukung. Salah satu tujuan dari penyusunan profil ini adalah untuk terus dapat memberikan pelayanan kebutuhan politik pendukung agar dapat menjaga loyalitas mereka. b Profil tentang massa mengambang swing voter Profil masa mengambang dibuat untuk mengetahui apa saja yang menjadi tuntutan dan aspirasi mereka, agar kemudian dapat memberikan tawaran politik kepada mereka. Hal ini bertujuan untuk memperoleh dukungan dari massa mengambang. Massa mengambang menjadi penting karena jumlah mereka yang begitu besar khususnya di Indonesia dan di tiap-tiap wilayah di Indonesia. Ini terlihat dari jumlah angka Golput di setiap penyelenggaraan Pemilu. Salah satu alasan mengapa Golput terjadi dikarenakan mereka massa mengambang merasa bahwa tidak ada satupun kandidat yang menarik. c Profil tentang pendukung kandidat lain. Seorang kandidat cenderung akan memproteksi para pendukungnya, dan juga cenderung saling berebut pendukung para kandidat lainnya. Inilah tujuan dari menyusun profil pendukung partai lain. Hasil dari penyusunan profil ini menggambarkan bagaimana peluang untuk mempengaruhi pendukung kandidat pesaing untuk dapat melakukan migrasi politik. 2. Targeting Setelah melakukan segmentasi, selanjutnya adalah mengevaluasi beragam segmen tersebut untuk memutuskan segmen mana yang menjadi target market, inilah yang dinamakan targeting. Terkadang targeting disebut juga dengan istilah selecting atau menyeleksi. Kegiatan targeting menghasilkan apa yang disebut target market. Dalam politik, pasar politik meliputi media massa dan influencer groups sebagai pasar perantara, dan para pemilih sebagai pasar tujuan akhir. Menurut Rhenald Kasali terdapat tiga strategi penguasaan pasar, salah satu dari ketiga strategi itu kemudian dapat diadopsi dalam melakukan targeting. Strategi-strategi tersebut adalah: a Pemasaran tak dibedakan undifferentiated marketing Dalam strategi ini perbedaan-perbedaaan antar segmen diabaikan, danseluruh pasar diberikan satu penawaran yang sama. b Pemasaran dibedakan differentiated marketing Dalam strategi ini beberapa segmen pasar atu ceruk yang telah diputuskan, disikapi dengan pendekatan dan penawaran yang berbeda-beda pula. c Pemasaran terkonsentrasi Dalam strategi ini, segala kegiatan pemasaran terfokus pada ceruk yang lebih kecil.Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi kandidat atau tim sukses dari kandidat tersebut pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang akan dijadikan target. Tiga kriteria itu adalah : 1Hal ini berkaitan dengan potensi suara yang akan didapatkan oleh kandidat yang bersangkutan pada saat Pemilu digelar. 2 Strategi targeting didasarkan pada keunggulan kompetitif kandidat. Keunggulan kompetitif merupakan cara untuk mengukur apakah kandidat memiliki kekuatan dan keahlian yang memadai untukmenguasai segmen pasar yang dipilih sehingga memberikan value bagi konsumen. 3 Segmen pasar yang dibidik didasarkan pada situasi persaingannya. Kandidat arus mempertimbangkan situasi persaingan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi daya tarik targeting perusahaan. Beberapa faktor yang dipertimbangkan disini antara lain intensitas persaingan segmen, potensi masuknya pesaing. 3. Positioning Positioning adalah apa yang ingin diciptakan di dalam benak pemilih. Positioning adalah strategi untuk mengambil posisi dalam ingatan pemilih sehingga mengalahkan para pesaing dan pada akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada produk yang ditawarkan. Menurut Kartajaya 2003:173 positioning lebih bersifat suatu persepsi yang ingin diciptakan. Positioning adalah single-statement yang mengupayakan angaran. Dalam positioning, atribut produk dan jasa yang dihasilkan akan direkam dalam bentuk image yang terdapat dalam sistem kognitif konsumen. Positioning bukanlah strategi produk tetapi strategi komunikasi. Ia berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk anda di dalam otaknya, di dalam alam khayalnya, sehingga calon konsumen memiliki penilaian dan mengidentifikasikan diri dengan prosuk itu. Tentu saja bukan semua konsumen, tetapi konsumen yang anda targetkan, yaitu : segmennya yang sudah anda pilih. Jika strategi positioning dapat digunakan untuk mempromosikan produk, mengapa tidak dapat digunakan untuk mempromosikan diri anda sendiri. Konsep positioning dalam konteks politik adalah bagaimana partai politik atau kandidat dapat menempatkan produk politik dan image politik dalam sistem kognigtif pemilih. Pada kenyataanya, semua kandidat selalu ingin berada di benak diingat pemilih dengan harapan agar dalam Pemilu kandidat tersebut adalah yang dipilih oleh pemilih. Ini artinya pertarungan dalam positioning antara kandidat adalah sebuah keniscayaan. Pemenang dari pertarungan ini adalah image politik positif yang terkuat yang kemudian akan akan dipilih oleh pemilih. Menurut Adman Nursal positioning dimulai dengan mendefinisikan cilai-nilai inti core values defining. Nilai-nilai inti ini dapat berangkat dan dikembangkan dari identitas dilakukan tanpa adanya proses penciptaan dan komunikasi pesan politik. Pesan politik tersebut dapat berupa jargon politik. Jargon tersebut secara implisit maupun eksplisit memberikan janji politik yang diberikan oleh kandidat tersebut. Berikut cara bagaimana mem-positioning-kan sebuah kontestan politik, yaitu : a Positioning berdasarkan kategori kandidat tersebut. b Positioning berdasar atribut tertentu. c Positioning berdasar benefit tertentu. d Positioning berdasarkan kategori pemilih. e Positioning berdasarkan kompetitor. f Memfokuskan pada salah satu dari lima cara di atas.

2.1.5 Tinjauan Tentang Pemilukada

Setelah lahirnya Undang-Undang No 322004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung pemilukada seakan menjadi suntikan baru bagi partisipasi politik masyarakat. Sebagian orang ada yang berpendapat ini adalah sebuah langkah terobosan dalam berdemokrasi di Indonesia tapi ada juga yang melihat hal ini adalah sebuah kemunduran dalam berdemokrasi. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut pilkada atau pemilukada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebelum diberlakukannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Namun sejak Juni 2005 Indonesia menganut system pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Pada dasarnya daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang seharusnya sinkron dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, yaitu pemilihan secara langsung. Menurut Rozali Abdullah, beberapa alasan mengapa diharuskan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam perspektif ilmu sosial dasar, adalah: 1. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat Warga masyarakat di daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari warga masyarakat Indonesia secara keseluruhan, yang mereka juga berhak atas kedaulatan yang merupakan hak asasi mereka, yang hak tersebut dijamin dalam konstitusi kita Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Oleh karena itu, warga masyarakat di daerah, berdasarkan kedaulatan yang mereka punya, diberikan hak untuk menentukan nasib daerahnya masing-masing, antara lain dengan memilih Kepala Daerah secara langsung. 2. Legitimasi yang sama antar Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan DPRD Sejak Pemilu legislatif 5 april 2004, anggota DPRD dipilih secara langsung oleh rakyat melalui sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tetap dipilih oleh DPRD, bukan dipilih langsung oleh rakyat, maka tingkat legitimasi yang dimiliki DPRD jauh lebih tinggi dari tingkat legitimasi yang dimiliki oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. 3. Kedudukan yang sejajar antara Kepala Daerah dan wakil daerah dengan DPRD Pasal 16 2 UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa DPRD, sebagai Badan Legislatif Daerah, berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah daerah. Sementara itu, menurut Pasal 34 1 UU No. 22 Tahun 1999 Kepala Daerah dipilih oleh DPRD dan menurut pasal 32 ayat 2 jo pasal 32 ayat 3 UU No.22 Tahun 1999, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD. Logikanya apabila Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada DPRD maka kedudukan DPRD lebih tinggi daripada Kepala Daerah. Oleh karena itu, untuk memberikan mitra sejajar dan kedudukan sejajar antar Kepala Daerah dan DPRD maka keduanya harus sama-sama dipilih oleh rakyat. 4. Mencegah politik uang Sering kita mendengar isu politik uang dalam proses pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh DPRD. Masalah politik uang ini terjadi karena begitu besarnya wewenang yang dimiliki oleh DPRD dalam proses pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Oleh karena itu, apabila dilakukan pemilihan Kepala Daerah secara langsung kemungkinan terjadinya politik uang bisa dicegah atau setidaknya dikurangi.

2.1.5.1 Strategi Komunikasi Yang Digunakan Untuk Mendapatkan Dukungan Konstituen

Untuk menjaga terjalinnya hubungan yang harmonis antara calon anggota partai dengan konstituen diperlukan adanya suatu komunikasi yang dinamis dan dilakukan secara terus menerus. Kesuksesan Cabup untuk duduk menjadi Bupati yakni menjaga komunikasi dengan para konstituen tidak saja akan berdampak pada kesuksesan Bupati dan Wakil Bupati dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan tapi juga berguna memastikan calon Bupati yang bersangkutan akan terpilih di pemilu. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh anggota dewan di antaranya adalah : a. Temu Warga Temu warga adalah kegiatan dalam bentuk pertemuan yang melibatkan banyak pihak seperti tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh keagaman, perangkat daerah, kelompok perempuan, pelaku usaha, dan pihak-pihak lainnya yang memiliki kepentingan berbeda atau pun sama, yang akan menentukan prioritas kepentingan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat. Kegunaan temu warga yang sukses dapat menjadi cara yang efektif dalam menggali aspirasi konstituen dari berbagai lapisan dan kelompok. b. Melakukan kegiatan sosial Kegiatan sosial merupakan kegiatan massal yang bersifat sosial dengan obyek sasaran konstituen tertentu. Misalnya melakukan kegiatan pengobatan gratis bagi warga yang kurang mampu, melakukan sunatan massal, dan sebagainya. Pada kegiatan ini cabup sebaiknya memposisikan diri sebagai pelaksana atau pendukung kegiatan tersebut. Sama seperti kegiatan yang bersifat massal, kegiatan sosial ini berguna untuk para cabup melakukan hubungan kedekatan emosional secara individu sehingga menciptakan rasa saling memiliki, mengetahui kondisi dan potensi konstituennya. c. Door to Door Door to Door adalah bentuk atau wujud hubungan calon anggota dewan dengan konstituennya secara personal. Calon Bupati mengunjungi kediaman sejumlah konstituennya untuk silaturahmi, menyanyakan kabar dan memperoleh masukanaspirasi langsung dari konstituennya. Pola hubungan langsung sangat personal yang terjalin antara caleg dengan konstituennya melalui kegiatan door to door, jelas sangat efektif untuk mendengar keluh kesah konstituen dan menunjukkan perhatian langsung caleg terhadap kondisi faktual yang terjadi di masyarakat. d. Bakti Sosial Acara Massal Kegiatan yang bersifat massal tanpa batasan latar belakang, ideologi, strata sosial, dan profesi dilaksanakan secara temporer dan tertentu waktunya. Peran cabup adalah menjadi penggagas dan memungkinkan sebagai pelaksana untuk menghimpun berbagai pihak dalam melaksanakan interaksi komunikasi. Kegiatan yang biasa dilakukan seperti partisipasi kegiatan massal dalam kegiatan olah raga, hiburan, sosial kemasyarakatan, dan sebagainya. Bakti sosial Acara massal berguna bagi para cabup untuk memperluas jejaring di konstituen, melakukan kegiatan sosial di konstituen, membina hubungan sosial yang lebih dalam dengan konstituen, dan menjadi salah satu media untuk penyerapan aspirasi konstituen. e. Iklan Publik Iklan publik adalah penyampaian ide, gagasan, pengalaman, kinerja, visi misi, dan harapan calon bupati dan wakil bupati yang disampaikan kepada konstituen melalui iklan yang dipasang di radio dan televisi. Iklan ini berdurasi pendek, singkat, dan terarah kepada obyek penerimanya. Dilakukan tanpa batas waktu tertentu karena berhubungan dengan momen dan potensi pendanaan yang dimiliki para calon pasangan bupati dan calon wakil bupati. Iklan publik berguna untuk memperkenalkan diri dan mengkomunikasikan pesan dari caleg secara visual terkait dengan tujuannya. Iklan media juga dapat dijadikan sebagai media pertanggungjawaban caleg kepada pemilihnya kelak. f. Iklan Luar Ruang Iklan luar ruang adalah bentuk interaksi para calon bupati dan wakil bupati dengan konstituennya yang dilakukan melalui pembuatan sarana-sarana bersifat fisik seperti, poster, brosur, selebaran, spanduk, majalah berisikan berbagai hal tentang pribadi calon bupati dan wakil bupati untuk diketahui oleh konstituennya, yang di tempatkan dan disebarkan diberbagai tempat untuk bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Kegunaan iklan luar ruang yakni untuk memperkenalkan calon bupati dan wakil bupati secara sebagian atau menyeluruh untuk memudahkan konstituen mengetahuinya secara pribadi dan mengevaluasi kinerjanya kelak ketika melaksanakan tugas sebagai calon bupati dan wakil bupati. Iklan luar ruang juga berguna untuk menyampaikan berbagai hal secara permanen dan jangka waktu yang lama kepada seluruh konstituen karena sifat fisiknya mendukung. Pada iklan ruang umumnya dicantumkan identitas personal calon bupati dan wakil bupati agar memudahkan konstituen untuk melakukan komunikasi lanjutan secara langsung. g. Penggunaan Teknologi Informasi Penggunaan teknologi informasi dengan menggunakan blog atau situs pribadi para calon bupati dan wakil bupati di internet. Dengan semakin meluasnya penggunaan internet di segala lapisan masyarakat, terutama kalangan terdidik maka penyebarluasan informasi melalui jaringan internet juga dirasakan semakin dibutuhkan. Memlalui situs pribadi atau blog para calon ini dibuat dengan tujuan untuk dijadikan ajang diskusi untuk mengkritisi idegagasan para calon. 2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori adalah sesuatu pernyataan mengenai apa yang terjadi terhadap suatu fenomena yang ingin kita pahami. Teori yang bermanfaat adalah teori yang memberikan pencerahan, serta pemahaman yang mendalam terhadap suatu permasalahan atau fenomena dalam realita kehidupan. Akan tetapi perlu dijelaskan sebagai suatu arahan atau pedoman peneliti untuk dapat mengungkap 10 fenomena agar lebih terfokus. Hal tersebut didasarkan pada suatu tradisi bahwa fokus penelitian diharapkan berkembang sesuai dengan kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif mementingkan perspektif emik, dan bergerak dari fakta, informasi atau peristiwa menuju ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi apakah itu konsep atau teori serta bukan sebaliknya dari teori atau konsep ke data informasi. Adapun empat fungsi dari teori adalah : 1. Menjelaskan atau memberi tafsir baru terhadap fenomena atau data. 2. Memprediksi sesuatu berdasarkan pengamantan. 3. Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya. 4. Menyediakan kerangka yang lebih terarah dari temuan dan pengamatanbagi kita dan orang lain. 2.2.1.1.Terminologi Komunikasi Politik Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, strategi berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Stoner, Freeman dan Gilbert 2001 konsep strategi yaitu 1 dari perspektif apa suatu organisasi ingin dilakukan dan 2 dari perspektif apa organisasi akhirnya dilakukan. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth mengatakan “Strategi adalah pola, tujuan, maksud, sasaran, dan kebijakan umum untuk mencapai tujuan-tujuan”. Sebuah strategi biasanya mengacu pada rencana yang menyeluruh dan mencakup serangkaian tindakan yang langsung diarahkan pada pencapaian tujuan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, suatu tindakan perlu menerapkan strategi tertentu. Oleh sebab itu, dibutuhkan kemampuan untuk membangun jalan tersebut secara baik dan memberikan keselamatan kepada mereka yang melaluinya. Pengembangan suatu strategi membutuhkan: Pengetahuan yang menyeluruh, kritis, dan obyektif mengenai kekuatan penghalang perubahan status quo dan sekaligus peta seluruh kekuatan yang ada termasuk analisis data dengan kejujuran kekuatan internal yang dimiliki.Tata susunan langkah-langkah yang akan diambil sehubungan tujuan yang ingin dicapai dikaitkan dengan kenyataan yang ada mengenai kekuatan penghalang perubahan. Sedangkan kampanye merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan pada tahap sebelum pemungutan suara. Kajian tersebut dilakukan oleh para kontestan pemilihan umum untuk menarik simpati masyarakat sebanyak mungkin. Menurut Haryanto kampanye merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan pada tahap sebelum pemungutan suara. Kegiatan tersebut dilakukan oleh para kontestan pemilihan umum atau partai politik yang ambil bagian dalam pemilihan umum untuk menarik simpati masyarakat sebanyak mungkin. Kampanye politik dalam rangka pemilihan umum merupakan kesempatan bagi para kontestan guna menanamkan pengaruh dan simpati di kalangan masyarakat dengan menjelaskan program-program partai. Partai politik pada waktu kampanye berusaha untuk menarik sebanyak mungkin simpati dari pemilih. Jadi strategi kampanye pemilu tergolong persoalan penting karena mustahil partai tidak memperhatikan strategi kampanye sebagai bagian penting dari rangkaian kegiatan pemilihan.

2.2.1.2 Proses Segmentasi dan Positioning Strategi Politik

Strategi politik yang di rumuskan Partai PDI Perjuangan tentunya harus di distribusikan kepada masyarakat sebagai calon pemilih, namun dalam mendistribusikan strateginya Partai PDI Perjuangan harus menganalisis pasar terlebih dahulu, pasar yang dimaksud disini adalah calon pemilih. Dalam menganalisis pasar Partai PDI Perjuangan harus melakukan riset dengan cara melakukan segmentasi, targeting, dan positioning agar dapat menjalankan marketing politik dengan sempurna. Menurut Smith Hirst Firmanzah, 210:2012, segmentasi pasar politik merupakan proses mengidentifikasi jenis-jenis pemilih. Perlunya segmentasi disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak semua segment pasar harus dimasuki. Hanya segment-segment pasar yang memiliki ukuran dan jumlah signifikanlah yang sebaiknya diperhatikan. Kedua, sumberdaya partai politik atau tim sukses calon independent bukanlah tidak terbatas. Seringkali partai politik atau tim sukses harus melakukan aktivitas yang menjadi prioritas utama saja mengingat keterbatasan sumberdaya. Dan yang ketiga, terkait dengan efektifitas program komunikasi politik yang akan dilakukan. Masing-masing segment memiliki ciri dan karakteristik yang berlainan. Hal ini juga menuntut bahwa pendekatan yang dilakukan juga harus dibedakan antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Dalam segmentasi ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama identifikasi dasar-dasar yang digunakan dalam melakukan segmentasi, kedua kandidat perlu menyusun profil hasil segmentasi yang meliputi tiga hal : a. Profil tentang pendukung kandidat b. Profil tentang masa mengambang c. Profil tentang pendukung kandidat lain Setelah profil masing-masing kelompok masyarakat dilukiskan, langkah berikutnya adalah targeting secara politik. Kelompok masyarakat yang memiliki populasi besar merupakan target politik yang menggiurkan untuk didekati. Standar pengukuran juga dapat menggunakan arti penting dan efek kelompok tersebut dalam mempengaruhi opini publik. Setelah targeting langkah selanjutnya adalah positioning. Positioning sangat penting agar tidak tergusur oleh para pesaing yang melakukan hal serupa. Positioning berguna membantu pemilih untuk membedakan kontestan dengan para pesaingnya. Ketepatan membuat positioning dalam hal yang menyangkut image politik, produk politik, pesan politik, dan program kerja akan membantu pula dalam penciptaan identitas politik. Karena kesan positif atau negatif yang akan muncul dalam benak masyarakat sangat bergantung pada seberapa bagus proses positioning.

2.2.2 Alur Model Kerangka Pemikiran

Dari pemikiran di atas digambarkan tahapan-tahapan seperti gambar ini : Gambar Tabel 2.1 Alur Pemikiran Penelitian Sumber : Peneliti 2013 Partai PDI Perjuangan Marketing Politik Masyarakat atau Lingkungan Segmentasi Pasar Politik Targetisasi Pasar Politik Positioning Pasar Politik Segmen Pemilih Segmen 1 = isu politik Segmen 2 = isu politik Segmen 3 = isu politik Gambar di atas menjelaskan dalam sebuah lingkungan terdapat beberapa segmen masyarakat, dari setiap segmen masyarakat pastilah mempunyai permasalahan yang berbeda-beda. Masalah inilah yang bias digunakan sebagai isu politik. Seperti contohnya, jika segmen menengah bawah biasanya masalah yang dihadapi menyangkut kesejahteraan. Maka kandidat dalam hal ini PDI Perjuangan dapat menjadikan masalah kesejahteraan masuk dalam strategi kampanyenya. Lain halnya PDI Perjuangangan yang kembali mencalonkan pasangan incumben, ingin merangkul segmen ini maka PDI Perjuangan harus menjamin iklim investasi yang baik dalam program kerja yang dibuatnya. Setelah kandidat menangkap isu-isu yang ada di masyarakat maka isu tersebut harus diolah dengan menggunakan strategi politik. Karena PDI Perjuangan tidak boleh sembarangan begitu saja dalam menangkap isu politik kemudian dijadikan sebagai program kerjanya. PDI Perjuangan harus menggunakan strategi politiknya untuk merumuskan bagaimana bisa mendapatkan suara dengan maksumal. Karena dengan menggunakan strategi politik ini PDI Perjuangan dapat membantu untuk meraih suara rakyat agar dapat memilih pasangan Sutrisno-Karna Sobari dengan menggunakan program kampanye yang seperti apa yang cocok dengan pasangan calon yang diusungnya. Strategi Politik juga untuk menentukan berapa iklan politik yang paling sesuai dengan pasangan Sutrisno-Karna Sobari, serta dimana media yang tepat untuk mempromosikan calon yang di ususng oleh PDI Perjuangan. Jadi dengan kata lain isu politik dari setiap segmen masyarakat digodok menggunakan strategi politik untuk dijadikan amunisi yang siap ditembakan oleh PDI Perjuangan pada pemilihan Bupati Majalengka tahun 2013. Setelah amunisi tersebut sudah siap maka PDI Perjuangan tidak lantas kemudian langsung menembakan amunisi tersebut ke lingkungan masyarakat, namun PDI Perjuanagn harus melakukan segmentasi masyarakat. Segmentasi ini gunannya untuk memilah-milah mana yang perlu untuk didekati dan mana yang tidak perlu. Setelah berhasil melakukan segmentasi maka selajutnya kandidat harus melakukan targetisasi, tujuannya menentukan segmen mana yang menjadi target untuk di dekati. Setelah target berhasil dikunci, maka langkah kita melakukan Positioning. Positioning ini gunannya untuk membuat ciri khas pada pasangan yang di usung oleh PDI Perjuangan. Dalam positioning ini sangat berperan penting. Ketepatan membuat positioning dalam hal yang menyangkut image politik, produk politik, pesan politik, dan program kerja akan membantu pula dalam penciptaan identitas politik. Karena kesan positif atau negatif yang akan muncul dalam benak masyarakat sangat bergantung pada seberapa bagus proses positioning. Setelah proses positioning selesai maka tinggal kandidat menembakan amunisinya tersebut ke lingkungan. Secara otomatis amunisi tersebut akan menemui sasaran dengan sendirinya. Karena ketika strategi politik tersebut di distribusikan ke lingkungan, secara tidak langsung strategi tersebut akan dipilih oleh masing-masing segmen masyarakat yang tertarik, merasa cocok dan membutuhkan apa yang telah di jadikan image politik, produk politik, pesan politik, dan program kerja Sutrisno-Karna Sobari. 70

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P adalah sebuah partai

politik di Indonesia. Lahirnya PDI-P dapat dikaitkan dengan peristiwa 27 Juli 1996. Hasil dari peristiwa ini adalah tampilnya Megawati Soekarnoputri di kancah perpolitikan nasional. Walaupun sebelum peristiwa ini Megawati tercatat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia dan anggota Komisi I DPR, namun setelah peristiwa inilah, namanya dikenal diseluruh Indonesia. Setelah dibukanya kehidupan kepartaian politik oleh Presiden Habibie, untuk menyongsong Pemilu 1999, PDI-P didirikan. Dalam Pemilu ini, PDI-P memperoleh peringkat pertama untuk suara DPR dengan memperoleh 151 kursi. Walaupun demikian, PDI-P gagal membawa Megawati ke kursi kepresidenan, karena kalah voting dalam Sidang Umum MPR 1999 dari Abdurrahman Wahid, dan oleh karenanya Megawati menduduki kursi wakil presiden. Setelah Abdurrahman Wahid turun dari jabatan presiden pada tahun 2001, PDI-P berhasil menempatkan Megawati ke kursi presiden. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah partai yang mendulang suara sempurna tiga kali pemilu. Meraih kursi terbanyak di parlemen Kabupaten Majalengka. Partai ini mampu menempatkan kader terbaiknya yaitu H. Sutrisno menjadi Bupati Kabupaten Majalengka periode tahun 2008 - 2013 tidak cukup dengan itu saja partai ini pun mampu menggandengkan kadernya dengan seorang birokrat terbaik pada waktu itu di Kabupaten Majalengka yaitu H. Karna Sobahi. Pasangan ini disebut pasangan SUKA Sutrisno Karna. Pada pemilukada tahun 2013 PDI P mencalonkan kembali pasangan H. Sutrisno H. Karna Sobahi dengan istilah yang baru yaitu SUKA JILID 2.

3.1.1 Visi Dan Misi

Bahwa sesungguhnya cita-cita luhur untuk membangun dan mewujudkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil, dan makmur serta berkeadaban dan berketuhanan sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan cita-cita bersama dari seluruh rakyat Indonesia. Sebagai Partai Ideologis berasaskan Pancasila 1 Juni 1945, PDI Perjuangan berperan aktif dalam usaha-usaha untuk mencapai cita-cita bersama di atas. Untuk itu, PDI Perjuangan berketetapan menjadi alat perjuangan dan pengorganisasian rakyat. Sebagai alat rakyat, PDI Perjuangan bertugas untuk: 1. mewujudkan amanat penderitaaan rakyat sebagaimana termaktub dalam cita-cita Negara Proklamasi 17 Agustus 1945. 2. menjaga dan melaksanakan Pancasila 1 Juni 1945 sebagai dasar dan arah berbangsa dan bernegara; sebagai sumber inspirasi dan harapan bagi rakyat; sebagai norma pengatur tingkah laku kebijakan, kelembagaan dan anggota partai; dan sebagai cermin dari keseluruhan jati diri partai. 3. mengantarkan Indonesia untuk berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan sebagai syarat-syarat minimum bagi perwujudan cita-cita bersama bangsa di atas. Dalam perjuangan mewujudkan cita-cita bersama bangsa, PDI Perjuangan melaksanakannya melalui pengorganisasian dan perjuangan rakyat untuk mencapai kekuasaan politik dan mempengaruhi kebijakan dengan cara-cara damai, demokratis, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Membangun masyarakat Pancasila 1 Juni 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil, dan makmur; 3. Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat; Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya secara demokratis; 4. Berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dankeadilan sosial. 5. Menjadi alat perjuangan guna membentuk dan membangun karakter bangsa; 6. Mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara; 7. Menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; 8. Menghimpun, membangun dan menggerakkan kekuatan rakyat guna membangun masyarakat Pancasila; 9. Dan Melakukan komunikasi politik dan partisipasi politik warga negara.

3.1.2 Dasa Prasetiya

Dasa Prasetiya merupakan arah umum perjuangan Partai dalam menerapkan ideologi Pancasila 1 Juni 1945. Dasa Prasetiya berarti sepuluh janji kesetiaan, berisi 10 sepuluh butir pemikiran kebangsaan mengenai usaha pemberdayaan dan pemerataan kesejahteraan Rakyat : 1. Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan UUD 1945, serta menjaga kebhinekaan bangsa. 2. Memperkokoh kegotong-royongan Rakyat dalam memecahkan masalah bersama. 3. Memperkuat ekonomi Rakyat melalui penataan sistem produksi, reforma agraria, pemberian proteksi, perluasan akses pasar, dan permodalan. 4. Menyediakan pangan dan perumahan yang sehat dan layak bagi Rakyat. 5. Membebaskan biaya berobat dan biaya pendidikan bagi Rakyat. 6. Memberikan pelayanan umum secara pasti, cepat, dan murah. 7. Melestarikan lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta menerapkan aturan tata ruang Secara konsisten. 8. Mereformasi birokrasi pemerintahan dalam membangun tata pemerintahan yang baik, bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. 9. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi partisipatoris dalam proses pengambilan keputusan. 10. Menegakkan Hukum dengan menjunjung tinggi azas keadilan dan hak azasi manusia

3.1.3 Stuktur Organisasi

Komposisi Pengurus dan Personalia Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Majalengka Masa Bakti 2010-2015 1. Ketua : Sutrisno, SE, M.Si 2. Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai : Agus Achmad 3. Wakil Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga : Surahman 4. Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, Kaderisasi dan Rekrutmen :Sakrim Sobandi 5. Wakil Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi, Sumber Daya dan Dana : Ida Nursidah 6. Wakil Ketua Bidang Pertanian, Perikanan dan Kelautan : Drs. Rasum 7. Wakil Ketua Bidangn Kesehatan, Perempuan dan anak, Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan, Pemuda dan Olahraga : Dra. Eka Nuriah 8. Wakil Ketua Bidang Industri, Perdagangan, Pengusaha Kecil Menengah, Koprasi dan Tenaga Kerja :Ir. Dadang A.S 9. Wakil Ketua Bidang Transportasi, Insfrastuktur dan Perumahan, Energi, Pertambangan dan Lingkungan Hidup : Sudirman 10. Wakil Ketua Bidang Hukum, HAM dan Perundang-Undangan : Didi Supriadi, SH 11. Sekertaris : Tarsono D M 12. Wakil Sekertaris Bidang Internal : Dudi Kuswadi 13. Wakil Sekertaris Bidang Program : Dodo Sudarta 14. Bendahara : Memet Rahmat, SP 15. Wakil Bendahara bidang Internal dan Program : Sri Puji, SE Dalam penelitian kali ini penulis mengambil objek penelitian di DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang terletak di Jalan Pemuda No. 4 Kabupaten Majalengka

3.2 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Penelitian kualitatif berusaha melihat dan mengungkap fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Pengumpulan fakta secara rinci dan mendalam. Pengumpulan fakta-fakta yang diperlukan melalui observasi dan wawancara seacara mendalam. Sugiyono 2011 : 9, mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif, sebagai berikut : “metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,teknik pengumpulan data dilakukan dengancara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktifkualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti yang kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian yang menunjukkan bagaimana strategi marketing politik PDI Perjuangan dalam mendapatkan suara pada pilkada bupati di Kabupaten Majalengka tahun 2013. Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan dan Taylor dalam Suwandi dan Basrowi 2008: 22 mengungkapakan harapan dari pendekatan kualitatif, sebagai berikut : “pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic.”

3.2.1 Desain Penelitian

Secara harfiah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata “mefha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara. Dan kata “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Metodologi penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam mencari sesuatu hal dengan menggunakan logika berpikir, sehingga diperoleh suatu hasil yang diinginkan. Masyhuri dan Zainuddin 2008: 151, menjelaskan mengenai pengertian metode, yaitu: “Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam memperoleh peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. “ Hal yang senada diungkapkan Nazir, bahwa penelitian deskriptif yaitu: “Suatu metode dalam meneliti suatu status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomenal yang diselidiki.” Nazir, 1998:63” Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Menurut Moleong laporan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.Moleong, 2004:6. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretrasi objek sesuai dengan apa adanya Best dalam Sukardi, 2004 : 157. Sedangkan Nasution 2001:5 menyatakan “bahwa penelitian ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistik walaupun tidak menolak data kuantitatif.” Penggunaan metode deskriptif analitis didasarkan pada asumsi bahwa penelitian bermaksud untuk menggambarkan fenomena komunikasi politik pdi perjuangan dalam mendapatkan suara pada pilkada bupati di Kabupaten Majalengka .

3.2.2 Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian, untuk memudahkan dan membuat penelitian secara sistematis maka harus melalui beberapa tahapan penelitian. Tahapan penelitian tersebut ialah sebagai berikut :

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahapan ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Seperti menentukan fokus permasalahan serta objek penelitian. Selanjutnya, peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal atau rancangan penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi maka peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan ini dilakukan agar peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian yang sesuai dengan objek serta subjek penelitian. Adapun perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh : a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Unikom Bandung untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan. b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan Unikom untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor Unikom. c. Dengan membawa surat rekomendasi dari Unikom, penulis meminta izin penelitian kepada Kepala Badan Pemberdayaan masyarakat Kota Bandung untuk disampaikan kepada Sekertaris DPC PDIP Majalengka. d. Setelah mendapatkan izin Sekertaris, kemudian penulis melakukan penelitian ditempat yang telah ditentukan yaitu DPC PDI Perjuangan kabupaten Majalengka.

3. Pelaksanaan Penelitian

Dokumen yang terkait

Rekrutmen Partai Politik Dalam Pencalonan Pemilu Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 (Studi Kasus : Partai Golongan Karya Dewan Pimpinan Daerah Sumatera Utara)

1 59 98

Pembuatan Keputusan Rekrutmen politik : Suatu Studi Terhadap Pembuatan Keputusan Rekrutmen Politik Partai Politik PDI Perjuangan Dalam Rangka Pilkada Kota Pematangsiantar 2005

0 52 126

Implikatur Dalam Jargon Politik Partai Pdi Perjuangan Dan Partai Gerindra Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Periode 2014-2019

6 39 71

IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI P) KABUPATEN SEMARANG

2 12 139

STRATEGI MARKETING POLITIK PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN KABUPATEN SRAGEN UNTUK Strategi Marketing Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Sragen Untuk Meningkatkan Citra Partai Tahun 2012.

0 2 13

Kemenangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam pemilihan umum legislatif tahun 2009 Di Daerah Pemilihan I Kabupaten Klaten.

0 1 169

Implikatur Dalam Jargon Politik Partai Pdi Perjuangan Dan Partai Gerindra Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Periode 2014-2019

0 0 11

Implikatur Dalam Jargon Politik Partai Pdi Perjuangan Dan Partai Gerindra Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Periode 2014-2019

0 0 1

Implikatur Dalam Jargon Politik Partai Pdi Perjuangan Dan Partai Gerindra Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Periode 2014-2019

0 0 6

Implikatur Dalam Jargon Politik Partai Pdi Perjuangan Dan Partai Gerindra Pada Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Periode 2014-2019

0 0 11