✄ ☎
DER dengan angka dibawah 1.00, mengindakasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih kecil dari ekuitas yang dimilikinya. Investor harus jeli dalam
melihat DER , jika total hutangnya lebih besar dari pada ekuitas, maka investor harus lihat lebih lanjut apakah hutang lancar atau hutang jangka panjang yang
lebih besar. •
Jika jumlah hutang lancar lebih besar dari pada hutang jangka panjang, keadaan ini masih bisa diterima, karena besarnya hutang lancar sering
disebabkan oleh hutang operasi yang bersifat jangka pendek. •
Jika hutang jangka panjang yang lebih besar, maka dikuatirkan perusahaan akan mengalami gangguan likuiditas dimasa yang akan datang. Selain itu
laba perusahaan juga semakin tertekan akibat harus membiayai bunga pinjaman tersebut.
• Beberapa perusahaan yang memiliki DER lebih dari satu, hal ini sangat
menganggu pertumbuhan kinerja perusahaanya juga menganggu pertumbuhan harga sahamnya. Karena itu sebagian besar para investor
menghindari perusahaan yang memiliki angka DER lebih dari 2.
2.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba keuntungan dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang sama disampaikan
oleh Husnan 2001 bahwa Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan profit pada tingkat penjualan, aset, dan modal
saham tertentu. Sedangkan Menurut Michelle Megawati 2005 Profitabilitas
✆ ✝
merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba profit yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk menghasilkan laba akan
dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para
investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha
tersebut.
2.2.1 Return To Asset ROA
Pengembalian atas total aktiva merupakan ukuran efisiensi operasi yang relevan. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaandari seluruh aktiva pendanaan
yang diberikan pada perusahaan. Ukuran ini tidak membedakan pengembalian berdasarkan sumber pendanaan .dengan menghilangkan dampak sumber
pendanaan aktiva, analisis berpusat pada evaluasi dan peramalan kinerja operasi John, Subramanyam dan Halsey 2003: 65
Return on assets ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets ROA yang positif
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return
on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan,
✞ ✟
perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan
pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan
menghambat pertumbuhan. Baik profit margin maupun total asset turnover tidak dapat memberikan
pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan perusahaan. Profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva ,sementara total asset turnover
tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. Rasio return on asset atau return on investment mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan
kemampuan perusahaan dapat terjadi jika ada peningkatan profit margin atau peningkatan total asset turn over atau keduanya. Dua perusahaan dengan profit
margin dantotal asset turnover yang berbeda dapat saja memiliki rasio ROA yang sama.Van Horne 2005:225
2.3 Kebijakan Deviden
Dividen adalah pembagian laba yang dilakukan oleh suatu perseroan kepada para pemegang saham. Dividen dibagikan dalam jumlah yang sama untuk setiap
lembar sahamnya dan besarnya dividen tergantung pada sisa keuntungan setelah dikurangi dengan potongan-potongan yang telah ditentukan dalam akta pendirian
dan juga tergantung dari keputusan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang Sartono, 2001.
✠
Menurut Husnan 2001, kebijakan dividen suatu perusahaan menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Laba tersebut
dapat dibagikan pada pemegang saham sebagai dividen atau dapat ditahan sebagai laba ditahan retained earnings. Menurut Brigham dan Houston 2006 kebijakan
dividen optimal sebuah perusahaan harus mencapai suatu keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa depan sehingga dapat memaksimalkan
harga saham. Saxena 1999 dalam Puspita 2009 mengemukakan bahwa isu tentang dividen
sangat penting dengan berbagai yaitu. Pertama, perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor
sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur
permodalan perusahaan. 2.3.1 Teori Dividen Tidak Relevan
Modigliani dan Miller MM berpendapat, nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari
asset perusahaan. Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan dengan
menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan mempengaruhi nilai