Kegiatan Apresiasi Tak Langsung

tampak dalam pandangan mata. Oleh karena itu, apresiasi dari jalur pertunjukan ini tidak perlu diterangkan panjang lebar, asalkan setelah diadakan pertunjukan siswa dapat dimintai komentarnya setelah mendapat pertanyaan dari guru. MENYESAL Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta Akh, apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke abah padang bakti Ali Hasjmy dalam Suyono Suyatno 2002

3.2 Kegiatan Apresiasi Tak Langsung

Kegiatan apresiasi tak langsung adalah suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap karya sastra. Cara tidak langsung ini meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu 1 mempelajari teori sastra, 2 mempelajari kritik dan esai sastra, dan 3 mempelajari sejarah sastra. Kegiatan mempelajari teori sastra termasuk apresiasi tidak langsung karena yang dipelajari adalah konsep-konsep, kriteria, batasan-batasan, fungsi, dan teori-teori penelaahan karya sastra. Mempelajari teori sastra hanya bersifat membantu memahami, menghayati, dan memberi penghargaan terhadap karya sastra. Sifat dari mempelajari teori sastra ini 11 hanya memberi bantuan pemahaman terhadap karya sastra. Teori sastra sebenarnya layak dipelajari oleh para mahasiswa dan guru untuk menambah wawasan atau pengetahuan tentang sastra. Sebaliknya, untuk siswa atau murid di sekolah, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, lebih baik diberi apresiasi sastra secara langsung. Para murid atau siswa lebih baik langsung membaca karya sastra, langsung mendengar karya sastra dibacakan, dan langsung menonton pertunjukan karya sastra dipentaskan. Mempelajari kritik dan esai sastra merupakan kegiatan yang hanya bersifat membantu pemahaman terhadap karya sastra. Dalam mempelajari kritik dan esai sastra siswa dibawa menuju kegiatan penelahaan, pengkajian, penelitian, atau analisis karya sastra yang membicarakan segi-segi tertentu. Pembicaraan karya sastra dapat berupa arikel yang termuat dalam surat kabar, majalah, buku antologi esai, bahkan ada satu buku utuh yang membicarakan satu karya sastra. Mempelajari kritik dan esai sastra juga menambah wawasan dan melihat bagaimana cara orang lain memberi pertimbangan baik dan buruk terhadap karya sastra. Kritikus sastra di Indonesia yang paling terkenal adalah H.B. Jassin dengan buku-buku kritik dan esai sastra yang telah dihasilkannya. Demikian halnya dengan mempelajari sejarah sastra. Kegiatan ini juga bersifat apresiasi tidak langsung, yaitu sekadar membantu pemahaman terhadap karya sastra dari sisi perkembangan dari satu dekade ke dekade berikutnya, dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, dan dari satu aliran ke aliran lainnya. Dalam mempelajari sejarah sastra mahasiswa diajak memahami konsep-konsep dasar angkatan, sejarah aliran sastra, perkembangan jenis-jenis sastra dari berbagai segi, bahkan ciri-ciri struktur dan isi karya sastra setiap angkatan. Penulisan sejarah sastra tidak terbatas yang berbentuk buku, tetapi juga karya sastra yang dimuat dalam majalah, surat kabar, bahkan manuskrip yang hanya berbentuk naskah stensilan. Dengan mempelajari sejarah sastra calon apresiator akan dibimbing mengenal ciri-ciri, kategori, dan konsep-konsep dasar karya sastra yang diapresiasi, termasuk sistem pengarang, sistem penerbitan, sistem kritikus 12 sastra, sistem formal, sistem pengayom, dan sistem penyebar-luasan karya sastra.

3.3 Pendokumentasian Karya Sastra