diperoleh melalui informan, maka yang dijadikan sample sebagai responden adalah sebagai berikut :
Hakim Pengadilan Negeri Muara Enim :
1 orang Kejaksaan Negeri Muara Enim
: 3 orang
Jumlah: 4 orang
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
a. Data Primer
Dikumpulkan dengan cara menelaah dan menganalisis literatur dan dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian, kemudian membuat pernyataan-
pernyataan. b.
Data Sekunder Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan responden
2. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul baik yang diperoleh dari studi kepustakaan, studi dokumentasi maupun yang diperoleh melalui studi lapangan, maka diolah dengan
cara berikut : a.
Editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti kembali mengenai kelengkapannya, kejelasannya, dan kebenarannya, sehingga terhindar dari
kekurangan dan kesalahan.
b. Sistematisasi, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap-
tiap pokok bahasan secara sistematis.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, artinya menguraikan data yang diolah secara rinci kedalam bentuk kalimat-kalimat
deskritif. Analisis kualitatif yang dilakukan bertitik tolak dari analisis empiris, yang dalam pendalamannya dilengkapi dengan analisis normatif. Berdasarkan
hasil analisis ditarik kesimpulan secara dedukatif, yaitu cara berpikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum untuk kemudian ditarik suatu
kesimpulan bersifat khusus.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil uraian-uraian yang telah dikemukakan dan hasil pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keadaan tertentu tersebut dijelaskan dalam penjelasan mengenai Pasal 2 Ayat
2 Undang-Undang No 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang No 20 Tahun 2001
yaitu “bila dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku; pada waktu terjadinya bencana alam
nasional; sebagai pengulangan; atau pada waktu Negara dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter”. Akan tetapi Keadaan tertentu seperti Negara dalam
keadaan bahaya, keadaan bencana alam nasional mungkin terjadi hanya dalam waktu 50-60 tahun sekali begitu juga dengan krisis ekonomi, sehingga pidana
mati sulit dijatuhkan. Sedangkan Recidive pengulangan tindak pidana juga tidak memiliki definisi khusus yang seperti apa, agar pelaku tindak pidana
korupsi dapat dijerat sanksi pidana mati, karna penghapusan beberapa pasal yang membuat abstraknya penjelasan tentang pengulangan tindak pidana yang
seperti apa yang bisa dipidana mati. 2.
faktor-faktor penghambat yang menyebabkan tidak pernah diberlakukannya sanksi pidana mati seperti belum adanya penentuan berapa besaran kerugian
Negara yang bisa membuat pelaku tindak pidana korupsi, hal-hal yang