Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Abdulsyani, Sosiologi Kriminal, Remadja Karya, Bandung, 1987.

Atmasasmita, Romli, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Mandar Maju, Bandung, 1995.

Danil, Elwi, Korupsi, Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Dep. P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989. Djaja, Ermansjah, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Mandar Maju,

Bandung, 2010.

Hamdan, M., Politik Hukum Pidana , PT Raja Grafindo Pustaka, Jakarta, 1997. Hartanti, Evi, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Harahap, Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta, 1985.

Hamzah, Andi, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.

, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993.

, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994. Lamintang, P.A.F., Hukum Penitensier Indonesia, Armiko: Bandung, 1984. Marpaung, Leden, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan,


(2)

Djambatan, Jakarta, 2004.

Mahardika, Tim, Kumpulan Undang-Undang Tentang Narkotika dan Psikotropika, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2011.

--- , Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015.

Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011.

Mertokusomo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1999.

Mubyarto, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sosial dan Keadilan, Yayasan Agro Ekonomika, Jakarta, 1980.

Muladi dan Barda Nawawi Arif, Teori-Teori dan Kebijakan dalam Pidana, Alumni, Bandung, 1984.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sumur Bandung, Bandung, 1977.

Remmelik, Jam, Hukum Pidana, Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting KUHP dan Padanannya dalam KUHP Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

Rohim, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Pena Multi Media, Jakarta, 2008.

Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 2001.

Suparni, Niniek, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.


(3)

Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004. Wiyono, R., Pembahasan Undang - Undang Pemberantasan Tindak pidana

Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Perundang-undangan :

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tahun 2012 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi.

Undang- Undang Nomor. 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang- Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Internet :

http://www.scribd.com/doc/252884949/Paper-Korupsi#scribd diakses pada hari rabu tanggal 22 April 2015 pukul 23.00 WIB.

http://alsaindonesia.org/site/ailrc-alsalcunud/ diakses tanggal 26 April 2015. http://abdul-rossi.blogspot.com/2011/04/pidana-denda.html, diakses tanggal 5 Agustus 2015, jam 20.45 WIB.


(4)

UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

A. Putusan Nomor 52/ Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn 1. Kasus Posisi

a. Kronologis

Pada tanggal 5 April 2002 dengan dikeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan RI Nomor : SE - 49 / A / 2002 tentang Perubahan tarif PPh pasal 21 yang ditanggung pemerintah bagi pejabat negara, pegawai negeri sipil dan pensiunan atas penghasilan yang dibebankan kepada keuangan negara atau keuangan daerah disesuaikan dengan Undang - Undang Nomor : 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang - Undang Nomor : 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang antara lain menyebutkan bahwa kelebihan penyetoran PPh pasal 21 PNS Daerah oleh Pemerintah Daerah sebagai akibat diberlakukannya Undang - Undang Nomor : 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang - Undang Nomor : 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan agar diselesaikan melalui mekanisme restitusi pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat.

Perubahan tarif itu membuat ada Surat Penawaran Kompensasi/Restitusi atas kelebihan PPH pasal 21 dengan melalui surat Nomor : 049 / Pro - Tax / Y / I /


(5)

02 kepada Bupati Kabupaten Langkat, yang pada tanggal 8 Januari 2003 KAP Hasnil M. Yasin & Rekan memperbarui kembali surat penawaran tersebut yang kemudian berjumpa dan membicarakan langsung kepada terdakwa selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab. Langkat, dan selanjutnya setelah disepakati bersama oleh terdakwa disampaikan dan dilaporkan kepada Bupati Langkat tentang hasil pembahasan terhadap surat penawaran tersebut, dimana selanjutnya surat penawaran yang sudah ditanda tangani oleh Drs. H. Hasnil, MM sebagai Managing Partner KAP Hasnil. M. Yasin & Rekan tersebut disetujui dan ditanda tangani oleh Bupati tersebut.

Biaya pekerjaan / honorarium sebesar 20 % dalam pengembalian PPh pasal 21 sebagaimana yang tercantum dalam surat perjanjian kerjsama tersebut yang diparaf oleh Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si bertentangan dengan pasal 28 ayat (7) Keppres Nomor : 18 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah yang menyebutkan kontrak persentase hanya berlaku untuk pelaksanaan jasa konsultasi di bidang konstruksi dan pekerjaan pemborongan tertentu.

Setelah Surat Perjanjian Kerja dibuat dan ditandatangani, selanjutnya Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si selaku Kepala Bagian Keungan Pemkab Langkat yang juga sekaligus menjabat Sekretaris Panitia Anggaran, mengusulkan dan memasukkan / merencanakan anggaran untuk jasa konsultan pajak sebesar Rp. 400.000.000,00, yang pada akhirnya disetujui oleh DPRD Kabupaten Langkat dan kemudian pada tanggal 4 Februari 2003 Bupati Langkat mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : 2 / SK / 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah


(6)

Nomor : 12 tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 404.108.105.925,00. Dimana dari jumlah tersebut alokasi anggaran Biaya Pengurusan PPh pasal 21 sebesar Rp. 400.000.000,00. Hal ini menunjukkan kondisi yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, khususnya Pasal 25 yang menyebutkan “Tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD tidak dilakukan sebelum ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah” .

Pada tanggal 28 Juli 2003 Drs. H. Hasnil, MM menerima pembayaran jasa Akuntan Publik dalam rangka penghitungan kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan pasal 21 tahun 2001 dan 2002 dari Sdr. Buyung Ritonga selaku Pemegang Kas Daerah Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat sesuai dengan bukti Kas Bon pada Kas Daerah sebesar Rp. 400.000.000,00,-.

Pada tanggal 14 Oktober 2003 Bupati Langkat mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : 903 - 28 / SK / 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor : 14 tahun 2003 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (PAPBD) Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 411.407.250.600,00. Dari jumlah tersebut alokasi anggaran Biaya Pengurusan PPh pasal 21 bertambah Rp. 800.000.000,00 sehingga menjadi sebesar Rp. 1.200.000.000,00, dan pada tanggal 10 November 2003 Bupati Langkat menerbitkan Surat Keputusan Nomor : R / 935 / Keu / 2003 tentang Otorisasi Anggaran Belanja Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 800.000.000,00,-.


(7)

Pada tanggal 1 Desember 2003 Bendaharawan UUDP Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat Sdri. Yantini Syafriani mengajukan SPP untuk Biaya Pengurusan PPh pasal 21 sebanyak 8 (delapan) lembar sejumlah Rp.793.574.876,00 yang dalam realitasnya SPM Beban Sementara yang akan sebesar Rp. 793.574.876,00 tersebut tidak dibayarkan kepada Yantini Syafriani selaku Bendahara Pengeluaran Sekretariat Kabupaten Langkat, karena atas permintaan terdakwa selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab Langkat langsung kepada Sdr. Buyung Ritonga selaku Pemegang Kas Daerah, maka uang tersebut diserahkan oleh Sdr. Buyung Ritonga kepada Terdakwa secara 2 (dua) tahap, dimana tahap pertama sebesar Rp. 500.000.000,00 dan tahap kedua (satu minggu kemudian) sisanya sebesar Rp. 293.574.876,00. sehingga dari jumlah SPM sebesar Rp. 1.193.574.876,00 yang terdiri dari SPM Beban Tetap sebesar Rp. 400.000.000,00 dan SPM Beban Sementara sebesar Rp. 793.574.876,00, hanya SPM Beban Tetap sebesar Rp. 400.000.000,00 yang dibayarkan kepada Drs. H. Hasnil, MM dan SPM Beban Sementara sebesar Rp. 793.574.876,00 diterima langsung oleh Terdakwa.

Rangkaian perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si dalam proses Penunjukan Langsung terhadap Kantor Akuntan Publik tersebut untuk melaksanakan pekerjaan Penghitungan kelebihan pembayaran pajak penghasilan Pegawai Negeri Sipil (PPH pasal 21) tahun 2001 dan 2002 pada Sekretariat Pemerintahan Kabupaten Langkat yang direkayasa tersebut dan bertentangan dengan ketentuan peraturan Keputusan Presiden Nomor : 18 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa tersebut telah memperkaya diri


(8)

Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sisebesar Rp. 793.574.876,00 dan atau setidak - tidaknya orang lain yaitu Drs. Hasnil, MM sebesar Rp. 400.000.000,00, sehingga telah merugikan keuangan negara sebesar Rp. 1.193.574.876,00 (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah) atau setidak - tidaknya sekitar jumlah tersebut, yang dihitung dari seluruh jumlah pengeluaran APBD Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2003 baik beban tetap sebesar Rp. 400.000.000,00 dan beban sementara sebesar Rp. 793.574.876,00 untuk pengurusan kompensasi PPh pasal 21 tahun 2001 dan tahun 2002 tersebut, sebagaimana hasil perhitungan kerugian keuangan negara sesuai dengan Laporan Hasil Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara atas Dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam pengadaan Jasa Akuntan Publik pada Sekretariat Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2003 Nomor : SR - 1574 / PW02 / 5 / 2011 tanggal 15 Maret 2011 yang dibuat oleh BPKP.

b. Dakwaan

Surat dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasarkan dakwaan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan. Hakim tidak dapat menjatuhkan pidana di luas batas-batas dakwaan. Hal-hal yang diuraikan dalam dakwaan dapat dilihat dari Pasal 143 KUHAP.69

Dakwaan Primair Diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU

No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah

69 Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia,


(9)

diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dakwaan Subsidair Diancam pidana dalam Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah di diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP.

c. Tuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.70

Atas dakwaan tersebut, selanjutnya Jaksa Penuntut Umum mengajukan tuntutan sebagai berikut:

1) Menyatakan terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sitelah terbukti terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Dakwaan Primair yaitu : Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1) jo. pasal 18 Undang - Undang RI Nomor : 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang RI Nomor : 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang - Undang RI Nomor :

70


(10)

31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke - 1 KUH Pidana ;

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sidengan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dan 6 (enam) bulan ;

3) Menghukum terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Simembayar denda sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), subsidair : 3 (tiga) bulan kurungan ;

d. Fakta-Fakta Hukum

1) Keterangan Saksi

Keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang mengenai suatu peristiwa pidana yang saksi dengar sendiri, saksi lihat sendiri, dan saksi alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya. Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kekecualian menjadi saksi tercantum dalam pasal 168 KUHAP.71

a) Saksi : Sudarsono, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi menyatakan bahwa pada tahun 2002 ada Surat Edaran dari Dirjen Anggaran yaitu Surat Edaran Nomor : SE - 49 / A / 2002 yaitu tentang Perubahan Tarif PPh pasal 21. Setelah adanya Surat Edaran dari Dirjen Anggaran tersebut yang membuat pada penggajian pada Pemkab Langkat ada kelebihan pembayaran atau ada kelebihan pemungutan pajak penghasilan yang berlaku untuk semua PNS secara keseluruhan dan kelebihan pembayarannya berjumlah sekitar Rp. 5.967.874.380,-. Lalu Akuntan Publik datang ke Bagian Keuangan untuk melakukan input data pada Sub Bagian Gaji kemudian data tersebut dibawa oleh

71


(11)

Akuntan Publik untuk dilakukan penghitungan kelebihan pembayaran pajak penghasilan dan pada tanggal 3 Juli 2003 terbit Surat Ketetapan Pajak yang menyatakan adanya kelebihan pajak dengan jumlah keseluruhannya Rp. 5.967.874.380,-.

Saksi mengetahui adanya kelebihan pembayaran pajak PPh pasal 21 Pemkab Langkat malah diuntungkan sebesar Rp. 5 milyar lebih.

b) Saksi : Khairul, saksi menerangkan sebagai berikut :

Terkait dengan pajak penghasilan, saksi mengetahui ada perubahan, karena dari tarif sebesar 10 % menjadi 5 %. Saksi mengetahui mengenai kelebihan itu yang jelas akan menjadi kas daerah, karena untuk gaji PNS itu memang ada dipotong pajak tapi juga diberikan tunjangan sebesar pajak, itu terdapat di daftar gaji.

Pada bulan Desember 2002 kelebihan pembayaran pajak 5 % jumlahnya Rp. 7 milyar sekian dan saksi tidak pernah bertemu dengan akuntan publik.

c) Saksi : Dhani Setiawan Isma, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut : Seingat saksi awalnya ada seseorang datang menghadap Bupati Langkat dengan membawa map biru yang berisi penawaran pekerjaan kompensasi / restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang bernama dr. Safrudin dan saksi ada dipanggil Bupati Langkat untuk mengantarkan dr. Safrudin kepada Terdakwa dan selanjutnya saksi tidak mengetahui lagi proses perkembangannya. saksi pernah melihat surat Nomor : 049 / Pro - tax / Y / XI / 02 tanggal 18 Nopember 2002 perihal penawaran kompensasi / restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 dari Kantor Akuntan Publik yang dibawa langsung oleh dr. Safrudin.


(12)

d) Saksi : Drs. Masri Zein, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi tidak mengetahui tentang pembayaran sebesar Rp. 800 juta dan saksi tidak mengetahui sama sekali kalau khusus terhadap perubahan APBD. Setahu saksi untuk penujukkan langsung akuntan untuk menghitung pajak itu adalah kalau nilainya dibawah Rp. 300 juta lebih dari itu, harus melalui tender dan saksi tidak medengar adanya proses tender terhadap penunjukkan akuntan public. Saksi juga tidak mengetahui adanya pemotongan pajak PPh pasal 21 bagi PNS di Pemkab Langkat.

e) Saksi : Buyung Ritonga, saksi menerangkan sebagai berikut :

Pemberitahuan yang diberikan Terdakwa selaku atasan saksi bahwa ada kelebihan pembayaran pajak PPh pasal 21 bagi PNS tetapi tidak ada penjelasan mengenai nantinya pada periode satu atau dua tahun kedepan terhadap PNS pada Pemkab Langkat tidak dilakukan pemungutan PPh pasal 21 lagi dan ada melibatkan pihak ketiga yaitu pihak konsultan akuntan publik yang bernama Sdr. Drs. Hasnil.

Saksi ikut dalam melakukan pemotongan PPh pasal 21 yang mana jumlah kelebihan pembayaran yang totalnya untuk tahun 2001 dan 2002 berjumlah Rp. 5.967.874.380,-. Terhadap pembayaran kepada akuntan publik sebanyak satu kali hanya satu kali SPM sebesar Rp. 400 juta dan untuk yang kedua kalinya sebesar Rp. 793 juta sekian dan uangnya saksi serahkan kepada Terdakwa untuk diserahkan kepada akuntan publik dan jumlah keseluruhan SPM ada berjumlah 9 (sembilan) SPM.


(13)

f) Saksi : H. Syahrizal, SE, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi tidak mengetahui mengenai suatu kebijakan atau suatu Surat Edaran dari Departemen Keuangan melalui Dirjen Pajak bahwa ada restitusi terhadap pajak penghasilan. Saksi tidak pernah mendengar bahwa dalam tenggang waktu tahun pajak 2001 dan 2002 ada kelebihan pembayaran pajak terhadap Pegawai Negeri Sipil yang telah dilakukan pemotongan oleh bendaharawan gaji. Saksi mengetahui pada saat penyusunan APBD tahun 2003 atas perintah atasan saya untuk menampung biaya perhitungan restitusi kelebihan pajak PPh 21 sebesar Rp. 400 juta tetapi saksi tidak mengetahui apakah ada revisi terhadap APBD tersebut karena masih dianggap kurang untuk melakukan pembayaran karena adanya kesepakatan dengan pihak ketiga karena yang saksi ketahui yang ditahun 2003 itu saja, dimana yang pertama adalah sebesar Rp. 400 juta yang murni ditampung di APBD dan di Perubahan APBD sebesar Rp. 800 juta di Perubahan APBD 2003.

Saksi mengetahui mengenai kelebihan tersebut setelah ada di laporan keuangan baru saksi tahu bahwa biaya restitusi itu sudah masuk dan pada waktu akan menampungkan yang sebesar Rp. 800 juta baru saksi tahu bahwa untuk biaya restitusi itu kurang sebesar Rp. 800 juta lagi. Saksi menerima gaji pada tahun 2003 sesuai dengan jumlah bersihnya dan mengenai apakah ada potongan atau tidak itu tidak saksi perhatikan.

g) Saksi : Amir Hamzah, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi tidak pernah melihat dan membaca mengenai surat edaran dari Dirjen Pajak mengenai perubahan pajak penghasilan. Mengenai hal pembayaran itu saksi


(14)

mengetahuinya dan itu adalah berdasarkan SPM yang dimajukan oleh rekanan, maka kemudian dibayarlah uang sebesar Rp. 400 juta dan jumlah tersebut sudah ada dalam anggaran dan itu merupakan beban tetap dan dibebankan untuk biaya konsultasi jasa konsultan sebagai pihak ketiga.

Saksi tidak mengetahui tentang tender pihak ketiga untuk perhitungan kelebihan pembayaran pajak dan mengenai masalah tender ataupun penunjukan langsung saksi tidak tahu, yang saksi ketahui adalah seputaran SPM saja. Ada perubahan itu adalah mengenai pembayaran sebesar Rp. 800 juta dan itu yang saksi ketahui sedangkan selebihnya saksi tidak tahu. Saksi tidak pernah ketemu dengan Drs. Hasnil MM dan yang menandatangani SPM yang Rp. 400 juta dan Rp. 800 juta tersebut adalah Terdakwa Drs. Surya Djahisa.

h) Saksi : Yantini Syafriani, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi tidak pernah menangani atau menerbitkan atau menandatangani SPMU terkait dengan kelebihan pembayaran pajak. Mengenai dana sebesar Rp. 800 juta adalah merupakan dana yang ditampung dalam anggaran perubahan APBD tahun 2003. Saksi tidak mengetahui mengapa terjadi perubahan pembayaran dari Rp. 400 juta menjadi Rp. 800 juta.

Saksi mengetahui mengenai pemotongan dari 10 % menjadi 5% berdasarkan Surat Edaran dari Dirjen Pajak tetapi saksi tidak tahu siapa yang menerima uang Rp. 800 juta. Pada waktu pencairan anggaran tersebut yaitu pada waktu penandatanganan SPM, itu sudah tidak ada uangnya lagi dan sudah dalam bentuk kwitansi. Bukan saksi yang membuat pertanggung jawaban tersebut, yang ada sama saksi sebagai bendahara sekretariat adalah anggaran yang sudah dicairkan


(15)

dan kemudian saksi akan menuntut pertanggung jawabannya yang sebesar Rp. 800 juta, dan karena didalam pertanggung jawaban Surat Perintah Kerja-nya dan lain sebagainya sama dengan yang Rp. 400 juta, maka saksi hanya terima kwitansi saja. Saksi melihat bahwasannya kompensasinya adalah pada tahun 2001 dan tahun 2002 untuk PPh pasal 21 yang jumlahnya sebesar Rp. 5,9 milyar. Didalam pasal 14 ayat (2) didalam surat perjanjian disebutkan bahwasannya pembiayaan adalah sebesar 20 % dari jumlah kompensasi yang dikembalikan. Untuk pemotongan pajak PPh pasal 21 setiap tahunnya dilakukan dibagian di Bagian Keuangan.

i) Saksi : Drs. Hasnil, Ak, saksi menerangkan sebagai berikut :

Pada waktu itu ada seminar mengenai restitusi pajak, berarti dalam hal ini ada pekerjaan untuk pemerintah daerah mengenai restitusi pajak ini, kemudian setelah adanya informasi tersebut ada beberapa kantor akuntan publik yang juga melakukan restitusi pajak tersebut diseluruh wilayah Indonesia, jadi di Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi dan daerah lainnya ada dilakukan pekerjaan tersebut. Tercantum dalam surat penawaran tersebut adalah mengenai hal - hal sehubungan dengan adanya perubahan tarif PPh pasal 21. Tarif yang saksi tawarkan adalah sebesar 35 %, tapi setelah bulan Januari 2003, karena ada kesalahan dari penawaran tersebut, oleh Bupati katanya dirubah, katanya “jumlahnya terlalu besar”, sehingga jadinya 20 %, makanya saksi buat lagi penawaran di bulan Januari 2003.

Pada waktu pembayaran saksi hanya diberikan Rp. 400 juta sebagai uang muka terlebih dahulu, setelah uang muka sebesar Rp. 400 juta saksi harus


(16)

menunggu lagi selama 5 atau 6 bulan, baru pada bulan Desember 2003 saksi dibayar lagi sebesar Rp. 793 juta dan pada saat pembayaran tersebut saksi meminta tolong Pak Surya Djahisa. Kemudian oleh Pak Surya Djahisa itu dibagi dua lagi, saksi terima dulu sebesar Rp. 500 juta baru beberapa hari kemudian saksi menerima lagi sebesar Rp. 293 juta.

Bahwa yang saksi bicarakan saat bertemu dengan Terdakwa adalah mengenai hal yang berhubungan dengan restitusi pajak dan akan berhubungan dengan Kabag Keuangan sehubungan dengan data - data yang akan diminta, makanya saksi kemudian dibawa ke Terdakwa Surya Djahisa pada waktu itu untuk membahas mengenai SPK. Setelah saksi bertemu dengan Terdakwa Surya Djahisa, setelah itu saksi diajak untuk ketemu dengan Bupati untuk tanda tangan SPK dan setelah dirembuk kapan pelaksanaan pekerjaannya dimulai, ada saksi katakan bahwa target saksi dalam penyusunan ini adalah selama 3 (tiga) bulan, tapi dalam SPK karena pekerjaan itu adalah berhubungan dengan kantor pajak biasanya untuk mengerjakannya memakan waktu lebih kurang antara 3 sampai 4 bulan, jadi didalam SPK dibuat 6 bulan kerja. Dalam pembicaraan dengan Terdakwa tidak ada dibicarakan tentang fee karena disitu Bupati telah setuju mengenai fee sebesar 20 % tersebut, dari jumlah fee yang saksi terima, tidak ada diberikan kepada Terdakwa.

Mekanisme restitusi pajak itu harus dilakukan oleh kantor pelayanan pajak, tapi data - datanya itu harus disiapkan oleh pihak pemerintah daerah setempat, misalnya harus disiapkan oleh Pemkab Langkat, bisa juga oleh konsultan untuk melakukan restitusi tersebut, jadi tidak bisa terhadap restitusi itu dilaksanakan,


(17)

misalnya disini ada kelebihan sebesar Rp. 5 milyar, dan kantor pelayanan pajak tidak mengambil datanya, tidak mungkin seperti itu, itu yang pertama, yang kedua, karena disini ada undang - undang yang memisahkan mengenai pajak tersebut, karena tadinya hanya satu, pemerintah daerah dengan pemerintah pusat hanya satu, karena adanya perubahan itu dan karena pemerintah daerah adalah berdiri sendiri baru bisa dilaksanakan restitusi, sedangkan PNS pusat seperti PNS Kejaksaan atau PNS Mahkamah Agung yang digaji dari pusat itu tidak bisa dilaksanakan restitusi, karena untuk pusat itu berhubungan dengan pusat.

j) Saksi : M. Husni Hatib, S.Sos, M.Si, saksi menerangkan sebagai berikut : Saksi hanya menangani masalah restitusi tahun 2010 keatas. Pada saat itu saksi ada juga bertanya pada teman - teman yang kebetulan ada juga menangani kasus yang sama, memang pada waktu itu ada kelebihan pembayaran karena tarif. Setahu saksi terhadap kelebihan pembayaran itu seharusnya itu dikompensasi bukan di restitusi, misalnya dibulan Januari, pada bulan berikutnya yaitu di bulan Februari itu pajaknya tidak dipotong tapi dikompensasikan. Pada saat tahun 2001 sampai tahun 2008 tidak ada keterlibatan pihak kantor pajak, karena petugas pajak itu tidak boleh mengintervensi, kalau sekarang sudah ada AR yang bisa mendampingi wajib pajak untuk menghitungnya.

k) H. Syamsul Arifin, SE, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi mengatakan pernah dilakukan perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan pihak Kantor Akuntan Publik Hasnil, M. Jasin & Rekan dalam rangka penghitungan kelebihan pembayaran pajak PNS (PPh pasal 21) tahun 2001 - 2002 . Saat itu ada datang seseorang dari Jakarta bernama Hasnil


(18)

menawarkan jasa kepada Kabupaten Langkat untuk menghitungkan kelebihan pajak tersebut, namun pada saat itu karena saksi kurang mengerti dan saksi menyarankan untuk membahasnya kepada pihak yang berkompeten dari Kabupaten Langkat, selanjutnya mengenai pembahasan hal tersebut saksi tidak mengetahuinya dan akhirnya saksi menandatangani kerjasama tersebut berdasarkan hasil penghitungan Kabupaten Langkat mendapat kompensasi senilai Rp. 5.967.874.380,-..

l) Saksi : Marulitua Siahaan, saksi menerangkan sebagai berikut :

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai menerima surat pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan pasal 21 Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002, setelah diketahui bahwa SPT tersebut lebih bayar maka secara sistem dokumen tersebut dipisahkan dan dimasukkan dalam kelompok lebih bayar, selanjutnya dilakukan penelitian secara administrasi yang ditindak lanjuti dengan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak terhadap wajib pajak yang SPT-nya lebih bayar tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan bila ternyata benar lebih bayar, maka terhadap SPT pajak penghasilan kelebihan pembayaran tersebut dikompensasikan ke masa berikutnya. Bila hasil pemeriksaan terdapat kekurangan pembayaran maka diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berikut sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % tiap bulannya terhitung sejak tanggal kewajiban menyampaikan SPT dilaksanakan.

Bahwa benar surat PHP - 21 / WPJ. 01 / KP. 0406 / 2003 tanggal 30 Juni 2003 perihal Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah benar tanda tangan saksi dan surat tersebut merupakan hasil pemeriksaan dari Kantor Pelayanan Pajak atas


(19)

SPT PPh pasal 21 Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002 ternyata masih ada kesalahan penghitungan yakni kekurangan pembayaran sebesar Rp. 24.607.822,- untuk tahun 2001 dan sebesar Rp. 19.636.493,- untuk tahun 2002 yang diberikan kepada wajib pajak atau kuasanya.

2) Keterangan Ahli

a) Ahli dari Penuntut Umum

(1) Ahli : Drs. Augus Hendra Simatupang, menerangkan sebagai berikut :

Setelah diketahui adanya kelebihan pembayaran pajak tersebut kemudian dilakukan perhitungan pajak - pajak dari wajib pajak dan setelah pemeriksaan dilakukan apabila hasilnya menyatakan lebih bayar maka diterbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar yang kelebihannya dikompensasikan ke masa atau tahun pajak berikutnya. Untuk melakukan kompensasi tersebut, petugas pajak menerbitkan surat pemberitahuan atas kelebihan pembayaran pajak yang menyatakan bahwa kelebihan bayar tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak yang terhutang atas penghasilan karyawan yang bersangkutan dalam bulan berikutnya.

Berdasarkan pasal 3 ayat (4) Undang - Undang Nomor : 16 tahun 2000, apabila Pemda Langkat ada kendala atau kesulitan dalam melakukan perhitungan SPT tahun 2002 maka Pemda Langkat dapat meminta kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat dan mengisi surat pemberitahuan penundaan hingga SPT tahun 2002 dapat dilaporkan maksimal 6 bulan penundaan kewajiban penyampaian SPT tahun 2002. Berdasarkan pasal 7 Undang - Undang Nomor : 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua Undang - Undang Nomor : 16 tahun 2000


(20)

tentang perubahan kedua Undang - Undang Nomor : 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan apabila ada keterlambatan, maka ada sanksi berupa denda keterlambatan sebesar Rp. 100.000,- dan untuk kelebihan pembayaran tidak akan dikenakan denda karena denda hanya dikenakan apabila ada kekurangan pajak.

(2) Ahli : Drs. Berman Sihombing, menerangkan sebagai berikut :

Kesimpulan terhadap pemeriksaan data tersebut adalah Berdasarkan pengujian terhadap dokumen, maka ahli menyimpulkan bahwa pengadaan jasa akuntan publik untuk perubahan SPT tahun 2001 2002 tidak sesuai dengan ketentuan yaitu sebagai berikut :

1. Pengadaan tersebut tanpa persetujuan Kepala SKPD

2. Pengadaan Jasa Akuntan Publik tidak sesuai dengan ketentuan presiden No 18 tahun 2000, belum disahkannya ABD tahun 2003, tidak ada dokumen pengadaan, tidak ada undangan dan pengumuman kepada perserta lainnya, tidak ada pelelangan.

Berdasarkan peneitian ahli dalam kontraknya tidak ada menyebutkan berapa nilai atau harga kontrak yang seharusnya pasti disebutkkan sesuai ketentaun Keppres, tidak adanya jaminan dan teknis hasil pekerjaan yang dilaksanakan, karena kewenangan menetapkan kompensasi kelebihan pajak itu ialah kewenangan Direktorat Jenderal Pajak. Hasil perhitungan ahli kerugian negara mencapai Rp.1.193.574.876,- (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah) yang


(21)

berdasarkan bukti pengeluaran berkas daerah untuk pengurusan konpensasi pajak Penghasilan, ada berupa SPT, SPM, kwitansi.

b) Saksi Ahli dari Penasehat Hukum Terdakwa

(1) Ahli : Dr. Faisal Akbar Nasution, Sh, M.Hum, menerangkan sebagai berikut : Ahli berpendapat Terdakwa yang menjabat selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat yang menerima perintah dari Bupati Langkat untuk memparaf surat perjanjian kerja tersebut tidak dapat dikenakan pertanggung jawaban karena Terdakwa adalah penerima mandat dari atasannya dan untuk itu yang dapat dikenakan pertanggung jawabannya adalah Bupati Langkat.

(2) Ahli : Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum., menerangkan sebagai berikut : Ahli berpendapat Terdakwa menparaf SPK tersebut karena adanya perintah lisan dari Bupati Langkat, jadi apabila ada unsur pidana yang bertanggung jawab secara pidana adalah Bupati Langkat, sebab Terdakwa hanya menjalankan perintah jabatan oleh karena itu Terdakwa selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat dilindungi Undang - Undang sebagai alasan pembenar sesuai dalam pasal 51 KUHPidana.

3) Surat

Surat yang termasuk alat bukti adalah ”surat resmi” yang dibuat “pejabat umum” yang berwenang untuk membuatnya, tapi agar surat resmi yang bersangkutan dapat bernilai sebagai alat bukti dalam perkara pidana, surat resmi itu harus memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat


(22)

atau dialami si pejabat, serta menjelaskan dengan tegas alasan keterangan yang dibuatnya.72

Alat bukti yang termasuk surat sesuai dengan alat bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) adalah 41 (empat puluh satu) surat yang terdiri dari 36 Surat Perintah Membayar Uang (SPMU), Surat Perjanjian Kerja antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP.Hasnil, M. Yasin dan Rekan-Divisi Konsulen Pajak Nomor : 01/ SPKS/ 2003 tertanggal 18 Januari 2003, Keputusan Bupati Kabupaten Langkat Nomor : 012 / KEU / I / 2003 tentang Penunjukan langsung dari Konpensasi / Restitusi atas kelebihan PPh Pasal 21 tanggal 17 Januari 2003, Keputusan Bupati Langkat Nomor : R - 645 / KEU / 2003 tentang Otorisasi Anggaran Belanja Rutin TA - 2003 tertanggal 18 Juli 2003, Keputusan Bupati Langkat Nomor : R / 935 / KEU / 2003 tertanggal 10 Nopember 2003 tentang Otoritas Anggaran Belanja Rutin Tahun Anggaran 2003, dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor : 01/ SPKS /2003 tanggal 03 Juli 2003.

4) Keterangan Terdakwa

Hukum mengadakan suatu minimum bukti, yaitu bahwa suatu pengakuan salah terdakwa seluruhnya di muka Hakim, untuk dapat menjadi bukti yang sempurna, harus disertai keterangan yang jelas tentang keadaan-keadaan, dalam mana peristiwa pidana diperbuat, keterangan mana semua atau sebagian harus cocok dengan keterangan si korban atau dengan lain-lain bukti.73

72

Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Sinar Grafika, 1985, hlm. 286.

73 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana Indonesia, Bandung: Sumur Bandung,


(23)

Pada tahun 2001 dan 2002 Pemerintah Kabupaten Langkat tidak mengetahui adanya kelebihan pembayaran pajak penghasilan PNS. Kemudian pada awal tahun 2003 Akuntan Publik dari Kantor Akuntan Publik Hasnil M. Yasin dan rekan yang bernama Drs. Hasnil datang keruang kerja di Bagian Keuangan Setdakab. Langkat menunjukkan adanya Surat Edaran Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI tentang Perubahan tarif PPh Pasal 21 yang ditanggung pemerintah bagi pajabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pensiunan atas penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah yang isinya tarif atas Pajak Penghasilan pasal 21.

Surat Edaran ini tidak ada ditujukan kepada Pemerintah Kota /Kabupaten termasuk Kabupaten Langkat. Pada saat itu Sdr. Hasnil membawa surat penawaran perihal Penawaran Kompensasi dan Restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang surat penawaran itu sudah ditanda tangani Kantor Akuntan Publik Hasnil M. Yasin dan Rekan oleh Drs. Hasnil, MM selaku Managing Partner dan menyetujui Pemerintah Daerah kabupaten Langkat yang ditandatangani H. Syamsul Arifin, S.E. selaku Bupati Langkat. Selanjutnya beberapa hari berikutnya Sdr. Hasnil menemui Terdakwa kembali dengan membawa surat Perjanjian Kerja antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP. Hasnil, M. Yasin & Rekan - Divisi Konsulen Pajak Nomor : 01 / SPKS / 2003 tanggal 18 Januari 2003 dan mengajak Terdakwa menemui Bupati Langkat untuk menandatangani surat perjanjian tersebut dan Terdakwa paraf disebelah kanan paraf Sdr. HASNIL pada tiap - tiap lembar surat perjanjian dan memaraf pada sebelah kanan tanda tangan


(24)

Bupati Langkat, sedangkan Terdakwa belum sepenuhnya membaca surat perjanjian tersebut.

Isi surat penawaran Nomor : 020 / Pro - Tax / Y / I / 03 tanggal 08 Januari 2003 perihal penawaran kompensasi dan restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang telah ditandatangani Bupati Langkat yang intinya adalah mengajukan proposal untuk melakukan penyusunan dan penyampaian perubahan SPT atas Pajak Penghasilan pasal 21 untuk tahun 2001 dan 2002 di lingkungan pemerintah Kabupaten Langkat, yang waktu penyampaian SPT diperhitungkan 75 (tujuh puluh lima) hari kerja.

Terdakwa baru mengetahui setelah adanya Surat Penawaran Nomor : 020 / Pro - Tax / Y / I / 03 tanggal 08 januari 2003 perihal penawaran kompensasi dan restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang telah disetujui Bupati yakni Surat Penawaran Nomor : 049 / Pro - Tax / Y / 11 / 02 tanggal 18 November 2002 perihal Penawaran Kompensasi / Restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang mana honorarium penyusunan dan penyampaian SPT sebesar 35 % dari kompensasi pajak dari Pemerintah Kabupaten Langkat namun belum disetujui Bupati, sedangkan yang disetujui adalah sebesar 20 %. Alasan terdakwa memberikan paraf pada Surat Perjanjian Kerja tersebut karena adanya perintah Bupati langkat H. Syamsul Arifin. Setelah ditandatangani Surat Perjanjian Kerja antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP. Hasnil, M. Yasin & Rekan - Divisi Konsulen Pajak Nomor : 01SPKS / 2003 tanggal 18 Januari 2003, maka terdakwa selaku Kabag Keuangan sekaligus Sekretaris Panitia Anggaran mengusulkan dan memasukkan / merencana anggaran untuk jasa konsultan pajak sebesar Rp.


(25)

400.000.000,- yang pada akhirnya disetujui DPRD Kab. Langkat yang dituangkan dalam Perda Nomor : 12 tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah Tahun Anggaran 2003 dengan kode nomor 2.2.2. 1049 dalam butir 17 biaya pengurusan PPh Pasal 21 sebesar Rp. 400.000.000,- namun setelah keluarnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan pasal 21 dari Departemen Keuangan RI Ditjen Pajak Kantor Pelayanan pajak Nomor : 0000420102119 / 03 tanggal 03 Juli 2003 dan Nomor : 00075 / 20101 / 119 / 03 tanggal 03 Juli 2003 Pemkab Langkat mendapatkan Kompensasi sebesar Rp. 5.967.874.380,- sehingga kami memasukkan di APBD kekurangan fee konsultan sebesar Rp. 800.000.000,- dalam Peraturan Daerah Nomor : 14 tahun 2003 tentang Perubahan APBD tahun 2003 kode rekening 2.2.3.1049.

Nilai kompensasi yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Langkat atas kelebihan pembayaran PPh pasal 21 PNS Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002 dengan jumlah keseluruhannya sebesar Rp. 5.967.874.380 yang menjadi penerimaan APBD tahun 2003.

Setahu Terdakwa secara administrasi pembayaran terhadap pekerjaan penghitungan kelebihan PPh pasal 21 tersebut dilakukan melalui SPM tanggal 22 Juli 2003 sebesar Rp. 400.000.000,- dan SPM tanggal 3 Desember 2003 sebesar Rp. 793.574.876,-. Terdakwa tidak mengetahui alasan penunjukan langsung terhadap Kantor Akuntan Publik Hasnil, M. Yasin & Rekan untuk melakukan pekerjaan penghitungan kelebihan pembayaran PPh pasal 21 karena tidak ada proses penunjukan yang dilakukan oleh Pemkab Langkat.


(26)

5) Petunjuk

Petunjuk dalam pasal 188 KUHAP adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk disebut oleh Pasal 184 KUHP masih mengikuti HIR Pasal 295. Hal ini berbeda dengan Ned. Sv. yang baru maupun Undang-Undang Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1950 yang telah menghapus petunjuk sebagai alat bukti.74

Dalam kasus ini yang merupakan persesuaian yang dapat ditangkap dari fakta-fakta hukum yang berupa keterangan terdakwa, keterangan saksi ataupun surat bahwa pemilihan terhadap konsultan akuntan publik tidaklah melalui Pelelangan Umum/ Terbatas/ Pemilihan langsung. Berdasarkan fakta yang ada dan dari beberapa keterangan saksi memang tidak ada Pelelangan Umum atau proses tender terhadap akuntan publik dan bahkan beberapa saksi tidak mengetahui adanya akuntan publik karena tidak ada pengumuman kepada masyarakat penyedia barang/Jasa dan sebagian dari saksi bahkan tidak tahu berapa besar pembayaran terhadap akuntan publik karena menurut mereka berdasarkan ketentuan yang ada pembayaran terhadap akuntan publik itu seharusnya tidak lebih dari Rp 300.000.000,-. Berdasarkan fakta- fakta yang ada juga bahwa tidak ada Panitia Pengadaan Barang/ Jasa.

74


(27)

e. Pertimbangan Hakim

Adanya alasan-alasan yang kuat dalam pertimbangan sebagai dasar putusan membuat putusan sang hakim menjadi objektif dan berwibawa.75 Sebelum putusan sampai pada uraian pertimbangan yang menyimpulkan pendapatnya tentang kesalahan terdakwa, fakta, dan keadaan serta alat pembuktian yang diperoleh dalam pemeriksaan sidang, semestinya dipertimbangkan secara argumentatif, sehingga jelas terbaca jalan pikiran yang logis dan reasoning yang mantap, yang mendukung kesimpulan pertimbangan hakim.76

Bahwa berdasarkan fakta - fakta yang terungkap di persidangan, dalam perkara ini yang didakwakan adalah perihal pembayaran honorarium atas perhitungan kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 21 tahun 2001 dan 2002 yang dikerjakan oleh KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan dimana Terdakwa selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Pemkab Langkat mempunyai kewenangan untuk menyiapkan bahan penyusunan anggaran, perubahan dan perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Langkat. Bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa pasal 2 ayat (1) Undang - Undang Nomor : 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor : 20 tahun 2001, yang didakwakan dalam Dakwaan Primair, tidak dapat diterapkan terhadap Terdakwa dalam perkara ini oleh karena itu Terdakwa harus dibebaskan dari Dakwaan Primair tersebut.

75 Sudikno Mertokusomo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1999,

hlm. 27.

76


(28)

Pasal 3 jo. pasal 18 Undang - Undang Nomor : 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang - Undang Nomor : 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke - 1 KUH Pidana yang unsur - unsur pokoknya sebagai berikut :

1. Setiap orang ;

2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi ;

3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan ;

4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara ; 5. Sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang

turut serta melakukan ; Ad.1. Unsur : Setiap orang :

Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan yaitu dari keterangan saksi - saksi yang membenarkan bahwa yang dihadapkan untuk diperiksa dan diadili di depan persidangan ini adalah benar Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sidan keterangan Terdakwa yang menerangkan bahwa ia adalah orang atau pribadi yang beridentitas sebagaimana yang tercantum dalam surat dakwaan Penuntut Umum dan saat ini bekerja sebagai serta menyatakan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu Terdakwa terbukti memenuhi unsur tersebut.


(29)

Ad.2. Unsur : Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang lain Atau Suatu Korporasi.

Pekerjaan perhitungan kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 21 tahun 2001 dan 2002 di Pemerintah Kabupaten Langkat, saksi Drs. Hasnil, Ak.MM selaku pimpinan KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan telah menerima pembayaran jasa atau honorarium sebesar 1.193.574.876,- (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah) walaupun Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Pemkab Langkat mengetahui bahwa tidak ada dilakukan tender dalam penghunjukkan kantor akuntan untuk melakukan pekerjaan pengurusan konpensasi pajak penghasilan pasal 21.

Pembayaran jasa atau honorarium sebesar 1.193.574.876,- (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah) kepada KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan walaupun dalam Surat Perjanjian Kerja yang ditandatangani oleh Terdakwa, Bupati Langkat dan Drs. Hasnil, Ak. MM tidak ada disebutkan plafon (besarnya nilai pekerjaan yang akan dilaksanakan) serta tidak ada dilakukan tender dalam penghunjukkan kantor akuntan untuk melakukan pekerjaan pengurusan restitusi / konpensasi pajak penghasilan pasal 21 adalah merupakan perbuatan menguntungkan orang lain atau suatu koorporasi yang dalam hal ini adalah saksi Drs. Hasnil, Ak. MM selaku pimpinan KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan.


(30)

Bahwa dari serangkaian pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim berpendapat unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi telah terpenuhi.

Ad.3. Unsur : Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana Yang Ada Padanya Karena Jabatan Atau kedudukan.

Pengertian dari menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada karena jabatan atau kedudukan tersebut adalah menggunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang melekat pada jabatan dan kedudukan yang dijabat atau diduduki oleh pelaku tindak pidana korupsi untuk tujuan lain dari maksud diberikannya kewenangan, kesempatan atau sarana tersebut.77

Perbuatan Terdakwa pada Surat Perjanjian Kerja tanpa memperhatikan dana/anggaran tersedia dan tanpa mengkaji isi surat perjanjian, maka Terdakwa haruslah bertanggung jawab atas kebenaran terhadap isi surat yang diparaf oleh Terdakwa. Perbuatan Terdakwa tersebut yang memberikan paraf dalam tiap lembar Surat Perjanjian Kerja tanpa mempelajari terlebih dahulu apakah penawaran di surat perjanjian kerja yang disodorkan oleh saksi Drs. Hasnil, Ak. MM dapat disetujui sesuai dengan peraturan atau ketentuan pengadaan barang jasa di lingkungan pemerintah dan perbuatan Terdakwa selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab Langkat sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Panitia Anggaran yang mengusulkan dan memasukkan / merencanakan anggaran untuk jasa konsultan pajak sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) yang kemudian disetujui oleh DPRD Kabupaten Langkat untuk dana pembayaran

77

R. Wiyono, Pembahasan Undang - Undang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hal. 38


(31)

honorarium atas pekerjaan perhitungan kelebihan PPh pasal 21 yang dikerjakan oleh KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan dan perbuatan Terdakwa yang menandatangani SPM untuk pencairan pembayaran honorarium kepada KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan walaupun Terdakwa mengetahui bahwa mulai dari awal proses penawaran pekerjaan yang dilakukan oleh saksi Drs. Hasnil, Ak. MM tidak sesuai dengan prosedur atau peraturan pemerintah tentang pengadaan barang dan jasa yaitu tidak adanya dilakukan tender dan dalam Surat Perjanjian Kerja tidak ada dicantumkan plafon (tarif) tetapi disepakati pembayaran sebesar 20 % dari kompensasi pengembalian pajak penghasilan pasal 21 untuk tahun 2001 dan 2002 adalah merupakan perbuatan yang menyalahgunakan kewenangan yang bertentangan.

Dengan demikian unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad.4. Unsur : Dapat Merugikan Keuangan Negara Atau Perekonomian Negara. Pembayaran untuk honorarium kepada saksi Drs. Hasnil, MM atas pengurusan restitusi / kompensasi pajak penghasilan pasal 21 tahun pajak 2001 dan 2002 walaupun pekerjaan pengurusan restitusi PPh pasal 21 tersebut bukanlah pekerjaan mendesak dan ada tenggang waktu sekitar 5 (lima) tahun pengurusannya dan pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sendiri oleh satuan kerja terkait di Pemkab Langkat karena setiap bulannya sudah ada data - data rekapan atas PPh yang telah dibebankan kepada negara mengikuti perhitungan pembayaran penggajian kepada setiap pegawai negeri sipil di Pemkab Langkat


(32)

telah menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp. 1.193.574.876,- (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah) berdasarkan hasil perhitungan kerugian keuangan negara dari BPKP Propinsi Sumatera Utara Nomor : SR - 1574 / PW02 / 5 / 2011 tanggal 15 Maret 2011.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur “yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” telah terpenuhi oleh Terdakwa.

Ad.5. Unsur : yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan.

Penuntut Umum dalam dakwaan Subsidair selain mencantumkan pasal 3 Undang - Undang Nomor : 31 tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dengan Undang - Undang Nomor : 20 tahun 2001 yang juga mencantumkan pasal 55 ayat (1) ke - 1 KUH Pidana tersebut. Pasal 55 ayat (1) KUH Pidana adalah pasal yang mengatur tentang tindak pidana penyertaan. Perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab Langkat bersama - sama dengan saksi Drs. Hasnil, MM selaku pimpinan KAP Hasnil M. Yasin & Rekan serta Bupati Langkat H. Syamsul Arifin, SE yang telah membubuhkan paraf pada Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku yaitu tidak adanya dilakukan tender atau pelelangan dalam penghunjukkan kantor akuntan publik yang akan mengerjakan pengurusan kompensasi / restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 Kabupaten Langkat dan perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si yang mengusulkan dan memasukkan / merencanakan anggaran


(33)

untuk jasa konsultan pajak sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) yang kemudian disetujui oleh DPRD Kabupaten Langkat untuk dana pembayaran honorarium atas pekerjaan perhitungan kelebihan PPh pasal 21 yang dikerjakan oleh KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan adalah merupakan perbuatan yang turut serta melakukan tindak pidana.

Berdasarkan uraian di atas, Terdakwa telah bersama - sama dengan Drs. Hasnil, MM selaku pimpinan KAP Hasnil M. Yasin & Rekan telah melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan negara yaitu pembayaran honorarium atas pekerjaan pengurusan kompensasi / restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 Kabupaten Langkat sebesar Rp. 1.193.574.876,- (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah). Dengan demikian unsur “sebagai orang yang melakukan atau yang turut serta melakukan telah terpenuhi”.

Oleh karena semua unsur dari pasal yang didakwakan dalam Dakwaan Subsidair telah terpenuhi dan Majelis Hakim berkeyakinan bahwa tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Subsidair telah terbukti, maka Terdakwa harus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam Dakwaan Subsidair tersebut. Perbuatan Terdakwa yang telah terbukti tersebut menurut undang - undang adalah merupakan kejahatan yang disebut dengan tindak pidana korupsi.

Perlu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan maupun yang meringankan terhadap hukuman yang akan dijatuhkan terhadap diri Terdakwa sebagai berikut :


(34)

Hal - hal yang memberatkan :

Perbuatan Terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi ;

Hal - hal yang meringankan :

1. Terdakwa masih mempunyai tanggungan keluarga ; 2. Terdakwa belum pernah dipidana ;

3. Terdakwa bersikap sopan di persidangan ;

f. Putusan Hakim

Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dan segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Suatu putusan mengenai tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima jika berhubung dengan perbuatan yang didakwakan tidak ada alasan hukum untuk menuntut pidana, misalnya dalam hal delik aduan tidak ada surat pengaduan dilampirkan pada berkas perkara atau aduan ditarik kembali, atau delik itu telah lewat waktu atau alasan non bis in idem.78

1) Menyatakan terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sitersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam dakwaan Primair;

2) Membebaskan terdakwa dari dakwaan primair tersebut;

78


(35)

3) Menyatakan bahwa terdakwa tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana :“Turut serta melakukan Tindak Pidana Korupsi”;

4) Menjatuhkan Pidana oleh karena itu kepada terdakwa dengan pidana penjara selama : 2 tahun dan pidana denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) atau diganti dengan kurungan selama satu bulan.

2. Analisis Putusan

Dalam fakta- fakta yang ada, Pengadaan Konsultan Akuntan Publik yang diadakan itu memang tidak melalui pelelangan ataupun proses tender yang bertentangan dengan ketentuan pasal 17 ayat (4) Keppres Nomor : 18 tahun 2000 yang menentukan Penunjukan Langsung adalah pengadaan jasa konsultasi yang penyedia jasanya ditentukan olek Kepala Kantor / Satuan Kerja / Pemimpin Proyek / bagian proyek / pejabat yang disamakan / ditunjuk dan diterapkan untuk : a. Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah).

b. Pengadaan Jasa Konsultasi yang setelah dilakukan Pelelangan Ulang hanya 1 (satu) peserta yang memenuhi syarat.

c. Pengadaan yang bersifat mendesak / khusus setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri / Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen / Gubernur / Bupati / Walikota / Direksi BUMN / BUMD.


(36)

Biaya pekerjaan / honorarium sebesar 20 % dalam pengembalian PPh pasal 21 sebagaimana yang tercantum dalam surat perjanjian kerjasama yang diparaf oleh Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si bertentangan dengan pasal 28 ayat (7) Keppres Nomor : 18 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah yang menyebutkan kontrak persentase hanya berlaku untuk pelaksanaan jasa konsultasi di bidang konstruksi dan pekerjaan pemborongan tertentu.

Dakwaan primair yang disusun oleh jaksa penuntut umum tidaklah sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Oleh karena itu terdakwa dibebaskan dari dakwaan primair. Dakwaan primair yang menuntut terdakwa dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal tersebut mempunyai unsur yang tidak sesuai dengan perbuatan terdakwa karena terdakwa dianggap melakukan penyalahgunaan kewenangan jadi terdakwa dibebaskan dari dakwaan itu.

Memang setelah ditinjau kembali, unsur dalam pasal 2 (1) itu kurang memenuhi unsur dari perbuatan yang dilakukan terdakwa. Dalam kasus ini terlihat adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan terdakwa karena memperkaya orang lain dalam hal memberikan tambahan pembayaran kepada konsultan Akuntan Publik yang dianggap pembayarannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apalagi SPM yang diberikan untuk Akuntan Publik bersifat sementara dan dianggap tidak seharusnya mencapai sebesar itu.


(37)

Dalam Dakwaan Subsidair lebih lengkap dituangkan unsur-unsur tersebut dalam Pasal 3 Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi. Unsur dari Pasal 3 jo Pasal 18 tersebut adalah :

1. Setiap orang ;

2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi ;

3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan ;

4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara ; 5. Sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang

turut serta melakukan ;

Perbedaan unsur tersebut terletak dari unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dapat terlihat dari pengakuan Terdakwa yang berdalih membubuhkan paraf dalam Surat Perjanjian Kerja dengan Konsultan Akuntan Publik tanpa membaca lembaran dokumen perjanjian tersebut adalah perintah dari Bupati Langkat padahal jika kita tinjau lagi, terdakwa adalah orang yang berpendidikan yang seharusnya tidak sembarangan membubuhkan paraf. Seharusnya dia mempelajari isi dari surat perjanjian tersebut.

Dengan adanya paraf Terdakwa pada surat tersebut tanpa memperhatikan dana/anggaran tersedia dan tanpa mengkaji isi surat perjanjian, maka Terdakwa haruslah bertanggung jawab atas kebenaran terhadap isi surat yang diparafnya dan


(38)

Terdakwa tidak dapat berdalih karena Terdakwa adalah orang yang berpendidikan dan tentunya mengetahui apa akibat terhadap suatu paraf yang dibuat dimana sesuai fakta persidangan dana pembayaran jasa atau honorarium atas pekerjaan perhitungan kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 telah dibayarkan seluruhnya kepada saksi Drs. Hasnil, Ak. MM, walaupun mulai dari proses awal penawaran dan penandatangan surat perjanjian kerja sudah tidak sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku tentang tata cara pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat.

Surat Perjanjian Kerja tersebut tidak mencantumkan plafon (tarif) tetapi disepakati pembayaran sebesar 20 % dari kompensasi pengembalian pajak penghasilan pasal 21 untuk tahun 2001 dan 2002 adalah merupakan perbuatan yang menyalahgunakan kewenangan yang bertentangan dengan :

1) Peraturan Pemerintah Nomor : 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah :

a) Pasal 25 menyebutkan : “tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD tidak dilakukan sebelum ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD dan ditempat dalam lembaran daerah” ;

b) Pasal 27 ayat (2) menyebutkan : “setiap orang yang diberi wewenang menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab atas kebenaran dan akibat dari penggunaan bukti tersebut” ;

2) Pasal 18 ayat (3) Undang - Undang Nomor : 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara : “Pejabat yang menandatangani dan / atau


(39)

mengesahkan dokumen yang bekaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN / APBD bertanggung jawab atas kebenaran materil dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti yang dimaksud” ; 3) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 29 tahun 2002 tentang “Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD” :

4) Pasal 27 huruf c Keppres Nomor : 18 tahun 2000 menyebutkan : “dokumen kontrak sekurang – kurangnya memuat ketentuan nilai atau harga kontrak pekerjaan serta syarat - syarat pembayaran” ;

5) Pasal 28 ayat 7 Keppres Nomor : 18 tahun 2000 menyebutkan : “kontrak presentase hanya berlaku untuk pelaksanaan jasa konsultasi dibidang konstruksi dan pekerjaan pemborongan tertentu” ;

Berdasarkan pertimbangan yang ada maka terpenuhi unsur-unsur dakwaan subsidair, Terdakwa melakukan kerugian bagi negara mencapai Rp. 1.193.574.876,- (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah). Tetapi yang dilihat dari fakta yang ada, perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab Langkat bersama - sama dengan saksi Drs. Hasnil, MM selaku pimpinan KAP Hasnil M. Yasin & Rekan serta Bupati Langkat H. Syamsul Arifin, SE yang telah membubuhkan paraf pada Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku yaitu tidak adanya dilakukan tender atau pelelangan dalam penghunjukkan kantor akuntan publik yang akan mengerjakan pengurusan kompensasi / restitusi atas kelebihan PPh pasal 21


(40)

Kabupaten Langkat dan perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si yang yang mengusulkan dan memasukkan / merencanakan anggaran untuk jasa konsultan pajak sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) yang kemudian disetujui oleh DPRD Kabupaten Langkat untuk dana pembayaran honorarium atas pekerjaan perhitungan kelebihan PPh pasal 21 yang dikerjakan oleh KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan adalah merupakan perbuatan yang turut serta melakukan tindak pidana.

Berdasarkan pertimbangan yang ada maka Hakim pantas menjatuhkan hukuman bahwa memang si Terdakwa memenuhi unsur dakwaan subsidair lebih tepatnya pasal 18 UUNo. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Thun 2001 Tentang tindak Pidana korupsi yang memenuhi unsur “sebagai orang yang telah melakukan atau turut serta melakukan.

B. Putusan Nomor: 78/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST 1. Kasus Posisi

a. Kronologis

Bahwa Terdakwa Sutrisno, SP, M.Hum menjabat sebagai Direktur Utama PT. Hidayah Nur Wahana berdasarkan Akta Notaris No. 26 tanggal 24 Januari 2012 tentang Pernyataan Keputusan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) PT. Hidayah Nur Wahana yang dibuat di hadapan Notaris S.S.M. Enarwanto, SH beralamat di Jl. Wonosari Km 6 No 272 A Baturetno, Banguntapan, Bantul Yogyakarta 55197.


(41)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada Kementerian Pertanian RI pada tahun 2012, berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Nomor : 0325/018-03.1.01/00/2012 tanggal 9 Desember 2011 telah melaksanakan pengadaan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dalam Program Peningkatan Produksi, Produktifitas dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan (kode 108.03.06), kegiatan Pengelolaan sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan (kode 1763), dengan output Benih yang tersalurkan untuk kawasan SL-PTT dan Non SL-PTT (kode 1763.17) sebanyak 65.699.225 kg dengan anggaran Rp. 780.085.331.000,00.

Pengadaan BLBU untuk paket 1 yang dialokasikan untuk 8 provinsi yaitu : Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Bangka Belitung dengan nilai HPS yang dususun oleh Panitia Pengadaan sebesar Rp. 217.139.420.625,-. (dua ratus tujuh belas milyar seratus tiga puluh sembilan juta empat ratus dua puluh ribu enam ratus dua puluh lima rupiah).

Penawaran yang sebesar Rp.209.800.050.000,- (dua ratus sembilan milyar delapan ratus juta lima puluh ribu rupiah) dari HPS sebesar Rp. 217.139.420.625,- (dua ratus tujuh belas milyar seratus tiga puluh sembilan juta empat ratus dua puluh ribu enam ratus dua puluh lima rupiah) dan didukung dengan dokumen pendukung penyuplai benih fiktif dengan data-data palsu berupa surat dukungan, surat perjanjian kerjasama dan tanda tangan penyuplai benih , dokumen verifikasi, jumlah stok benih di penangkar pendukung dan memalsukan tanda tangan para penangkar yang diajukan oleh pihak PT. Hidayah Nur Wahana adalah palsu,


(42)

dengan menggunakan dokumen tersebut akhirnya PT. Hidayah Nur Wahana dimenangkan dalam pelelangan pekerjaan Penyaluran BLBU Paket 1 tahun 2012 tersebut berdasarkan penetapan pemenang lelang Nomor : 97.1/ SR.120/M/3/2012 tanggal 30 Maret 2012 oleh Menteri Pertanian RI SUSWONO selaku Pengguna Anggaran atas dasar usulan Kepala Unit Layanan Pengadaan Ditjen Tanaman Pangan ALIMIN SOLA dengan surat nomor : 005/KA-ULP/DJTP/III/2012.

Pada kenyataannya PT. Hidayah Nur Wahana sama sekali tidak memiliki kemampuan menyediakan benih sebanyak yang dipersyaratkan sehingga terdakwa selaku diraktur Utama PT. Hidayah Nur Wahana memalsu surat perjanjian kerjasama, dokumen verifikasi, meninggikan jumlah stok benih di penangkar pendukung dan memalsukan tanda tangan para penangkar pendukung tersebut. Hal tersebut bertentangan dengan Perpres No. 54 tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 19 ayat (1) huruf b yang berbunyi,

“Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa wajib memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang/jasa”.

Bahwa ternyata pelaksanaan penyaluran BLBU tersebut oleh Terdakwa selaku Dirut PT. Hidayah Nur Wahana tidak disalurkan keseluruhan sebagaimana dalam Kontrak melainkan sebagian besar dokumen pencairan/pembayaran yang diajukan oleh terdakwa atas kegiatan penyaluran BLBU tersebut adalah Palsu/fiktif antara lain berupa Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAPB) BLBU Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), Rekapitulasi Berita Acara Serah Terima Bantuan Langsung Benih Unggul SL-PTT dan Berita Acara


(43)

Serah Terima (BAST). Setelah pembayaran Tahap I, II, III dan IV terlalu rendah serta persyaratan pencairan banyak ditolak seperti BAPB, BAST dan rekapitulasi BAST tidak lengkap maka Terdakwa Sutrisno, SP, M.Hum selaku Dirut PT. Hidayah Nur Wahana memerintahkan Sdr. Oni, Fajar, Ahmad Yani (Staf PT. HNW) pada bulan Oktober 2012 bertempat di Kantor PT. HNW di Jl. Raya Pasar Minggu Km 18 Pasar Minggu - Jakarta Selatan untuk membuat dokumen-dokumen fiktif seolah-olah barang sudah disalurkan sebagaimana dalam Kontrak padahal tidak disalurkan dan oleh PPK permohonan pembayaran tersebut tetap diproses dengan menerbitkan Surat Perintah Pembayaran sehingga Terdakwa Wahana menerima pembayaran atas pekerjaan yang tidak dilaksanakan.

Pada pelaksanaan pengadaan BLBU paket 1 Terdakwa telah mengajukan pembayaran secara bertahap dari Tahap I sampai dengan Tahap VIII sebesar Rp. 127.927.245.659,00 (seratus dua puluh tujuh milyar sembilan ratus dua puluh tujuh juta dua ratus empat puluh lima ribu enam ratus lima puluh sembilan rupiah), tetapi Terdakwa yang menyalurkan BLBU dengan volume yang tidak sesuai Surat Perjanjian tersebut sebagaimana yang diaddendum dengan Surat Perjanjian (Kontrak) Nomor : II.BENIH/PPK/ADD-SP/BLBU/15/P-1/X/2012 tanggal 15 Oktober 2012 bertentangan dengan Perpres No. 54 tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 118 ayat (1) huruf e dan

ayat (2) huruf d, yang menyatakan bahwa Perbuatan Penyedia Barang/Jasa yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak secara bertanggungjawab dapat dilaporkan secara pidana kepada pihak yang berwenang.


(44)

Berdasarkan pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian menemukan adanya permasalahan dalam Penyaluran BLBU TA 2012 yaitu adanya Kerugian negara pada kegiatan pengadaan BLBU Paket 1 TA 2012 dan atas hal tersebut Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian telah membuat Surat Pernyataan adanya kerugian negara pada kegiatan pengadaan BLBU TA 2012 Paket 1 berupa kelebihan pembayaran benih atas temuan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian tersebut Terdakwa membuat surat pernyataan Kesanggupan pengembalian kelebihan bayar ke kas negara sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah).

Perbuatan yang Terdakwa Sutrisno, SP, M.Hum bersama dengan Mahfudi Husodo dan Zaenal Fahmi lakukan telah merugikan keuangan Negara sebesar Rp.69.438.495.705,00 (enam puluh sembilan milyar empat ratus tiga puluh delapan juta empat ratus sembilan puluh lima ribu tujuh ratus lima rupiah) berdasarkan Laporan Hasil Audit Dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Nomor : SR-807/D6/01/2013 tanggal 06 November 2013.

b. Dakwaan

Penuntut umum menyusun dakwaan secara kumulatif : KESATU

Primair:

Diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.


(45)

Subsidair

Diancam pidana dalam Pasal 3 Jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentangPerubahan atas UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

KEDUA

Diancam pidana dalam Pasal 9 UU RI Nomor 20 Tahun 2001 Tentang perubahan atas UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

c. Tuntutan

Atas dakwaan tersebut, selanjutnya Jaksa Penuntut Umum mengajukan tuntutan sebagai berikut:

1) Diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1), jo. pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, jo. pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP sebagaimana diuraikan dalam Dakwaan Kesatu Primair.

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Sutrisno, S.P., M.Hum, berupa

pidana penjara selama 11 (sebelas) tahun dikurangi dengan jumlah masa

tahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dengan perintah agar terdakwa tetap dalam tahanan, dan membayar denda sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan;

3) Membayar uang pengganti sejumlah Rp 68.438.495.705,00 (Enam puluh delapan milyar empat ratus tiga puluh delapan juta empat ratus Sembilan


(46)

puluh lima ribu tujuh ratus lima rupiah), jika terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dalam hal terpidana tidak mempunyai harta yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun, apabila terpidana membayar uang pengganti yang jumlahnya kurang dari seluruh kewajiban membayar uang pengganti, maka jumlah uang pengganti yang dibayarkan tersebut akan diperhitungkan dengan lamanya pidana tambahan berupa pidana penjara sebagai pengganti dari kewajiban membayar uang pengganti.

d. Fakta-fakta Hukum

1) Keterangan Saksi

(1) Saksi Saefudin, saksi menerangkan bahwa :

Saksi sebagai petugas Verifikasi Teknis Lapangan dalam kegiatan BLBU TA 2012, melakukan verifikasi/pengecekan persyaratan fisik peserta pelelangan umum BLBU TA 2012 sesuai dengan dokumen yang diajukan perusahaan peserta pelelangan umum.

Saksi juga sebagai anggota Kelompok kerja Ditjen Tanaman pangan di bawah Unit Layanan Pengadaan Kementerian pertanian RI dan dalam pengadaan benih BLBU di Ditjen Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 dan ikut melakukan evaluasi penawaran dan benar PT. HNW ditetapkan sebagai pemenang dalam pengadaan benih BLBU Tahun Anggaran 2012 di Ditjen


(47)

Tanaman pangan Kementerian Pertanian RI. Pada saksi telah diperlihatkan semua barang bukti, dan saksi mengenal barang bukti yang diperlihatkan kepadanya.

(2) Saksi Hidayat Abdul Rachman, saksi menerangkan bahwa :

Berdasarkan dokumen lelang PT. HNW memiliki pengalaman kerja pengadaan benih padi gogo, jagung hibrida, semangka, melon, cabe merah, kacang panjang dan terong nilai Rp.3.442.879.000,- pada Dit Budidaya sayur buah Ditjen Hortikultura no kontrak : 22.1/SP/APBN.P/POC.2/XII/2010 tanggal 2 Desember 2010. Sedangkan PT. Sang Hyang Seri pengadaan bantuan benih melalui PSO tahun 2009, 2010 dan 2011. Untuk menentukan pemenang lelang telah dilakukan evaluasi teknis atau verifikasi teknis lapangan terhadap dukungan/jaminan supply benih yang ada dalam dokumen penawaran sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat yang sudah ditetapkan dalam dokumen lelang yang telah diajukan penawaran oleh penyedia barang (peserta lelang). PT. HNW dinyatakan dan ditetapkan sebagai pemenang lelang setelah dinyatakan lulus atau memenuhi syarat dalam verifikasi teknis lapangan.

(3) Saksi: Sugiarto, S.P., saksi menerangkan bahwa

Saksi mengetahui adanya pengadaan BLBU Paket I TA 2012 berdasarkan DIPA Tugas Perbantuan APBN dan pemberitahuan dari Dinas Propinsi, rekanan yang mengadakan BLBU PT. HNW pada saat Rapat Sosialisasi tentang kegiatan BLBU TA 2012 sekitar bulan April 2012. Saksi belum pernah melihat surat perjanjian kerja dalam pengadaan BLBU TA 2012 Paket


(48)

1 yang dilaksanakan oleh PT. HNW. Bahwa kepada saksi diperlihatkan dokumen-dokumen yang terdapat nama dan tandangan saksi sebagai Kepala Dinas Pertanian Kab. Aceh Timur. Terhadap dokumen-dokumen tersebut saksi menyatakan tandatangannya tidak benar alias palsu karena saksi tidak pernah menandatangani dokumen-dokumen tersebut.

(4) Saksi Muhammad Yunus, S.P., M.M., saksi menerangkan bahwa :

Bahwa terkait dengan dokumen BLBU SL-PTT/Non-PPT tahun 2012 yang ditunjukkan penuntut umum berupa dokumen-dokumen dan saksi menjelaskan nama yang tertera di dokumen-dokumen tersebut adalah benar nama saksi, tetapi tanda tangan yang tertera di dokumen-dokumen tersebut bukan tanda tangan saksi. Saksi tidak pernah menandatangani dokumen apapun terkait dengan pendistribusian benih BLBU 2012. Stempel yang tertera di dokumen-dokumen tersebut bukan stempel resmi Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Tamiang karena stempel resminya tulisan dan logo bintang lebih besar daripada stempel yang tertera pada dokumen tersebut.

(5) Saksi H. Djarudin Mamas, S.P., saksi menerangkan bahwa :

Bahwa terkait dengan dokumen BLBUSL-PTT/Non-PPT tahun 2012 yang ditunjukkan penuntut umum berupa beberapa dokumen dan terhadap dokumen di atas saksi menjelaskan nama yang tertera di dokumen-dokumen tersebut adalah benar nama saksi, tetapi tanda tangan bukan tanda tangan saksi. Saksi tidak pernah menandatangani dokumen apapun terkait dengan pendistribusian benih BLBU 2012. Stempel yang tertera di dokumen-dokumen tersebut juga bukan stempel resmi kantor karena stempel resmi


(49)

kantor tulisan dan logo bintang lebih besar. Di samping itu nama pada pihak kedua selaku pemeriksa barang yang tertulis pada dokumen tersebut bernama Rico Junaidi, SP adalah tidak benar karena nama tersebut bukan pegawai pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Tenggara. Setahu saksi Rico Junaidi, SP adalah pegawai Dinas Pertanian Propinsi Aceh.

(6) Saksi Ir. Asrin, M.P., saksi menerangkan bahwa :

Saksi pernah mengirim surat teguran kepada Direktur PT. HNW untuk segera mendistribusikan sisa pekerjaan sesuai Calon Petani /Calon Lokasi dan surat tersebut ditembuskan kepada Dirjen Tanaman Pangan dan Direktur Perbenihan Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI. Saksi pernah meminta kepada terdakwa Sutrisno untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pemasokan benih ke Prop. Aceh. Karena baru sekitar + 10% yang terealisir, saat itu terdakwa Sutrisno berjanji akan memenuhi sisa paket tersebut dengan tepat waktu

Kepada saksi diperlihatkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan BLBU. Terhadap dokumen-dokumen itu saksi menjelaskan dokumen berita acara rekapitulasi serah terima BLBU tersebut adalah berita acara yang tidak benar karena tanda tangan yang tertera atas nama saksi selaku Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Propisi Aceh adalah bukan tanda tangan saksi, stempel juga bukan milik Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Propinsi Aceh dan jumlah komoditi benih yang diterima tidak sesuai atau tidak benar sebagaimana Berita Acara Klarifikasi Penyaluran Benih BLBU


(50)

tahun 2012 yang dibuat oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan masing kabupaten/kota dan Realisasi Droping Benih BLBU tahun 2012 yang dibuat dan ditandatangani oleh Ir. Razali Adami, MP selaku Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Propinsi Aceh.

(7) Saksi Rico Junaidi, S.P., saksi menerangkan bahwa :

Saksi mengatakan bahwa tanda tangan saksi dalam beberapa dokumen Berita Acara Pemeriksaan Barang BLBU untuk Aceh Tenggarayang ditunjukkan penuntut umum adalah dipalsukan karena saksi bukan sebagai petugas pemeriksa barang, sedangkan petugas pemeriksa barang dalam bantuan benih unggul tersebut harus diterbitkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan yang bertugas sebagai pemeriksa barang harus Pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Aceh Tenggara sedangkan saksi Pegawai Dinas Pertanian Propinsi Aceh.

(8) Saksi Ir. Muhammad Roem Sismoyo, M.Si, saksi menerangkan bahwa : Saksi membenarkan dalam kegiatan penyaluran benih bantuan program BLBU di Propinsi Sumatera Utara oleh rekanan PT. Hidayah Nur Wahana tidak seluruhnya dilaksanakan sesuai penetapan penerima, luas lahan kebutuhan benih, varietas dan jadwal tanam. Benar terdapat penarikan benih tidak layak dan tidak sesuai volume dengan label benih dalam kemasan.

Bahwa benar setelah saksi melihat satu bundel Rekapitulasi Berita Acara Serah Terima Bantuan yang ditandatangani oleh Pihak Pertama Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Pihak kedua Penyedia Benih/ Pemenang Lelang terdakwa Sutrisno mewakili PT. HNW dan Mengetahui Kepala Dinas


(51)

Pertanian Propinsi Sumatera Utara Ir. M. Roem S, MSi, saksi tidak dapat memastikan tanda tangan dalam dokumen-dokumen tersebut tanda tangan saksi atau bukan, tetapi saksi pernah tanda tangan Rekapitulasi Berita Acara Serah Terima Bantuan di Propinsi Sumatera Utara.

(9) Saksi H. Basrah Daulay, S.P., saksi menerangkan bahwa :

Dokumen Berita Acara Pemeriksaan Barang BLBU SL-PPT TA 2012 Nomor : 001/BAP/2061/V/2012 tanggal 21 Mei 2012 yang ditanda tangani oleh Ir. Charles Marpaung selaku Pemeriksa Barang, menurut saksi adalah palsu karena Ir. Charles Marpaung tidak dikenal, sedangkan pemeriksa barang di Dinas Pertanian Langkat adalah Ir. Yusfik Helmi dan tanda tangan atas nama saksi adalah palsu.

Bahwa dokumen Rekapitulasi Berita Acara Serah Terima BLBU SLPTT TA 2012 Nomor 2061/IX/HNW tanggal 25 September 2012 dan Berita Acara Serah Terima BLBU TA 2012 No. HNW2061001, menurut saksi adalah palsu. (10) Saksi Sudirman, S.P., saksi menerangkan bahwa :

Saksi tahu pada tahun 2012 ada penyaluran BLBU di Kabupaten Padang Lawas Propinsi Sumut dan saksi adalah Pemeriksa Barang BLBU. Alokasi jenis dan jumlah benih program BLBU yang diusulkan Kabupaten Padang Lawas adalah Padi Non Hibrida 111.250 Kg, Padi Hibrida 15.000 Kg, Jagung Hibrida 4.500 Kg, Kedelai 12.000 Kg, Padi Lahan Kering 2.500 Kg dan realisasi penyedia benih PT. HNW adalah Padi Non Hibrida 35.000 Kg, Padi Hibrida 5.625 Kg dan Jagung Hibrida 4.500 Kg. Sebelum dilakukan penyaluran benih diperiksa dengan cara melihat volume dan label dengan hasil


(52)

pemeriksaan untuk Padi Non Hibrida 35.000 Kg, Padi Hibrida 5.625 Kg dan jagung Hibrida 4.500 Kg yang seluruhnya berlabel.

Setelah saksi melihat dan memeriksa dokumen Berita Acara Pemeriksaan Barang Nomor : BLBU/216/V/HNW tanggal 1 Mei 2012 beserta lampirannya (5 lembar) tersebut, tanda tangan saksi telah direkayasa atau tidak benar selain itu volume realisasi dalam dokumen 76.250 Kg tidak benar karena realisasi benih yang disalurkan PT. Hidayah Nur Wahana di Padang Lawas hanya sebesar 35.000 Kg.

(11) Saksi Ir. Syahrir Harahap, saksi menerangkan bahwa :

Sebelum dilakukan penyaluran benih diperiksa dengan cara melihat volume dan label dengan hasil pemeriksaan untuk Padi Non Hibrida 35.000 Kg, Padi Hibrida 5.625 Kg dan jagung Hibrida 4.500 Kg yang seluruhnya berlabel.

Berita Acara Pemeriksaan Barang Nomor : BLBU/216/V/HNW tanggal 1 Mei 2012 beserta lampirannya (5 lembar), dan Rekapitulasi Berita Acara Serah Terima BLBU SL-PTTN/Non SL-PTT TA 2012 No. 2161/Rekap/BLBU/HNW/VIII /2012 tanggal 2 Agustus 2012, setelah saksi melihat dan memeriksa dokumen tersebut tanda tangan saksi telah direkayasa atau tidak benar selain itu volume realisasi dalam dokumen 76.250 Kg tidak benar karena realisasi benih yang disalurkan PT. HNW di Padang Lawas hanya sebesar 35.000 Kg.


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Judul skripsi ini adalah “EKSISTENSI PIDANA DENDA DALAM PEMIDANAAN BERDASARKAN KONTEKS UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN 1999 jo UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI”. Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan, namun dengan lapang dada Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Syafruddin Sulung Hasibuan, S.H., M.H., D.F.M., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(2)

4. Dr. H. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. M. Hamdan, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Liza Erwina, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Dr. Mahmud Mulyadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Armansyah, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah banyak membantu Penulis dalam urusan perkuliahan selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu serta mendidik dan membimbing Penulis selama mengikuti perkuliahan sampai Penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan baik. Serta kepada seluruh Bapak/Ibu Staf Administrasi (Pegawai Tata Usaha) yang telah banyak membantu dan memberikan pelayanan terbaiknya sehingga Penulis dapat menyelesaikan urusan-urusan administrasi dengan baik.


(3)

11.Teristimewa kepada kedua orang tua Penulis yaitu Drs. Jonni Tambun dan Dra. Dameria Marpaung yang telah berjasa mendidik serta membesarkan Penulis serta tidak pernah bosan untuk memberi dorongan serta dukungan dalam doa dan materi hingga Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

12.Yang tersayang kepada adik-adik Penulis yaitu Joseph Osvaldo Ardiles Tambun dan Abed Nego Perkasa Tambun yang telah banyak membantu, memberi dukungan dan doa agar Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 13.Kepada semua keluarga yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih karena selalu memberi nasehat, doa, dan dukungan kepada Penulis.

14.Kepada sepupu- sepupu yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis terutama dr. Saut Adi Hamonangan Pane dan Lia Pontina Marpaung.

15.Kepada teman spesial Penulis yaitu Boni Andreas Pasaribu yang selalu memberi motivasi, dukungan dan semangat pantang menyerah untuk membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Kepada teman- teman yang membantu dan memberikan saran kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu Yogi Ar Chaniago, S.H., Algrant Christie Ginting, S.H., Syahnaz Miyagi Munira, S.H., Bill Clinton Pasaribu, S.H., Intan Elisabeth Pasaribu, S.H.

17.Kepada sahabat-sahabat terbaik Penulis yaitu Kak Hanna Maria Christie Simajuntak, Kak Netty Mentari Putri Lumban Gaol, S.H., Desita Natalia


(4)

18.Debora Simanungkalit, Dyah Putri Ayu Fajarani Simbolon, S.H., Sonia Maretha Siregar, Vincent, S.H., Isaac Sahala Parulian Sidabutar, S.H., Dheo Michael Dwiky Sitompul, Fadhel Muhammad, S.H., Wirda Rizky Lestari, dan Nurul Huda br. Pangaribuan, terima kasih atas dukungan semangat yang terus diberikan sampai Penulis menyelesaikan skripsi ini. 19.Kepada teman-teman Penulis lainnya yaitu Gansyar, Yusuf, Pudja, Gelora,

Conny, Imam, Albert, Ozan, Hiskia Karunia, Suwito, Andre Harjana, Fani, Rindi, Mutia, Jonathan dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan masukannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

20.Kepada teman-teman stambuk 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terutama teman-teman di Grup B yang telah memberikan dukungan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan untuk kita semua.

Medan, Desember 2015 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

D. Keaslian Penulisan ... 11

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

1. Pengertian Pemidanaan ... 11

2. Pengertian Pidana Denda... 20

3. Pengertian Tindak Pidana Korupsi ... 22

F. Metode Penelitian ... 26

1. Jenis Penelitian ... 26

2. Jenis Data dan Sumber Data ... 26

3. Teknik Pengumpulan Data ... 27

4. Analisa Data ... 27


(6)

BAB II PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM SISTEM PEMIDANAAN DI INDONESIA

A. Sejarah Lahirnya dan Perkembangan Pidana Denda di Indonesia ... 29

B. Faktor-Faktor Yang Mendorong Perluasan Pidana Denda di Indonesia 37 C. Pengaturan Pidana Denda di Indonesia ... 39

BAB III PENERAPAN PIDANA DENDA DALAM PEMIDANAAN BERDASARKAN KONTEKS UNDANG-UNDANG NO.31 TAHUN 1999 jo. UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Putusan Nomor 52/ Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn ... 64

1. Kasus Posisi ... 64

2. Analisis Putusan ... 95

B. Putusan Nomor: 78/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST ... 100

1. Kasus Posisi ... 100

2. Analisis Putusan ... 164

C. Putusan Nomor Nomor 94/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn ... 168

1. Kasus Posisi ... 168

2. Analisa Putusan ... 210

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 215

B. Saran ... 216


Dokumen yang terkait

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

1 4 16

PENUTUP PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

0 2 9

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 8

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 1

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 1 28

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 36

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 3

Pembuktian Terbalik Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 14