Besar Sampel Penelitian Alur Penelitian Cara Kerja

berat yang dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan.Sampel penelitian diambil dengan cara consecutive sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

D. Kriteria Sampel Penelitian

1. Kriteria Inklusi a. Seluruh penderita cedera kepala ringan, sedang, dan berat b. Usia penderita 18-50 tahun c. Onset kejadian di bawah 48 jam 2. Kriteria eksklusi a. Penderita cedera multipel b. Penderita dengan indikasi operasi, baik saat masuk atau selama follow up c. Dengan riwayat dementia, psikosis, atau kelainan susunan saraf pusat aktif d. Penderita hamil e. Trauma tajam kepala

E. Besar Sampel Penelitian

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus yang berdasarkan SampleSize Determination in Health Studies, a practical manual version Lwanga dan Lemeshow, 1998, sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Z α : 1,96 α = 5 Zβ : 0,841 β = 20 S : simpangan baku = 0,25 Papa et al., 2012 x 1 -x 2

F. Alur Penelitian

: 0,22 Berdasarkan rumus di atas, didapat bahwa besar sampel satu kelompok minimal 21 orang.

G. Cara Kerja

2 2 1 2 1 2       − + = = x x S Z Z n n β α Penderita masuk seleksi kriteria Subjek penelitian: 1. Penanganan trauma kepala yang komprehensif 2. Pencatatan ulang identitas GCS masuk, suku, usia 3. Pengambilan serum untuk pemeriksaan UCHL-1 4. Pencatatan lama rawatan Pemeriksaan UCHL-1 serum kumulatif Informed consent Universitas Sumatera Utara 1. Dimulai dengan identifikasi karakteristik subjek penderita cedera kepala dengan onset 48 jam dengan melakukan anamnesis, baik secara autoanamnesis maupun secara aloanamnesis. 2. Kemudian dilakukan penanganan sesuai prinsip Advance Trauma Life Support ATLS, yaitu dengan memastikan patensi airway, breathing, dan circulation. 3. Setelah patensi airway, breathing, dan circulation dinyatakan baik, dilakukan penilaian disability, yaitu tingkat kesadaran dalam GCS. 4. Kemudian dilakukan secondary survey yang dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, yaitu laboratorium dan radiologi. 5. Pemeriksaan laboratorium standar yang dilakukan antara lain adalah darah lengkap, analisis gas darah, kadar gula darah sewaktu, elektrolit darah, fungsi hati, fungsi ginjal, dan skrining fungsi pembekuan darah. Pemeriksaan radiologi yang standar dilakukan adalah X-ray servikal proyeksi lateral, Thoraks AP, Pelvik AP, dan CT Scan Kepala. CT Scan yang digunakan adalah Hitachiseri W 450. Pemeriksaan penunjang, baik radiologi dan laboratorium dapat bertambah jika memang diindikasikan. 6. Dementia, psikosis, dan kelainan saraf pusat lainnya disingkirkan dengan anamnesis, baik autoanamnesis maupun alloanamnesis. Cedera multipel ekstra kranial disingkirkan dengan pemeriksaan fisik saat secondary survey dan pemeriksaan penunjang. 7. Serum seluruh penderita yang memenuhi kriteria inklusi diambil dan dikumpulkan untuk pemeriksaan kumulatif Universitas Sumatera Utara 8. Darah diambil sebanyak 6 cc memakai jarum 20 G Terumo dari Vena mediana cubiti kanan oleh seorang petugas laboratorium Patologi Klinik RS H. Adam Malik yang sudah berpengalaman. Darah dibiarkan membeku selama 10-15 menit, kemudian disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 2000 putaran setiap menit Eppendorf 5702. Serum yang dibentuk kemudian dimasukkan ke dalam aliquot. Tabung aliquot kemudian ditandai dengan nama dan kode penderita, kemudian dikumpulkan dalam lemari beku pada suhu -20 o 9. Kemudian dilakukan penanganan terhadap cedera kepala sesuai protokol di Departemen Ilmu Bedah Saraf FK USU. C untuk diperiksa secara kumulatif Sanyo Biomedical Freezer MDF-U730 Upright Laboratory. Persiapan dan penyimpanan sampel dilakukan di laboratorium Patologi Klinik RS H. Adam Malik. a. Cedera Kepala Sedang 1 Pemberian antibiotika intravena golongan sefalosporin generasi ketiga Ceftriaxone sebagai terapi empiris dan kemudian disesuaikan dengan kultur. 2 Pemberian analgetik Non Steroid Anti Inflammatory Drug NSAID intravena. Pada penelitian ini digunakan ketolorac intravena dengan dosis 30 mg setiap 8 jam. 3 Pemberian antipsikotik bila diperlukan sebagai penenang, seperti Haloperidol atau Chlorpromazine intravena Universitas Sumatera Utara 4 Pemberian Mannitol20 secara bolus dengan dosis 0,5-1 gram dalam 10 menit. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan osmolaritas serum dengan batas maksimal 320 mmoll untuk mencegah gagal ginjal. Osmolaritas dihitung berdasarkan kadar ureum, elektrolit, dan kadar gula sewaktu. 5 Pemberian Gastric Mucosal ProtectordanAcid Supressor Agent dengan H2 Blocker, PPI proton Pump Inhibitor dan gastric mucosal protector. 6 Pemberian Phenytoin intravena sebagai profilaksis kejang. Phenytoin diberikan dengan dosis 100 mg setiap 8 jam intravena. 7 Nutrisi diberikan sesegera mungkin dengan target 120 dari BMR dengan kebutuhan protein 1,5 gramkgBB. Diet diberikan dalam bentuk makanan cair melalui selang nasogastrik, empat sampai lima kali sehari. 8 Head up kepala 30 b. Cedera Kepala Berat 1 Tekanan darah dipertahankan pada keadaan sistol 90 mmHg serta oksigenasi dipertahankan pada keadaan PaO2 60 mmHg dan saturasi oksigen 98 . 2 Pemberian Mannitol 20 dengan dosis 0,5-1 grkgBB secara bolus dalam 10 menit 3 Dilakukan intubasi; diberikan antibiotik profilaksis sesuai pola kuman di Unit Perawatan Intensif RSHAM. Antibiotik empiris yang diberikan Universitas Sumatera Utara adalah Ceftriaxone dengan dosis 1 gram setiap 12 jam. Antibiotik akan diganti jika hasil kultur sensitivitas mengacu pada antibiotik lain. 4 Pemasangan kateter vena sentral dan pengukuran tekanan vena sentral dengan target 8-12 cm H2O pada penderita dengan ventilator dan 5-8 cmH20 pada penderita tanpa ventilator 5 Sedasi dilakukan dengan kombinasi fentanyl intravena 0,5-1,5 μgkgjam dengan propofol 1,5-6 mg kgjam. 6 Analgetik yang diberikan adalah Fentanyl intravena dengan dosis awal 0,3-3,5 mg dilanjutkan dengan 1- 2 μgkgjam. 7 Relaksan yang diberikan adalah atracurium dengan dosis 0,5-1 mgkgjam 8 Pemberian Phenytoin intravena sebagai profilaksis kejang. Phenytoin diberikan dengan dosis 100mg setiap 8 jam intravena. 9 PaCO2 dipertahankan pada 35-40 mmHg 10 Pemberian Low-molecular-weight heparinLMWH untuk mencegah trombosis vena dalam. 11 Pada penderita yang sudah terintubasi lebih dari tujuh hari, dilakukan trakeostomi. 12 Nutrisi diberikan sesegera mungkin dengan target 120 dari BMR dengan kebutuhan protein 1,5 gramkgBB. Diet diberikan dalam bentuk makanan cair melalui selang nasogastrik, empat sampai lima kali sehari. Universitas Sumatera Utara 10. Ada tidaknya indikasi operasi dinilai dengan guideline berikut: Tabel 2 Indikasi Operasi pada Perdarahan Intrakranial Jenis Perdarahan Indikasi Operasi Perdarahan Epidural • Volume 30 cc • GCS 9 dengan pupil anisokor Perdarahan Subdural • Ketebalan perdarahan 10 mm • Pergeseran garis tengah 5 mm • Penurunan GCS 2 point • ICP 20 mmHg Perdarahan Intraserebral • Volume 50 cc. • GCS 6-8 dengan volume 20cc dengan pergeseran garis tengah dan atau penekanan sisterna basal Sumber : Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. 7 th ed. Thieme. p. 896-901 11. Penderita dinyatakan boleh pulang setelah lewat setidaknya lima hari perawatan pada kelompok cedera kepala sedang dan berat serta memiliki Glasgow Outcome Scale GOS setidaknya empat. Tabel 3 Glasgow Outcome Scale Skor Interpretasi Keterangan 1 Kematian Penderita meninggal tanpa pulihnya kesadaran 2 Persistent vegetative state Cedera berat, tidak ada kontak dalam jangka waktu panjang dan higher mental function yang rendah 3 Disabilitas berat Cedera berat yang memerlukan bantuan untuk beraktivitas sehari-hari Universitas Sumatera Utara 4 Disabilitas sedang Tidak memerlukan bantuan untuk beraktivitas sehari-hari, tetapi mungkin membutuhkan bantuan untuk bekerja 5 Disabilitas ringan Defisit neurologi minimal dan tidak mengganggu aktivitas Sumber: Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. 7 th ed. Thieme. p. 1183 12. Jika penderita meninggal dalam tiga hari pertama, penderita dimasukkan ke dalam kelompok mortalitas dalam tiga hari pertama 13. Setelah penderita pulang, dilakukan pencatatan lama rawatan. 14. Setelah jumlah sampel terpenuhi, dilakukan pengukuran kadarUCHL-1 secara kumulatif. Analisis dilakukan di laboratorium Patologi Klinik RS H. Adam Malik Medan. UCHL-1 serum diukur secara kuantitatif dengan metode Enzyme Linked Immune-Sorbent Assay ELISA

H. Batasan Operasional