Bambu Bambusa Sp TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1. Karakteristik Jenis Tanah Untuk Bambu No. Jenis tanah Tekstur tanah Struktur tanah

1. Asosiasi latosol merah

Lempung sapai liat Remah sampai mengumpal 2. Latosol merah keckelatan Lempung sapai liat Remah sampai mengumpal

3. Laterit

Beranekaragam dan umumnya berpasir Gumpal konsistensi lekat 4. Latosol ckelat kemerahan Lempung gumpal berselaput lempung, berciri plintip dan lapisan sesquiosiid. Sumber : Sutiyono dkk., 1996. 2. Lahan Topografi Bambu tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 – 2.200 m di atas permukaan laut. Tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik di tempat yang tinggi. Namun, pada tempat-tempat yang lembab atau yang kondisi curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti di tepi sungai, di tebing-tebing yang curam. Sutiyono dkk., 1996. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara normal, yang mana jumlah rumpun sudah mencapai 30 batang dengan diameter ratarata di atas 7 cm. Bentuk topografi lahan pengembangan bambu secara umum dapat dibagi 3 macam: berombak, bergelombang dan bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3 – 8, bergelombang 9 – 15 dan bergunung 30. 3. Ketinggian tempat Tanaman bambu bisa dijumpai dari daerah rendah sampai dataran tinggi, dari pegunungan berbukit-bukit dengan kelerengan curam sampai landai Sastrapradja 1977. Menurut Departemen Kehutanan, 1992. Tanaman bambu dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi yaitu antara Ketinggian tempat, 0 – 2.000 m. dpl. 4. Iklim Faktor iklim yang berpengaruh terhadap kemampuan tumbuh bambu adalah curah hujan dan kelembaban udara. Ketiga hal tersebut saling terkait satu sama lain. Huberman, 1959 diacu dalam Sutiyono, dkk.,1996 menyebutkan suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan bambu berkisar 8,8 C – 36 C, curah hujan minimal 1.020 mmtahun, dan kelembaban udara minimal 80 .3. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, di Indonesia tumbuhan bambu dapat tumbuh pada berbagai tipe iklim mulai dari tipe iklim A, B, C, D, sampai E, atau dari tipe iklim basah sampai kering. Makin basah tipe iklimnya, makin banyak jumlah jenis bambunya Sutiyono, dkk., 1996.

B. Jenis-Jenis Tanaman Bambu

Tanaman bambu dimasukkan ke dalam subfamily bambusoideae. Dalam klasifikasi selanjutnya bambu terdiri dari beberapa marga atau genus dan setiap marga mempunyai beberapa jenis atau spesies Berlin, N. V. A., dan Estu Rahayu 1995. Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum dan Thyrsostachys. Diperkirakan terdapat sedikitnya 159 jenis bambu di Indonesia yang 88 diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia. jenis spesies bambu yang ditemukan tumbuh di pulau jawa, dapat disajikan dalam Tabel berikut ini. Tabel 2. Jenis-jenis Tanaman Bambu yang Tersebar di Pulau Jawa Sumber : Widjaja, E.A. 2001. No Nama Jenis Nama Lokal Daerah Ditemukan 1 Arundinaria japonica Sieb Zuc ex Stend Bambu Jepang Jawa 2 Bambusa arundinacea Retz. Wild. Pring Ori Jawa 3 Bambusa balcooa Roxb. - Jawa 4 Bambusa blumeana Bl. ex Schul. f. Bambu Duri Jawa 5 Bambusa glaucescens Wild Sieb ex Munro. Bambu pagar Jawa 6 Bambusa horsfieldii Munro. Bambu embong Jawa 7 Bambusa multiplex Bambu Cendani, Mrengenani Jawa 8 Bambusa polymorpha Munro. - Jawa 9 Bambusa tulda Munro. - Jawa 10 Bambusa tuldoides Haur hejo Jawa 11 Bambusa vulgaris Schard. Pring kuning, Awi ampel Jawa 12 Dendrocalamus asper Bambu petung Jawa 13 Dendrocalamus giganteus Munro. Bambu Sembilan Jawa 14 Dendrocalamus strictur Roxb Ness. Bambu batu Jawa 15 Dinochloa scandens Kadalan Jawa 16 Gigantochloa apus Kurz. Bambu apus, tali Jawa 17 Gigantochloa atroviolacea Bambu hitam Jawa 20 Gigantochloa atter Bambu ater Jawa 21 Gigantochloa hasskarliana Buluh lengka tali Jawa 22 Gigantochloa kuring Awi belang Jawa 23 Gigantochloa manggong Widjaja. Bambu manggong Jawa 24 Gigantochloa nigrocillata Kurz Bambu terung Jawa 25 Gigantochloa psedoarundinaceae Bambu andong Jawa 26 Gigantochloa robusta Kurz. Bambu mayan Jawa 27 Gigantochloa verticillata Bambu Hitam Jawa

C. Karakteristik lahan Tanaman Bambu

Lahan yang akan ditanami bambu dapat di lahan kering yang tidak pernah tergenang air atau lahan basah yaitu tanah-tanah yang sering atau sesekali tergenang air. Jenis-jenis yang harus di lahan kering adalah dari kelompok Dendrocalamus dan Gigantochloa seperti bambu petung D. asper, bambu apus G. apus, bambu legi G. atter, dan bambu surat G. pseudoarundinacae. Sedangkan jenis-jenis bambu yang dapat ditanam di lahan basah adalah kelompok Bambusa seperti bambu ampel gading B. vulgaris v. striata, bambu ampel hijau B. vulgaris v. vitata dan bambu ori B. blumeana. Kelompok Bambusa selain dapat di tanam di lahan basah juga dapat ditanam di lahan kering. Pemilihan jenis bambu dan lahan yang akan ditanami sangat tergantung dari jenis produk yang akan dihasilkan karena berkenaan kesesuaian jenis bahan baku bambu yang dibutuhkan. a. Topografi Bambu tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 – 2.200 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian, tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik di tempat yang tinggi. Namun, pada tempat-tempat yang lembab atau yang kondisi curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti di tepi sungai, di tebing-tebing yang curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara normal, yang mana jumlah rumpun sudah dapat mencapai 30 batang dengan diameter rata-rata di atas 7 cm. Bentuk topografi lahan pengembangan