Jenis-Jenis Tanaman Bambu TINJAUAN PUSTAKA

C. Karakteristik lahan Tanaman Bambu

Lahan yang akan ditanami bambu dapat di lahan kering yang tidak pernah tergenang air atau lahan basah yaitu tanah-tanah yang sering atau sesekali tergenang air. Jenis-jenis yang harus di lahan kering adalah dari kelompok Dendrocalamus dan Gigantochloa seperti bambu petung D. asper, bambu apus G. apus, bambu legi G. atter, dan bambu surat G. pseudoarundinacae. Sedangkan jenis-jenis bambu yang dapat ditanam di lahan basah adalah kelompok Bambusa seperti bambu ampel gading B. vulgaris v. striata, bambu ampel hijau B. vulgaris v. vitata dan bambu ori B. blumeana. Kelompok Bambusa selain dapat di tanam di lahan basah juga dapat ditanam di lahan kering. Pemilihan jenis bambu dan lahan yang akan ditanami sangat tergantung dari jenis produk yang akan dihasilkan karena berkenaan kesesuaian jenis bahan baku bambu yang dibutuhkan. a. Topografi Bambu tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 – 2.200 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian, tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik di tempat yang tinggi. Namun, pada tempat-tempat yang lembab atau yang kondisi curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti di tepi sungai, di tebing-tebing yang curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara normal, yang mana jumlah rumpun sudah dapat mencapai 30 batang dengan diameter rata-rata di atas 7 cm. Bentuk topografi lahan pengembangan bambu secara umum dapat dibagi 3 macam: berombak, bergelombang dan bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3 – 8, bergelombang 9 – 15 dan bergunung 30. b. Ketinggian Tempat Tanaman bambu dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi yaitu antara ketinggian tempat, 0 – 2.000 m. dpl Depatemen Kehutanan, 1992. Bahkan jenis – jenis yang berbatang kecil dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 2.000-3.750 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 3.750 m dari atas permukaan laut, habitusnya berbentuk rumput. c. Tanah Bambu dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah terutama jenis tanah asosiasi latosol cokelat dengan regosol kelabu. pH tanah yang dikehendaki antara 5,6 – 6,5. Semua jenis tanah dapat ditumbuhi bambu kecuali tanah-tanah yang terdapat dekat pantai. Jenis-jenis tanah yang ditumbuhi pusat bambu adalah jenis tanah asosiasi latosol merah, latosol merah keckelatan, dan laterit, jenis tanah latosol ckelat kemerahan dan jenis tanah asosiasi latosol dan regosol untuk daerah bogor Sutiyono, dkk., 1996. Latosol merupakan suatu jenis tanah yang terbentuk pada daerah yang bercurah hujan sekitar 2.000 sampai 4.000 mm tiap tahun, bulan kering lebih kecil tiga bulan dan tipe iklim A, B SchmidtFerguson. Di Indonesia Latosol umumnya terdapat pada bahan induk volkan baik berupa tupan volkan maupun batuan beku di daerah tropika basah, tersebar pada daerah-daerah dengan ketinggian antara 10 – 1.000 meter dengan curah hujan antara 2.000 – 7.000 mm per tahun dan bulan kering 3 bulan, dijumpai pada topografi berombak hingga bergunung, dengan vegetasi utama adalah hutan tropika lebat Goeswono Soepardi, 1983. Menurut Buringh, P. 1970 Latosol terbentuk oleh proses feralisasi dan latosolisasi. Proses ini meliputi : 1. Pelapukan yang intensif secara kontinu dan proses hidrolisis silika. 2. Pencucian basa-basa dan silika yang mengakibatkan tertimbunnya seskuioksida secara relatif pada horison B. 3. Pembentukan mineral liat kaolinit. Sifat-sifat tanah yang dijumpai mulai dari sifat fisik tanah yaitu berwarna merah hingga ckelat. Berhorizon A horizon di permukaan dan merupakan campuran bahan organik dan bahan mineral serta merupakan horison eluviasi pencucian, B2 horizon penimbunan iluviasi maksimum liat, Fe dan Al oksida, C horizon Bahan induk dan sedikit terlapuk. Sifat kimia yang dijumpai adalah memiliki kemasaman tinggi pH 4,5 - 6,5, kandungan hara rendah, berkadar bahan organik rendah hingga sedang 3 - 10 di lapisan atas dan semakin kebawah semakin rendah, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa rendah sampai sedang 20 - 65 , kandungan Al dan Fe yang dapat dipertukarkan relatif tinggi, kandungan silika dan seskuioksida tinggi, strukturnya baik, permeabilitas dan stabilitas agregat tinggi, dan kepekaan terhadap erosi rendah Soepraptohardjo, 1979.