Pemeriksaan Makroskopik Pemeriksaan Mikroskopik Penetapan Kadar Abu Total Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam

3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Pereaksi Molish Sebanyak 3 g α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.4.2 Pereaksi Benedict

Sebanyak 34,6 g natrium sitrat dan 20 g natrium karbonat dilarutkan dalam 180 ml air suling diaduk dan di saring, kemudian di tambahkan 3,46 g tembaga II sulfat dalam 20 ml kemudian ditambahkan air suling sampai 200 ml Ditjen POM, 1995.

3.4.3 Pereaksi Benedict

Sebanyak 1 g resorsinol dilarutkan dalam asam klorida pekat, kemudian dicukupkan volumenya sampai 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.4.4 Larutan DPPH 0,5 mM

Sebanyak 20 mg DPPH ditimbang kemudian dilarutkan dalam metanol hingga volume 100 ml Molyneux, 2004.

3.5 Pemeriksaan Karakteristik Sampel

Pemeriksaan karakteristik sampel meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam.

3.5.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap madu meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau dan rasa. Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap madu untuk melihat butir butir serbuk sari yaitu dengan cara meneteskan madu di atas objek glass lalu ditutupi dengan kaca penutup kemudian diamati di bawah mikroskop.

3.5.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluen. Cara kerja:

1. Penjenuhan Toluen

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca skalanya. 2. Penetapan Kadar Air Sampel Ke dalam labu yang berisi toluen jenuh diatas, dimasukkan 5 g madu yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen SNI, 2010

3.5.4 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g madu ditimbang, dimasukkan ke dalam krus porselen yang Universitas Sumatera Utara telah dipijar di dalam oven pada suhu 105ºC selama 30 menit dan ditara, diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 500-600ºC sampai bobot tetap. Kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu total dihitung dalam persen SNI, 2010.

3.5.5 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 30 menit lalu dipijar pada suhu 500-600ºC sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung dalam persen SNI, 2010. 3.6 Skrining Madu 3.6.1 Pemeriksaan Flavonoid Sebanyak 10 g madu ditambah 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk Mg, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika pada lapisan amil alkohol terjadi warna merah kekuningan atau jingga Farnsworth, 1966.

3.6.2 Pemeriksaan Sukrosa

Sebanyak 5 ml madu di masukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Molish di campur rata, kemudian di tambahkan 3 ml asam sulfat pekat secara perlahan lahan melalui dinding tabung, cincin ungu yang terbentuk pada batas kedua cairan menunjukkan reaksi positif Gunawan, 2004. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Steroid/Triterpenoid Dari Ekstrak Etanol Pucuk Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.)

8 68 94

Karakterisasi Simplisia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak N-Heksan, Etil Asetat Dan Etanol Herba Labu Siam (Sechium Edule Sw) Dengan Metode DPPH

5 59 72

Karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah duku (Lansium domesticum Correa) dengan metode DPPH

7 76 83

Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Serta Fraksi n-Heksan dan Etilasetat Teripang Holothuria atra Jaeger

0 6 76

Pengaruh Labu Siam (Sechium edule Sw.) terhadap Tekanan Darah.

0 1 17

Pengaruh Labu Siam (Sechium edule Sw.) Terhadap Diuresis.

0 0 14

Penetapan kadar fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun adas (foeniculum vulgare mill.) menggunakan metode dpph.

0 5 88

View of Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak N-Heksan, Etil Asetat Dan Metanol Dari Varietas Umbi Wortel (Daucus Carota L.) Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)

0 1 6

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN CINCAU PERDU (Premna oblongifolia Meer.) DENGAN METODE DPPH SKRIPSI

0 0 14

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi air ekstrak metanolik buah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) - USD Repository

0 0 130