ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2010-2015

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI KEPULAUAN

BANGKA BELITUNG TAHUN 2010-2015

THE ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE HUMAN DEVELOPMENT INDEX IN THE PROVINCE OF KEPULAUAN

BANGKA BELITUNG PERIOD 2010-2015

Disusun Oleh:

RAHMI SURYANTINI

20130430200

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017


(2)

iv

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

BELITUNG TAHUN 2010-2015

THE ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE HUMAN

DEVELOPMENT INDEX IN THE PROVINCE OF KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERIOD 2010-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

RAHMI SURYANTINI

20130430200

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

v

PERNYATAAN

Nama : Rahmi Suryantini

Nomor mahasiswa : 20130430200

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS FAKTOR

-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

2010-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan dalam daftar

pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya

tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 01 April 2017


(4)

vi

MOTTO

Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’minakan melihat pekerjaan itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang

mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa

yang telah kamu kerjakan” (QS At Taubah ayat 105)

Bersabar, berusaha dan bersyukuur

Bersabar dalam berusaha, berusaha dengan tekun dan panjang menyerah dan

bersyukur atas apa yang telah diperoleh

Wanita yang kuat adalah ketika 7 milyar orang di dunia tidak pernah tahu dia

menanggis. Terus berusaha, tidak menyerah. Terus berdiri, setiap kali jatuh

terduduk.

(Darwin Tere Liye)


(5)

vii

PERSEMBAHAN









Ya Allah....

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,

sedih, bahagia,dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman,

yang telah memberi warna-warni kehidupanku.

Ku bersujud dihadapan-Mu

Engkau berikan aku kesempatan untuk sampai di penghujung awal perjalananku

Segala puji bagi Mu Ya Allah..

“Alhamdulillah...Alhamdulillah...Alhamdulillahirobbil’alamin”...

Sembah dan sujudku kepada Allah SWT. Atas takdirmu telah kau jadikan aku

manusia yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan sabar dalam menjalani

kehidupan ini. Yang telah memberikanku ilmu, kemudahan dan kekuatan untuk

melakukan penelitian ini, sehingga penelitian yang sederhana ini dapat

terselesaikan.

Dalam silah di lima waktu muali fajar terbit hingga terbenam. Seraya tanganku

menadah “ya Allah ya Rahman ya Rahim” Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatku. Karya kecil ini Kupersembahkan untuk kedua

malaikatku Ibu Tugiyem dan Bapak Pahmi yang setiap waktunya ikhlas


(6)

viii

Kepada Kakakku Harni Setiawati dan David Riansyah, terimakasih untuk

dukungan dan semangatnya serta mau disibukkan membantu mencari data dalam

penelitianku. Dan untuk keponakanku Davha Abqory al-Asyraf yang selalu

menggemaskan....

Terimakasih untuk Almamaterku tercinta.. UMY

Teruslah belajar, berusaha dan berdo’a untuk menggapainya Jatuh berdiri lagi, kalah mencoba lagi, gagal bangkit lagi

Never give up!


(7)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Konsep Pembangunan ... 12

2. Pengertian Pembangunan Manusia ... 14

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 15


(8)

x

5. Hubungan Antar Variabel ... 18

B. Penelitian Terdahulu ... 23

C. Kerangka Pemikiran ... 30

D. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. Objek Penelitian ... 32

B. Jenis Data ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 33

F. Uji Kualitas Data ... 35

G. Metode Analisis data ... 37

1. Pemilihan Model ... 41

2. Uji Statistik Analisis regresi ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45

A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ... 45

B. Wilayah Administratif ... 47

C. Konsentrasi Pembangunan ... 48

D. Perkembangan Variabel Penelitian ... 49

1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia... 49

2. Perkembangan Kemiskinan ... 50

3. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto ... 54

4. Perkembangan Belanja Modal ... 55

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Uji Kualitas Data ... 57

1. Uji Heteroskedastisitas ... 57

2. Uji Multikolinearitas ... 58


(9)

xi

1. Uji Chow ... 60

2. Uji Hausman ... 61

C. Analisis Model Terbaik ... 62

D. Hasil Estimasi Model Regresi Panel ... 63

E. Uji Statistik ... 67

1. Uji F ... 67

2. Uji T ... 67

3. Koefisien Determinasi R2) ... 69

F. Pembahasan ... 70

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

C. Keterbatasan Penellitian ... 76

DAFTAR PUSTAKA


(10)

xii

DAFTAR TABEL

1.1 Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi dan Wilayah Sumatera tahun

2011-2015 ... 5

1.2 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010-2015 ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 23

4.3 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010-2015 ... 49

4.4 Jumlah Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010-2015 ... 51

4.7 Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Kepulauan Bangka Belitungtahun 2010-2015 ... 54

4.8 Belanja Modal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010-2015 ... 56

5.1 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White ... 58

5.2 Uji Multikolinearitas ... 59

5.3 Uji Chow ... 61

5.4 Uji Hausman... 62

5.5 Hasil Estimasi Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect ... 62

5.6 Hasil Estimasi Model Fixed Effect ... 64


(11)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung tahun 2010-2015 ... 6

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 30

4.1 Peta Kepulauan Bangka Belitung... 46

4.5 Garis Kemiskinan tahun 2010-2014... 52

4.6 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) tahun 2010-2014 ... 53


(12)

(13)

INTISARI

Indeks Pembangunan manusia merupakan salah satu faktor untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara Indeks Pembangunan Manusia terhadap kemiskinan, Produk Domestik regional Bruto dan belanja modal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2015. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan menggunakan metode panel dengan 6 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil dari analisis diketahui bahwa variabel kemiskinan, Produk Domestik Regional bruto, belanja modal memiliki pengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Variabel Kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia sedangkan Produk Domestik regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, dan belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Kata kunci: Indeks pembangunan Manusia (IPM), kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto, melanja modal


(14)

ABSTRACT

The human development index is one factor to measure the welfare of society. This study aims to determine the extent to which the relationship between the Human Development Index to poverty, the regional Gross Domestic Product and capital expenditure in the Province of Kepulauan Bangka Belitung Years 2010-2015. This research was conducted using secondary data and using panels with 6 districts and 1 city in the Province of Kepulauan Bangka Belitung while data analysis used is descriptive analysis.

Results of the analysis show that the variables of poverty, Gross Regional Domestic Product, capital expenditure has an influence on the Human Development Index. Poverty variables significant negative effect on the Human Development Index while the regional Gross Domestic Product positive and significant impact on the Human Development Index, and capital expenditures and significant positive effect on the Human Development Index in the Province of Kepulauan Bangka Belitung.

Keywords: Human Development Index, Gross Regional Domestic Product, capital expenditure


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan semua proses yang dilakukan melalui

upaya-upaya secara sadar dan terencana. Pada intinya pembangunan

merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan yang

terus menerus kearah yang lebih baik. Proses pembangunan meliputi

berbagai perubahan aspek sosial seperti ekonomi, politik, infrastruktur,

pendidikan, teknologi dan budaya. Oleh sebab itu pembangunan

merupakan syarat bagi kelangsungan suatu negara. Komponen dasar atu

nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) serta kebebasan (freedom).

Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus dicapai oleh

masyarakat (Todaro,1998).

Hidup layak merupakan hak asasi manusia yang diakui secara

universal. Konstitusi Indonesia UUD 1945, secara eksplisit mengakui hal

itu dengan mengamanatkan bahwa tugas pokok pemerintah adalah

“memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal itu berarti, menikmati kehidupan yang layak serta hidup bebas dari

kemiskinan merupakan hak asasi setiap warga negara dan tugas


(16)

2

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komplisit

yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara. Secara

khusus, IPM mengukur pencapaian pembangunan manusia berbasis

komponen dasar kualitas hidup. Konsep IPM pertama kali dipublikasikan

UNDP melalui Human Development Report yang kemudian berlanjut

setiap tahun. Unsur – unsur yang terpnting dalam laporan-laporan tersebut, yang mulai terbit sejak tahun 1990 adalah konstruksi dan penyempurnaan

Indeks Pembangunan Manusia. IPM mencoba memeringkatkan semua

negara pada skala antara nol (prestasi pembangunan manusia terendah)

hingga satu (kinerja pembangunan manusia tertinggi) berdasarkan tiga

kriteria atau hasil akhir pembangunan, yakni ketahanan hidup,

pengetahuan, serta kualitas standar hidup (Todaro,1998).

IPM dikembangkan oleh Amartya Sen dalam bukunya

Development as Freedom (Sen, 1999). Indeks ini lebih mengedepankan

hal-hal yang lebih sensitif dan mendetail sehingga dianggap lebih efektif

dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini

digunakan. Empat elemen utama dalam pembangunan manusia yaitu,

produktivitas, pemberdayaan, pemerataan dan keberlanjutan

(UNDP,2014).

UNDP mengukur kesejahteraan dengan menyusun suatu Indeks

komoposit berdasarkan empat indikator yaitu,angka harapan hidup pada

waktu lahir, angka melek huruf penduduk dewasa, rata-rata lama sekolah,


(17)

3

karena: pertama, banyak negara berkembang termasuk Indonesia yang

berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi gagal dalam

mengurangi kemiskinan. Kedua, banyak negara-negara maju yang tingkat

pendapatannya tinggi ternyata tidak berhasil mengurangi masalah sosial

seperti: AIDS, gelandangan, kekerasan dalam rumah tangga. Ketiga,

beberapa negara berpendapat rendah mampu mencapai tingkat

pembangunan manusia yang tinggi karena mampu menggunakan secara

bijaksana semua sumber daya untuk mengembangkan kemampuan dasar

manusia (UNDP,1995).

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara

di dunia. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan

masyarakat, pengangguran, pendidikan, kesehatan, akses terhadap barang

dan jasa, geografi, gender dan lokasi sekitar. Oleh karena itu, diperlukan

strategi untuk penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegritas dan

bersinergi sehingga dapat menyelesaikan masalah karena permasalahan

kemiskinan merupakan lingkaran kemiskinan (Sukmaraga,2011).

Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan

hasilnya. Pemerataan kesempatan harus tersedia, baik untuk semua orang,

laki-laki maupun perempuan harus diberdayakan untuk ikut dalam

berpartisipasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan keputusan-keputusan

penting yang mempengaruhi kehidupan mereka. Fungsi dasar dari


(18)

4

mungkin kebutuhan dasar masyarakat, atas dasar itulah syarat penentu

keberhasilan ekonomi adalah membaiknya kualitas kehidupan seluruh

lapisan masyarakat (Ginting, 2008).

Pemerintah dalam hal ini memiliki berbagai jenis peran dalam

perekonomian. Terdapat tiga peran utama yang harus dilaksanakan dengan

baik dalam perekonomian oleh pemerintah (Guritno, 1993):

1. Peran Stabilisasi, pemerintah lebih berperan sebagai stabilisator untuk

menjaga supaya perekonomian berjalan dengan normal. Menjaga

supaya permasalahan yang tejadi pada sektor perekonomian tidak

menyebar ke sektor lainnya.

2. Peran Distribusi, pemerintah harus membuat kebijakan supaya alokasi

sumber daya ekonomi dilakukan secara efisien supaya kekayaan suatu

negara dapat terdistribusikan secara baik di masyarakat.

3. Peran Alokasi, pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu negara

itu terbatas. Pemerintah harus menentukan seberapa besar sumber

daya yang dimiliki akan dipergunakan untuk memproduksi

barang-barang publik dan individu. pemerintah harus menentukan seberapa

besar barang-barang publik yang diperlukan masyarakat.

Semakin meningkatnya kegiatan manusia dalam menjalankan

ketiga peran diatas, maka tentunya diperlukan pengeluaran dana yang

besar untuk segala kegiatan yang berkaitan dengan pemerintah. Ini


(19)

5

atas kebijakan yang diambil dan diterapkan melalui ketiga peran tersebut.

Pengeluaran pemerintah digunakan untuk membiayai sektor-sektor publik

yang penting, diantaranya yang menjadi prioritas pemerintah mencapai

pembangunan kualitas sumber daya manusia.

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi di Wilayah Sumatera

Tahun 2011-2015

Provinsi Tahun nilai

rata-rata 2011 2012 2013 2014 2015

Aceh 67,45 67,81 68,3 68,81 69,45 68,364 Sumut 67,34 67,74 68,36 68,87 69,51 68,364 Sumbar 67,81 68,36 68,91 69,36 69,98 68,884 Riau 68,90 69,15 69,91 70,33 70,84 69,826 Jambi 66,14 66,94 67,76 68,24 68,89 67,594 Sumsel 65,12 65,79 66,16 66,75 67,46 66,256 Bengkulu 65,96 66,61 67,5 68,06 68,59 67,344 Lampung 64,2 64,87 65,73 66,42 66,95 65,634 Kepulauan

Bangka 66,59 67,21 67,92 68,27 69,05 67,808 Kepulauan

Riau 71,61 72,36 73,02 73,4 73,75 72,828

Sumber: Badan Pusat Statistik 2016

Dari Tabel 1.1 dilihat bahwa angka Indeks Pembangunan Manusia

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2011-2015 menunjukkan

angka yang signifikan yang terus berfluktuasi positif dalam kurun waktu

terebut. Ditahun 2015 IPM sebesar 69,05. Diwilayah Sumatera IPM

Bangka Belitung berada diposisi ke enam yaitu berada di atas Jambi,

Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung dengan nilai rata-rata 67,808.


(20)

6

Sumatera Selatan, namun menjadi provinsi sendiri pada tahun 2000.

Dengan nilai rata-rata IPM Bangka Belitung yang lebih besar dari

Sumatera Selatan itu membutikan bahwa pembangunan manusia di

Bangka Belitung lebih baik dari Sumatera Selatan dan menunjukkan angka

yang signifikan yang berfluktuasi positif dalam kurun waktu tersebut.

Angka IPM ini merupakan salah satu indikator target pencapaian

pembangunan dan sebagai dasar pemerintah dalam mengambil kebijakan

pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kedepannya.

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015

Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung Tahun 2010-2015

Pada Gambar 1.2 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk

miskin pada tahun 2010-2015 mengalami penurunan yang signifikan. Di

Bangka Tengah pada tahun 2010 Laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi 0

0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

2010

2011

2012

2013

2014


(21)

7

dari pada Kepualuan Bangka Belitung yaitu 4,05 sedangkan di Kepulauan

Bangka Belitung sendiri yaitu 3,41 dan mengalami penurunan yang

signifikan sampai tahun 2015. Sumber daya manusia yang berkualitas

sangat penting dalam perluasan pembangunan, dengan meningkatnya

sumber daya manusia maka meningkat pula percepatan pertumbuhan suatu

daerah.

Tabel: 1.3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung Tahun 2010-2015

Kabupaten/Kota Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Bangka 66,41 67,37 67,99 69,34 69,79 70,03 Belitung 66,79 67,17 67,87 69,27 69,56 70,29 Bangka barat 63,16 64,00 64,92 65,85 66,43 67,23 Bangka tengah 65,10 66,09 66,88 67,67 68,09 68,66 Bangka selatan 59,98 60,53 61,17 62,96 63,54 63,89 Belitung timur 64,99 65,86 66,59 67,71 68,10 68,83 Kota pangkapinang 74,68 75,02 75,69 76,14 76,28 76,61

Sumber: Badan Pusat Statistik 2017

Besarnya perubahan yang terjadi pada Indeks Pembangunan

Manusia dari tahun 2010-2015 pada kabupaten dan kota di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat dari Tabel 1.3 Pada tabel

tersebut terlihat bahwa adanya perubahan IPM di Kabupaten/Kota di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Perubahan tersebut secara jelas

dapat dilihat dari tahun ke tahun. IPM tahun 2010 paling tinggi di Kota

pangkalpinang sebesar 74,68% dan paling rendah di Bangka Selatan


(22)

8

mengalami peningkatan. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam IPM harus

mendapatkan perhatian. Manusia merupakan faktor penting sebagai

indikator berhasil tidaknya pembangunan suatu daerah.

Dalam Indeks Pembangunan Manusia, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia diantaranya:

Penelitian Mirza (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Yang

menyatakan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah.

Penelitian Bhakti (2012) dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia tahun

2008-2012. Yang menyatakan bahwa variabel Produk Domestim Regional

Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Indonesia.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mirza (2012) dengan judul

penelitian “Pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun

2006-2009. Yang menyatakan bahwa belanja modal berpengaruh positif


(23)

9

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan dilihat

sejauh mana pengaruh beberapa faktor seperti, kemiskinan, PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) dan belanja modal dapat mempengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Oleh

karena itu, penelitian ini berjudul “ Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia tahun 2010-2015 (studi

kasus di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)”.

B. Batasan Masalah

Mengingat ruang lingkup pertumbuhan Indeks Pembangunan

Manusia sangat luas, maka penulis membatasi pembahasan masalah pada

Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Penelitian pada penulisan ini yang akan dibahas adalah Kemiskinan,

Produk Domestik Regional Bruto dan Belanja modal. Data yang

digunakan adalah data tahunan yaitu dari tahun 2010-2015.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung?

2. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap Indeks Pembangunan Manusia


(24)

10

3. Bagaimana pengaruh belanja modal terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh kemiskinan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung?

2. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung?

3. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh belanja modal terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung?

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,

sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran


(25)

11 2. Manfaat Praktis:

a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan tentang hal yang telah diteliti, sehingga

mampu membandingkan teori yang dierima dilapangan maupun di

bangku perkuliahan.

b. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap

pemikiran dan perkembangan ilmu ekonomi khususnya masalah


(26)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pembangunan

Menurut (Irawan dan Suparmoko, 1992) Pembangunan ekonomi

adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang

diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan rill per kapita. Pengertian

pembangunan secara umum adalah proses perubahan yang terus menerus

untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu.

Pembangunan pada awalnya hanya diarahkan untuk mencapai tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebagai tingkat wujud kesejahteraan

penduduk yang tinggi disuatu negara, namun kenyataannya pertumbuhan

ekonomi yang tinggi belum tentu menunjukkan tingkat kesejahteraan

penduduk khususnya pada negara yang sedang berkembang.

Dalam buku BAPPENAS, arah pembangunan ditujukan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat indonesia

agar semakin maju, mandiri, makmur dan sejahtera berdasarkan pancasila.

Adapun arah kebijakan pembangunan di berbagai bidang antara lain

(Mustopadidjaja, 2012):

a. Pembangunan Ekonomi. Pembangunan ekonomi diarahkan mampu untuk mewujudkan perekonomian yang mandiri dan andal

berdasarkan demokrasi ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran


(27)

13

b. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Pembangunan sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yakni mencakup, pembangunan

pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat

manusia serta kualitas sumber daya manusia, pembangunan

kesehatan diarahkan untuk meningkatkan fisik atau kesehatan

masyarakat dan mutu pelayanan kesehatan, pembangunan

kependudukan diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan

pengendalian laju pertumbuhan penduduk, pembangunan beragama,

pembinaan peranan wanita dikembangkan dengan tetap

memperhatikan kodrat serta harkat dan martabatnya.

c. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Air, tanah dan lahan yang mempunyai nilai ekonomi dan fungsi sosial, pemanfaatan yang

perlu diatur dan dikembangkan dan terkoordinasi bagi sebesar-besar

kesejahteraan rakyat melalui berbagai penggunaan.

d. Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah diarahkan mampu untuk memacu pemerataan pembagunan serta hasilnya dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, peran serta aktif

masyarakat dan meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara

optimal.

Adapun komponen spesifik atas “kehidupan yang serba lebih baik” itu, bertolak dari tiga nilai pokok yakni, kecukupan, jati diri serta

kebebasan. Proses pembangunan di semua masyarakat paling tidak


(28)

14

1) Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam

barang kebutuhan hidup yang pokok seperti sandang, pangan, papan,

kesehatan dan perlindungan keamanan.

2) Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan

kerja, perbaikan kualitas pendidikan serta peningkatan perhatian atas

nilai-nilai kultural dan kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya

untuk memperbaiki kesejahteraan materi melainkan juga

menumbuhkan jati diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

3) Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu

serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka

dari belitan sikap ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau

negara atau bangsa lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang

berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

2. Pengertian Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator

yang menggambarkan perkembangan manusia secara terukur dan

representative. Pembangunan manusia menjadi salah satu yang diperhatikan berbagai banyak pihak dalam upaya perluasan pilihan bagi

penduduk untuk membangun hidupnya yang dianggap penting dan


(29)

15

Dalam laporan Pembangunan Manusia tahun 2001, UNDP (United National Development Program) menyatakan empat aspek utama yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan manusia, yaitu:

a. Peningkatan produktivitas dan partisipasi penuh dalam lapangan

pekerjaan dan perolehan pendapatan.

b. Peningkatan akses dan kesetaraan untuk memperoleh peluang-peluang

ekonomi dan politik. Dengan kata lain, penghapusan segala bentuk

hambatan ekonomi dan politik yang mnghalangi setiap individu untuk

berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari peluang-peluang tersebut.

c. Aspek berkelanjutan, yakni peluang-peluang yang disediakan kepada

setiap individu pada saat ini dapat dipastikan tersedia untuk generasi

yang akan datang, terutama daya dukung lingkungan atau modal alam

dan ruang kebebasan manusia untuk terus berkreasi.

d. Pembangunan tidak hanya serta-merta untuk masyarakat, tetapi juga

oleh masyarakat. Artinya, masyarakat harus terlibat penuh dalam

setiap proses-proses pembangunan bukan hanya sekedar obyek

pembangunan tetapi adanya partisipasi masyarakat dalam

pembangunan.

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indexs) adalah indikator untuk mengukur kualitas perkembangan manusia dari hasil

pembangunan ekonomi. Konsep IPM pertama kali dipublikasikan UNDP


(30)

16

tahun. Unsur – unsur yang terpenting dalam laporan-laporan tersebut, yang mulai terbit sejak tahun 1990 adalah konstruksi dan penyempurnaan

Indeks Pembangunan Manusia. Seperti halnya PQLI, PQLI merupakan

indeks komposit atau gabungan dari tiga indikator, yaitu: harapan hidup

pada usia satu tahun, angka kematian, dan tingkat melek huruf. HDI

mencoba meranking semua negara dalam skala 0 (sebagai tingkat

pembangunan manusia yang tertunda) hingga 1 (pembangunan manusia

yang tinggi) berdasarkan atas tiga tujuan pembangunan (Kuncoro, 1997)

yaitu:

a. Usia panjang yang diukur dengan tingkat harapan hidup.

b. Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah

orang dewasa yang dapat membaca (diberi bobot dua pertiga) dan

rata-rata tahun sekolah (diberi bobot sepertiga) Penghasilan yang

diukur dengan pendapatan per kapita rill yang telah disesuaikan, yaitu

disesuaikan menurut daya beli mata uang masing-masing dan asumsi

menurunnya utilitas margin penghasilan dengan cepat.

Kendati Human Development Indexs (HDI) memberikan wawasan yang lebih luas mengenai pembangunan (Todaro, 1995) memberi catatan

yaitu:

1. Pembentukan HDI sebagian didorong oleh strategi politik yang

didesain untuk memfokuskan perhatian pada aspek pembangunan,


(31)

17

2. Ketiga indikator tersebut merupakan indikator yang bagus namun

bukan ideal (misalnya, tim PBB ingin menggunakan status nutrisi bagi

anak berusia dibawah lima tahun sebagai indikator kesehatan yang

ideal, tetapi datanya tidak tersedia).

3. Nilai HDI suatu negara mungkin membawa dampak yang kurang

menguntungkan karena mengalihkan fokus dari masalah

ketidakmerataan dalam negara tersebut.

4. Alternatif pendekatan yang memandang ranking GNP perkapita dan

kemudian melengkapinya dengan indikator sosial yang masih di

hargai.

5. Harus selalu ingat bahwa indeks merupakan indikator pembangunan

yang relatif bukan absolut.

4. Komponen Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia merupakan salah satu keberhasilan di suatu

wilayah dalam pembangunan meskipun hanya merangkum beberapa

indikator pembangunan. Secara operasional ada tiga komponen ukuran

Indeks Pembangunan Manusia yang merefleksikan pembangunan manusia

yaitu (Patak, 2014):

e. Indeks Hidup Layak

Untuk mengukur dimensi standar hidup yang layak diukur dengan


(32)

18 f. Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang

diharapkan penduduk disuatu wilayah dapat menikmatinya. Indeks

harapan hidup diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan hidup

ketika lahir dengan cara menstandarkan angka harapan hidup terhadap

nilai maksimum dan minimumnya.

g. Indeks Pendidikan

Salah satu komponen Indeks Pembangunan Manusia adalah

Pendidikan. Indeks Pendidikan diukur berdasarkan dua indikator yaitu

angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Populasi yang

digunakan adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas karena

mayoritas penduduk dengan umur tersebut sudah ada yang berhenti

sekolah.

5. Hubungan Antar Variabel

a. Hubungan Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Substansi kemiskinan adalah kondisi deprevasi terhadap sumber

untuk memenuhi kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan, papan,

dan pendidikan dasar, namun kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan

persoalan ekonomi tetapi bersifat multidimensional karena pada

kenyataannya kemiskinan juga berkaitan dengan persoalan non-ekonomi

seperti, sosial, budaya, dan politik (Rais, 1995).

Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi


(33)

19

masalah yang kompleks yang bermula dari kemampuan daya beli

masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok sehingga

kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan kesehatan terabaikan (Mirza,

2012).

Pada tahun 1973, WHO/FAO merekomendasi tentang jumlah

kalori dan protein untuk penduduk Indonesia yang besarnya

masing-masing 1.900 kalori dan 40 gram protein per orang per hari. Berdasarkan

ukuran tersebut, Sajogya telah membuat suatu batasan atau klasifikasi

kemiskinan sebagai berikut (Suyanto, 2013):

1) Untuk daerah perkotaan, seseorang dikatakan miskin apabila

mengkonsumsikan beras kurang dari 420 kilogram per tahunnya.

2) Untuk daerah pedesaan, seseorang disebut miskin apabila

mengkonsumsi 320 kilogram, miskin sekali apabila

mengkonsumsikan 240 kilogram dan paling miskin apabila

mengkonsumsikan kurang dari 180 kilogram per tahunnnya.

Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur

tentunya akan meningkatkan peluang mereka yang terjebak ke dalam

kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan atau penghasilan. Apabila

pengangguran disuatu negara buruk serta kekacauan politik dan sosial

selalu menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan

prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Hilangnya

lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar


(34)

20

masalah pengangguran terjadi pada masyarakat berpendapatan rendah

terutama yang berada di atas garis kemiskinan maka insiden pengangguran

dengan mudah menggeser mereka pada posisi kemiskinan.

b. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Potensi ekonomi erat kaitannya dengan lapangan usaha unggulan.

Lapangan usaha unggulan atau yang mempunyai peranan besar dalam

perkonomian menjadi prioritas untuk lebih dikembangkan. Selain akan

lebih cepat dalam memacu perkembangan perekonomian, efek dominonya

akan dapat mendorong perkembangan lapangan usaha lainnya. Selain

potensi ekonomi tentunya juga perlu diperhatikan seberapa jauh

perkembangan ekonomi dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat.

Karena pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah mengoptimalkan

kapasitas ekonomi yang dapat menciptakan nilai tambah tinggi dan

mampu menyerap tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. salah satu indikator yang dapat melihat

perkembangan perekonomian maupun dijadikan ukuran dalam

kemakmuran secara makro yaitu Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB).

Menurut Somodiningrat, PDRB dapat dibedakan menjadi tiga

pengertian, yaitu metode produksi, metode pendapatan, dan metode

pengeluaran. Pada metode produksi, PDRB diperoleh dengan


(35)

21

berbagai unit produksi di suatu daerah tertentu, yang biasanya dalam satu

tahun. Pada metode pendapatan, PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa

yang diterima oleh berbagai faktor-faktor produksi yang ikut andil dalam

proses produksi di suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu satu tahun,

sedangkan pada metode pengeluaran, PDRB diperoleh dari penjumlahan

seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan

lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, penambahan stok ekspor

neto dalam wilayah tertentu dan pembentukan modal domestik bruto.

Diantara ketiga pendekatan tersebut, yang paling banyak digunakan dan di

terapkan di berbagai daerah Kabupaten/Kota adalah pendekatan produksi

(Tjandra, 2010).

Tingkat pembangunan manusia yang ralatif tinggi akan

mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi melalui kapasitas penduduk

dan konsekuensinya adalah peningkatan produktivitas dan kreativitas

masyarakat setempat. Dengan meningkatnya produktivitas, maka

penduduk dapat menyerap dan mengelola sumber daya yang penting bagi

pertumbuhan ekonomi. Tingginya PDRB akan mengubah pola konsumsi

masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan. Daya beli masyarakat untuk

mengkonsumsi suatu barang berkaitan erat dengan IPM, karena daya beli

merupakan salah satu indikator komposit dalam IPM yaitu indikator


(36)

22

c. Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Menurut (Mirza, 2012) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

adalah sarana atau alat untuk menjalankan otonomi daerah yang nyata dan

bertanggung jawab dan memberi arti tanggung jawab Pemerintah Daerah

karena APBD menggambarkan seluruh kebijaksanaan Pemerintah Daerah.

Belanja modal adalah belanja yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk

membangun insfratruktur dan kebutuhan masyarakat umum yang sering

disebut juga belanja pembangunan yang berupa pembangunan investasi

fisik (pembangunan infrastruktur) yang mempunyai nilai ekonomis lebih

dari satu tahun dan mengakibatkan penambahan aset daerah. Belanja

modal menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk

pembelian barang-barang yamg dipergunakan untuk investasi dalam

bentuk aset tetap dan aset lainnya (Bastian, 2005).

Belanja modal untuk kesejahteraan masyarakat tidak bisa lepas dari

kebijakan pemerintahannya. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas SDM didasarkan kepada pemikiran bahwa pendidikan tidak

sekedar menyiapkan peserta didik agar mampu masuk dalam pasaran

kerja. Pendidikan merupakan salah satu upaya pembangunan karakteristik

bangsa. sehingga pendidikan merupakan landasan untuk menjadikan

masyarakat lebih sejahtera. Belanja modal mempunyai dampak yang

signifikan dan negatif terhadap pendapatan perkapita dalam hubungan

langsung tetapi juga mempunyai hubungan positif dalam hubungan tidak


(37)

23

B. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya yang mendasari pemikiran dan pertimbangan dalam

menyusun skripsi ini. Secara terperinci penelitian terdahulu dapat dilihat

dalam Tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Penulis, tahun dan judul

Metode

Analisis Variabel Kesimpulan

1. Nur Baeti, 2013, Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pembangunan Manusia Kabupaten/Kot a Di Provinsi Jawa tengah Tahun 2007-2011 Data Panel: Model Poolep Lest (Common Effect) Model Pendekata n Efek Tetap (Fixed Effect)

 Penganggur an

 Pertumbuha n Ekonomi  Pengeluara

n

Pemerintah

1. Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa variabel pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan dengan koefisien negatif sebesar 1,96 terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun

2007-2011. Hal ini

menunjukkan bahwa apabila pengangguran mengalami penurunan sebesar 1%, maka akan meningkatkan Indeks Pemangunan Manusia di Jawa Tengah sebesar 1,96.

2. Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi mengalami


(38)

24

No Penulis, tahun dan judul

Metode

Analisis Variabel Kesimpulan

peningkatan sebesar 1% maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0,14.

3. Berdasarkan analisis dapat dijelaskan bahwa variabel pengeluaran pemerintah yang dalam hal ini adalah pengeluaran pemerintah yang dalam hal ini adalah pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan bepengaruh positif sebesar 4,60. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan mengalami peningkatan seesar 1% maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah sebesar 4,60. 2. Prima Sukmaraga, 2011, Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia , PDRB Per Kapita dan Jumlah Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin Analisis regresi Linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

 Indeks Pembangun an Manusia  PDRB per

kapita  Jumlah

Penganggur an

1. Hasil regresi persamaan sloope koefisien dari Indeks Pembangunan Manusia menunjukkan angka -9.142907931 yang berarti bahwa kenaikan 1% Indeks Pembangunan

Manusia akan

menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 9.142907931%. Pada persamaan tersebut Indeks Pembangunan Manusia hubungannya negatif dan signifikan pada alpha 5%.


(39)

25

No Penulis, tahun dan judul

Metode

Analisis Variabel Kesimpulan

2. Hasil regresi persamaan menunjukkan sloope koefisien dari PDRB per kapita menunjukan angka -0.3635990536 yang berarti bahwa kenaikan 1% angka PDRB per kapita akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar -0.3635990536%. Pada persamaan tersebut

PDRB perkapita

hubungannya negatif dan signifikan pada alpha 5%.

3. Hasil regresi persamaan menunjukkan sloope

koefisien dari

Unemployment/ Jumlah

Pengangguran (U)

menunjukkan angka 0.8834590113 yang berarti bahwa kenaikan

1% angka Jumlah

Penagngguran akan meningkatkan jumlah penduduk miskin sebesar 0.8834590113%. pada persamaan tersebut

Unemployment/ Jumlah

pengangguran (U)

hubungannya positif dan signifikan pada alpha 5%

3. Denni Sulistio Mirza, 2012, Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal terhadap

Data panel: Gabungan

time series

dan cross section

 Kemiskinan  Pertumbuha

n Ekonomi  Belanja

modal

1. Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa variabel kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan dengan elastisitas negatif sebesar 0,208192 terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009.


(40)

26

No Penuis, tahun dan judul

Metode

Analisis Variabel Kesimpulan

Indeks

Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-2009

Hal ini menunjukkan apabila rasio kemiskinan mengalami penurunan sebesar 1% maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah sebesar 0,208.

2. Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan dengan elastisitas positif sebesar 0,153434 terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1% maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan manusia di Jawa Tengah sebesar 0,153.

3. Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa variabel belanja modal berpengaruh positif dan signifikan dengan elastisitas positif sebesar 0,274209 terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009.Hal ini menunjukan bahwa apabila rasio belanja modal yang dikeluarkan mengalami peningkatan sebesar 1% maka akan meningkatkan IPM sebesar 0,274.


(41)

27

No Nama, tahun dan judul

Metode

Analisis Variabel Kesimpulan

4. Nadia Ayu Bhakti, 2012, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Periode 2008-2012 Data Panel: Model Poolep Least (common Effect) Model Pendekatn Efek Tetap (Fixed Effect)

 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)  Rasio

ketergantun gan

 Konusumi rumah tangga  APDB

untuk pendidikan  APBD

untuk kesehatan

1. Dari hasil regresi data panel diketahui bahwa PDRB di 33 provinsi di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Indonesia dengan koefisien sebesar 0,86. Berarti bahwa setiap

peningkatan PDRB

sebesar 1% maka dapat menyebabkan kenaikan IPM sebesar 0,86%.

2. Rasio ketergantungan di 33 provinsi di Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM di Indonesia dengan koefisien sebesar -0,33 berartibahwa setiap peningkatan rasio ketergantungan sebesar 1% , maka dapat menyebabkan penurunan IPM sebesar 0,33% dengan asumsi variabel lain tetap.

3. Konsumsi rumah tangga untuk 33 provinsi di Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan erhadap IPM di Indonesia dengan koefisien sebesar -0,10 berarti bahwa setiap peningkatan konsumsi rumah tangga untuk makanan sebesar 1% , maka dapat menyebabkan penurunan IPM sebesar 0,10% dengan asumsi variabel lain tetap (ceteris paribus).


(42)

28

No Nama, tahun dan judul

Metode

Analisis Variabel Kesimpulan

4. APBD untuk pendidikan di 33 provinsi di Indonesia dengan alpha 0,5 H0 tidak dapat ditolak, tapi pada alpha 0,1 H0 ditolak.

5. APBD untuk kesehatan di 33 provinsi di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Indonesia dengan koefisien sebesar 0,37% berarti bahwa setiap peninngkatan APBD untuk kesehatan sebesar

1%, maka dapat

menyebabkan kenaikan IPM sebesar 0,37% dengan asumsi vaariabel lain tetap (ceteris paribus).

5. Mohammad Bhakti

Setiawan dan Abdul Hakim, 2013, Indeks Pembangunan manusia Error Correction Model (ECM)

 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)  Pajak

Pendapatan (PPN)  Dummy

Desentralis asi (DD)  Dummy

Krisis Ekonomi (DK)

1. Hasil pengujian model

ECM menunjukkan

bahwa RESI (error correction term) terlihat signifikan meskipun pada tingkat 10% saja. PDB dan PPN mempengaruhi IPM dalam jangka pendek (selain juga pengaruh jangka panjang terlihat juga bahwa DD dan DKI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IPM.

2. Tentang pengaruh DD terhadap IPM , hal ini membenarkan keraguan sebagai ahli ekonomi bahwa diperlukan waktu

panjang sebelum

Pemerintah Daerah mampu menggunakan


(43)

29

No Nama, tahun dan judul

Metode

Analisis Variabel Kesimpulan

dengan efisien dan efektif statusnya sebagai daerah otonom (Brojonegoro, 2007). Krisis tahun 1997

tampak tidak

berpengaruh terhadap IPM sementara krisis tahun 2008 secara signifikan berpengaruh terhadap IPM.

6. Riva Ubar Harahap, 2011, Pengaruh dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi

Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara

Metode Purposive sampling

 Dana alokasi umum  Dana

alokasi khusus  Dana bagi

hasil

1. Hasil penguji statistik menunjukkan bahwa pada regresi dengan variabel idependen DAU, DAK dan DBH serta variael

dependen IPM

disimpulkan bahwa Dau dan DBH berpengaruh secara positif dan signifikan pada alpha 5% terhadap IPM. Artinya kenaikan DAU dan DBH

akan menyebabkan

kenaikan IPM . hasil

pengujian juga

menunjukkan bahwa DAK berpengaruh secara negatif dan signifikan pada alpha 5% terhadap IPM, artinya kenaikan DAK akan menurunkan

IPM. Model yang

terbentuk dari hasil regresi adalah sebagai berikut: Y= 72.005 + 4.306 X1 – 4.304 X2 + 6.345X3 + e.


(44)

30

C. Kerangka Pemikiran

Pada pembahasan ini, penulis memaparkan model/kerangka pikir

penelitian yang menjadi alur berfikir dalam melihat pengaruh variabel

yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk

mengetahui kerangka pikir penelitian Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1

Skema kerangka pemikiran

Data panel merupakan gabungan antara data runtut waktu dan data

silang. Menurut Agus Widarjono (2009) penggunaan data panel dalam

sebuah observasi mempunyai bebrapa keuntungan yang diperoleh yaitu:

pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan

cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan data yang lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan

degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilang variabel (omitted-variabel).

Kemiskinan (-)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) PDRB (+)


(45)

31

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian dan pembahasan diatas, mulai dari latar belakang

hingga penjelasan teori, maka penulis membangun hipotesis sebagai

berikut:

1. Diduga Kemiskinan berpengaruh negatif terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

2. Diduga PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) berpengaruh positif

terhadap nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

3. Diduga Belanja Modal berpengaruh positif terhadap nilai Indeks


(46)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto,

2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

dalam periode 2010-2015. Dengan pemilihan periode tersebut diharapkan

6 periode sudah dapat menjelaskan kondisi yang relevan serta kedepannya

dapat menjadi bahan refleksi bagi pemerintah. Dan populasi yang diambil

dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota yang terdiri dari 6 Kabupaten

dan 1 Kota, antara lain Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah,

Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur dan kota Pangkal Pinang.

B. Jenis Data

Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder

yaitu data yang diambil dari pihak lain atau merupakan data yang sudah

diolah oleh pihak-pihak tertentu secara berkala yang dianggap kompeten.

Dimana data yang terkait dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), Kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

dan Belanja Modal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama lima


(47)

33

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai macam

sumber melalui data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik

(BPS) Bangka Belitung dan instansi yang terkait serta dari berbagai

sumber studi kepustakaan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan data

sekunder. Data sekunder merupakan suatu cara untuk memperoleh data

atau informasi dalam berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian

dengan melihat kembali laporan-laporan yang tertulis baik berupa angka

maupun keterangan. Pada penelitian ini, untuk mengetahui data Indeks

pembangunan Manusia, Kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

dan Belanja Modal diperoleh dari BPS Provinsi Kepulauan Bangka

belitung. Selain diperoleh dari BPS penelitian ini juga dirujuk dengan

studi pustaka, buku-buku, internet serta literatur-literatur maupun tulisan

yang berhubungan dengan tulisan ini.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel terkait (dependen variabel)

dan variabel bebas (independen variabel) adalah kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Belanja Modal.


(48)

34

Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam

penelitan ini antara lain:

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks yang komposit

untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara atau daerah.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP) dalam Indeks Pembangunan Manusia terdapat tiga indikator komposit yang

digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam

pembangunan manusia adalah: pertama, Indeks Harapan Hidup yang diukur dengan angka harapan ketika lahir. Kedua, Indeks Pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek

huruf penduduk usia 15 tahun keatas. Ketiga, Indeks Pendapatan yang diukur dengan daya beli konsumsi per kapita.

2. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti; makanan, pakaian, pendidikan,

kesehatan dan tempat untuk berlindung. Kemiskinan terjadi atas

kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan dasar ataupun sulitnya akses

terhadap pendidikan dan pekerjaan. Secara ekonomis kemiskinan juga

diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemiskinan


(49)

35

modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan,

rendahnya produktivitas dan pendapatan.

3. Produk Domestik Regioonal Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB merupakan salah satu

indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah.

Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah insfratruktur ekonomi. PDRB adalah jumlah nilai

tambah bruto yang dihasilkan oeh seluruh unit usaha di wilayah

tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

4. Belanja Modal

Belanja modal adalah belanja yang dikeluarkan oleh pemerintah

untuk membangun insfratruktur dan kebutuhan masyarakat umum

yang sering disebut juga belanja pembangunan yang berupa

pembangunan investasi fisik (pembangunan infrastruktur) yang

mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun dan mengakibtkan

penambahan aset daerah.

F. Uji Kualitas Data

1. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dapat dilakukan

untuk melihat apakah terdapat korelasi antara variabel-variabel bebas

dalam model regresi. Jika terdapat korelasi maka dinamakan terdapat


(50)

36

Cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu:

R2 cukup tinggi (0,7 – 0,1), tetapi uji untuk masing-masing koefisein regresinya tidak signifikan.Tingginya R2 merupakan syarat yang

cukup (sufficent) akan tetapi bukan syarat yang perlu (necessary)

untuk terjadinya multikoinearitas, karena pada R2 yang rendah < 0,5

bisa juga terjadi multikolinaritas.

a. Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel

independen yang lain, kemudian dihitung R2nya dengan uji F

b. Jika F*> F tabel maka H0 ditolak, ada multikolinearitas c. Jika F*< F tabel maka H0 ditolak tidak ada multikolinearitas.

Untuk mengetahui terjadinya multikolinearitas dalam satu model,

dengan salah satu cara melihat koefisien korelasi, jika terdapat

koefisiensi korelasi yang lebih besar dari [0,9] maka terdapat gejala

multikolinearitas.

2. Uji Heteroskedatisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dengan nilai varian

dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Suatu model

regresi dikatakan terkena heteroskedastisitas apabila terjadi

ketidaksamaan varian dari residaul baik dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lainnya. Jika varian dari residual dan satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas ini dapat dapat dideteksi dengan melihat tingkat


(51)

37

maka model regresi terbebas dari heteroskedastisitas dan apabila

signifikan korelasi lebih kecil dari 0,05 maka mode regrei mengalami

heteroskedasisitas.

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang

lainnya. Jika varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang

lainnya tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Jika ada pola-pola tertentu

seperti titik-titik yang ada bentuk suatu pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melambat kemudian menyempit) maka telah terjadi

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar

diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

G. Metode Analisis data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka dalam

menganalisis permasalahan data penulis akan menggunkan metode regresi

Data Panel. Analisis regresi data panel adalah analisis regresi dengan

struktur data yang merupakan data panel. Data panel adalah gabungan

antara data runtut waktu time series dan data silang cross section.

Menurut Wibisono (2005) keunggulan rgresi data panel yaitu:

pertama, data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu. kedua,


(52)

38

digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.

Ketiga, tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif, lebih variatif dan kolinearitas antara data semakin

berkurang dan derajat kebebasan degree of freedom/df lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien. Keempat, data panel mendasarkan dari pada observasi cross section yang berulang-ulang

(time series) sehingga metode data panel ini cocok digunakan sebagai stuy of dynamic adjustment. Kelima, data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks. Keenam, data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan

oleh regresi data individu.

Berdasarkan studi empiris model regresi data panel dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Y = + b1X1it + b2X2it + b3X3it e...(3.1) Keterangan:

Y : IPM

 : Konstanta

X1 : Kemiskinan

X2 : PDRB

X3 : Belanja Modal

i : Kabupaten/Kota

t : Waktu


(53)

39

untuk menjawab masalah/hipotesis dalam penelitian ini metode yang

digunakan dalam mengestimasi model regresi data panel dapat dilakukan

dengan tiga pendekatan, yaitu:

1. Common Effect Model (Pooled Least Suare)

Model common effect merupakan pendekatan data panel yang paling sederhana. Model ini tidak memperhatikan dimensi individu

maupun waktu sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu

sama dalam berbagai kurun waktu. Model ini hanya

mengkombinasikan data time series dan cross section dalam bentuk

pool, dengan mengestimasi menggunakan pendekatan kuadrat

terkecil/ pooled least square.

Pada beberapa penelitian data panel, model ini sering tidak pernah

digunakan sebagai estimasi utama karena sifat dari model ini yang

tidak membedakan perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya

bias, namun mmodel ini digunakan sebagai pembanding dari kedua

pemilihan model lainnya.

2. Fixed Effect Model

Model fixed effect ini mengasumsikan bahwa terdapat efek yang berbeda antar individu. Perbedaan ini dapat diakomodasi melalui

perbedaan intersepnya. Oleh karena itu, dalam model fixed effect,

setiap merupakan parameter yang tidak diketahui dan akan diestimasi


(54)

40

sebutan model efek tetap atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga Covariance Model

3. Random Effect Model

Berbeda dengan fixed effect model, dalam analisis regresi data panel juga menggunakan pendekatan random effect model. Pendekatan random effect model ini digunakan mengatasi kelemahan

dari pendekatan fixed effect model yang menggunakaan variabel semu, sehingga menyebabakan model mengalami ketidakpastian. Metode

random effect ini akan mengestimasi data panel dimana variabel

gangguan diduga memiliki hubungan antar waktu antar obyek.

Perbedaan antara metode Common effect, Fixed effect dan

Random effect antara lain:

1. Common effect:

a. Menggunakan metode OLS biasa.

b. Regresi data panel yang dihasilkan berlaku untuk setiap

individu.

c. Diasumsikan setiap unit individu memiliki intersep dan slope

yang sama ( tidak ada perbedaan pada dimensi kerat waktu).

2. Fixed effect

a. Intersep dibedakan antar individu.

b. Dalam membedakan intersepnya dapat digunakan peubah


(55)

41

c. Metode ini dikenal dengan model Least Square Dummy Variable (LSDV).

3. Random effect

a. Metode random dikenal dengan sebutan Error Components Model (ECM)

b. Intersep tidak dianggap konstan, namun dianggap sebagai

peubah random dengan suatu nilai rata-rata.

1. Pemilihan Model

Untuk menganalisis Indeks Pembangunan Manusia menggunakan

regresi data panel yang menggabungkan antara data time series dengan

cross section. Produser regresi data panel adalah dengan memilih model yang paling tepat dengan cara sebagai berikut:

a. Uji Chow

Chow test yaitu pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau

Random effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Uji ini dapat dilakukan dengan uji restricted F-test atau uji Chow. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai

berikut:

H0 : Common Effect Model H1 : Fixed Effect Model

H0 ditolak jika p-value <  H1 diterima jika p-value <


(56)

42 b. Uji Hausman

Hausman test yaitu penguji statistik untuk memilih apakah

model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan. Dimana uji Hausman memiliki hipotesis berbentuk:

H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model

Jika H0 diterima maka dalam model terdapat efek random

Jika H0 ditolak atau menerima H1 maka dalam model terdapat efek

tetap. Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan pertimbangan

statistic Chi-Sqaure. Jika Chi-Square statistic > Chi-Square tabel maka

H0 (model yang digunakan adalah Fixed Effect).

2. Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier test yaitu untuk mengetahui apakah model

Random Effect lebih baik daripada metode Common Effect (OLS). 1. Uji Statistik Analisis Regresi

Uji siginifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk

menguji kesalahan atau kebenaran dari hasil hipotesis nol dari sampel.

a. Uji F-Statistik

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar

pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel

dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:

a. H0 : 1=2=0, artinya secara bersamaan tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(57)

43

b. H1 : 1=2=0, artinya secara bersamaan ada pengaruhvariabel independen terhadap variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung

dengan F-tabel. Jika F-hitung lebih besar dari F-tabel maka H0 ditolak,

yang berarti variabel independen secara bersamaan mempengaruhi

variabel dependen.

Jika probabilitas F-statistik > 0,05 maka hipotesis H0 diterima, artinya variabel independen secara simultan (bersamaan) tidak berpengaruh

secara nyata terhadap variabel dependen.

Jika probabilitas F-statistik < 0,05 maka hipotesis H0 ditolak, artinya variabel independen secara simultan (bersamaan) berpengaruh secara

nyata terhadap variabel dependen.

b. Uji T-Statistik

Uji hipotesis dengan t-test yaitu dengan mencari nilai signifikansi

apakah variabel independen secara parsial memiliki pengaruh yang

signifikan atau tidak dengan variabel dependen. Uji ini dilakukan

untuk membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan hipotesis

sebagai berikut:

1. Jika p < 0,05 maka variabel independen tersebut berpengaruh

terhadap Indeks Pembangunan Manusia

2. Jika p > 0,05 maka variabel independen tersebut berpengaruh


(58)

44

c.

Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Suatu model mempunyai kesalahan dan kebenaran jika diterapkan

dalam model (goodnes of fit) digunakan koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang

menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap

variabel dependen atau dengan kata lain koefisien determinasi

menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh

linier X. Nilai koefisien determasi diantara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen sangat terbatas. Nilai

yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi model


(59)

45

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau yang disingkat Babel adalah

sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau kecil yaitu Pulau

Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang. Bangka

Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera yang berdekatan dengan

Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal dengan pantainya yang indah,

kerukunan antar etnis dan dikenal dengan penghasilan timahnya. Selat

Bangka memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Bangka dan Selat Gaspar

memisahkan antara Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung sebelumnya merupakan bagian dari Sumatera Selatan,

namun pada tahun 2000 menjadi provinsi sendiri. Pembentukan

didasarkan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2000 tanggal 21 November

2000 yang terdiri dari:

1. Kabupaten Bangka

2. Kabupaten Belitung

3. Kota Pangkalpinang

Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari 2001 setelah

dilantiknya Pj. Gubernur yakni H. Amur Muchasim, SH yang menandai


(60)

Undang-46

Undang Nomor 5 pada tanggal 23 Januari 2003 dilakukan pemekaran

wilayah dengan menambahkan empat Kabupaten yaitu:

1. Kabupaten Bangka Barat

2. Kabupaten Bangka tengah

3. Kabupaten Bangka Selatan

4. Kabupaten Belitung Timur

Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2016

Gambar 4.1 Peta kepulauan Bangka Belitung

Saat ini, sekitar 1,37 juta warga tinggal di Pulau Bangka Belitung

dan 50an pulau lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada

tahun 2015, lapangan usaha pertanian menyerap 37% dari 665 ribu

angkatan kerja. Akan tetapi tingkat pengangguran naik 1,15 poin menjadi


(61)

47

1,13% naik menjadi 69,05%. Presentasi penduduk miskin dan

ketimpangan pendapatan antar penduduk di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung tahun 2015 tercatat sebagai yang terendah se indonesia. Sekitar

44% penduduk di Negeri Laskar Pelangi ini termasuk dalam golongan

pengeluaran satu juta ke atas per bulan.

B. Wilayah Administratif

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi dalam 6 Kabupaten

dan 1 Kota berdasarkan Undang-Undang Nommor 5 tahun 2003. Dalam

wilayah administratif pemerintah kabupaten/kota terbagi dalam wilayah

kecamatan , kelurahan/desa dengan rincian per-kabupaten pada tahun 2015

adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten Bangka terdiri dari 8 kecamatan, 15 kelurahan dan 62 desa.

2. Kabupaten Belitung terdiri dari 5 kecamatan, 7 kelurahan dan 42 desa.

3. Kabupaten Bangka Barat terdiri dari 6 kecamatan, 4 kelurahan dan 60

desa.

4. Kabupaten Bangka Tengah terdiri dari 6 kecamatan, 7 kelurahan dan

56 desa.

5. Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari 8 kecamatan, 3 kelurahan dan

50 desa.

6. Kabupaten Belitung Timur terdiri dari 7 kecamatan dan 39 desa.


(62)

48

C. Konsentrasi Pembangunan

Konsentrasi pembangunan daerah di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung disesuaikan dengan potensi yang dimiliki. Adapun konsentrasi

pembangunan menurut kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten Bangka dengan Ibukota Sungailiat berkonsentrasi pada

pembangunan dan pengembangan di bidang perdagangan dan jasa,

industri, pariwisata, pertambangan dan perkebunan.

2. Kabupaten Belitung dengan Ibukota Tanjungpandan berkonsentrasi

pada wilayah pengembangan sektor perdagangan dan jasa, pariwisata,

pertanian, industri pengolahan, dan perikanan laut.

3. Kabupaten Bangka Barat dengan Ibukota Muntok, berkonsentasi pada

pembangunan di sektor pertanian, perkebunan, pertambangan,

perdagangan dan industri pengolahan.

4. Kabupaten Bangka Tengah dengan Ibukota di Koba, berkonsentrasi

pada perkebunan dan pertambangan.

5. Kabupaten Bangka Selatan dengan Ibukota Toboali, berkonsentrasi

pada pengembangan di sektor pertambangan, perkebunan, pertanian,

perikanan laut dan perdagangan.

6. Kabupaten Belitung Timur dengan Ibukota Manggar, merupakan

wilayah pengembangan sektor industri pengolahan, pertanian,


(63)

49

7. Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi merupakan wilayah

yang berkonsentrasi pada pengembangan sektor industri pengolahan,

perdagangan, jasa dan pariwisata.

D. Perkembangan Variabel Penelitian

1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia pada dasarnya adalah proses perbaikan

generasi agar generasi sekarang lebih baik daripada generasi sebelumnya.

Proses perbaikan ini terindikasi dengan pencapaian kehidupan manusia yang

mencakup dimensi umur panjang dengan hidup sehat, pengetahuan dan

standar hidup layak. Maka setiap provinsi wajib mencantumkan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dalam sasaran pembangunan.

Tabel 4.3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung tahun 2010-2015

Kabupaten/Kota Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Bangka 66,41 67,37 67,99 69,34 69,79 70,03 Belitung 66,79 67,17 67,87 69,27 69,56 70,29 Bangka barat 63,16 64,00 64,92 65,85 66,43 67,23 Bangka tengah 65,10 66,09 66,88 67,67 68,09 68,66 Bangka selatan 59,98 60,53 61,17 62,96 63,54 63,89 Belitung timur 64,99 65,86 66,59 67,71 68,10 68,83 Kota

pangkapinang 74,68 75,02 75,69 76,14 76,28 76,61 Sumber: Badan Pusat Statistik 2017

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa perkembangan angka

Indeks Pembangunan Manusia dari tahun 2010 – 2015 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cukup signifikan. Secara umum, kualitas


(64)

50

pembangunan manusia yang tertinggi dicapai oleh Kota Pangkalpinang

yaitu 76,61% dan diikuti oleh Kabupaten Belitung adalah 70,29% dan

Kabupaten Bangka adalah 70,03%. Sebaliknya pencapaian pembangunan

manusia di Kabupaten Bangka selatan selama beberapa tahun selalu

berada di peringkat akhir dan pada tahun 2015 yaitu 63,89%, itu artinya

pembangunan manusia di Kabupaten Bangka Selatan masih tertinggal

diantara Kabupaten lainnya. Dengan metode baru, untuk pencapaian

pembangunan manusia di seluruh Kepulauan Bangka Belitung pada tahun

2015 mencapai 69,5% naik 1,13% dari tahun sebelumnya dan termasuk

dikategorikan “menengah sedang”.

2. Perkembangan Kemiskinan

Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaitu

suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan standar kehidupan yang

umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan

terindikasi berdasarkan ketidakmampuan masyarakat memenuhi

kebutuhan hidup dasar. Dalam pembagian “kue pembangunan” penduduk miskin mendapat paling sedikit, paling rendah dan paling akhir sehingga

mereka kehilangan orientasi hidup. Tanpa intervensi, keluarga miskin

akan melahirkan anggota yang baru yang tingkat pendidikan dan

kesehatannya rendah. Oleh karena itu, pengentasan kemiskinan dicatat


(1)

UJI MULTIKOLINEARITAS

_BANGK A _BELITU NG _BANGKA BARAT _BANGKA TENGAH _BANGK ASELATA N _BELITUN GTIMUR _PANGKA LPINANG _BANGKA 1

0.513154 64137249 03 0.5537427 11580228 4 -0.3834403 342492506 0.804520 35303472 96 0.4162402 50066836 4 0.7415517 81092785 8 _BELITUN G 0.513154 64137249 03 1 0.1242424 45324264 2 0.5417364 631753919 0.602990 17131154 21 0.2979460 64701787 9 0.1935742 52709838 1 _BANGKA BARAT 0.553742 71158022 84 0.124242 44532426 42 1 -0.5245613 946976724 0.775521 88101251 81 0.8744519 42490678 0.6418339 14681662 9 _BANGKA TENGAH -0.383440 33424925 06 0.541736 46317539 19 -0.5245613 94697672 4 1 -0.182941 83013568 34 -0.3313187 52375928 8 -0.6651847 78679882 3 _BANGKA SELATAN 0.804520 35303472 96 0.602990 17131154 21 0.7755218 81012518 1 -0.1829418 301356834 1 0.7366510 34803378 1 0.6889910 33543249 _BELITUN GTIMUR 0.416240 25006683 64 0.297946 06470178 79 0.8744519 42490678 -0.3313187 523759288 0.736651 03480337 81

1 0.7062328 40305024 _PANGKA LPINANG 0.741551 78109278 58 0.193574 25270983 81 0.6418339 14681662 9 -0.6651847 786798823 0.688991 03354324 9 0.7062328


(2)

UJI CHOW

Redundant Fixed Effects Tests Pool: PANEL

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 30.920786 (6,32) 0.0000 Cross-section Chi-square 80.496216 6 0.0000

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: IPM?

Method: Panel Least Squares Date: 02/24/17 Time: 09:06 Sample: 2010 2015

Included observations: 6 Cross-sections included: 7

Total pool (balanced) observations: 42

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -189.1331 23.97453 -7.888918 0.0000 LOG(K?) -3.495768 2.939048 -1.189422 0.2417 LOG(PDRB?) 72.23886 10.57410 6.831678 0.0000 LOG(BM?) 32.05702 6.049979 5.298699 0.0000 R-squared 0.832183 Mean dependent var 67.72690 Adjusted R-squared 0.818934 S.D. dependent var 4.126613 S.E. of regression 1.755951 Akaike info criterion 4.054292 Sum squared resid 117.1679 Schwarz criterion 4.219784 Log likelihood -81.14012 Hannan-Quinn criter. 4.114951 F-statistic 62.81217 Durbin-Watson stat 0.672301 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

UJI HAUSMAN

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PANEL

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 9.975647 3 0.0188

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LOG(K?) -3.392948 -3.415629 0.081465 0.9367 LOG(PDRB?) 92.848636 92.325209 62.865383 0.9474 LOG(BM?) 8.227927 10.274968 0.452961 0.0024

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: IPM?

Method: Panel Least Squares Date: 02/24/17 Time: 09:07 Sample: 2010 2015

Included observations: 6 Cross-sections included: 7

Total pool (balanced) observations: 42

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -185.0516 34.97918 -5.290335 0.0000 LOG(K?) -3.392948 1.362994 -2.489335 0.0182 LOG(PDRB?) 92.84864 13.55965 6.847420 0.0000 LOG(BM?) 8.227927 3.375755 2.437359 0.0205

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.975312 Mean dependent var 67.72690 Adjusted R-squared 0.968369 S.D. dependent var 4.126613 S.E. of regression 0.733922 Akaike info criterion 2.423429 Sum squared resid 17.23654 Schwarz criterion 2.837160 Log likelihood -40.89201 Hannan-Quinn criter. 2.575078 F-statistic 140.4665 Durbin-Watson stat 1.170213 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

FIXED EFFECT

Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares Date: 02/24/17 Time: 09:04 Sample: 2010 2015

Included observations: 6 Cross-sections included: 7

Total pool (balanced) observations: 42

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -185.0516 34.97918 -5.290335 0.0000 LOG(K?) -3.392948 1.362994 -2.489335 0.0182 LOG(PDRB?) 92.84864 13.55965 6.847420 0.0000 LOG(BM?) 8.227927 3.375755 2.437359 0.0205 Fixed Effects (Cross)

_BANGKA—C 0.476088 _BELITUNG—C 1.759589 _BANGKABARAT--C -1.903539 _BANGKATENGAH--C 1.441615 _BANGKASELATAN--C -3.781375 _BELITUNGTIMUR--C 1.272764 _PANGKALPINANG--C 0.734858

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.975312 Mean dependent var 67.72690 Adjusted R-squared 0.968369 S.D. dependent var 4.126613 S.E. of regression 0.733922 Akaike info criterion 2.423429 Sum squared resid 17.23654 Schwarz criterion 2.837160 Log likelihood -40.89201 Hannan-Quinn criter. 2.575078 F-statistic 140.4665 Durbin-Watson stat 1.170213 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

RANDOM EFFECT

Dependent Variable: IPM?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 02/24/17 Time: 09:05

Sample: 2010 2015 Included observations: 6 Cross-sections included: 7

Total pool (balanced) observations: 42

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -188.5761 27.98408 -6.738691 0.0000 LOG(K?) -3.415629 1.332774 -2.562796 0.0145 LOG(PDRB?) 92.32521 10.99995 8.393242 0.0000 LOG(BM?) 10.27497 3.307984 3.106112 0.0036 Random Effects (Cross)

_BANGKA--C 0.386934 _BELITUNG--C 1.632546 _BANGKABARAT--C -1.708164 _BANGKATENGAH--C 1.392559 _BANGKASELATAN--C -3.499775 _BELITUNGTIMUR--C 1.214247 _PANGKALPINANG--C 0.581654

Effects Specification

S.D. Rho Cross-section random 1.346417 0.7709 Idiosyncratic random 0.733922 0.2291

Weighted Statistics

R-squared 0.752991 Mean dependent var 14.71162 Adjusted R-squared 0.733490 S.D. dependent var 1.546644 S.E. of regression 0.798449 Sum squared resid 24.22576 F-statistic 38.61350 Durbin-Watson stat 0.881439 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.769285 Mean dependent var 67.72690 Sum squared resid 161.0819 Durbin-Watson stat 0.132563


(6)

COMMON EFFECT

Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares Date: 02/24/17 Time: 09:05 Sample: 2010 2015

Included observations: 6 Cross-sections included: 7

Total pool (balanced) observations: 42

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -10.22431 13.75664 -0.743227 0.4613 LOG(K?) -11.84000 4.396068 -2.693317 0.0104 LOG(PDRB?) 4.795886 9.976370 0.480725 0.6334 LOG(BM?) 29.92005 9.689370 3.087925 0.0037 R-squared 0.557337 Mean dependent var 67.72690 Adjusted R-squared 0.534637 S.D. dependent var 4.126613 S.E. of regression 2.815075 Akaike info criterion 4.976604 Sum squared resid 309.0612 Schwarz criterion 5.100723 Log likelihood -101.5087 Hannan-Quinn criter. 5.022099 F-statistic 17.37730

Prob(F-statistic) 0.000000 Durbin-Watson stat 0.355363