Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

DI PROVINSI RIAU

TESIS

Oleh:

VENESHA JOHAR

127018013/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

DI PROVINSI RIAU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh:

VENESHA JOHAR

127018013/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU

Nama Mahasiswa : Venesha Johar Nomor Pokok : 127018013

Program Studi : Magister (S2) Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, MS) (Dr. Rujiman, MA

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 5 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, MS Anggota : Dr. Rujiman, MA

Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Si Dr. Rahmanta, M.Si


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

DI PROVINSI RIAU

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Magister Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Februari 2015 Penulis


(6)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

DI PROVINSI RIAU

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh simultan antara variabel-variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen, yakni tenaga kerja, ekspor, suku bunga, PDRB, kurs, inflasi, investasi dan IPM di Provinsi Riau. Jenis penelitian adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dengan runtut waktu dari tahun 1994 sampai dengan 2013 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) di Provinsi Riau. Teknik analisis data menggunakan persamaan simultan dengan metode Two Stage Least Square

(TSLS). Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja berpengaruh positif yang signifikan terhadap PDRB. PDRB, ekspor dan suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Provinsi Riau, PDRB dan suku bunga secara parsial berpengaruh positif yang signifikan terhadap inflasi di Provinsi Riau, sedangkan ekspor berpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap inflasi di Provinsi Riau. PDRB dan suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kurs di Provinsi Riau, PDRB dan suku bunga secara parsial berpengaruh positif yang signifikan terhadap kurs di Provinsi Riau. Suku bunga, inflasi dan kurs secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap investasi di Provinsi Riau, inflasi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap investasi di Provinsi Riau, sedangkan suku bunga dan kurs secara parsial berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap investasi di Provinsi Riau. PDRB dan investasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IPM di Provinsi Riau, PDRB berpengaruh positif yang signifikan terhadap IPM di Provinsi Riau, sedangkan investasi berpengaruh positif yang tidak signifikan di Provinsi Riau.


(7)

THE ANALYSIS ON THE FACTORS WHICH INFLUENCE HUMAN DEVELOPMENT INDEX IN RIAU PROVINCE

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the simultaneous influence of the exogenous variables on endogenous variables which consisted of manpower, export, interest rate, PDRB, rate of exchange, inflation, investment, and IPM of Riau Province. The research was a quantitative analysis, using secondary data from 1994 until 2013, obtained from BPS (Central Bureau of Statistics) and from Bank Indonesia in Riau Province. The gathered data were analyzed by using simultaneous equation with Two Stage Least Square (TSLS) method. The result of the research showed that, simultaneously, manpower had positive and significant influence on PDRB, while PDRB, export, and interest rate had significant influence on inflation in Riau Province. Partially, PDRB and interest rate had positive and significant influence on rate of exchange, interest rate, inflation, and rate of exchange simultaneously had insignificant influence investment, inflation had negative but significant influence on investment, while interest rate and rate of exchange had positive but insignificant influence in investment in Riau Province. Simultaneously, PDRB and investment had significant influence on IPM, PDRB had positive and significant influence on IPM, while investment had positive but insignificant influence on IPM in Riau Province.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis di bidang Magister Ekonomi Pembangunan yang berjudul “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau” ini dengan baik. Dan tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

Tesis ini dapat terselesaikan karena bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tesis ini, yakni:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, M.S selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing I yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan masukan untuk penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Dr. Rujiman, M.A selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan masukan untuk penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, Bapak Dr. Rahmanta, M.Si dan Ibu Dr. Badikenita, M.Si. selaku dosen pembanding yang telah memberikan masukan untuk penyelesaian tesis ini.


(9)

6. Para Staf Pengajar dan Staf Administrasi yang telah membantu dari mulai masa perkuliahan sampai dengan penyelesaian tesis di Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua bapak Joniwar dan mama Suhartina, kedua adik, nenek serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian, semangat dan do’a demi kelancaran dan kesuksesan dari masa perkuliahan sampai dengan penyelesaian tesis ini.

8. Teman-teman dan sahabat khususnya Angkatan XXIV Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung, memotivasi dan membantu dari masa perkuliahan sampai dengan penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih adanya kekurangan dalam penelitian ini, namun harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kesilapan yang telah penulis lakukan, semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah SWT.

Medan, Februari 2015 Penulis


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Venesha Johar

Tempat / Tanggal Lahir : Pekanbaru, 7 Juni 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Ayah : Joniwar, SE, M.Si Nama Ibu : Suhartina, S.Sos Jumlah Saudara : 2 Orang

Alamat : Jl. Selais No.1B, Pekanbaru, Riau Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

1993-1994 : TK Pertiwi Pekanbaru 1994-2000 : SDN 030 Pekanbaru 2000-2003 : SMPN 13 Pekanbaru 2003-2006 : SMAN 9 Pekanbaru

2006-2010 : Ekonomi Pembangunan Universitas Riau

2012-2014 : Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia ... 14

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto ... 24

2.1.3 Ekspor ... 27

2.1.4 Tenaga Kerja ... 28

2.1.5 Investasi ... 30

2.1.6 Inflasi ... 31

2.1.7 Suku Bunga ... 34

2.1.8 Kurs ... 34

2.2 Landasan Penelitian Terdahulu ... 36

2.3 Kerangka Konseptual ... 42

2.4 Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 44

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 44

3.4 Definisi Operasional ... 45

3.5 Teknik Analisis Data ... 46

3.6 Uji Statistik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Provinsi Riau ... 51

4.2 Perkembangan Variabel Penelitian ... 53

4.2.1 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia ... 53

4.2.2 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto ... 54

4.2.3 Perkembangan Ekspor ... 57


(12)

4.2.5 Perkembangan Investasi ... 61

4.2.6 Perkembangan Inflasi ... 63

4.2.7 Perkembangan Suku Bunga ... 65

4.2.8 Perkembangan Kurs ... 67

4.3 Hasil Persamaan ... 68

4.3.1 Hasil Persamaan Struktural PDRB ... 69

4.3.2 Hasil Persamaan Struktural Inflasi ... 70

4.3.3 Hasil Persamaan Struktural Kurs ... 71

4.3.4 Hasil Persamaan Struktural Investasi ... 71

4.3.5 Hasil Persamaan Struktural IPM ... 72

4.4 Uji Statistik ... 73

4.4.1 Uji Statistik Persamaan Struktural PDRB ... 73

4.4.2 Uji Statistik Persamaan Struktural Inflasi ... 74

4.4.3 Uji Statistik Persamaan Struktural Kurs ... 75

4.4.4 Uji Statistik Persamaan Struktural Investasi ... 76

4.4.5 Uji Statistik Persamaan Struktural IPM ... 77

4.5 Pembahasan ... 77

4.5.1 Analisis Persamaan Tenaga Kerja Terhadap PDRB ... 77

4.5.2 Analisis Persamaan PDRB, Ekspor dan Suku Bunga Terhadap Inflasi ... 78

4.5.3 Analisis Persamaan PDRB dan Suku Bunga Terhadap Kurs ... 80

4.5.4 Analisis Persamaan Suku Bunga, Inflasi dan Kurs Terhadap Investasi ... 82

4.5.5 Analisis Persamaan PDRB dan Investasi Terhadap IPM.. . 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi/Nasional Tahun 2004-2013 ... 9

2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ... 21

2.2 Theorical Maping ... 38

3.1 Identifikasi Persamaan Simultan ... 48

4.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Riau 1994-2013 ... 53

4.2 Produk Domestik Regional Bruto (Non Migas) Harga Konstan 2000 Provinsi Riau 1994-2013 ... 55

4.3 Ekspor Provinsi Riau 1994-2013 ... 57

4.4 Tenaga Kerja Provinsi Riau 1994-2013 ... 59

4.5 Investasi Provinsi Riau 1994-2013 ... 61

4.6 Inflasi Provinsi Riau 1994-2013 ... 63

4.7 Suku Bunga Provinsi Riau 1994-2013 ... 65

4.8 Kurs Provinsi Riau 1994-2013 ... 67

4.9 Hasil Persamaan Simultan PDRB ... 69

4.10 Hasil Persamaan Simultan Inflasi ... 70

4.11 Hasil Persamaan Simultan Kurs ... 71

4.12 Hasil Persamaan Simultan Investasi ... 72


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Riau Tahun 2004-2013 ... 11

2.1 Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia ... 20

2.2 Kerangka Konseptual ... 42

4.1 Peta Provinsi Riau ... 52

4.2 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Riau ... 54

4.3 Produk Domestik Regional Bruto (Non Migas) Harga Konstan 2000 Provinsi Riau ... 56

4.4 Ekspor Provinsi Riau ... 58

4.5 Tenaga Kerja Provinsi Riau ... 60

4.6 Investasi Provinsi Riau ... 62

4.7 Inflasi Provinsi Riau ... 64

4.8 Suku Bunga Provinsi Riau ... 66


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Tabulasi Data Variabel Per Tahun ... 92

2 Tabulasi Data Logaritma ... 93

3 Hasil Persamaan Simultan PDRB ... 94

4 Hasil Persamaan Simultan Inflasi ... 95

5 Hasil Persamaan Simultan Kurs ... 96

6 Hasil Persamaan Simultan Investasi ... 97


(16)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

DI PROVINSI RIAU

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh simultan antara variabel-variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen, yakni tenaga kerja, ekspor, suku bunga, PDRB, kurs, inflasi, investasi dan IPM di Provinsi Riau. Jenis penelitian adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dengan runtut waktu dari tahun 1994 sampai dengan 2013 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) di Provinsi Riau. Teknik analisis data menggunakan persamaan simultan dengan metode Two Stage Least Square

(TSLS). Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja berpengaruh positif yang signifikan terhadap PDRB. PDRB, ekspor dan suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Provinsi Riau, PDRB dan suku bunga secara parsial berpengaruh positif yang signifikan terhadap inflasi di Provinsi Riau, sedangkan ekspor berpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap inflasi di Provinsi Riau. PDRB dan suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kurs di Provinsi Riau, PDRB dan suku bunga secara parsial berpengaruh positif yang signifikan terhadap kurs di Provinsi Riau. Suku bunga, inflasi dan kurs secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap investasi di Provinsi Riau, inflasi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap investasi di Provinsi Riau, sedangkan suku bunga dan kurs secara parsial berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap investasi di Provinsi Riau. PDRB dan investasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IPM di Provinsi Riau, PDRB berpengaruh positif yang signifikan terhadap IPM di Provinsi Riau, sedangkan investasi berpengaruh positif yang tidak signifikan di Provinsi Riau.


(17)

THE ANALYSIS ON THE FACTORS WHICH INFLUENCE HUMAN DEVELOPMENT INDEX IN RIAU PROVINCE

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the simultaneous influence of the exogenous variables on endogenous variables which consisted of manpower, export, interest rate, PDRB, rate of exchange, inflation, investment, and IPM of Riau Province. The research was a quantitative analysis, using secondary data from 1994 until 2013, obtained from BPS (Central Bureau of Statistics) and from Bank Indonesia in Riau Province. The gathered data were analyzed by using simultaneous equation with Two Stage Least Square (TSLS) method. The result of the research showed that, simultaneously, manpower had positive and significant influence on PDRB, while PDRB, export, and interest rate had significant influence on inflation in Riau Province. Partially, PDRB and interest rate had positive and significant influence on rate of exchange, interest rate, inflation, and rate of exchange simultaneously had insignificant influence investment, inflation had negative but significant influence on investment, while interest rate and rate of exchange had positive but insignificant influence in investment in Riau Province. Simultaneously, PDRB and investment had significant influence on IPM, PDRB had positive and significant influence on IPM, while investment had positive but insignificant influence on IPM in Riau Province.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi masyarakat menuju ke arah yang lebih baik dan berkesinambungan (Kuncoro, 2006 dan Todaro, 2009). Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif. Untuk menciptakan ketiga unsur tersebut dilakukan upaya konkrit dan berkesinambungan. Misalnya untuk mencapai umur yang panjang ataupun angka harapan hidup yang tinggi, harus didukung oleh tingkat kesehatan yang baik, status gizi yang baik dan semua prasarana lingkungan yang baik. Untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan, manusia harus meningkatkan kualitas pendidikannya, pembangunan pendidikan harus diutamakan di mana angka melek huruf ditingkatkan. Untuk itu rata-rata lama bersekolah harus di atas 12 tahun atau setingkat tamat SLTA.

Di samping itu penduduk harus mempunyai kesempatan untuk merealisasi pengetahuan dan keterampilan dengan tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga dapat direfleksikannya dalam kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan bagi manusia. Dengan pendapatan tersebut, manusia dapat memenuhi


(19)

kebutuhannya dengan cara meningkatkan daya beli. Akhirnya dengan ketiga unsur di atas diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mencapai standar hidup yang layak. Selain itu secara umum, pembangunan manusia dalam pengertian luas mengandung konsep teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaatan (beneficiares) bukan sebagai objek perubahan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup. Manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Konsep pembangunan manusia memenuhi dimensi yang sangat luas dan banyak pilihan, hanya mungkin tercapai jika penduduk tersebut memiliki peluang angka harapan hidup yang tinggi atau umur panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan atau keahlian serta mempunyai peluang atau kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan yang produktif sehingga penduduk memiliki daya beli. Dengan kata lain manusia itu harus berkualitas, serta berproduktivitas tinggi sehingga dapat mewujudkan kehidupannya yang mencapai standar hidup yang layak.


(20)

Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja (performance) suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia, digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Hubungan pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi sangat erat sekali dan merupakan prasyarat tercapainya pembangunan manusia, karena peningkatan pembangunan ekonomi akan mendukung peningkatan produktivitas melalui pengisian kesempatan kerja dengan usaha-usaha produktif sehingga tercipta peningkatan pendapatan (UNDP, 1996). Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia pada semua golongan masyarakat dan semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.

Pembangunan manusia menurut UNDP (United Nations Development Programme) adalah proses memperluas pilihan-pilihan penduduk. Dari sekian banyak pilihan, ada tiga pilihan yang dianggap paling penting, yaitu: panjang umur dan sehat, berpendidikan dan akses ke sumber daya yang dapat memenuhi standar hidup yang layak. Pilihan lain yang dianggap mendukung tiga pilihan di atas adalah kebebasan politik, hak asasi manusia dan penghormatan hak pribadi. Dengan demikian, pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, lebih dari sekedar peningkatan pendapatan dan lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal. (Ginting, 2008)

Provinsi Riau memiliki 12 kabupaten/kota, masing-masing kabupaten/kota ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan namun di samping itu


(21)

tergambar pula keterbatasan kemampuan untuk mengelola baik dari Pemerintahan Daerah maupun dari masyarakat. Sehingga untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan, mengoptimalkan partisipasi masyarakat, menjamin tercapainya sumber daya secara efisien dan berkeadilan serta menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergis diperlukan suatu dokumen perencanaan, yaitu melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) ini disusun dengan maksud menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan (2010-2014), yang akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu, RPJM ini juga disusun dengan memperhatikan statistik regional dan lokal seperti (1) statistik berbagai fungsi pemerintahan di bidang ekonomi, seperti lapangan pekerjaan utama dan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat, keberadaan potensi sektor unggulan daerah yang dapat dikembangkan dalam rangka memacu laju produksi lokal dan penciptaan lapangan kerja baru, keberadaan sektor informal dan kandungan potensi sumber daya daerah; (2) statistik fungsi-fungsi pemerintahan di bidang sosial budaya, seperti kondisi tingkat kesehatan rata-rata masyarakat, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni pendidikan dasar dan menengah; (3) statistik bidang fisik prasarana, seperti pola-pola penataan ruang dan kawasan andalan,


(22)

kantong-kantong kemiskinan dan kawasan tertinggal serta kondisi ekologi dan lingkungan hidup daerah dan (4) kapasitas fiskal dan keuangan daerah. RPJM pada periode 2010-2014 disusun dengan maksud menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah (berupa RKPD) dan DPRD dalam menyusun Renstra SKPD, Renja SKPD sekaligus merupakan acuan pilihan-pilihan program kegiatan tahunan daerah yang akan dibahas dalam rangkaian forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah secara berjenjang, yaitu mulai dari desa, kecamatan sampai tingkat kabupaten. Oleh karena itu isi dan substansinya mencakup indikasi rencana program dan kegiatan secara lintas sumber pembiayaan dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Alokasi sumber pembiayaan dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten yang tertuang dalam RPJM tersebut diperkirakan belum menunjukkan kontribusi pengaruh yang bermanfaat dalam upaya menanggulangi tingkat kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mengukur pemenuhan ketiga unsur IPM yaitu kesehatan, pendidikan dan kemampuan daya beli, badan dunia yang menangani program-program pembangunan, yaitu United Nation Development Program (UNDP) telah menyusun indeks komposit berdasarkan 3 (tiga) indikator. Ketiga indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Angka Harapan Hidup (life expectancy at age: e0). 2. Indikator Pendidikan, yang terdiri dari:

a. Angka Melek Huruf (adult literacy rate: Lit).


(23)

3. Purchasing Power Parity (PPP) yang merupakan ukuran pendapatan yang telah disesuaikan dengan paritas daya beli.

Indikator pertama mengukur umur panjang dan kesehatan, kemudian dua indikator berikutnya mengukur tingkat pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill), sedang indikator ketiga mengukur kemampuan mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator inilah yang digunakan sebagai komponen dasar dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks pembangunan manusia bermanfaat untuk membandingkan kinerja pembangunan manusia baik antarnegara maupun antardaerah (Mudrajad, 2006). Pembangunan manusia menjadi penting karena apabila suatu daerah tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang potensial maka dapat menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk membangun dan memajukan daerahnya. Jadi, sumber daya manusia sangat berperan penting dalam pembangunan suatu daerah.

Kebijakan otonomi daerah merupakan pendelegasian kewenangan yang disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana dan sumber daya manusia (SDM) dalam kerangka desentralisasi fiskal. Beberapa manfaat melaksanakan desentralisasi adalah untuk meningkatkan kinerja pemerintah lokal, meningkatkan ketertanggapan permerintah terhadap kebutuhan– kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan dasar yang ditunjukkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI) adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi.


(24)

IPM juga digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (UNDP, 1996). IPM mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. IPM merupakan indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah (UNDP, 2004). Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Sumber daya manusia menunjuk pada manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu sebagai tenaga kerja yang produktivitasnya harus ditingkatkan. Dalam hal ini manusia hanya sebagai alat (input) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan output barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam IPM lebih diartikan sebagai tujuan pembangunan yang berorientasi akhirnya pada peningkatan kesejahteraan manusia. Salah satu ukuran IPM adalah besarnya pendapatan nasional yang digunakan untuk belanja pendidikan. (Kuncoro, 2004)

Indeks pembangunan manusia (IPM) di berbagai daerah di Indonesia cenderung membaik seiring dengan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2010-2014. Demikian hasil evaluasi awal Laporan Pembangunan Manusia 2013 yang dikeluarkan badan PBB untuk program pembangunan, UNDP, baru-baru ini memperlihatkan bahwa Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang kuat dalam setiap indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam 40 tahun terakhir.


(25)

yang dilakukan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), Pemerintah Indonesia, dan Badan Kerja Sama Internasional Jerman (GIZ).

Nilai IPM Indonesia pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,684, meski mengalami kenaikan sebesar 0,003 poin belum mampu menaikkan peringkat dari tahun 2012 (0,681) yaitu di peringkat 108 dari 187 negara. Di ASEAN, IPM Indonesia berada di atas Myanmar, Laos, Kamboja, Timor-Leste, Vietnam dan Filipina, dan berada di bawah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand

IPM Indonesia masih di bawah rata-rata dunia yaitu sebesar 0,694 (pemberlakuan perhitungan baru). Indonesia dikategorikan sebagai Negara Pembangunan Menengah.


(26)

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi/Nasional Tahun 2004-2013

Provinsi/Nasional Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Aceh 68,7 69,05 69,41 70,35 70,76 71,31 71,70 72,16 72,51 73,05 Sumatera Utara 71,4 72,03 72,46 72,78 73,29 73,80 74,19 74,65 75,13 75,55 Sumatera Barat 70,5 71,19 71,65 72,23 72,96 73,44 73,78 74,28 74,70 75,01 Riau 72,2 73,63 73,81 74,63 75,09 75,60 76,07 76,53 76,90 77,25 Jambi 70,1 70,95 71,29 71,46 71,99 72,45 72,74 73,30 73,78 74,35 Sumatera Selatan 69,6 70,23 71,09 71,40 72,05 72,61 72,95 73,42 73,99 74,36 Bengkulu 69,9 71,09 71,28 71,57 72,14 72,55 72,92 73,40 73,93 74,41 Lampung 68,4 68,85 69,38 69,78 70,30 70,93 71,42 71,94 72,45 72,87 Bangka Belitung 69,6 70,68 71,18 71,62 72,19 72,55 72,86 73,37 73,78 74,29 Kepulauan Riau 70,8 72,23 72,79 73,68 74,18 74,54 75,07 75,78 76,20 76,56 DKI Jakarta 75,8 76,07 76,33 76,59 77,03 77,36 77,60 77,97 78,33 78,59 Jawa Barat 69,1 69,93 70,32 70,71 71,12 71,64 72,29 72,73 73,11 73,58 Jawa Tengah 68,9 69,78 70,25 70,92 71,60 72,10 72,49 72,94 73,36 74,05 Yogyakarta 72,9 73,50 73,70 74,15 74,88 75,23 75,77 76,32 76,75 77,37 Jawa Timur 66,8 68,42 69,18 69,78 70,38 71,06 71,62 72,18 72,83 73,54 Banten 67,9 68,80 69,11 69,29 69,70 70,06 70,48 70,95 71,49 71,90 Bali 69,1 69,78 70,07 70,53 70,98 71,52 72,28 72,84 73,49 74,11 Nusa Tenggara Barat 60,6 62,42 63,04 63,71 64,12 64,66 65,20 66,23 66,89 67,73 Nusa Tenggara Timur 62,7 63,59 64,83 65,36 66,15 66,60 67,26 67,75 68,28 68,77 Kalimantan Barat 65,4 66,20 67,08 67,53 68,17 68,79 69,15 69,66 70,31 70,93 Kalimantan Tengah 71,7 73,22 73,40 73,49 73,88 74,36 74,64 75,06 75,46 75,68 Kalimatan Selatan 66,7 67,44 67,75 68,01 68,72 69,30 69,92 70,44 71,08 71,74 Kalimantan Timur 72,2 72,94 73,26 73,77 74,52 75,11 75,56 76,22 76,71 77,33 Kalimantan Utara - - - 74,72 Sulawesi Utara 73,4 74,21 74,37 74,68 75,16 75,68 76,09 76,54 76,95 77,36 Sulawesi Tengah 67,3 68,47 68,85 69,34 70,09 70,70 71,14 71,62 72,14 72,54 Sulawesi Selatan 67,8 68,06 68,81 69,62 70,22 70,94 71,62 72,14 72,70 73,28 Sulawesi Tenggara 66,7 67,52 67,80 68,32 69,00 69,52 70,00 70,55 71,05 71,77 Gorontalo 65,4 67,46 68,01 68,83 69,29 69,79 70,28 70,82 71,31 71,77 Sulawesi Barat 64,4 65,72 67,06 67,72 68,55 69,18 69,64 70,11 70,73 71,41 Maluku 69,0 69,24 69,69 69,96 70,38 70,96 71,42 71,87 72,42 72,70 Maluku Utara 66,4 66,95 67,51 67,82 68,18 68,63 69,03 69,47 69,98 70,63 Papua Barat 63,7 64,83 66,08 67,28 67,95 68,58 69,15 69,65 70,22 70,62 Papua 60,9 62,08 62,75 63,41 64,00 64,53 64,94 65,36 65,86 66,25

Indonesia 68,7 69,57 70,10 70,59 71,17 71,76 72,27 72,77 73,29 73,81

Sumber: www.bps.go.id, 2014

Catatan: Mulai tahun 2005, angka IPM Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan dalam dua digit atau dua desimal dibelakang koma.

Pada tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) seluruh Provinsi/Nasional di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Dengan jumlah IPM Indonesia pada tahun 2013 sebesar 73,81, Provinsi DKI Jakarta


(27)

memiliki IPM tertinggi dari provinsi lainnya selama sepuluh tahun ini, yakni pada tahun 2013 sebesar 78,59. Ini disebabkan DKI Jakarta merupakan ibukota negara, segala pusat pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain banyak terdapat disana. Kemudian diikuti juga oleh Provinsi Yogyakarta, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Riau yang masing-masing memiliki IPM sebesar 77,37, 77,36, 77,33 dan 77,25 pada tahun 2013.

Jika dibandingkan IPM antara Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Papua yang memiliki IPM terendah yaitu pada tahun 2013 sebesar 66,25, jumlah selisihnya cukup jauh sebesar 12,34. Dapat dilihat bahwa ketimpangan kesejahteraan masyarakat antara pusat dan daerah cukup besar. Serta terdapat pemekaran provinsi baru pada tahun 2012 yakni Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki jumlah IPM sebesar 74,72.

Provinsi Riau memiliki IPM tertinggi dari seluruh provinsi yang terdapat di Pulau Sumatera. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir IPM Provinsi Riau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini dapat disebabkan semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ada, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, serta ekonomi. Seiring dengan hal tersebut, Provinsi Riau masih harus lebih banyak lagi membenahi sistem perekonomiannya.


(28)

Sumber: Data Tabel 1.1

Gambar 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Riau Tahun 2004-2013 Berdasarkan pernyataan dan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam sebuah judul tesis yaitu: “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Riau”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka didapat rumusan masalah penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kontribusi tenaga kerja terhadap PDRB di Provinsi Riau? 2. Bagaimanakah kontribusi PDRB, ekspor dan suku bunga terhadap inflasi

di Provinsi Riau?

3. Bagaimanakah kontribusi PDRB dan suku bunga terhadap kurs di Provinsi Riau?

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100


(29)

4. Bagaimanakah kontribusi suku bunga, inflasi dan kurs terhadap investasi di Provinsi Riau?

5. Bagaimanakah kontribusi PDRB dan investasi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh tenaga kerja terhadap PDRB di Provinsi Riau.

2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh PDRB, ekspor dan suku bunga terhadap inflasi di Provinsi Riau.

3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh PDRB dan suku bunga terhadap kurs di Provinsi Riau.

4. Untuk menganalisis besarnya pengaruh suku bunga, inflasi dan kurs terhadap investasi di Provinsi Riau.

5. Untuk menganalisis besarnya pengaruh PDRB dan investasi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau.


(30)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari penelitian ini yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah daerah Provinsi Riau, diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi untuk dijadikan acuan dalam membuat kebijakan ekonomi agar lebih dapat meningkatkan sumber daya manusia.

2. Bagi akademis, diharapkan dapat menjadi informasi serta referensi bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya terutama dibidang yang sama.

3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan khususnya tentang Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia 2.1.1.1Definisi Pembangunan Manusia

UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari


(32)

kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai disana. Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigma tersebut. Dengan demikian, paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik. Jika kedua sisi itu tidak seimbang maka hasilnya adalah frustasi masyarakat.

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik dari pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan


(33)

kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP). Pembangunan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP mensponsori sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan pembangunan, tim tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka Harapan Hidup/AHH (e0). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan baca tulis/angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli dikuantifikasikan terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa terkecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan


(34)

analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik, kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-1998. Tingkat kesempatan kerja dalam konteks pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.

Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.

Pembangunan di bidang sosial yang sangat mengesankan adalah upaya pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana. Upaya ini secara nyata telah berhasil menurunkan angka kelahiran hingga setengahnya yang kemudian berpengaruh pada pengurangan laju pertambahan penduduk dalam konteks Indonesia, sesungguhnya merupakan upaya yang mempercepat terjadinya peningkatan kualitas hidup, oleh karena bagian terbesar penduduk Indonesia


(35)

ditinjau dari berbagai indikator sosial berada pada tingkatan kualitas yang masih rendah.

Berdasarkan kajian aspek status pembangunan manusia, tinggi rendahnya status pembangunan manusia menurut UNDP dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Tingkatan rendah, jika IPM < 50.

2. Tingkatan menengah, jika 50 < IPM < 80. 3. Tingkatan tinggi, jika IPM > 80.

Namun untuk perbandingan antar daerah di Indonesia, yaitu perbandingan antar kabupaten/kota, maka kriteria kedua yaitu tingkatan menengah, dipecah menjadi 2 (dua) golongan, sehingga gambaran status akan berubah menjadi sebagai berikut:

1. Tingkatan rendah, jika IPM < 50

2. Tingkatan menengah-bawah, jika 50 < IPM < 66 3. Tingkatan menengah-atas, jika 66 < IPM < 80 4. Tingkatan atas, jika IPM > 80

Berdasarkan kajian aspek tingkat pertumbuhannya, IPM dapat digunakan sebagai ukuran kemajuan pembangunan, melalui 2 (dua) cara, yaitu:

1. Perbandingan Antar Wilayah, yaitu suatu posisi relatif dari satu wilayah terhadap wilayah yang lain berdasarkan peringkatnya dalam suatu kawasan tertentu.

2. Pengukuran Tingkat Kemajuan, yaitu untuk mengkaji pencapaian tingkat kemajuan pencapaian setelah berbagai program diimplementasikan dalam suatu periode tertentu, yang dinotasikan kedalam rumus reduksi shortfall


(36)

per tahun (annual reduction shortfall). Semakin besar reduksi shortfall (r) di suatu wilayah menunjukkan semakin besar kemampuan yang dicapai oleh wilayah tersebut dalam periode tertentu.

Kecepatan pencapaian dalam hal ini mengukur perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus (seharusnya) ditempuh untuk mencapai titik ideal IPM, yakni IPM = 100. Kecepatan pencapaian = r, terbagi kedalam 4 (empat) tingkatan:

1. Kecepatan pencapaian sangat lambat, jika r < 1,30 2. Kecepatan pencapaian lambat, jika 1,30 < r < 1,50 3. Kecepatan pencapaian menengah, jika 1,50 < r < 1,70 4. Kecepatan pencapaian cepat, jika r > 1,70

2.1.1.2Metode Perhitungan

Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah), indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas:

IPM = 1

3 (�1 +�2+�3) Dimana :

�1 = Indeks Harapan Hidup �2 = Indeks Pendidikan


(37)

�3 = Indeks Standar Hidup Layak

Sebelum menghitung IPM, setiap komponen dari setiap indeksnya harus dihitung terlebih dahulu dengan formula perhitungan sebagai berikut:

�� = (�� – ��min) (����– �min) Dimana :

�� = Indeks komponen IPM ke-i �� = Indikator ke-i

����� = Nilai minimum dari �� �� ��� = Nilai maksimal dari ��

Sumber: Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia, 2006


(38)

2.1.1.3Komponen-Komponen IPM 1. Lamanya Hidup (Longevity)

Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth) (e0), angka e0 yang disajikan merupakan ekstrapolasi dari angka e0 pada akhir tahun yang merupakan penyesuaian dari angka kematian bayi (infant mortality rate). Dalam publikasi, angka IMR untuk tingkat provinsi dihitung berdasarkan data yang diperoleh dalam sensus penduduk tahun 1990, 2000, 2010 serta data gabungan dari SUPAS 2005 dan SUSENAS 2010.

Perhitungan dilakukan secara tidak langsung berdasarkan dua data dasar yaitu rata-rata jumlah lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup dari wanita yang pernah kawin. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan menstandarkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya, seperti yang tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator

Komponen IPM (=X(I))

Nilai Minimum Nilai maksimum Catatan Angka Harapan

Hidup (e0) 25 85

Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek

Huruf (Lit) 0 100

Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata lama

sekolah (MYS) 0 15

Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi per kapita yang disesuaikan (PPP) 300.000 (1996)

360.000 (1999)b) 732.720

UNDP menggunakan PDB per kapita riil

yang disesuaikan

a)

Sumber: BPS, Bappenas, UNDP, 2014

Keterangan: a) Perkiraan maksimum pada akhir Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II tahun 2018.


(39)

2. Tingkat Pendidikan

Dalam perhitungan IPM, komponen tingkat pendidikan diukur dari dua indikator, yaitu: angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Angka melek huruf adalah persentase dari pendidik usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah, yaitu rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau sedang menjalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Tabel 2.1 menyajikan faktor konversi dari tiap jenjang pendidikan, rata-rata lama sekolah (MYS) dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:

MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki – 1

3. Standar Hidup Layak

Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut:

a. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (= Y).

b. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (= Y1), karena berbagai studi diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih rendah dari 20%.

c. Menghitung nilai daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP) untuk setiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relatif


(40)

terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar.

d. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasikan Y1 dengan indeks harga konsumen (CPI) (= Y2).

e. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh Rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (= Y3).

f. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (= Y4). Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan.

Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk Domestik Bruto (PDRB) riil yang disesuaikan. Sedangkan investasi dapat meningkatkan pendapatan melalui peningkatan modal-modal produksi sehingga akan meningkatkan daya beli masyarakat.

BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson. Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

C (I) = C(i) jika C(i) < Z = Z + 2(C(i) – Z) (1/2) jika Z < C(i) < 2Z = Z + 2(Z) (1/2)+ 3(C(i) – 2Z) (1/3) jika 2Z < C(i) < 3Z dan seterusnya


(41)

Dimana:

C (I) = Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit. Z = Batas tingkat pengeluaran yang sudah ditetapkan sebagai

Rp 547.500 per kapita per tahun atau Rp 1.500 per kapita per hari.

2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) menyatakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Tujuan GDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Ada dua cara statistik untuk melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang didalam perekonomian dan pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. Setiap transaksi yang mempengaruhi pengeluaran harus mempengaruhi pengeluaran, dan setiap transaksi yang mempengaruhi pendapatan harus mempengaruhi pengeluaran. (Mankiw, 2007)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. (Widodo, 2006)


(42)

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan (www.bps.co.id). Sebagai berikut:

1. Pendekatan Produksi

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).

2. Pendekatan Pengeluaran

Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5) ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).

3. Pendekatan Pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan


(43)

keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi). Sementara itu, PDRB berdasarkan penggunaan dikelompokkan dalam 6 komponen, yaitu:

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan rumah tangga selama setahun.

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang pemerintah daerah, tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan.

3. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto, mencakup pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru dari dalam daerah dan barang modal bekas atau baru dari luar daerah. Metode yang dipakai adalah pendekatan arus barang.

4. Perubahan Inventori. Perubahan stok dihitung dari PDRB hasil penjumlahan nilai tambah bruto sektoral dikurangi komponen permintaan akhir lainnya.

5. Ekspor Barang dan Jasa. Ekspor barang dinilai menurut harga free on board (fob).

6. Impor Barang dan Jasa. Impor barang dinilai menurut cost insurance freight (cif).


(44)

2.1.3 Ekspor

Ekspor merupakan proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain, memperhitungkan perdagangan dengan negara lain, kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Ekspor

Menurut Soekartawi (1991) alasan yang mendesak mengapa suatu negara perlu menggalakkan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang juga berarti meningkatkan pendapatan per kapita. Soekartawi lebih jauh mengungkapkan bahwa sebagai bagian dari perdagangan internasional ekspor dimungkinkan oleh berbagai kondisi, antara lain:

adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir.

1. Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan tersebut dapat dijual ke luar negeri melalui kebijakan ekspor.

2. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk meskipun untuk kebutuhan di dalam negeri sendiri belum memadai.

3. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan keluar negeri dibandingkan dengan penjualan di dalam negeri, karena harga pasar dunia yang lebih menguntungkan.

4. Adanya barter antar produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tidak dapat diproduksi di dalam negeri.

5. Adanya kebijakan ekspor yang bersifat politis.

Secara teoritis menurut Soelistyo dalam Soekartawi (1991) bahwa konsep dasar dari teori perdagangan internasional antar negara adalah kelanjutan dari


(45)

perdagangan antar daerah. Barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah didasarkan atas keuntungan alamiah saja tetapi juga atas dasar proporsi dan intensitas faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut.

Negara-negara berkembang juga dapat mengandalkan kelancaran arus pendapatan devisa dan kegiatan ekonomi yang berasal dari ekspor untuk meningkatkan kekayaan atau pendapatan negara, yang berarti pula akan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat (the export let growth hypothesis). (Soekartawi, 1991)

2.1.4 Tenaga Kerja

Tenaga Kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono, 2009)

Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1980, 1990, 2000). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. (www.datastatistik-indonesia.com)


(46)

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah/sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan pekerjaan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Di Indonesia yang dimaksud tenaga kerja yaitu penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih, Indonesia tidak mengenal batasan umur maksimum alasannya Indonesia masih belum memiliki jaminan kesehatan nasional. Sebagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta.

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja.

Kualitas input tenaga kerja, atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi yang lainnya, yakni barang modal, bahan mentah serta teknologi, bisa dibeli atau dipinjam dari negara lain. Tetapi penerapan teknik-teknik produktivitas tinggi atas kondisi-kondisi lokal hampir selalu menuntut tersedianya manajemen, ketrampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melalui angkatan kerja terampil yang terdidik. Ini terlihat jelas bahwa dengan meningkatnya kualitas tenaga kerja maka akan meningkatkan pula pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya PDRB disuatu wilayah. (Samuelson dan Nordhaus, 1995)


(47)

2.1.5 Investasi

Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Tetapi investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya. (Rahardja, 2008)

Investasi (investment) terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Baik perusahaan maupun rumah tangga membeli barang-barang investasi. Perusahaan membeli barang-barang investasi untuk menambah persediaan modalnya dan mengganti modal yang ada setelah habis dipakai. Rumah tangga membeli rumah baru, yang juga menjadi bagian dari investasi. Jadi menurut para ekonom investasi adalah menciptakan modal baru (Mankiw, 2007).

Jumlah barang-barang modal yang diminta bergantung pada tingkat bunga yang mengukur biaya dari dana yang digunakan untuk membiayai investasi. Investasi merupakan unsur GDP yang paling sering berubah. Ketika pengeluaran atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari penurunan itu berkaitan dengan anjloknya pengeluaran investasi. Ada tiga bentuk pengeluaran investasi yakni investasi tetap bisnis, investasi residensial dan investasi persediaan. Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan.

Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seorang melakukan investasi, antara lain adalah:


(48)

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa negara di dunia banyak melakukan pemberian fasilitas perpajak kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.1.6 Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus. Inflasi sering dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen (consumer price index, CPI), indeks harga produsen (producer price index, PPI) atau deflator PDRB (Widodo, 2006). Inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

Pada perekonomian modern inflasi sangat bersifat inersial artinya bahwa gejala inflasi memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gejala ekonomi tersebut sehingga disebut inflasi inersial. Gejala inflasi inersial bersifat tetap dan jangka panjang sehingga bisa diprediksikan. Namun inflasi inersial akan


(49)

mengalami perubahan manakala timbul guncangan (shock) pada sisi permintaan agregat atau perubahan harga minyak dunia, pergeseran nilai tukar, kegagalan panen, dan sebagainya (Yuliadi, 2008). Sama halnya ketika tingkat PDRB meningkat maka akan meningkatkan jumlah uang yang beredar sehingga akan meningkatkan angka inflasi.

Ada dua faktor yang menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan inflasi dalam negara berkembang berdasarkan teori strukturalis, yaitu:

1. Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu ekspor berkembang secara lamban dibanding sektor lain dalam perekonomian. Hal ini disebabkan naiknya harga barang-barang komoditi negara-negara berkembang (hasil alam), dalam jangka panjang perkembangannya sangat lamban dibanding harga barang industri.

2. Ketidakelastisan dari supply atau produksi bahan makanan dalam negeri, berakibat pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan, sehingga harga bahan makanan cenderung untuk meningkat melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), efek-efek buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut:

1. Inflasi dan perkembangan ekonomi. Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan


(50)

ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.

2. Inflasi dan kemakmuran rakyat. Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.

3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun. 4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian

kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan, nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku. Maka mereka akan mengenakan tingkat bunga yang tinggi atas pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam menghadapi penurunan pendapatan riil dan kekayaan.

5. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harga tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.


(51)

2.1.7 Suku Bunga

Suku bunga merupakan persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam satu periode tertentu. Menurut Karl dan Fair (2001), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk persentase, dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang. Biaya peminjaman uang, diukur dalam dolar per tahun, per dolar yang dipinjam adalah suku bunga. (Samuelson dan Nordhaus, 2004)

Pembayaran ke atas modal yang dipinjam dari pihak lain, yang dinyatakan dalam persentase dari modal dinamakan suku bunga (Sukirno, 2005). Pada umumnya persentase yang dinyatakan menunjukkan suku bunga dari sejumlah modal di dalam satu tahun. Dengan demikian jika dinyatakan suku bunga adalah 15 persen, maka artinya modal yang dipinjamkan memperoleh suku bunga sebanyak 15 persen setahun.

2.1.8 Kurs

Kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Kurs dapat dibedakan menjadi kurs nominal dan kurs riil. (Mankiw, 2007)


(52)

Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi valas, foreign exchange transaction (Kuncoro, 1996). Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang (exchange rate). (Salvatore, 1997)

Mankiw (2007) menambahkan, kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.

Dalam sistem kurs bebas nilai kurs yang mengalami depresiasi atau apresiasi akan mendorong terjadinya arus perubahan ekspor dan impor barang dan jasa dari suatu negara ke negara lainnya sehingga akan tercapai keseimbangan nilai kurs dimana nilai ekspor sama dengan nilai impornya. (Yuliadi, 2008)

Perubahan nilai tukar dianggap penting, karena dapat berdampak pada harga komoditas ekspor dan impor, upah tenaga kerja relatif, suku bunga, jumlah pengangguran, dan tingkat produksi (Saeed et al, 2012), sehingga perlu adanya upaya menstabilkan nilai tukar di suatu negara. Secara umum menunjukkan bahwa determinasi nilai tukar ditentukan oleh variabel-variabel makroekonomi, seperti supply uang diferensial, suku bunga diferensial, PDB riil diferensial, dan inflasi diferensial.

Oleh karena penentuan nilai tukar mata uang dalam sistem mengambang bebas ditentukan oleh mekanisme pasar, maka hal tersebut akan sangat bergantung pada kekuatan faktor-faktor ekonomi yang diduga dapat mempengaruhi kondisi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valuta asing (Madura, 2000). Faktor-faktor tersebut, antara lain adalah:


(53)

2. Perbedaan tingkat suku bunga antara kedua negara.

3. Perbedaan tingkat pendapatan nasional (Gross Domestik Product, GDP) antara kedua negara.

2.2 Landasan Penelitian Terdahulu

Pratowo (2009) meneliti tentang seberapa besar variabel Belanja Daerah, Gini Rasio, Pengeluaran Non Makanan, dan Rasio Ketergantungan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menganalisis dengan data sekunder maka di dapat hasil penelitian tersebut bahwa Belanja Daerah dan Pengeluaran non Makanan secara signifikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan Gini Rasio dan Rasio Ketergantungan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Setiawan dan Hakim (2013) meneliti tentang Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dengan variabel yang digunakan Produk Domestik Bruto (PDB), Pajak Pendapatan (PPN), Dummy Desentralisasi (DD), dan Dummy Krisis Ekonomi (DK). Data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian tersebut adalah Produk Domestik Bruto (PDB) secara signifikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia sedangkan Pajak Pendapatan (PPN) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Saddewisasi dan Ariefiantoro (2011) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan data sekunder, hasil penelitiannya adalah


(54)

selama tiga tahun terakhir (2006-2008) pengaruh variabel Kesehatan, Pendidikan, Standar Hidup Layak dan Ketenagakerjaan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang secara umum belum mengalami perubahan yang berarti.

Mirza (2012) meneliti tentang Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Jawa Tengah Tahun 2006-2009. Data yang digunakan adalah data sekunder, hasil penelitiannya adalah bahwa Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal secara signifikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan Kemiskinan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

Badrudin (2011) meneliti tentang Pengaruh Pendapatan dan Belanja Daerah Terhadap Pembangunan Manusia Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari hasil penelitian tersebut didapat kesimpulan bahwa variabel Pengeluaran Pemerintah pada sektor pendidikan, kesehatan dan infrastuktur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia di Provinsi DI Yogyakarta. Keberhasilan pembangunan manusia lebih banyak ditentukan oleh

sense of education masyarakat yang dilakukan secara mandiri dan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kekuatan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat itu sendiri.

Kusumawardhani, et al (2012) meneliti tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDB Indonesia Dengan Persamaan Simultan 2SLS. Penelitian ini menggunakan data PDB tahunan statistik Indonesia dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2010 dengan model persamaan simultan 2SLS. Dari hasil penelitian


(55)

bahwa PDB yang diduga pajak dan kurs berpengaruh signifikan terhadap investasi di Indonesia.

Yasinta A, et al (2008) meneliti tentang Pemodelan PDRB Jawa Timur Dengan Pendekatan Sistem Persamaan Simultan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi data PDRB atas dasar harga konstan 2000, data upah sektor pertanian, data pengeluaran untuk belanja pegawai; belanja barang dan jasa; belanja modal, serta data jumlah tenaga kerja per sektor (1992-2007). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam persamaan adalah sektor tenaga kerja, dimana variabel tenaga kerja memiliki nilai elastisitas yang lebih besar dari pada variabel-variabel yang lainnya.

Tabel 2.2 Theorical Maping N

O

NAMA (TAHUN) / JUDUL, SUMBER

PERUMUSAN

MASALAH HIPOTESIS MODEL HASIL

1 Nur Isa Pratowo (2009)/ Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap IPM Sumber: Jurnal Bagaimakah Pengaruh Belanja Daerah, Gini Rasio, Proporsi Pengeluaran Non Makanan dan Rasio Ketergantungan Terhadap pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah?

a.Belanja Daerah diduga berpengaruh positif terhadap IPM. b.Gini Rasio diduga berpengaruh negatif terhadap IPM. c.Proporsi Pengeluaran Non Makanan diduga Berpengaruh positif terhadap IPM. d.Rasio Ketergantungan diduga berpengaruh negatif terhadap IPM.

log(IPMit) =α+β1log (BDit)+β2 log(GRit) +β3log (PNMit)+ β4log(RK it)+ɛit

Belanja Daerah dan Pengeluaran Non Makanan secara signifikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan Gini Rasio dan Rasio Ketergantungan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.


(56)

N O

NAMA (TAHUN) / JUDUL, SUMBER

PERUMUSAN

MASALAH HIPOTESIS MODEL HASIL

2 Moh Bakti Setiawan & Abdul Hakim (2013)/ Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Sumber: Jurnal Bagaimanakah pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) Pajak Pendapatan (PPN), Dummy Desentralisasi (DD), Dummy Krisis Ekonomi (DK) terhadap IPM di Indonesia?

Produk Domestik Bruto (PDB) dan Pajak Pendapatan (PPN) berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. IPMt=βo+ β1PDBt+ β2PPNt+ ɛt Produk Domestik Bruto (PDB) secara signifikan berpengaruh positif terhadap IPM sedangkan Pajak Pertambahan (PPN) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap IPM.

3 Wyati Saddewisasi & Teguh Ariefiantoro (2011)/Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi IPM di Kota Semarang Sumber: Jurnal Bagaimanakah pengaruh Kesehatan, Pendidikan, Standar Hidup Layak dan Ketenagakerjaan Terhadap IPM di Kota Semarang?

Kesehatan,

Pendidikan, Standar Hidup Layak dan Ketenagakerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. IPMt=α+ β1X1t+ β2X2t+ β3X3t+ β4X4t+ ɛt

Selama tiga tahun terakhir (2006-2008) pengaruh variabel Kesehatan, Pendidikan, Standar Hidup Layak dan Ketenagakerjaan terhadap IPM Kota Semarang secara umum belum mengalami perubahan yang berarti. 4 Denni Sulistio

Mirza (2012)/ Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi Dan Belanja Modal Terhadap IPM Di Jawa Tengah Tahun 2006-2009 Sumber: Jurnal Bagaimanakah pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal terhadap IPM di Jawa Tengah? Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. IPMit=αi+ β1KMSit+ β2GRWT it+β3ln β MODit+ uit

Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal secara signifikan berpengaruh positif terhadap IPM sedangkan kemiskinan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap IPM.


(57)

N O

NAMA (TAHUN) / JUDUL, SUMBER

PERUMUSAN

MASALAH HIPOTESIS MODEL HASIL

5 Rudy Badrudin (2011)/ Pengaruh Pendapatan Dan Belanja Daerah Terhadap Pembangunan Manusia Di Provinsi DI Yogyakarta Sumber: Jurnal Bagaimanakah pengaruh Pendapatan dan Belanja Daerah terhadap IPM di DIY?

Pendapatan dan Belanja Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap IPM. IPMit=α+ β1Yit+ β2BDit+ ɛit Pengeluaran

Pemerintah pada sektor Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembangunan manusia di Provinsi DI

Yogyakarta. Keberhasilan

pembangunan manusia lebih banyak ditentukan oleh sense of education masyarakat yang dilakukan secara mandiri dan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kekuatan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat itu sendiri.

6 Ni Made Sri Kusumawardhani, I Gusti Ayu Made Srinadi, Made Susilawati (2012)/ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PDB Indonesia Dengan Persamaan Simultan 2SLS Sumber: Jurnal Bagaimanakah Pengaruh Pajak, PDB dan Kurs Terhadap Investasi?

Investasi dipengaruhi oleh PDB, Pajak dan Kurs.

It= α+

β1PDBit+

β2Tit+ β3Kursit+ ɛit

PDB yang diduga pajak dan kurs berpengaruh signifikan terhadap investasi di Indonesia.


(58)

N O

NAMA (TAHUN) / JUDUL, SUMBER

PERUMUSAN

MASALAH HIPOTESIS MODEL HASIL

7 Risna Yasinta A, Setiawan, M. Sjahid Akbar (2008)/ Pemodelan PDRB Provinsi Jawa Timur Dengan Pendekatan Sistem Persamaan Simultan Sumber: Jurnal Bagaimanakah variabel-variabel yang membentuk PDRB di Jawa Timur dalam Persamaan Simultan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya?

Variabel-variabel yang membentuk PDRB di Jawa Timur berpengaruh secara signifikan. PDRBPt= α0+ α1WGP+ α2BMD+ α3BBJ+ɛ1 PDRBTt= b0+ b1TKT+ b2BPG+ ɛ2 PDRBIt= c0+ c1TKI+ c2BMD+ c3BBJ+ c4BPG+ɛ3 PDRBLt= d0+ d1TKL+ d2BBJ+ɛ4 PDRBBt= e0+ e1TKB+ e2BMD+ e3BPG+ɛ5 PDRBDt= f0+ f1TKD+ f2BMD+ f3BPG+ɛ6 PDRBAt= g0+ g1TKA+

Faktor yang paling berpengaruh dalam persamaan adalah sektor tenaga kerja dimana variabel tenaga kerja nilai elastisitas yang lebih besar dari pada variabel-variabel yang lainnya.


(59)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu: 1. Variabel penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan variabel-variabel penelitian seperti ekspor, inflasi serta suku bunga yang tidak ada satupun penelitian terdahulu yang menggunakan variabel-variabel tersebut.

2. Waktu Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan periode penelitian dari tahun 1994 sampai dengan 2013 dimana tidak ada satupun penelitian terdahulu yang menggunakan periode penelitian ini.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan skema/kerangka sederhana untuk memberikan gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan secara keseluruhan agar dapat diketahui secara jelas dan terarah. Kerangka konseptual pada persamaan simultan ini menggambarkan pengaruh antara variabel-variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen. Secara sistematis dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Suku Bunga Ekspor

Tenaga Kerja

Indeks Pembangunan

Manusia Inflasi

PDRB

Kurs


(60)

Keterangan:

1. Variabel Eksogen : Tenaga Kerja Ekspor Suku Bunga 2. Variabel Endogen : PDRB

Kurs Inflasi Investasi

Indeks Pembangunan Manusia

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang dapat diambil dari penelitian diatas adalah sebagai berikut:

1. Tenaga kerja berpengaruh terhadap PDRB di Provinsi Riau.

2. PDRB, ekspor dan suku bunga berpengaruh secara simultan terhadap inflasi di Provinsi Riau.

3. PDRB dan suku bunga berpengaruh secara simultan terhadap kurs di Provinsi Riau.

4. Suku bunga, inflasi dan kurs berpengaruh secara simultan terhadap investasi di Provinsi Riau.

5. PDRB dan investasi berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau.


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Provinsi Riau dengan periode tahunan, yaitu selama 20 tahun (1994 – 2013). Waktu penelitian dilakukan mulai dari September 2014 sampai dengan November 2014.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau, yang meliputi variabel-variabel bebas (eksogenous) dan variabel-variabel-variabel-variabel terikat (endogenous) di Provinsi Riau.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan diproses oleh lembaga-lembaga survei yang independen dan obyektif. Data tersebut diperoleh dan diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan instansi-instansi yang bersangkutan lainnya, serta data tersebut juga diambil dari buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan dengan IPM, PDRB, ekspor, tenaga kerja, investasi, inflasi, suku bunga, dan kurs di Provinsi Riau.


(62)

3.4 Definisi Operasional

Berdasarkan pada masalah dan hipotesis yang akan di uji, maka variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu alat ukur yang digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada komponen harapan hidup, pendidikan dan standar hidup layak, dalam angka indeks.

2. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah tertentu, baik atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, dalam rupiah.

3. Ekspor yaitu proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain, memperhitungkan perdagangan dengan negara lain, kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dalam rupiah.

4. Tenaga Kerja yaitu seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa, dalam jiwa. 5. Investasi yaitu konsep aliran karena besarnya dihitung selama satu interval

periode tertentu yang terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan, dalam rupiah.

6. Inflasi yaitu indikator untuk melihat tingkat perubahan dan terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi, dalam persen.

7. Suku Bunga yaitu persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam satu periode tertentu, dalam persen.

8. Kurs yaitu tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan, dalam rupiah per US dollar.


(1)

(2)

LAMPIRAN 3

HASIL PERSAMAAN SIMULTAN

1.

PDRB

Dependent Variable: LOGPDRB Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/07/14 Time: 21:33 Sample: 1994 2013

Included observations: 20

Instrument list: LOGPDRB C LOGTK

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -36.97505 7.195585 -5.138574 0.0001

LOGTK 6.849943 1.101203 6.220418 0.0000

R-squared 0.682504 Mean dependent var 7.782909

Adjusted R-squared 0.664865 S.D. dependent var 0.468935

S.E. of regression 0.271470 Sum squared resid 1.326529

F-statistic 38.69360 Durbin-Watson stat 0.582066

Prob(F-statistic) 0.000007

Estimation Command: =====================

TSLS LOGPDRB C LOGTK @ LOGPDRB C LOGTK Estimation Equation:

===================== LOGPDRB = C(1) + C(2)*LOGTK Substituted Coefficients:

=====================

LOGPDRB = -36.97504602 + 6.849943323*LOGTK


(3)

2.

INFLASI

Dependent Variable: LOGINF Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/07/14 Time: 21:36 Sample: 1994 2013

Included observations: 20

Instrument list: LOGINF C LOGPDRB LOGEKS LOGSB

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -167.7016 33.17585 -5.054931 0.0001

LOGPDRB 20.17183 4.447239 4.535809 0.0003

LOGEKS -13.16935 7.075808 -1.861180 0.0812

LOGSB 2.748713 0.238838 11.50868 0.0000

R-squared 0.902311 Mean dependent var 11.57150

Adjusted R-squared 0.883994 S.D. dependent var 15.58361

S.E. of regression 5.307726 Sum squared resid 450.7514

F-statistic 49.26147 Durbin-Watson stat 2.281645

Prob(F-statistic) 0.000000

Estimation Command: =====================

TSLS LOGINF C LOGPDRB LOGEKS LOGSB @ LOGINF C LOGPDRB LOGEKS LOGSB

Estimation Equation: =====================

LOGINF = C(1) + C(2)*LOGPDRB + C(3)*LOGEKS + C(4)*LOGSB Substituted Coefficients:

=====================

LOGINF = -167.7016009 + 20.17182725*LOGPDRB - 13.1693496*LOGEKS + 2.748712751*LOGSB


(4)

3.

KURS

Dependent Variable: LOGKURS Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/07/14 Time: 21:53 Sample: 1994 2013

Included observations: 20

Instrument list: LOGKURS C LOGPDRB LOGSB

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.881127 1.320526 -0.667255 0.5136

LOGPDRB 0.524730 0.134535 3.900323 0.0012

LOGSB 0.638045 0.316088 2.018568 0.0505

R-squared 0.519105 Mean dependent var 3.858968

Adjusted R-squared 0.462529 S.D. dependent var 0.228137

S.E. of regression 0.167252 Sum squared resid 0.475547

F-statistic 9.175380 Durbin-Watson stat 0.296758

Prob(F-statistic) 0.001983

Estimation Command: =====================

TSLS LOGKURS C LOGPDRB LOGSB @ LOGKURS C LOGPDRB LOGSB Estimation Equation:

=====================

LOGKURS = C(1) + C(2)*LOGPDRB + C(3)*LOGSB Substituted Coefficients:

=====================

LOGKURS = -0.8811273285 + 0.5247295193*LOGPDRB + 0.6380448908*LOGSB


(5)

4.

INVESTASI

Dependent Variable: LOGINV Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/07/14 Time: 21:44 Sample: 1994 2013

Included observations: 20

Instrument list: LOGINV C LOGSB LOGINF LOGKURS

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.946424 1.821434 2.166657 0.0457

LOGSB 0.059545 0.030338 1.962749 0.0673

LOGINF -0.033587 0.013048 -2.574113 0.0204

LOGKURS 0.586668 0.439566 1.334651 0.2007

R-squared 0.317581 Mean dependent var 6.532884

Adjusted R-squared 0.189628 S.D. dependent var 0.415964

S.E. of regression 0.374454 Sum squared resid 2.243452

F-statistic 2.482006 Durbin-Watson stat 1.715390

Prob(F-statistic) 0.098152

Estimation Command: =====================

TSLS LOGINV C LOGSB LOGINF LOGKURS @ LOGINV C LOGSB LOGINF LOGKURS

Estimation Equation: =====================

LOGINV = C(1) + C(2)*LOGSB + C(3)*LOGINF + C(4)*LOGKURS Substituted Coefficients:

=====================

LOGINV = 3.94642441 + 0.05954530739*LOGSB - 0.03358695515*LOGINF + 0.5866677497*LOGKURS


(6)

5.

IPM

Dependent Variable: LOGIPM Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/07/14 Time: 21:46 Sample: 1994 2013

Included observations: 20

Instrument list: LOGIPM C LOGPDRB LOGINV

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -82.86386 31.36367 -2.642033 0.0171

LOGPDRB 18.11877 2.889587 6.270366 0.0000

LOGINV 1.481982 3.257557 0.454937 0.6549

R-squared 0.698630 Mean dependent var 67.83450

Adjusted R-squared 0.663175 S.D. dependent var 10.17405

S.E. of regression 5.904682 Sum squared resid 592.7095

F-statistic 19.70452 Durbin-Watson stat 0.209446

Prob(F-statistic) 0.000037

Estimation Command: =====================

TSLS LOGIPM C LOGPDRB LOGINV @ LOGIPM C LOGPDRB LOGINV Estimation Equation:

=====================

LOGIPM = C(1) + C(2)*LOGPDRB + C(3)*LOGINV Substituted Coefficients:

=====================

LOGIPM = -82.86386035 + 18.11877111*LOGPDRB + 1.481982259*LOGINV