menerima panas sehingga temperatur adsorber meningkat dan diikuti peningkatan tekanan evaporasi menjadi tekanan kondensasi. Selama proses ini tidak ada aliran
refrigeran metanol atau R134a yang masuk maupun yang keluar dari adsorber.
2. Proses desorpsi
Proses desorpsi berlangsung pada waktu panas diberikan dari titik B ke D sehingga adsorber mengalami peningkatan temperatur yang menyebabkan
timbulnya uap desorpsi. Sehingga, adsorbat yang berada pada adsorben dalam bentuk gas mengalir ke kondensor untuk mengalami proses kondensasi menjadi
cair dan mengalir ke kondensor.
3. Proses Pendinginan penurunan tekanan
Proses pendinginan berlangsung dari titik D ke F, adsorber melepaskan panas dengan cara didinginkan sehingga suhu di adsorber turun dan diikuti oleh
penurunan tekanan dari tekanan kondensasi ke tekanan evaporasi.
4. Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi berlangsung dari titik F ke A, Adsorber terus melepaskan panas sehingga adsorber mengalami penurunan temperatur dan tekanan yang
menyebabkan timbulnya uap adsorpsi. Adsorbat dalam bentuk uap dihasilkan dari proses penyerapan kalor oleh adsorbat dari air yang ada disekitar evaporator
sebesar kalor laten penguapan adsorbat tersebut.
2.2 Adsorben
2.2.1 Alumina Aktif
Alumina aktif dibuat dari aluminium hidroksida dengan dehydroxylating dengan cara yang menghasilkan bahan yang sangat berpori, bahan ini dapat
memiliki luas permukaan signifikan lebih dari 200 meter persegi g. Senyawa ini digunakan sebagai pengering dan sebagai filter fluoride, arsenik dan selenium
dalam air minum. Alumina aktif terbuat dari aluminium oksida alumina, Al
2
O
3
, substansi kimia yang sama seperti safir dan ruby. Ini memiliki luas permukaan
Universitas Sumatera Utara
yang sangat tinggi untuk rasio berat, karena banyak terowongan seperti pori- pori.
Gambar 2.3 Alumina Aktif
Table 2.1 Sifat alumina aktif
[18]
Fisik Luas Permukaan
320 m
2
grm minimal Total Volume Pori - Pori
0.50 CC grm Kapasitas adsorptive R.H 60
22 dari berat Pengausan
0.2 dari berat Pengausan akibat gesekan
99.6 dari berat Kepadatan
47lbsft
3
753 kgsm
3
Ukuran 116”, 18”, 316”, 14”
1.5mm, 3mm, 5mm, 6mm
2.2.2 Pembuatan Alumina Aktif
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksida, dengan rumus kimia Al
2
O
3
. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang pertambangan, kramik dan teknik material senyawa ini lebih banyak
disebut dengan nama alumina Proses pemurnian bauksit dilakukan dengan metode Bayer dan hasil akhir
adalah alumina. Secara alami, aluminium oksida terdapat dalam bentuk kristal corundum. Batu mulia rubi dan sapphire tersusun atas corundum dengan warna-
warna khas yang disebabkan kadar ketidakmurnian dalam struktur corundum.
Universitas Sumatera Utara
Aluminium oksida, atau alumina, merupakan komponen utama dalam bauksit bijih aluminium yang utama.
Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal. Perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam produksi dari aluminium oksida dan
aluminium hidroksida misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri dari Al
2
O
3
, Fe
2
O
3
, and SiO
2
yang tidak murni. Campuran ini dimurnikan terlebih dahulu melalui Proses Bayer:
Al
2
O
3
+ 3H
2
O + 2NaOH + panas → 2NaAlOH
4
Fe
2
O
3
tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui penyaringan. SiO
2
larut dalam bentuk silikat SiOH
6 2-
. Ketika cairan yang dihasilkan didinginkan, terjadi endapan AlOH
3
, sedangkan silikat masih larut dalam cairan tersebut. AlOH
3
yang dihasilkan kemudian dipanaskan 2AlOH
3
+ panas → Al
2
O
3
+ 3H
2
O Al
2
O
3
yang terbentuk adalah alumina. Pada 1961,perusahaan General Electric mengembangkan Lucalox, alumina transparan yang digunakan
dalam lampu natrium. Pada Agustus 2006, ilmuwan Amerika Serikat yang bekerja untuk 3M berhasil mengembangkan teknik untuk membuat alloy dari aluminium
oksida dan unsur-unsur lantanida, untuk memproduksi kaca yang kuat, yang disebutalumina transparan. Aloi adalah campuran dua atau lebih unsur pada
komposisi tetap tertentu yang mana juzuk utamanya adalah logam. Tahapan pemurnian aluminium bisa dilihat pada gambar 10. Pertama-
tama bauksit dicampur dengan larutan kimia seperti kaustik soda. Campuran tersebut kemudian dipompa ke tabung tekan dan kemudian dilakukan pemanasan.
Proses selanjutnya dilakukan penyaringan dan diikuti dengan proses penyemaian untuk membentuk endapan alumina basah hydrated alumina. Alumina basah
kemudian dicuci dan diteruskan dengan proses pengeringan dengan cara memanaskan sampai suhu 1200
o
C. Hasil akhir adalah partikel-partikel alumina dengan rumus kimianya adalah Al
2
O
3
.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Diagram proses pembuatan alumina
[16]
2.2.3 Kegunaan Alumina Aktif