Seleksi Bibit

4.5. Seleksi Bibit

Hasil akhir dari persemaian desa adalah produksi bibit siap tanam dengan kualitas yang baik, yang berarti ada proses seleksi atas bibit yang telah siap tanam yang digolongkan manjadi :

‐ Bibit baik adalah bibit yang sehat dan siap tanam sesuai dengan kriteria yang ditentukan, yang dijamin bahwa pertumbuhan bibit baik dan normal dan dapat hidup terus di lokasi penanaman ‐ Bibit kurang baik adalah bibit yang secara fisik kurang memenuhi kriteria terutama dari aspek kesehatan bibit dan media kurang kompak, yang masih memungkinkan bibit tumbuh normal dengan perlakuan pemeliharaan ‐ Bibit rusak adalah bibit yang patah batang atau pucuk atau media hancur sehingga tidak memungkinkan kembali untuk mengembalikan pertumbuhan bibit menjadi normal

Seleksi bibit atas bibit yang sudah siap tanam ditujukan untuk memilih bibit yang berkualitas dan sehat (baik) dan memisahkannya dengan kurang baik dan bibit rusak. Karena hanya bibit yang berkualitas dan sehat (bibit baik) yang akan di angkut ke lokasi penanaman.

Seleksi dilakukan dengan cara memilih satu persatu bibit yang siap tanam, dan kemudian memisahkannya di tempat tersendiri. Semua data jumlah dan jenis bibit yang lolos seleksi dan tidak lolos seleksi di catat dalam laporan seleksi bibit (Tabel hasil seleksi bibit).

Kriteria bibit siap tanam yang berkualitas dan sehat untuk diangkut ke lokasi penanaman, dapat mengacu kepada kriteria dan standar mutu yang ditetapkan oleh departemen kehutanan untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, seperti diperlihatkan dalam tabel di bawah.

Tabel

8. Kriteria dan Standar Mutu Bibit Siap Tanam

Kelompok Jenis

Kriteria Standar

1. Kayu, 1. Pertumbuhan

1. Normal (Sehat, berbatang tunggal,

Tanaman berkayu)

Unggulan

2. Media Tanaman

Lokal Kompak

3. Tinggi minimal

3. 30 cm (Kecuali jenis Pinus merkusii , tinggi minimal 15 cm dan sudah ada ekor bajing)

2. Tanaman

1. Normal (Sehat, berbatang tunggal, turus jalan,

1. Pertumbuhan

berkayu)

hutan kota

2. Media Tanaman

1. Normal (Non propagul : Sehat, berbatang tunggal, berkayu Propagul : sehat, minimal terdapat 4 lembar daun)

2. Media

2. Kompak

3. Tinggi non propagul

3. Minimal 20 cm

4. Pantai

1. Pertumbuhan

1. Normal (Sehat, berbatang tunggal,

berkayu)

2. Media Tanaman

1. Normal (Sehat, berbatang tunggal,

berkayu)

2. Media Tanaman

2. Kompak

3. Tinggi

3. Disesuaikan dengan kebutuhan pola penyelenggaraan; untuk bibit tempelan/okulasi, tinggi dihitung dari kedudukan tempelan/sambungan

Sumber : Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.70/Menhut‐II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Cara untuk menentukan bibit siap tanam yang baik adalah dengan cara mengidentifikasi kondisi semai, yaitu : - Memperhatikan kondisi morfologis bibit yang berhubungan dengan kesehatan,

pertumbuhan bagian vegetatif yang normal (daun, ranting, cabang), dan gejala kekurangan sesuatu unsur hara.

- Mengukur tinggi atau diameter semai , pada umumnya semai yang sempurna pertumbuhannya akan mempunyai ukuran diameter dan tinggi yang proporsional dan lebih dari pada yang lain.

- Batang bibit telah mengalami pengerasan untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tempat penanaman - Bibit dengan media sudah menyatu dan kompak yang menandakan perakatan bibit sudah menyatu dengan media untuk mencegah tidak terjadi kerusakan bibit pada saat pengangkutan serta memudahkan penyesuaian bibit di tepat tanam. Untuk mengetahui tingkat kekompakan bibit dengan media bisa dilakukan dengan cara mengangkat bibit pada leher batang. Apabila bibit tercabut dari media berarti menandakan bahwa bibit dengan media belum kompak.

Bibit yang kurang baik dan rusak dipisahkan, dan pada bibit yang kurang baik masih bisa dipelihara melalui perlakuan pemupukan atau pengompakan media sehingga pertumbuhan bibit kembali menjadi normal. Sedangkan untuk bibit rusak langsung dimusnahkan, akan tetapi kantong plastik atau media gambutnya, apabila masih memungkinkan untuk digunakan, dikumpulkan untuk penggunaan berikutnya.