BELANGERAN ( Shorea balangeran Burck.)

VI. BELANGERAN ( Shorea balangeran Burck.)

6.1. Pengenalan Pohon

 Suku: Dipterocarpaceae  Nama Perdagangan: Kayu belangeran  Nama Daerah: Belangeran, belangir, belangiran, melangir (Sumatra), Balaingiran, belangiran, kahoi, kahui, kawi (Kalimantan)  Habitat Tumbuh: Belangeran tersebar di hutan primer tropis basah yang sewaktu waktu tergenang air, di rawa atau di pinggir sungai, pada tanah berpasir, tanah gambut, atau tanah liat dengan tipe curah hujan A‐B pada ketinggian 0‐ 100 meter dari permukaan laut.

 Penyebaran:

Bangka, Belitung, Kalimantan Barat,

62. Habitus pohon Belangeran Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah.

Gambar

(Foto: Iwan T. W.)  Kegunaan: Kayu: Balok atau papan untuk

bangunan, konstruksi jembatan, bantalan, tiang listrik.

 Habitus dan Ciri Morfologi:

- Pohon mampu mencapai tinggi 20‐25 meter dengan panjang bebas cabang sampai 15 meter, diameter 50 cm, dan tidak berbanir. - Kulit luar berwarna merah tua sampai hitam dan beralur dangkal. Kulit tidak mengelupas dan memiliki ketebalan 1‐3 cm. - Musim berbunga dan berbuah tidak terjadi setiap tahun, sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim setempat. Pemungutan buah masak seringkali dilakukan bersamaan dengan jenis lain dari Suku Dipterocarpaceae, yaitu pada bulan Februari, April sampai Juni.

Gambar

63. Daun dan bunga serta Kulit batang belangeran (Sumber: Iwan T. W.)

6.2. Teknik Pembibitan Belangeran

Ketersediaan anakan alam belangeran sangat melimpah dan mendominasi suatu kawasan. Berdasarkan hal tersebut, maka bibit belangeran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan anakan alam. Namun demikian, penyiapan bibit melalui teknik stek pucuk juga dapat dilakukan.

6.2.1. Pengadaan bibit dari anakan alam

 Seleksi anakan : Anakan yang dipilih sebaiknya yang masih kecil, yaitu berdaun 3‐6 helai dan masih belum berkayu. Anakan tersebut harus sehat, terbebas dari hama dan penyakit,  Seleksi anakan : Anakan yang dipilih sebaiknya yang masih kecil, yaitu berdaun 3‐6 helai dan masih belum berkayu. Anakan tersebut harus sehat, terbebas dari hama dan penyakit,

prinsip utama “akar tidak rusak” dan dilakukan pada sore hari. Anakan yang telah diambil dikurangi luasan daun untuk menghindari evapotranspirasi yang berlebihan (misalnya dengan cara memangkas daun).  Penanaman anakan pada polybag : Anakan alam yang sudah di kurangi jumlah helai daunnya sebaiknya segera ditanam secepatnya pada polybag berukuran 14 cmx 22 cm yang telah diisi media tanah gambut. Penanaman dilakukan pada bedeng sapih yang diberi naungan tambahan. Bila perlu, sungkup plastik dapat digunakan untuk menjaga kelembaban udara.  Pemeliharaan bibit : Penyiraman harus dilakukan secara teratur dua kali sehari.  Setelah terlihat tunas atau daun baru, maka naungan tambahan dan sungkup sebaiknya dibuka. Setelah dipelihara 4‐5 bulan, maka proses pengerasan dapat segera dilakukan.

6.2.2. Pengadaan bibit dari stek

 Seleksi bahan stek : Seleksi dilakukan dengan cara memilih pucuk yang ortothrop. Sebaiknya bahan stek diambil dari kebun pangkas yang dipelihara dengan baik atau dari anakan alam

yang berumur kurang dari 5 tahun .  Pembuatan stek

- Pengambilan stek dari setiap tunas dilakukan dengan cara memotong ujung tunas orthotrop sepanjang 3 nodul (buku) dan jumlah daun yang ditinggalkan pada tunas adalah 2‐3 helai. - Selanjutnya dilakukan pemotongan daung hingga tersisa 1/3 sampai 1/2 bagian dari panjang daun. - Potongan stek segera ditempatkan dalam air untuk menghindari kekeringan dan perbedaan tekanan osmosa sebelum dan setelah pemotongan. Selanjutnya, bagian bawah stek di beri zat perangsang tumbuh akar (Rootone‐F)

 Proses pengakaran : - Stek yang telah diberi hormone siap untuk ditanam

pada bedeng pengakaran. Dalam bedeng pengakaran, kelembaban dan suhu dapat dikendalikan karena dilengkapi oleh sungkup plastik. Penyiraman harus dilakukan saat embun yang melekat pada sungkup plastik mulai mengering. - Tumbuhnya akar ditandai dengan munculnya tunas atau daun baru. Bila terdapat 2‐3 tunas baru maka penyapihan terhadap stek dapat segera dilakukan.

 Penyapihan : Sebelum disapih, bedeng perakaran sebaiknya disiram terlebih dahulu agar media menjadi

jenuh sehingga mempermudah proses pengambilan stek. Penyiraman ini juga dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kerusakan akar pada saat

pencabutan. Gambar 64. Anakan  Penyapihan dilakukan dengan cara mengambil stek

belangeran yang tumbuh di secara hati‐hati dari bedeng perakaran dan

areal tergenang (Foto: Baba) memindahkannya ke polybag yang sebelumnya telah

diisi media gambut.  Pemeliharaan : Pemeliharaan dilakukan dengan cara penyiraman yang teratur dan pemberian naungan hingga 6 bulan. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan pengerasan.