PULAI RAWA ( Alstonia pneumatophora Backer ex L.G.Den Berger )

III. PULAI RAWA ( Alstonia pneumatophora Backer ex L.G.Den Berger )

3.1. Pengenalan Pohon  Suku: Apocynaceae

 Nama Daerah: Gabus, goti, pelaik, pulai, pule, tuturan (Sumatra), Ampalai, bintihung, jelentik, kubita, pelai, pelantan (Kalimantan), Gabusan, lame, polay, pule (Jawa), Kasidula, lingaru, loi, mantoti, talanggilala, Tongkoya, rita (Sulawesi), Angar, bintang, hange, leleko, Pule, puli, susu (Maluku), Lete, pela, pera (Nusa Tenggara), Bangui, jagera, setaka, susuh (Irian Jaya)  Nama Perdagangan: Kayu pulai

 Status: Dilindungi  Habitat Tumbuh: Alastonia pneumatophora tumbuh dengan baik

di hutan rawa gambut. Pohon ini tersebar di hutan hujan tropis Gambar

53. Habitus pohon pada ketinggian 0‐1000 m dari permukaan laut dengan tipe curah

pulai (Foto: Flora in Peat hujan

A sampai C. Swamp Area of Narathiwat,

dalam Iwan TW) 

Penyebaran: Sumatra, Kalimantan.

 Kegunaan: Kayu: Korek api, peti, cetakan beton, barang kerajinan (misal: wayang dan topeng)

 Habitus dan Ciri Morfologi:

‐ Pohon dapat mencapai tinggi 40‐45 meter dan diameter batang 100 cm. ‐ Batang lurus dan beralur dangkal, berbanir hingga tinggi 4‐5 m, dan memiliki akar lutut. ‐ Kulit berwarna abu‐abu, kelabu putih, atau kelabu coklat dan halus. Pohon mengeluarkan getah berwarna putih. ‐ Kedudukan daun tersusun dalam lingkaran dan mengumpul di satu titik. Ujung daun berbentuk membundar rounded, pangkal daun berbentuk cuneate yang bereakhir pada ranting. ‐ Pertulangan daun menyirip dan biasanya daun muda berwarna merah. ‐ Pohon berbunga dan berbuah pada Mei ‐ Agustus. ‐ Buah berbentuk lonjong kecil (berukuran 2 mm x 5 mm), berwarna coklat kehitaman dan diselimuti oleh bulu‐bulu halus. Terdapat 620.000 biji kering dalam setiap kilo gramnya.

Gambar

54. Daun pulai dan buah polong dan biji pulai (Foto: Iwan T. W.)

3.2. Teknik Pembibitan Pulai Rawa

3.2.1. Pengadaan bibit dari biji

 Pemanenan polong : buah yang dipanen adalah buah yang telah masak, cirinya: kulit buah berwarna coklat kehitam‐hitaman. Buah dipanen sebelum polong buah pecah, karena jika polong telah pecah, maka biji pulai akan terbang terbawa angin. Buah dipanen dengan cara memanjat pohon atau dengan bantuan alat pemangkas buah.  Ekstraksi biji : Polong dijemur di panas matahari agar polong pecah dan biji dapat diambil. Penjemuran sebaiknya dilakukan di dalam kotak kelambu atau kasa karena biji pulai sangat kecil dan berbulu sehingga mudah terbang tertiup angin bila polongnya telah pecah.  Penyemaian :

‐ Penyemaian diawali dengan pembuatan jalur semai dalam bedeng tabur, yaitu berupa galian sedalam 0,2‐0,3 cm dengan lebar 1‐1,5 cm dan jarak antar jalur sebaiknya 1‐2 cm. ‐ Biji diletakkan secara mendatar pada jalur semai dengan jarak antar biji sebaiknya 0,5 cm, lalu ditimbun dengan tanah halus (Gambar 55).

Gambar

55. Penyemaian biji pulai dari arah samping (Ilustrasi: Iwan T. W.)

 Pemeliharaan kecambah : Semai disiram secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan menggunakan sprayer atau gembor berlubang halus karena biji pulai sangat kecil dan

berbulu sehingga sangat mudah goyah atau terbang bila terkena siraman yang kasar.  Penyapihan : penyapihan dapat dilakukan setelah kecambah berdaun 2‐ 4 helai dan harus dilakukan dengan hati‐hati agar akar tidak rusak. Kecambah disapih kedalam polybag

berukuran 10 cm x 15 cm atau 14 cm x 22 cm dengan media gambut.  Pemeliharaan bibit sapihan : Bibit yang telah disapih disiram secara teratur dan diletakkan di tempat yang teduh.  Pengerasan dapat segera dilakukan bila bibit sudah berdaun 5‐8 helai atau berumur 7‐8

bulan.  Proses penyiapan bibit dari awal hingga siap tanam membutuhkan waktu 8 ‐ 12 bulan.

3.2.2. Pengadaan bibit dari anakan alam

 Seleksi anakan alam : Anakan yang baik untuk dijadikan bibit adalah anakan yang sehat, belum berkayu dan maksimal berdaun 6 helai. Anakan diambil dengan hati‐hati agar

akarnya tidak rusak dan pengambilan dilakukan pada sore hari.  Anakan yang telah diseleksi dikurangi luasan daun dengan cara menggunting 1/2 atau 1/3 dari luas daun untuk menghindari respirasi yang berlebihan.  Penanaman anakan ke polybag : Anakan yang telah diseleksi dan dikurangi luasan daunnya

harus segera ditanam ke polybag berukuran 10 cm x 15 cm atau 14 cm x 22 cm dengan media gambut agar viabilitasnya bertahan.  Pemeliharaan Anakan dalam polybag : disiram secara teratur, diberi naungan, dan sungkup plastik.

‐ Penyiraman harus diilakukan bila uap air pada sungkup mulai kering. Sungkup dapat dibuka setelah bibit berumur 1‐2 bulan dan pengerasan dapat segera dilakukan setelah keluar 2‐4 helai daun baru.