DURIAN HUTAN (Durio carinatus Mast.)
VII. DURIAN HUTAN (Durio carinatus Mast.)
7.1. Pengenalan Pohon
Family: Bombacaceae Nama Daerah: Derian, deureuyan, duriat, tarutung, turian (Sumatra), Dian, dhuian, lampun (Kalimantan), Ambetan, duren, durian, kadu (Jawa), Dulian, dulianga, duriang, duwuan, hoian, madue (Sulawesi), Dulen, durene, rulen, tureno (Maluku) Nama Perdagangan: Kayu Durian Penyebaran: Sumatra, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Habitat Tumbuh: Durio carinatus tumbuh dengan baik di hutan rawa gambut, terutama di sepanjang sungai bersama
‐sama dengan rengas manuk dan meranti. Durian
65. Habitus pohon durian hutan ini juga tumbuh pada tanah daratan kering atau
Gambar
hutan (Foto: Iwan T. W.) tanah berbatu‐batu yang beriklim tropis basah dengan tipe curah hujan A dan B pada ketinggian sampai 100 meter dari permukaan laut Kegunaan: Kayu: Konstruksi ringan, peti, kotak cerutu, kayu lapis, mebel, dan papan atau
balok, Buah: Makanan
Ciri Morfologi:
- Pohon dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, batang bebas cabang mencapai 25 m, diameter 100‐200 cm, dan berbanir rendah - Batang berbentuk silindris - Kulit luar berwarna coklat tua sampai merah tua, kasar, dan mengelupas tidak teratur. - Buah besar berduri dan berwarna kuning kecoklatan.
Gambar
66. Daun dan buah serta kulit batang durian hutan (Sumber: Atlas Kayu Indonesia,
dalam Iwan TW)
7.2. Pengadaan Bibit
Pembibitan durian hutan secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan anakan alam atau biji. Kedua cara ini telah sering dilakukan oleh masyarakat maupun praktisi kehutanan untuk memproduksi bibit dan hasilnya cukup memuaskan.
7.2.1. Pengadaan bibit dari anakan alam
Pengambilan anakan alam dan seleksi : Anakan yang dipilih adalah yang berkuwalitas, yaitu berpenampilan bagus dan sehat dan sebaiknya yang masih memiliki 4‐8 helai daun. Anakan
diambil secara hati‐hati agar akar tidak rusak dan dilakukan pada sore hari.
Penyapihan : Anakan dipindahkan ke dalam polybag berukuran 14 cm x 22 cm dengan media gambut. Bibit yang telah disapih ke dalam polybag ditempatkan di bedeng sapih yang
memiliki naungan atau tempat lain yang teduh. Untuk menunjang keberhasilan, sebaiknya dipasang sungkup plastik yang berguna untuk mengatur kelembaban dan suhu. Pemeliharaan : Selama dalam sungkup, bibit disiram secara teratur minimal 2 kali sehari atau saat uap air yang menempel pada sungkup plastik mulai mengering. Sungkup dapat dibuka pada saat 4‐6 minggu setelah penyapihan. Pengerasan dapat mulai dilakukan setelah bibit berumur 6 bulan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengurangi intensitas penyiraman dan naungan .
7.2.2. Pengadaan bibit dari biji
Pengambilan biji dan seleksi : Biji diambil dari dalam buah yang jatuh dari pohon secara alami karena sudah matang. Biji harus dibersihkan dari daging buah durian. Kualitas biji
dapat diketahui dengan cara perendaman di dalam air. Biji yang tenggelam adalah biji yang dapat dikecambahkan sedangkan yang terapung adalah biji yang kosong dan tidak dapat dikecambahkan. Biji yang akan dikecambahkan adalah biji yang bebas dari jamur dan penyakit. Penyemaian : Biji sebaiknya ditanam di polybag berukuran sedang, yaitu 14 cm x 22 cm. Pemeliharaan : Selama masa perkecambahan, polybag diletakkan pada bedeng sapih atau tempat yang ternaungi dan lembab. Pemeliharaan harus dilakukan, yaitu dengan penyiraman secara teratur 2 kali sehari. Setelah 3‐6 minggu, biji mulai berkecambah. Apabila dalam masa waktu ini biji tidak berkecambah, maka sebaiknya dilakukan penyulaman, yaitu mengganti biji lama dengan biji baru yang sehat. Pengerasan : Pengerasan dapat dimulai setelah bibit berumur 8 bulan dengan cara
mengurangi intensitas penyiraman dan naungan secara perlahan‐lahan. Bibit yang siap tanam rata‐rata telah berumur antara 10‐14 bulan.