Pemacuan Pertumbuhan Bacillus Endofit pada Bibit Pisang

D. Pemacuan Pertumbuhan Bacillus Endofit pada Bibit Pisang

Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya penambahan substansi termasuk di dalamnya ada perubahan bentuk yang menyertai penambahan volume tersebut. Pertumbuhan berfungsi sebagai proses yang mengolah masukan substrat tersebut menghasilkan produk pertumbuhan (Sitompul dan Bambang 1995). Berdasarkan uji F taraf 5%, pengaplikasian Bacillus endofit pada bibit pisang kepok tidak mempengaruhi pertumbuhan bibit pisang. Namun demikian, beberapa isolat Bacillus endofit memiliki kecenderungan memacu pertumbuhan bibit pisang. Hal ini ditunjukkan pada tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan diameter batang (Tabel 3).

pertumbuhan bibit pisang kepok

Isolat Bacillus

Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah

Daun

Luas Daun (cm 2 ) Diameter Batang(cm) Tanpa Perlakuan

Rata-rata ± standar deviasi dihitung dari 3 ulangan yang masing-masing terdiri 3 bibit pisang kepok

1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan parameter utama dalam uji pertumbuhan suatu tanaman. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya sel dalam tubuh tanaman maka terlihat adanya perbedaan. Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan tanam adalah jumlah substrat seperti karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme

awal tanaman

(Sitompul dan Bambang 1995). Penelitian ini menggunakan bibit kultur jaringan pisang kepok yang dinokulasi dengan suspensi Bacillus endofit.

Gambar 3. Grafik laju pertumbuhan tinggi tanaman bibit pisang kepok setelah inokulasi isolat Bacillus endofit dan tanpa perlakuan

Gambar 4. Diagram balok tinggi bibit pisang kapok 8MSI (minggu setelah

inokulasi) setelah diinokulasikan isolat bakteri Bacillus endofit

Menurut Ting et al. (2008) dan Kasutjianingati et al. (2011b), pemberian aplikasi Bacillus endofit mampu meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, berat akar dan luas daun pisang. Walaupun inokulasi ini tidak berpengaruh pada pertumbuhan bibit pisang, isolat B3 (Gambar 4) diduga memiliki pertumbuhan tinggi tanaman lebih cepat dibandingkan isolat yang lain. Hal ini diduga bibit pisang memiliki reaksi positif terhadap inokulasi Bacillus yang mampu menghasilkan indole acetic acid like substances (IAAS) dan meningkatkan produksi hormon tumbuhan lainnya. Menurut Harni et al. (2012) B. cereus mampu menghasilkan IAA pada akar nilam hingga 189,35ppm. Hal ini dikarenakan Bacillus termasuk bakteri gram positif yang mampu mensintesis IAA dari berbagai cara dan tidak tergantung triptofan dari luar (Siregar 2010). Ini menjadi keuntungan tersendiri pada bakteri gram positif. Auksin berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan tunas, perkembangan akar, dan pembentukan buah (Dwidjoseputro 1980, Hadiwiyono dan Widono 2012, Ting et al. 2008).

Keberadaan bakteri endofit ini dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman. B.subtilis mampu menghasilkan menghasilkan siderofor dan melakukan fiksasi nitrogen (Ngamau et al. 2012) . Hal ini memiliki hubungan Keberadaan bakteri endofit ini dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman. B.subtilis mampu menghasilkan menghasilkan siderofor dan melakukan fiksasi nitrogen (Ngamau et al. 2012) . Hal ini memiliki hubungan

2. Luas Daun

Luas daun menunjukkan kemampuan tanaman dalam fotosintesis yang mengacu pada luas permukaan daun tersebut. Luas daun ini mempengaruhi laju fotosintesis per satuan tanaman. Luas daun tanaman yang diamati adalah daun yang mengalami proses fotosintesis (bukan daun yang masih menggulung atau belum berkembang sempurna) baik muda maupun tua. Luas daun merupakan parameter pertumbuhan yang juga mewakili pertambahan massa dalam tubuh tanaman dengan membandingkan keadaan awal dan akhir pengamatan.

Gambar 5. Diagram balok luas daun bibit pisang kepok dengan perlakuan

beberapa isolat Bacillus endofit pada awal dan akhir pengamatan

Mekanisme pertumbuhan tanaman oleh rizobakteri dapat terjadi melalui beberapa cara di antaranya dengan melarutkan fosfat, fiksasi nitrogen (Hidayatun et al. 2012, Ngamau et al. 2012), menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman (IAA, sitokinin, giberellin) sehingga mampu mendukung pertumbuhan akar lateral. Jika akar lateral makin banyak maka diharapkan penyerapan nutrisi makin lancar bagi tanaman sehingga mampu menyediakan relung lingkungan Mekanisme pertumbuhan tanaman oleh rizobakteri dapat terjadi melalui beberapa cara di antaranya dengan melarutkan fosfat, fiksasi nitrogen (Hidayatun et al. 2012, Ngamau et al. 2012), menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman (IAA, sitokinin, giberellin) sehingga mampu mendukung pertumbuhan akar lateral. Jika akar lateral makin banyak maka diharapkan penyerapan nutrisi makin lancar bagi tanaman sehingga mampu menyediakan relung lingkungan

Isolat B8 (Gambar 5) memiliki pengaruh pertumbuhan luas daun paling baik dibandingkan isolat lain. Isolat ini diduga mampu mengkolonisasi dengan baik pada jaringan tanaman. Hal ini diharapkan dengan tingginya nilai luas daun maka tinggi pula substansi yang terbentuk pada tubuh tanaman karena proses fotosintesis yang didukung dengan luas daun tersebut, sehingga tanaman mampu berproduksi secara optimal.

3. Jumlah Daun

Jumlah daun merupakan cerminan potensi tanaman dalam menyediakan tempat berlangsungnya fotosintesis. Hal ini menunjukkan bahwa daun merupakan organ tanaman yang mengandung kloroplas yang berperan dalam menangkap cahaya. Interaksi antara tanaman inang dan bakteri endofit dapat bersifat netralisme, mutualisme dan komensalisme (Marwan et al. 2011).

Gambar 6. Diagram balok jumlah daun bibit pisang kepok dengan perlakuan beberapa isolat Bacillus endofit

Bakteri endofit mampu menstimulasi hingga 8 helai daun pada bibit kultur jaringan pisang kepok (Hadiwiyono dan Widono 2012), 7 helai daun pada pisang barangan(Sitohang 2006) dan 6 helai daun pada pisang rajabulu. Isolat B1, B5, B7 dan B8 (Gambar 6) mampu menstimulasi bibit dalam memunculkan jumlah daun Bakteri endofit mampu menstimulasi hingga 8 helai daun pada bibit kultur jaringan pisang kepok (Hadiwiyono dan Widono 2012), 7 helai daun pada pisang barangan(Sitohang 2006) dan 6 helai daun pada pisang rajabulu. Isolat B1, B5, B7 dan B8 (Gambar 6) mampu menstimulasi bibit dalam memunculkan jumlah daun

4. Diameter Batang

Batang merupakan bagian tanaman yang mampu menopang tanaman agar tumbuh tegak, sehingga semakin panjang suatu diameter tanaman maka tanaman tersebut mampu menopang tanaman yang subur. Pisang tergolong dalam tanaman monokotil, golongan ini mempunyai batang dari pangkal sampai ujung hampir tidak ada perbedaan dan beberapa golongan ini ada yang pangkalnya membesar

selanjutnya ke atas tetap sama (Tjitrosoepomo 2005). Pengukuran diameter batang ini menggunakan jangka sorong.

Gambar 7. Pengaruh penyiraman berbagai isolat Bacillus endofit terhadap diameter batang bibit pisang kepok

Gambar 8. Grafik laju pertumbuhan diameter batang bibit pisang kepok dengan inokulasi berbagai isolat Bacillus endofit

Pembelahan sel memerlukan karbohidrat dan protein dalam jumlah yang relatif sangat besar sebab dinding-dinding sel baru, terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya

dan gula

(Dwidjoseputro 1996). Laju pertumbuhan meningkat seiring dengan luasnya daun karena pada awal pertumbuhan tanaman memiliki luas daun yang sempit, sehingga proses penyerapan cahaya pada tanaman sedikit (Gardner et al. 1991). Hal ini berhubungan dengan substansi yang terdapat pada tanaman tersebut yang mendukung proses pertambahan diameter tersebut.

Penelitian sebelumnya menjelaskan, bahwa Bacillus endofit pada planlet pisang mampu mensintesis diameter batang pisang berangan hingga 1,12cm (Ting et al 2008) dan pisang rajabulu 0,99cm (Kasutjianingati et al. 2011b). Isolat B7 (Gambar 7) diduga mampu mendukung perkembangan dan pertumbuhan diameter batang. Beberapa bakteri endofit diketahui dapat melarutkan fosfat, sehingga fosfat menjadi tersedia dan mudah diserap oleh tanaman. Fosfat merupakan unsur mikro penting yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Harni et al. 2006). Setiap jenis bakteri endofit mempunyai mekanisme spesifikasi baik dalam menekan pertumbuhan patogen dan pemacu pertumbuhan (Harni et al. 2012).