STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN GURAMI DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh : Yusuf Enril Fathurrohman

H 0808166

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

KABUPATEN BANYUMAS

Oleh : Yusuf EnrilFathurrohman

H 0808166

Telahdipertahankan di depanDewanPenguji Padatanggal 17 Januari 2013 Dandinyatakantelahmemenuhisyarat

SusunanDewanPenguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Dr. Ir. Kusnandar, M.Si. NIP.19670703 199203 1 004

BektiWahyuUtami, SP. M.Si.

NIP.19780715 200112 2 001

AgungWibowo, SP. MSi. NIP. 19760226 200501 1 003

Surakarta,Januari 2013 Mengetahui, UniversitasSebelasMaret FakultasPertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. BambangPujiasmanto, MS NIP 19560225 198601 1 001 Prof. Dr. Ir. BambangPujiasmanto, MS NIP 19560225 198601 1 001

baik dan

lancar.ShalwatdansalamsemogadilimpahkankepadaNabi Muhammad saw yang selalumenginspirasidanmemberikansemangatdalampenyelesaianskripsi.

Skripsi yang berjudul Strategi PengembanganAgribisnisIkanGurami di KabupatenBanyumasdisusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

M.SiselakuKetuaProgram Studi

AgribisnisFakultasPertanianUniversitasSebelasMaretSurakarta.

3. Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program StudiAgribisnisFakultasPertanianUniversitasSebelasMaretSurakarta.

M.Si.

selakuPembimbingUtama yang sangatsolutifsertaterimakasihkarenatelahmemberikanbimbingandenganpenuhi ntegritasdanselalumemberikan

saran, kritikdanberbagaimasukanselamamasabimbingan

yang

berkaitanmengenaiskripsimaupunpersiapan di duniakerjadanusaha.

5. BektiWahyuUtami, SP. M.Siselaku Dosen Pembimbing Pendamping sekaligus Pembimbing Akademikyang sangat komunikatif. Terimakasih

karena telah memberikanbimbingan dengan penuh kesabaran, arahan, motivasi, nasehat, kritik, dan saran selamamasaperkuliahandandalam proses penyusunanskripsiini.

memberikanbanyakmasukan/saran yang sangatmembangundalampenyusunanskripsiini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff administrasi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan danpenyusunanskripsi Penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. GugusWahyotoselakuketua

POKDAKAN

“Ulam Sari” DesaKalikidangKecamatanSokarajaKabupatenBanyumas

yang telahbanyakmembantudanmemberikanbanyakinformasiselamamasapenyusun anskripsi.

9. Seluruhresponden (Petanigurami, DinasPeternakandanPerikanan, Pengepul, danLembagaKeuangan) yang telahmembantuPenulis dalam melakukan penelitian diDesaKalikidangKecamatanSokarajaKabupatenBanyumas

10. Orang

tuadanseluruhkeluarga

yang selalumemberikanmotivasidandoronganuntuksegeramenyelesaikanstudisehing

gaPenulislebihsemangatdalamsetiaplangkahnya. Terimakasih yang sebesar- besarnyadansetulustulusnya

pula karenatidakpernahbosandalammembimbingPenulisdarikecilhinggasaatiniwala upunPenulisbelum bias memberikan yang terbaik.

11. Saudara-saudarasenasibseperjuangandalammengarungikehidupankampus “AfifTurindraMuttaqien, AdetyaBayuPamungkas, Ali As’Ad, Aziz SlametRiyadi,

MoezakkyWikantoto,

MosAldin

Long” yang telahbanyakmemberikanberbagaiinspirasidanmotivasitersendiriuntukselaluber

saingdanselalumenjadi

yang

terbaik. TerimaKasihataspersahabatankitaselamaini.

12. Kakak-kakaktercinta “EksaRusdiyana, Umar Hafidz, Abdul Rohman, Ahmad BurhanRifa’I, Gandhi Ariel Effendi, Luhur Budi Satriawan” yang telahmemberikanberbagaiarahandannasihatterbaikuntukadik-adiknya.

Kusuma, Rudiantoro, AnandaIwanDewangga, BimoFeby Budi Hartanto, Ainun, dll” yang merupakankeluargabesarkedua di kota Solo.

14. Kawand-Kawand “45” Yuliningsih, Issusiloningtyas, UkhwatulKhasanah, RetnaDewi

SlametRiyadi, AdetyaBayuPamungkas, danSigitJokoRahmanto yang mengisilembaran di akhirstudimenjadilebihberwarna.

15. Teman-temanaktivisdakwahkampus yang tidakpernahbosanmengingatkandalamkebaikandankebajikan.

16. Sahabat-sahabat yang tergabungdalam “PKK” dan “The Dream Team” yang karenanyaPenulistelahmembuatjejaksejarah di kehidupankampus.

17. Para Partners di FUSI, IAAS, Biro AAI, dan KAMAGRISTA yang memberikandukungandoadansemangatkepadaPenulis.

18. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telahmemberikandoadandukunganya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis sangatmengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan

ini dapat memberikanmanfaatbagisemuapihak. SekiandanTerimakasih

Surakarta, Januari 2013

Penulis

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. MatrikExternal Factor Evaluation (EFE) ......................................... 30 Tabel 2. MatrikInternal Factor Evaluation (IFE) ........................................... 31 Tabel 3. Matrik SWOT .................................................................................. 33 Tabel 4. Matrik QSPM ................................................................................... 34 Tabel 5.Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Kalikidang

Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 2010 ................. 39 Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Usia di Desa Kalikidang Tahun

2009 .................................................................................................. 40 Tabel 7.Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa

Kalikidang Tahun 2010. .................................................................. 42 Tabel 8. KeadaanPendudukMenurut

Mata

Pencaharian di DesaKalikidangTahun 2010. ........................................................... 43 Tabel 9. Tata GunaLahan di DesaKalikidangtahun 2010 ............................. 44 Tabel10.LuasPanendan Produksi di DesaKalikidang2010……………….. ... 45 Tabel 11. Jenis Ternak dan Jumlah Ternak di Desa Kalikidang Tahun 2010 . 45 Tabel 12. Produksi ikan gurami Kabupaten Banyumas menurut

KecamatanTahun 2010 .................................................................... 47 Tabel13.IdentitasrespondenagribisnisikanguramiDesaKalikidangKecamatanS

okarajaKabupatenBanyumas.....................................

Tabel 14. Alasanpetanimengusahakanikangurami .......................................... 52 Tabel 15. Pekerjaanpokokpetanigurami ........................................................... 52 Tabel 16. Sifatkepemilikankolam .................................................................... 53 Tabel 17. Sumber modal .................................................................................. 53 Tabel 18. Rata-Rata Biaya yang Dikeluarkan oleh Petani dalam

BudidayaPembesaranIkanGurami selama Satu Musim Penen (4 –

6 bulan)......................................................................................... 59 6 bulan)......................................................................................... 59

musim panen .................................................................................... 62 Tabel21.Identifikasi Faktor-faktor Internal Pengembangan Agribisnis Ikan

Gurami di Desa Kalikidang Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas…………. ....................................................................... 76

Tabel22.Identifikasi Faktor-faktor Eksternal Pengembangan Budidaya Ikan

Gurami di Desa Kalikidang Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas ........................................................................................ 87

Tabel 23. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) ......................................... 88 Tabel24. MatrikEkternal Factor Evaluation (EFE) ........................................... 90

Tabel 25 .Alternatif Strategi Matriks SWOT Pengembangan Agribisnis Ikan Gurami Di Kabupaten Banyumas....................................................... ..... 93 Tabel 26. Jumlah Total Daya Tarik (TAS) Alternatif Strategi Pengembangan

Agribisnis Ikan Gurami Di Akbupaten Banyumas…………. ......... 100

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. BaganKerangkaBerpikirPenelitian ........................................................ 17 Gambar2. TahapanPenelitian .............................................................................. 25

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.IdentitasResponden ....................................................................... 109 Lampiran 2.PerhitunganUsahatani……………..……………………………... 112 Lampiran3.DaftarPertanyaandanKuesionerPenelitian…………………….. 115 Lampiran 4.Perhitungan Bobot& Rating………………………………. …… 139 Lampiran 5.Matriks QSPM………………………………………………….. 144 Lampiran6.PetaKabupatenBanyumas……………………..………………...145 Lampiran7.DokumentasiPenelitian……………………………………..…... 146 Lampiran8.SuratIjinPenelitian………………………………………….….. 148

RINGKASAN

Yusuf EnrilFathurrohman, H0808166 “STRATEGI PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS IKAN GURAMI DI KABUPATEN BANYUMAS”. Dibawahbimbingan

Dr.

Ir.

KusnandarselakuPembimbingUtama, M.SidanBektiWahyuUtami,

SP,

M.SiselakuPembimbingPendamping.FakultasPertanianUniversitasSebelasMaret.

Penelitianinibertujuanuntukmengetahui keragaan serta merumuskan, alternatif dan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agrbisnisikan gurami di Kabupaten Banyumas. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan teknik survei. Penelitian ini dilakukan di Desa Kalikidang Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Metodeanalisis data yang digunakanadalahanalisis SWOT denganalatanalisisyang digunakanyaitumatriks IFE, matriks EFE, matriks SWOT danmatriks QSP.

Hasil penelitian diketahui (a) kegiatan agribisnis ikan gurami di Desa Kalikidang Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas merupakan sentra usahatani pembesaran ikan gurami di Kabupaten Banyumas, (b) Kegiatan agribisnis ikan urami merupakan profesi sampingan/diperuntukkan sebagai penghasilan tambahan, (c) masa pembesaran antara 4-6 bulan untuk siap panen, (d) waktupemanenan yang biasanyadilakukan di desaKalikidangsetiap 2 kali dalamsatu pecan dengan rata-rata panen 4 - 5 kwintal, (e)pemasaran dilakukan di dalam Kabupaten Banyumas dan luar Kabupaten Banyumas, (f) kekuatan utama yaitu terfokus pada pembesaran. Sedangkan kelemahan yang paling mendasar yaitu permodalan yang kecil. Peluang utama adalah banyakpihak yang mendukungpengembanganagribisnisikangurami. Sedangkan ancaman yang paling besar yaitu harga factor produksi yang semakinmeningkat.

Alternatifstrategi

yang

dihasilkanantara lain meningkatkanhasilproduksidenganmengoptimalkanbantuan

yang

diberikanpemerintahuntukmemenuhipermintaanpasar, meningkatkan standard kualitas,kuantitassertamanajemenuntukpengembanganusahatanipembesaranguram idengandukungandariberbagaipihak, membangunkerjasamadengandinasdankelembagaanpetaniuntuklebihmengorganisi diberikanpemerintahuntukmemenuhipermintaanpasar, meningkatkan standard kualitas,kuantitassertamanajemenuntukpengembanganusahatanipembesaranguram idengandukungandariberbagaipihak, membangunkerjasamadengandinasdankelembagaanpetaniuntuklebihmengorganisi

modal

dalampengembanganagribisnisikangurami,

mempertahankandanmeningkatkankualitasikanguramidanmengefisiensikanpengg unaansaranaproduksidantenagakerja, pengelolaansumberdayaalamdanlimbahsecaramaksimalolehmasyarakat,meningka tkanjaringanpemasarandanmenjalinkesepakatanantarapetanidanpengepulterkaitke giatanpemasaran,

memperkuatikatan

intern

petanimelaluikegiatansosialisasidanpembinaanuntukmengoptimalkanproduksidan mengoptimalkanpengembanganagribisnisikangurami.Prioritasstrategi

yang

dihasilkanadalahmempertahankanpasardanlebihmemperkuathubungandengan stakeholder terkaitpenanaman modal dalampengembanganagribisnisikangurami

SUMMARY

Yusuf EnrilFathurrohman, H 0808166 ”DEVELOPMENT STRATEGY OF GOURAMY AGRIBUSINESS IN DISTRICT BANYUMAS” Under guidance of Dr. Ir. Kusnandar, M.Si as the Main Consultant and BektiWahyuUtami, SP, M.Sias the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of SebelasMaret University.

The purposes of this study to determine the variability and formulate strategies alternative and priorities that can be applied in developing agribusineesgouramy in Banyumas. The basic method of this research is descriptive

The research

wasconductedinthevillageKalikidangSokaraja (sub district)Banyumasdistrict. The method of data analysis that we used is the SWOT analysis with the analysis tools used are matrix IFE, EFE matrix, SWOT matrix and matrix QSP.

The result are known (a) gouramy agribusiness activities in kalikidangSokarajaBanyumas district is center of gouramy enlargement farming in Banyumas, (b) gouramy agribusiness is a side proffesion/ as additional income, (c) enlargement period between 4-6 months to be ready for harvest, (d) harvest time is twice a week with an average harvest four till five quintals, (e) marketing target is in Banyumas and out of Banyumas, (f) a major strength in the development of gouramy agribusiness in Kalikidang Village is focused on enlargement and the major weakness is the small capital. While the main opportunities is there are many people who support the development of gouramy agribusiness and the main threat is rising prices of productions factors.

The alternative strategies may be applied: (a) increase productivity by optimizing the assistance given by the government to meet the market demand, (b) make up the standard of quality, quantity and management for the developing of farm of gouramy enlargement with support from various parties, (c) build partnerships with agencies and institutions to organize farmers so that farmers become more sophisticated, (d) maintain market and further strengthen the relationship with the relevant stakeholders in the development of agribusiness of gouramy investment, (e) maintain and improve the quality carp and efficiently The alternative strategies may be applied: (a) increase productivity by optimizing the assistance given by the government to meet the market demand, (b) make up the standard of quality, quantity and management for the developing of farm of gouramy enlargement with support from various parties, (c) build partnerships with agencies and institutions to organize farmers so that farmers become more sophisticated, (d) maintain market and further strengthen the relationship with the relevant stakeholders in the development of agribusiness of gouramy investment, (e) maintain and improve the quality carp and efficiently

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. Undang- Undang No.7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah bersama masyarakat.

Indonesia dengan sumberdaya alam melimpah dan wilayahnya yang luas berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi bagi penduduknya. Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar menjadi potensi dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia.Sektor pertanian sendiri dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Perikanan itu sendiri dikenal sebagai bagian integral sektor pertanian atau sebagai subsistem pertanian yang dalam arti luas adalah suatu proses biologis yang dikendalikan oleh manusia.

Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1985 tentang perikanan dapat

disimpulkan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam pembudidayaan sumberdaya di perairan adalah perikanan. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan. Subsektor perikanan mempunyai peranan yang cukup penting. Selain itu bila kita lihat pembangunan sektor perikanan mempunyai tujuan menyediakan bahan baku industri perikanan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan perlindungan dan rehabilitasi serta memenuhi kebutuhan konsumsi ikan bagi masyarakat.

Sektor pertanian memiliki peranan yang lain terutama dikaitkan dengan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan yang

pembudidaya/nelayan, menghasilkan produk dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendukung pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional, diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan dan cita-cita luhur bangsa Indonesia dalam mewujudkan suatu masyarakat adil dan merata, materil dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih lanjut menurut Kurniawan (2001) pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang sebagai hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun, lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan basis perekonomian nasional, maka sudah sewajarnya jika sektor perikanan dan kelautan ini dikembangkan menjadi sektor unggulan dalam kancah perdagangan internasional. Dengan demikian, dukungan sektor industri terhadap pembangunan di sektor perikanan dan kelautan menjadi suatu hal yang bersifat keharusan. Karena itu, pembangunan perikanan dan kelautan dan industri bukanlah alternatif yang dipilih, namun adalah komplementer dan saling mendukung baik bagi input maupun output.

Dewasa ini kebutuhan ikan bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika usaha perikanan air tawar harus dipacu untuk dikembang- kan. Usaha tani dibidang perikanan air tawar memiliki prospek yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi, baik berupa ikan segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen (Murtidjo Bambang A, 2001).

Di Jawa Tengah produksi perikanan selalu meningkat dari ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan subsektor perikanan memiliki peluang usaha yang sangat besar. Seperti halnya Kabupaten Banyumas yang menunjukkan produktivitas yang cukup tinggi dan selalu meningkat dari tahun ke tahun dimana Kabupaten Banyumas menempati urutan ke-4 dalam hal

2009). Menambahkan Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si menyatakan, Indonesia merupakan produsen ikan gurami terbesar di dunia. Secara nasional wilayah Jawa Tengah menjadi penyuplai produksi gurami antara 60 – 70 persen dari target produksi sekitar 75.000 ton. Produksi gurami nasional sebagian besar dihasilkan oleh sentra gurami di wilayah eks karesidenan Banyumas yang besarannya sekitar 60 persen (Anonim, 2010). Sehingga dengan peluang yang ada perlu adanya perhatian terhadap potensi pengembangan perikanan di kabupaten Banyumas.

Data dari Dinas Perikanan Kabupaten Banyumas tahun 2010 menunjukan bahwa total yang dicapai kabupaten dalam produksi hasil pembenihan budidaya perikanan darat cukup tinggi yaitu 350.517.497 ekor dan pembesaran 3.181.003 ekor di tahun 2010. Hal ini dapat dikatakan Kabupaten Banyumas berhasil dalam mengembangkan subsektor perikanannya dengan mengoptimalkan sumberdaya lahan yang ada. Kabupaten Banyumas juga memiliki komoditas unggulan yaitu ikan gurami yang dikenal bernilai ekonomi penting dan harganya di pasar cukup tinggi (Effendi, 2006) dan kini sudah banyak dibudidayakan secara intensif (Hastuti et al, 2003). Menurut data dinas perikanan kabupaten Banyumas, pada tahun 2010 produksi benih ikan gurami mencapai 287.421.922 ekor dan ikan gurami konsumsi 1.422.534 ekor. Produksi ini adalah produksi tertinggi diantara budidaya komoditas ikan lainnya. Hal tersebut mensiratkan bahwa kegiatan agribisnis gurami di Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sumber pendapatan petani selain dari usaha agribisnis tanaman. Dilihat lebih jauh lagi, pembudidayaan gurami ini memiliki sentra diwilayah tertentu di kabupaten Banyumas seperti di Desa Kalikidang Kecamatan Sokaraja sebagai sentra pembesaran. Pemusatan tersebut dilakukan agar penanganannya lebih terfokus dengan mayoritas masyarakatnya yang membudidayakan gurami sehingga menghasilkan produktivitas yang optimal dan mampu bersinergi. Oleh karena itu Banyumas ini dikenal sebagai sentra budidaya ikan gurami.

pembenihan gurami di Banyumas (Anonim, 2010) serta berbagai keadaan seperti masalah permodalan dan sarana prasaranamenyebabkan terhambatnya perkembangan usaha agribisnis ikan gurami ini. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi petani ikan gurami maupun pemerintah terkait bagaimana mewujudkan potensi pasar yang besar tersebut menjadi sebuah pasar yang nyata bagi produk ikan Banyumas.Dengan demikian menunjukkan bahwa usaha agribisnis ikan gurami memberikan prospek usaha yang bagus untuk dikembangkan. Melihat dari potensi yang dimiliki Kabupaten Banyumas strategi pengembangan yang tepat diharapkan dapat berperan dalam menggali potensi yang ada untuk menumbuhkan ekonomi rakyat.

B. Rumusan Masalah

Usaha agribisnis pemeliharaan ikan gurami merupakan salah satu sumber produksi ikan dalam rangka menjaga keberlangsungan sektor perikanan. Dalam melakukan usaha agribisnisnya petani mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu bagaimana usaha agribisnis yang dilakukannya tersebut akan dapat memberikan keuntungan dengan penggunaan sumber daya yang ada. Petani berusaha untuk mengalokasikan penggunaan sumber daya tersebut sebaik-baiknya agar diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Dilihat pula peluang usaha budidaya gurami yang sangat prospektif dengan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan komoditas ikan lainnya, permintaan yang besar, lahan yang tersedia, data informasi yang memadai, serta Benih gurami banyak dihasilkan oleh pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI)

dan pembudidaya yang khusus menjual benih dan juga menilik pada produksinya yang terus meningkat dari tahun ke tahun khususnya di Kabupaten Banyumas (Anonim, 2010). Dengan adanya potensi lahan yang dimiliki, keadaan alam yang cocok dan prospek pasar yang bagus dapat menjadi kekuatan dan peluang bagi agribisnis ikan gurami. Selain itu kabupaten Banyumas juga sebagai sentra budidaya ikan gurami sebagai sarana pendukungnya.

kelemahan yang ada pada pengembangan lokal perikanan di Kabupaten Banyumas yaitu lemahnya aspek permodalan baik untuk pengembangan kawasan maupun pengembangan lainnya, kurangnya sarana dan prasarana untuk optimalisasi hasil, serta terus meningkatnya harga faktor produksi.

Menghadapi situasi dan kondisi

demikian maka untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya dan peluang agribisnis ikan gurami dalam rangka mendukung pembangunan dan peningkatan taraf hidup petani ikan gurami, para pelaku input dan output agribisnis ikan guramidiperlukan cara efektif untuk pengembangan usaha agribisnis ikan gurami.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka perumusan masalah yang diambil adalah :

1. Bagaimanakah keragaan agribisnis ikan gurami di Kabupaten Banyumas?

2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis ikan gurami di Kabupaten Banyumas?

3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis ikan gurami di Kabupaten Banyumas ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan Gurami di Kabupaten Banyumas adalah :

1. Mengetahui keragaan agribisnis ikan gurami di Kabupaten Banyumas.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam

mengembangkan agribisnis ikan gurami di Kabupaten Banyumas.

3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agribisnis ikan gurami di Kabupaten Banyumas.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan, di samping untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang, terutama dalam pengembangan perikanan, khususnya komoditi ikan gurami di Kabupaten Banyumas

3. Bagi pembudidaya gurami, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi pengembangan usaha agribisnisnya.

4. Bagi pembaca, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis.

A. Tinjauan Pustaka

1. Sub Sektor Perikanan Berdasarkan Undang-Undang 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Sedangkan berdasarkan BPS dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Tahun 2009, yang termasuk dalam sektor perikanan adalah kegiatan usaha yang mencakup penangkapan dan budi daya ikan, jenis crustacea (seperti udang, kepiting), moluska, dan biota air lainnya di laut, air payau dan air tawar.

Secara garis besar, sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan melalui penangkapan ikan (perikanan tangkap) dan budidaya ikan. Sehingga usaha perikanan merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil dan mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan (Monintja, 2001).

2. Pembangunan Perikanan Potensi pengembangan pada perikanan budidaya dapat dilakukan pada (1) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan, moluska dan rumput laut; (2) budidaya air payau; (3) air tawar yang terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa), kolam air tawar dan mina padi sawah. (KKP, 2010)

Menurut Kurniawan (2010) pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang sebagai hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun, lebih dari itu, Menurut Kurniawan (2010) pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang sebagai hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun, lebih dari itu,

3. Gurami Gurami (Osphronemus gouramy) yang berfamili Anabantidae mempunyai bada pipih ke samping. Bila dilihat dari samping, ikan berbentuk lonjong, hampir oval. Mulut kecil, miring, dan dapat disembulkan. Rahang atas dan bawah tidak rata. Bila sudah tua, dagu menonjol. Pada rahang terdapat gigi-gigi kecil yang merupakan kerucut. Sementara deretan gigi sebelah luar lebih besar (Susanto, 2002) .

Adapun sistematika dan klasifikasi ikan gurami adalah Filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Pisces (ikan yang bernafas dengan insan), subkelas teleostei, ), Ordo (bangsa) Labirynthici (ikan yang memiliki pernafasan tambahan labirin), Sub ordo (anakbangsa) Anabantoidea (betok-betokan), Famili (suku) Anabantidae (betok- betokan), Genus (marga) Osphronemus sebagai Species (jenis) gurami disebut dengan nama ilmiah Osphronemus gouramy (Kholish, 2009).

Ada dua jenis ikan Gurami yang dikenal di masyarakat berdasarkan bentuknya yaitu sebagai berikut :

a. Gurami angsa (soang). Badannya relatif panjang, sisik relatif lebar. Ukurannya yang bisa dicapainya berat 8 kg panjang 65 cm.

b. Gurami Jepang. Badannya relatif pendek, sisik relatif lebar. Ukurannya yang bisa dicapainya berat 8 kg panjang 65 cm (Kholish, 2009). Di alam ikan Gurami ternyata dapat berbiak sepanjang musim kemarau. Namun, setelah dibudidayakan di kolam yang baik, ternyata

Kematangan kelamin terjadi pada umur 2-3 tahun. Ikan ini mempunyai kebiasaan membuat sarang terlebih dahulu dari ijuk atau rumput-rumputan setiap kali mau berbiak. Sarang biasanya berdiameter antara 30-38 cm. Sarang ditempatkan tersembunyi di antara rumput-rumputan atau tanaman liar (Susanto, 2002) . .

4. Budidaya Gurami Gurami adalah spesies ikan budidaya air tawar yang penting di Jawa dan Sumatra. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya memiliki program untuk meningkatkan secara signifikan produksi dari spesies ini. Salah satu kendala dalam pemenuhan target produksi adalah ketersediaan benih. Pembudidaya membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk memperoleh kematangan seksual induk yang pertama. Selanjutnya pemanfaatan pematangan dan pemijahan buatan untuk mengontrol benih gurami akan tetap dikembangkan (Alimuddin et all, 2011)

Harga per kg ikan ini dapat mencapai 2-3 kali lipat harga ikan mas. Ikan gurame telah banyak dibudidayakan secara intensif dengan pemberian pakan buatan. Dalam sistem budidaya tersebut, ikan gurami sering mengalami perubahan suhu secara mendadak pada saat perubahan musim atau pada saat hujan (Hastuti, 2003).

Menurut Effendi I (2006) Ikan ini tersebar di kawasan tropis mulai dari India sampai Semenanjung Malaya dan Indonesia. Ikan gurami bernilai ekonomi penting dan harganya di pasar cukup tinggi.

Hermanto (2000) melakukan penelitian mengenai penentuan suhu optimum bagi pertumbuhan dan kelangsungan benih gurami. Ia melakukan dua tahap percobaan yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Ikan uji yang digunakan adalah benih gurami berbobot 200-300 mg dengan padat penebaran 50 ekor per akuarium yang berukuran 60 cm x 40 cm x 30 cm yang diisi air 50 liter. Ikan diberi makan tiga kali sehari yaitu pagi siang dan sore.

percobaan utama dilakukan selama 30 hari. Pada percobaan pendahuluan perlakuakn suhu yang diterapkan adalah 22 0 0 C, 26 0 C, 30 C, dan 34 0 C. Pada percobaan utama perlakuan suhu yang diterapkan adalah 250 C, 28 0

0 C, 31 C dan 34 0 C. Hasil percobaan pendahuluan menunjukan bahwa tingkat kelangsungan hidup benih gurami berturut-turut pada suhu 22 0 C adalah 61,33 persen, suhu 26 0 C adalah 83,33 persen, suhu 30 0 C adalah 89,33 persen dan pada suhu 34 0 C adalah 91,33persen. Hasil percobaan utama menunjukan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan tertinggi adalah 28,34 0 0 C + 1 C adan pada suhu optimum untuk kelangsungan hidup adalah 29,95 0 C+1 0 C.

Dengan penjagaan oleh induk betina ini dalam waktu 30-36 jam, telur-telur akan menetas. Setelah 5 hari benih akan mulai aktif mencari makan, menerobos dinding sarang dan berkeliaran mencari tempat yang banyak tumbuh makanan alami. Pada saat inilah pakan alami sebaiknya sudah tersedia di dalam kolam (Susanto, 2002).

Pemeliharaan larva dilakukan dari telur menetas yaitu umur 9-12 hari hingga menjadi larva ukuran gabah/biji oyong dengan berat 0,5 gr/ekor. Pemeliharaan larva mulai dilakukan ketika cadangan makanan yang ada di perut larva mulai habis yaitu 9-12 hari dari telur menetas (Kholish, 2009).

Setelah berumur seminggu biasanya benih-benih mulai dideder di kolam yang dipersiapkan. Pendederan bertujuan untuk membesarkan benih yang masih lemah di dalam kolam luas dengan ketersediaan pakan alami yang melimpah. Pendederan bisa dilakukan di kolam yang luasnya

antara 50-250 m 2 . Pendederan kedua dapat dilakukan dengan kolam yang lebih luas atau yang berukuran sama dengan kepadatan yang tidak terlalu tinggi. Setelah didederkan selama 3 bulan, benih berukuran 2-3 cm tersebut akan tumbuh besar sekitar 5-8 cm atau sekitar 150 kg setiap 1 kg.

petani ikan (Susanto, 2002). Benih gurami yang digunakan untuk kegiatan pembesaran yaitu minimal berukuran 100 g/ekor yang umumnya berukuran 200-250 g/ekor. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi minimal 500 g/ekor yaitu 4-5 bulan (Kholish, 2009).

5. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan

a. Biaya

Menurut Mulyadi (2005), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan (Supriyono, 2000).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) biaya tetap (fixed cost) dan (b) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini didefinisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. (Soekartawi, 1995).

b. Penerimaan

Penerimaan adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari se- mua cabang usahatani dan sumber dalam usahatani yang dapat diperhi- tungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali (Hadisapoetra, 1973).

c. Pendapatan

Pendekatan pendapatan, digunakan jika usahatani yang dikelola bersifat subsisten atau tidak berorientasi keuntungan. Pendapatan merupakan pengurangan penerimaan dengan total biaya luar yang secara nyata dibayarkan untuk masukan dari luar (Djuwari, 1994).

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga digunakan untuk mencapai keinginan-keinginannya dan memenuhi kewajiban- kewajiban social yang lainnya. Besarnya jumlah pendapatan dan bagaimana cara mengelolanya akan menentukan tingkat kesejahteraan keluarga petani tersebut (Prasetya, 1996: 43).

6. Strategi Strategi adalah cara mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumberdaya perusahaan yang banyak merealisasikannya. Disamping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientai ke masa depan. Strategi dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal meliputi eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2009). Sedangkan Marrus dalam Umar (2001) mendifinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal (Rangkuti, 2006).

Strategi adalah tindakan awal yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Di samping itu strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal perusahaan. (David, 2009).

Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi suatu usaha, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menetukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan (David, 2009).

Perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategis. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan di masa datang. Jadi, perencanaan strategis lebih terfokus pada bagimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan jangka panjang (Umar, 2001).

Analisis SWOT berfungsi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk perumusan dan pengembangan kebijakan (Rochman et al, 2011). Alat analisis yang digunakan menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks SWOT dan matriks QSP (Kasim et al, 2011).

8. Penelitian Terdahulu Menurut Gollden (2008) dalam penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Usahatani Lele Dumbo di Kabupaten Boyolali diperoleh hasil bahwa Kekuatan utama dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di kabupaten Boyolali yaitu kualitas lele dumbo yang bagus dan sudah diakui masyarakat. Sedangkan kelemahan yang paling mendasar yaitu ketrampilan petani rendah. Peluang utama dalam mengembangkan usahatani lele dumbo adalah lingkungan yang aman dan terkendali. Sedangkan ancaman yang paling besar yaitu harga ikan lele dumbo dari daerah lain yang lebih murah. Serta alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten 8. Penelitian Terdahulu Menurut Gollden (2008) dalam penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Usahatani Lele Dumbo di Kabupaten Boyolali diperoleh hasil bahwa Kekuatan utama dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di kabupaten Boyolali yaitu kualitas lele dumbo yang bagus dan sudah diakui masyarakat. Sedangkan kelemahan yang paling mendasar yaitu ketrampilan petani rendah. Peluang utama dalam mengembangkan usahatani lele dumbo adalah lingkungan yang aman dan terkendali. Sedangkan ancaman yang paling besar yaitu harga ikan lele dumbo dari daerah lain yang lebih murah. Serta alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten

Menurut (Kasim et al, 2011) mengenai Strategi Pengembangan Usaha Sapi Perah di Kabupaten Enrekang menunjukkan kondisi usaha sapi perah yang berada di Kabupaten Enrekang dan beberapa alternatif strategi.

Anonim (2006) mengenai Pengembangan Usahatani Ikan Gurami di Kabupaten Tasikmalaya, menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil analisis usaha pembesaran ikan Gurami dalam kasus seluas 100 m2 diperlukan biaya sebesar Rp.4.100.000. Setelah enam bulan dipanen, diperoleh hasil penjualan sebesar Rp.7.600.000,00. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.3.500.000,00 R/C yang diperoleh sebesar 2,71, berarti setiap Rp.1 yang diinvestasikan akan mendatangkan penerimaan sebesar Rp.2,71 dalam tempo enam bulan (dengan laba sebesar Rp.1, 71). BEP harga produksi ikan Gurami sebesar Rp.863,16, sementara harga jual bisa menembus sampai Rp.20.000, maka margin keuntungan terhadap harga pasar cukup tinggi.

Menurut Tiur (2009) mengenai Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasunditan Sumatra Utara mengenai Hasil penggabungan matriks IFE dan EFE dalam matriks SWOT dalam Pengembangan Agribisnis Kopi Humbang Husundutan, menghasilkan beberapa alternatif strategi yaitu sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang berkualitas dan jaringan pemasaran., 2) Membentuk dan membina lembaga penelitian untuk R&D serta mendukung asosiasi kopi, 3) Menguatkan modal untuk usaha agribisnis dan memperluas jaringan pemasaran kopi, 4) Mengembangkan kopi organik, meningkatkan mutu Menurut Tiur (2009) mengenai Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasunditan Sumatra Utara mengenai Hasil penggabungan matriks IFE dan EFE dalam matriks SWOT dalam Pengembangan Agribisnis Kopi Humbang Husundutan, menghasilkan beberapa alternatif strategi yaitu sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang berkualitas dan jaringan pemasaran., 2) Membentuk dan membina lembaga penelitian untuk R&D serta mendukung asosiasi kopi, 3) Menguatkan modal untuk usaha agribisnis dan memperluas jaringan pemasaran kopi, 4) Mengembangkan kopi organik, meningkatkan mutu

Penelitian tentang Strategi Pengembangan Usahatani Lele Dumbo di Kabupaten Boyolali dan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasunditan Sumatra Utara memiliki kesamaan dengan penelitian ini dalam hal penelitian yaitu untuk mengetahui faktor internal dan eksternal serta alternatif strategi pengembangan dengan menggunakan analisis SWOT. Sedangkan Pengembangan Usahatani Ikan Gurami di Kabupaten Tasikmalaya memberikan gambaran bahwa usahtani budidaya ikan gurami dapat memberikan keuntungan kepada petani dan berpotensi serta layak untuk dikembangkan. Oleh karena itu penelitian tersebut menjadi dasar pijakan dalam memberikan kontribusi pada penelitian “Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan Gurami Di Kabupaten Banyumas”.

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Petani ikan gurami secara umum melakukan kegiatan usaha agribisnis untuk dipasarkan atau dijual kepada konsumen. Sebagian besar faktor produksi yang digunakan petani diperoleh melalui pasar input. Tergantung kepada luas lahan garapan yang diusahakan, maka petani harus mampu melakukan manajemen dengan baik agar usahanya dapat berkembang. Dengan kata lain petani harus mampu melakukan kegiatan produksi dan pemasaran produk yang dapat memberikan keuntungan optimal.

Para petani harus selalu memutuskan apa yang dihasilkannya dan bagaimana menghasilkannya. Dalam proses pengambilan keputusan, petani memperoleh peluang yang dibatasi baik oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan (faktor internal) maupun yang tidak dapat dikendalikan (faktor eksternal). Praktek dan sistem usaha agribisnis yang ada merupakan hasil Para petani harus selalu memutuskan apa yang dihasilkannya dan bagaimana menghasilkannya. Dalam proses pengambilan keputusan, petani memperoleh peluang yang dibatasi baik oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan (faktor internal) maupun yang tidak dapat dikendalikan (faktor eksternal). Praktek dan sistem usaha agribisnis yang ada merupakan hasil

Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

BANYUMAS

Keuntungan Optimal

3. Peningkatan

Produksi

2. Terpenuhinya Permintaan pasar

Lokal

1. Alokasi Faktor Produksi secara Efisien

Formulasi strategi

IFE (Internal Factor Evaluation ) 1. Keuangan

2. Produksi 3. Pemasaran 4. Manajemen

(David, 2009)

EFE (Eksternal Factor Evaluation) 1. kondisi ekonomi

2. kondisi sosial, budaya, dan lingkungan, 3. kondisi pemerintahan 4. kondisi teknologi, dan 5. kondisi persaingan (David, 2009)

Manajemen pemasaran

Panen

IDENTIFIKASI FAKTOR LINGKUNGAN

STRATEGIS

Menentukkan variabel yang akan diukur

Matriks IFE & EFE

Matriks SWOT

Prioritas Strategi

Strategi Pengembangan Agribisnis ikan gurami di

Kabupaten Banyumas

Alternatif Strategi

QSPM

Petani dalam mengelola ikan gurami bertindak rasional, yaitu ingin memperoleh keuntungan optimal dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki.

D. Pembatasan Masalah

1. Penelitian dilakukan pada stakeholder usaha agribisnis ikan gurami baik petani

pembudidaya,

pembeli/pengepul

dan pengambil kebijakan/pemerintah serta lembaga keuangan.

2. Harga faktor produksi dan hasil diperhitungkan sesuai dengan harga setempat yang berlaku.

3. Faktor internal yang dianalisis meliputi kondisi keuangan, produksi/operasional, pemasaran, dan manajemen.

4. Faktor eksternal yang dianalisis meliputi kondisi ekonomi, sosial budaya

dan lingkungan, pemerintahan, teknologi, dan persaingan.

5. Analisis faktor internal dan eksternal menggunakan analisis kuantitatif yang disajikan dari hasil wawancara dengan responden dan hasil pengamatan selama penelitian.

6. Penelitian dilaksanakan pada akhir Agustus hingga awal Oktober 2012.

E. Definisi Operasional

1. Biaya usahatani agribisnis ikan gurami adalah biaya yang sungguh- sungguh dikeluarkan dalam pengelolaan agribisnis ikan gurami berupa uang yang dibayarkan seperti bibit, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja luar, dan lain-lain.

2. Hasil produksi (Kg) adalah keseluruhan hasil yang diterima petani ikan gurami dari kegiatan agribisnis ikan gurami dalam satuan kilogram.

3. Harga produksi adalah nilai dari hasil produksi usahatani agribisnis ikan gurami yang diukur dengan nilai uang (Rp).

4. Penerimaan adalah keseluruhan hasil yang diterima petani ikan gurami yang berupa uang (Rp). Penerimaan dapat dihitung dengan mengalikan hasil produksi dengan harga produksi.

musim panen yang dinyatakan dalam satuan uang (Rp).

6. Strategi pengembangan adalah merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman dari faktor eksternal serta kekuatan dan kelemahan dari faktor internal yang dapat mempengaruhi pengembangan usahatani budidaya gurami di masa yang akan datang.

7. Keragaan adalah gambaran tentang keadaan atau kondisi usahtani budidaya ikan gurami di Kabupaten Banyumas yang meliputi perisapan kolam, pembesaran, pencegahan hama penyakit, panen dan manajemen usahatani.

8. Pemilihan lokasi adalah menentukan tempat untuk pembudidayaan yang sesuai dengan karakteristik gurami.

9. Pembesaran gurami adalah suatu kegiatan budidaya yang meliputi kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan yang bertujuan untuk menghasilkan ikan gurami ukuran konsumsi atau ukuran yang dikehendaki sesuai permintaan pasar.

10. Panen merupakan tahap akhir dari kegiatan produksi dalam budidaya ikan gurami.

11. Manajemen pemasaran adalah suatu proses kegiatan menyalurkan produk/hasil panen ikan gurami dari petani budidaya ke konsumen/pelanggan.

12. Analisis faktor internal dan faktor eksternal menggunakan IFE (Eksternal Factor Evaluation) dan EFE (Internal Factor Evaluation) pada penelitian strategi pengembangan agribisnis ikan gurami di Kabupaten Banyumas.

13. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam suatu usahatani yang mempengaruhi kinerja usahatani secara keseluruhan dan pada umumnya dapat dikendalikan meliputi keuangan, produksi/operasi pemasaran, dan manajemen.

14. Kondisi keuangan adalah instrument yang digunakan untuk melihat pertumbuhan penjualan dan struktur modal terhadap perolehan laba penjualan (yang diukur dengan rupiah).

menjadi barang/jasa (output)

16. Pemasaran diartikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa yang meliputi pelanggan, menjualproduk, menetapkan harga, dan analisis peluang.

17. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari kegiatan agribisnis ikan gurami.

18. Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar usahatani yang mempengaruhi kinerja usahatani dan pada umumnya belum dapat dikendalikan sepenuhnya seperti kondisi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, pemerintahan, teknologi, dan persaingan.

19. Kondisi ekonomi terdiri dari faktor yang mempengaruhi daya beli konsumen dan pola pengeluarannya.