PEMILIHAN MATERIAL DAN PROSES PADA PRODUK CONTAINER PLASTIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA)

Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik NYDHIA KRISMA SARI I0308025 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

1. Djono Sismanto dan Kristiani Murti Astuti sebagai orang tua atas doa, perhatian, dukungan, dan motivasi kepada penulis.

2. Keluarga Pakde Djito, Budhe Wiwin, Mbak Nia dan khususnya Fadhil yang selalu ada untuk memberikan doa, perhatian dan hiburan kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Keluarga Besar Djojodihardjo, Pakde, Budhe, Mas dan Mbak, khususnya Mas Reza yang telah bersama berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir atas doa, perhatian dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS.

5. Ibu Azizah Aisyati, ST, MT, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya.

6. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya.

7. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT dan Bapak Pringgo Widyo Laksono, ST, MT selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penelitian ini.

8. Bapak Nurochman yang telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam proses penelitian.

9. Seluruh Staff PT Supratama Aneka Industri yang telah membantu dalam proses penelitian.

10. Mahesa Jenar, untuk doa, kesabaran, perhatian dan dukungannya selama ini kepada penulis.

Chusna P, Ani Fatmawati dan Rina Murtisari. Terima kasih atas waktu, ilmu dan dukungan yang diberikan.

13. Teman-teman asisten LSP 2009 dan 2010. Terima kasih atas waktu, doa dan dukungan yang diberikan.

14. Teman-teman Teknik Industri 2008 yang tidak dapat disebutkan satu per satu terima kasih atas waktu, bantuan, ilmu, semangat dan motivasi yang telah diberikan.

15. Teman-teman Teknik Industri 2007 yang telah membantu dalam sharing ilmu dan teman-teman 2009 dan 2010 yang telah membantu dan mendukung dalam pengerjaan tugas akhir ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuan dan doa yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Surakarta, 21 Januari 2013

Penulis

Januari 2013.

Perkembangan dunia industri yang semakin pesat dan bertambahnya tingkat konsumsi manusia menimbulkan banyaknya limbah yang dihasilkan. Plastik merupakan limbah yang sering ditemukan di lingkungan karena digunakan untuk bahan baku suatu produk dan juga untuk membungkus atau menyimpan makanan. PT. Supratama Aneka Industri, merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi kemasan plastik produk makanan dan minuman. Perusahaan ini memproduksi kemasan untuk makanan dan minuman menggunakan material polypropylene (PP) serta proses yang digunakan adalah thermoforming dan injection . Perusahaan ini belum melakukan penilaian terhadap dampak lingkungan dari penggunaan material dan proses. Penggunaan material dan proses dalam pembuatan produk dapat mempengaruhi besarnya dampak lingkungan yang dihasilkan oleh produk tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis dampak lingkungan terhadap penggunaan material dan proses oleh perusahaan ini dan memberikan alternatif material dan proses. Dengan demikian, perusahaan dapat menawarkan produk-produk yang ramah lingkungan yang tetap memberi keuntungan terhadap perusahaan tersebut.

Alternatif material yang digunakan yaitu polypropylene (PP), low density polyethylene (LDPE) dan high density polyethylene (HDPE). Sedangkan alternatif proses yang digunakan yaitu thermoforming dan injection. Produk yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu cup Nyam-nyam dan cup Dolphin. Hasil perhitungan LCA untuk produk cup Nyam-nyam yang menggunakan material PP dan proses thermoforming serta cup Dolphin yang menggunakan material PP dan proses injection menghasilkan nilai sebesar 1,195856 dan 2,849573. Berdasarkan hasil perhitungan LCA untuk kedua produk dengan semua kombinasi material dan proses alternatif, dihasilkan kombinasi dengan nilai LCA terendah yaitu kombinasi material HDPE dan proses thermoforming.

Kata kunci: pemilihan material dan proses, life cycle assessment (LCA), dampak lingkungan, kemasan plastik.

xiv + 62 halaman; 19 gambar, 64 tabel Daftar pustaka: 19 (1983-2012).

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Produk dan Proses ....................................................... IV-1

4.2 Penentuan Alternatif Proses dan Material ........................... IV-3

4.3 Penentuan Life Cycle Assessment ........................................ IV-4

4.3.1 Life Cycle Assessment Produk Perusahaan ............... IV-4

4.3.2 Life Cycle Assessment Produk dengan Proses dan Material Alternatif .................................................... IV-10

4.4 Perbandingan Hasil Life Cycle Assessment ......................... IV-20

4.5 Penentuan Proses dan Material Alternatif yang Dapat

Digunakan Berdasarkan Nilai Dampak Lingkungan Terendah .............................................................................. IV-22

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1 Analisis Hasil Perhitungan LCA Produk Cup

Nyam-nyam dan Dolphin .................................................... V-1

5.2 Analisis Hasil Perhitungan LCA Produk Dengan

Menggunakan Proses dan Material Alternatif ..................... V-3

5.3 Analisis Proses dan Material Terpilih ................................. V-5

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .......................................................................... VI-1

6.2 Saran .................................................................................... VI-1

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia industri yang semakin pesat dan bertambahnya tingkat konsumsi manusia menimbulkan banyaknya limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut menimbulkan masalah lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya yang dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Selain itu, aktivitas industri yang meningkat juga turut menyumbangkan kontribusinya dalam meningkatkan jumlah limbah yang ada di lingkungan. Bila limbah industri ini dibuang langsung ke lingkungan dan tidak dilakukan tindakan apapun atau limbah tersebut dibakar maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan.

Plastik merupakan limbah yang sering ditemukan di lingkungan karena digunakan untuk bahan baku suatu produk dan juga untuk membungkus atau menyimpan makanan. Plastik yang telah digunakan jika langsung dibuang ke lingkungan akan susah untuk diurai dalam tanah. Jika plastik dibakar, asap yang yang dihasilkan dari pembakaran tersebut akan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan yang tepat dalam menangani limbah plastik ini, salah satunya dengan mendaur ulang (recycle) limbah plastik.

Kondisi lingkungan yang mengkhawatirkan ini memerlukan tindakan perubahan dari semua pihak. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recover) (FQLSD, 2008). Penerapan reduce dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan kertas dan penggunaan kemasan kertas atau plastik dengan cara membeli makanan dalam kemasan ukuran besar. Lalu penerapan reuse dapat dilakukan dengan tidak langsung membuang barang-barang yang tidak terpakai karena barang-barang tersebut masih dapat dimanfaatkan lagi. Penerapan recycle dapat dilakukan Kondisi lingkungan yang mengkhawatirkan ini memerlukan tindakan perubahan dari semua pihak. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recover) (FQLSD, 2008). Penerapan reduce dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan kertas dan penggunaan kemasan kertas atau plastik dengan cara membeli makanan dalam kemasan ukuran besar. Lalu penerapan reuse dapat dilakukan dengan tidak langsung membuang barang-barang yang tidak terpakai karena barang-barang tersebut masih dapat dimanfaatkan lagi. Penerapan recycle dapat dilakukan

tidak menghasilkan emisi CO 2 atau dampak lingkungan sebesar industri lain,

tetapi industri ini dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dengan program efisiensi pada proses produksinya. Dengan bertambahnya jumlah emisi

CO 2 , banyak industri yang tertarik akan sustainability of the products (Puthavorrachai, 2009). Sustainable development merupakan pengembangan yang berkelanjutan yang tidak hanya memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhan pada masa sekarang saja tetapi memikirkan pemenuhan kebutuhan masa yang akan datang (Fiksel, 2009).

Penggunaan proses dan material dalam pembuatan produk dapat mempengaruhi besarnya dampak lingkungan yang dihasilkan oleh produk tersebut. Untuk setiap proses dan material yang digunakan mempunyai nilai dampak lingkungan yang berbeda-beda. Misalnya untuk proses thermoforming memiliki nilai dampak lingkungan sebesar 9,1 milipoints per unit sedangkan untuk proses injection sebesar 21 milipoints per unit (Goedkoop, 2000). Semakin besar nilainya, maka produk tersebut memiliki dampak lingkungan yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan proses dan material yang akan digunakan yang memiliki nilai dampak lingkungan rendah. Dengan melakukan pemilihan proses dan material yang tepat dapat membantu mengurangi dampak lingkungan produk tersebut.

PT. Supratama Aneka Industri, merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi kemasan plastik produk makanan dan minuman. Produk container plastik merupakan produk yang digunakan sebagai wadah

Sedangkan material yang digunakan adalah plastik dengan jenis polypropylene (PP).

PT. Supratama Aneka Industri belum melakukan penilaian terhadap dampak lingkungan dari penggunaan proses dan material. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis dampak lingkungan terhadap penggunaan proses dan material oleh perusahaan ini dan memberikan alternatif proses dan material. Dengan melakukan analisis ini, perusahaan dapat mengetahui besarnya dampak lingkungan yang dihasilkan dari semua kegiatan produksinya berdasarkan proses dan material yang digunakan sehingga perusahaan dapat memilih proses dan material yang memiliki dampak lingkungan terendah. Dengan demikian, perusahaan dapat menawarkan produk-produk yang ramah lingkungan yang tetap memberi keuntungan terhadap perusahaan tersebut.

Penelitian sebelumnya tentang life cycle assessment dikembangkan oleh Puthavorrachai (2009) dan Amaya (2010). Pada penelitian Puthavorrachai dilakukan evaluasi mengenai dampak lingkungan terhadap kemasan minuman kaleng menggunakan pendekatan life cycle assessment dengan menggunakan pula perhitungan eco-efficency untuk mencari solusi ekonomi dan proses yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku secara minimum. Penelitian Puthavorrachai hanya fokus pada mengefisiensikan proses produksi, tanpa memperhitungkan keputusan akhir (end of life disposal) dari produk itu sendiri. Sedangkan pada Amaya dilakukan strategi untuk remanufacturing dari produk truck injector case . Penelitian tersebut menggunakan pendekatan life cycle assessment dan dilakukan penilaian secara menyeluruh di semua tahap siklus hidup produknya. Oleh karena itu, berdasarkan kedua penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pada penelitian ini dilakukan penilaian menggunakan life cycle assessment untuk produk kemasan (container) makanan atau minuman dari plastik dan dilakukan penilaian untuk seluruh tahap siklus hidup produk. Selain

Life Cycle Assessment merupakan metode yang digunakan dalam penilaian dampak lingkungan dari semua tahap produksi material, transportasi dan pengiriman ke konsumen sampai selanjutnya produk tersebut dibuang. Sedangkan siklus hidup produk terdiri dari tahap perubahan material dan energi serta proses dari material itu sendiri, pembuatan dan perakitan produk, distribusi, pemakaian produk dan recovery atau recycling dari material produk (Fiksel, 2009). Hasil dari Life Cycle Assessment merupakan suatu nilai yang menunjukkan besarnya dampak produk terhadap lingkungan. Dengan menggunakan Life Cycle Assessment, perusahaan dapat mengetahui besarnya dampak lingkungan yang dihasilkan produknya sehingga perusahaan dapat memilih proses dan material yang memiliki dampak lingkungan rendah.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana melakukan pemilihan proses dan material yang digunakan perusahaan serta proses dan material alternatif produk container plastik dengan menggunakan Life Cycle Assessment.

2. Proses dan material apa yang tepat dan dapat diaplikasikan dalam pembuatan produk yang memiliki dampak lingkungan rendah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu antara lain:

1. Mengetahui besarnya dampak lingkungan dari produk container plastik baik menggunakan proses dan material yang digunakan maupun alternatif dengan metode Life Cycle Assessment (LCA).

2. Menentukan jenis proses dan material yang dapat digunakan dalam membuat produk yang memiliki dampak lingkungan rendah.

digunakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan terendah.

3. Membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dari keseluruhan siklus hidup suatu produk.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan proses yang digunakan berdasarkan proses yang terdapat di perusahaan.

2. Pemilihan material yang digunakan hanya berdasarkan kecocokan karakteristik material tersebut untuk membuat produk container plastik dan dapat didaur ulang berdasarkan data pada Eco Indicator 99.

3. Biaya tidak masuk dalam pertimbangan pemilihan proses dan material.

4. Proses printing tidak masuk dalam perhitungan life cycle assessment.

1.6 Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis kendaraan transportasi untuk mengirim produk disamakan, yaitu truk jenis 16t.

2. Semua produk masuk pada tahap product recovery dan dilakukan daur ulang (recycle).

3. Jenis disposal yang dapat dilakukan untuk produk, yaitu recycling.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah secara umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan, perancangan sampai dengan interpretasi hasil serta pemberian saran dan kesimpulan.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini akan diuraikan proses penilaian Life Cycle produk dengan menggunakan pendekatan Life Cycle Assessment untuk setiap produk dengan proses dan material yang digunakan maupun menggunakan proses dan material alternatif.

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini memuat uraian penilaian Life Cycle produk dan besarnya dampak terhadap lingkungan yang dihasilkan produk tersebut dengan proses dan material yang digunakan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian.

penyusunan laporan menjadi lebih sistematis. Berikut ini merupakan diagram alir metodologi penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (lanjutan) Pada gambar diagram alir metodologi penelitian terdapat beberapa tahap penelitian. Tahap-tahap tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikut ini.

3.1 Identifikasi Masalah

Tahap identifikasi masalah merupakan langkah awal yang dilakukan dalam penelitian. Kegiatan yang terdapat dalam tahap ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk menambah pemahaman mengenai teori-teori yang menjadi dasar penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan teoritis yang lebih luas dan lebih akurat yang akan digunakan untuk menyelesaikan fokus masalah yang dibahas pada penelitian ini.

2. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang dilakukan adalah untuk mengetahui permasalahan yang terjadi sehingga selanjutnya dapat dicari materi, bahan, data serta literatur yang terkait untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya dalam memecahkan permasalahan yang terjadi.

perusahaan serta proses dan material alternatif produk container plastik dengan menggunakan Life Cycle Assessment.

b. Proses dan material apa yang tepat dan dapat diaplikasikan dalam pembuatan produk yang memiliki dampak lingkungan rendah.

4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dilakukan untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini. Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Mengetahui besarnya dampak lingkungan dari produk container plastik baik menggunakan proses dan material yang digunakan maupun alternatif dengan metode Life Cycle Assessment (LCA).

b. Menentukan jenis proses dan material yang dapat digunakan dalam membuat produk yang memiliki dampak lingkungan rendah.

3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan dan pengolahan data.

3.2.1. Pengumpulan Data Pada proses pengumpulan data, dilakukan pengumpulan data dari

perusahaan yang diperlukan dalam pengolahan data penelitian ini. Data yang diperoleh dari perusahaan antara lain, yaitu jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan, proses apa saja yang dilakukan untuk membuat produk tersebut, data material, jumlah material yang digunakan, data transportasi yang digunakan dan data recovery produk.

3.2.2. Pengolahan Data Pada proses ini, data yang telah diperoleh dari perusahaan diolah sesuai

dengan tujuan penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk melakukan penilaian terhadap Life Cycle produk yang diteliti sesuai dengan tahap berikut ini: dengan tujuan penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk melakukan penilaian terhadap Life Cycle produk yang diteliti sesuai dengan tahap berikut ini:

b. Life Cycle Inventory Data yang diperlukan dalam penilaian dampak lingkungan produk dikumpulkan sesuai dengan batasan siklus hidup yang telah ditentukan sebelumnya. Termasuk di dalamnya data Eco Indicator yang merupakan indikator dampak lingkungan setiap komponen produk.

c. Life Cycle Impacts Penghitungan nilai dampak lingkungan produk dilakukan pada tahap ini.

d. Interpretation Dijelaskan hasil dari penilaian dampak lingkungan produk dengan proses dan material yang digunakan maupun yang menggunakan proses dan material alternatif.

3. Membandingkan hasil perhitungan indikator pada setiap produk dengan proses dan material yang digunakan. Hasil perhitungan indikator akan digunakan untuk memilih proses dan material yang dapat digunakan dalam membuat produk dan memiliki dampak terendah terhadap lingkungan.

4. Menetapkan proses dan material yang memiliki nilai dampak lingkungan terendah yang dapat menjadi alternatif pemilihan proses dan material yang digunakan oleh perusahaan.

(Wc i ) dengan indikator material (Im) seperti ditunjukkan pada persamaan

3.1. Sm i = Wc i * Im ................................................................. Persamaan 3.1 Selanjutnya, dilakukan penjumlahan hasil perkalian tiap komponen yang berupa score (Sm i ) menjadi total score material extraction. TSm = ∑

.................................................................. Persamaan 3.2

2. Manufacturing processes Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap proses yang digunakan untuk membuat setiap komponen dari produk dengan mengalikan berat tiap komponen (Wc i ) dengan indikator tiap proses (Ip) seperti ditunjukkan pada persamaan 3.3.

Sp j = Wc i * Ip .................................................................. Persamaan 3.3 Selanjutnya, dilakukan penjumlahan hasil perkalian tiap proses yang berupa score (Sp j ) menjadi total score manufacturing processes. TSp = ∑

................................................................................................... Persamaan 3.4

3. Product transportation Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap proses pengiriman produk kepada konsumen dengan mengalikan berat total seluruh komponen (Wt) dengan jarak tempuh pengiriman (D) yang ditunjukkan persamaan 3.5. Lalu hasil perkalian tersebut (U) dikalikan kembali dengan indikator transportasi (It) seperti ditunjukkan persamaan 3.6. U

= Wt * D .................................................................... Persamaan 3.5 St

= U * It ...................................................................... Persamaan 3.6

4. End of life Disposal Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap proses disposal dari tiap komponen produk dengan mengalikan berat tiap komponen (Wc i ) dengan 4. End of life Disposal Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap proses disposal dari tiap komponen produk dengan mengalikan berat tiap komponen (Wc i ) dengan

i = komponen produk ke- (1,2,3,..,n) j = proses ke- (1,2,3,…,n)

TSm = Total score indicator material extraction (millipoints) TSp = Total score indicator manufacturing processes (millipoints) TSd = Total score indicator disposal (millipoints) Sm i = Score material extraction ke- (millipoints)

Sp j = Score manufacturing processes ke- (millipoints) St = Score product transportation (millipoints) Sd i = Score disposal ke- (millipoints)

Wc i = Berat komponen produk ke- (kg)

Wt = Berat total komponen produk (ton) Im = Nilai indikator material (millipoints per kg) Ip = Nilai indikator proses (millipoints per kg) It = Nilai indikator tipe transportasi (millipoints per unit) Id = Nilai indikator disposal (millipoints per kg) U = Unit (ton km atau tkm)

D = Jarak (km)

3.3 Analisis Dan Kesimpulan

Tahap ini merupakan tahap akhir penelitian. Kegiatan yang terdapat dalam tahap ini, antara lain:

1. Analisis dan Interpretasi Hasil Pada tahap ini dilakukan analisis untuk menjelaskan hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data sebelumnya berupa uraian penilaian Life Cycle produk dan besarnya dampak lingkungan yang dihasilkan produk 1. Analisis dan Interpretasi Hasil Pada tahap ini dilakukan analisis untuk menjelaskan hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data sebelumnya berupa uraian penilaian Life Cycle produk dan besarnya dampak lingkungan yang dihasilkan produk

dan saran yang dapat diberikan untuk perkembangan penelitian selanjutnya.

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain:

1. Container plastik yang diproduksi perusahaan saat ini, yaitu untuk produk cup Nyam-nyam menghasilkan nilai LCA sebesar 1,195856 dan produk cup Dolphin menghasilkan nilai LCA sebesar 2,8495736.

2. Alternatif proses dan material untuk produk cup Nyam-nyam dan cup Dolphin, yaitu thermoforming dan injection serta PP, LDPE dan HDPE. Kombinasi alternatif untuk produk cup Nyam-nyam menghasilkan nilai LCA sebesar 1,19586; 0,93186; 1,26474; 1,26474 dan 1,00074. Sedangkan untuk produk cup Dolphin menghasilkan nilai LCA sebesar 2,69623; 2,69623; 2,09023; 2,84957 dan 2,24357.

3. Berdasarkan nilai LCA paling rendah, untuk produk cup Nyam-nyam dan cup Dolphin terpilih kombinasi alternatif proses thermoforming dan material HDPE.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan penelitian selanjutnya, antara lain:

1. Pada penelitian selanjutnya diperlukan data yang lebih lengkap sehingga keseluruhan tahap siklus hidup produk dapat diteliti dan hasil life cycle assessment lebih lengkap.

2. Jenis material alternatif yang digunakan untuk penelitian selanjutnya lebih beragam sehingga dapat diperoleh material yang paling tepat untuk digunakan membuat produk.

3. Kombinasi proses thermoforming dan material HDPE sulit dilakukan karena

dilakukan.

5.1 Analisis Hasil Perhitungan LCA Produk Cup Nyam-nyam dan Dolphin

Proses dan material yang digunakan oleh perusahaan untuk tiap produk, yaitu thermoforming dan polypropylene untuk produk Nyam-nyam dan untuk produk Cup Dolphin menggunakan injection dan polypropylene. Tahapan dari siklus hidup produk yang dinilai dampak lingkungannya, yaitu material extraction, manufacturing processes, product distribution dan end of life disposal. Untuk produk Nyam-nyam, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1, nilai untuk tiap tahap siklus hidup yang dinilai adalah 2,904; 0,11592; 0,023936 dan –1,848. Berdasarkan nilai tersebut, tahap material extraction memiliki nilai yang paling besar, yaitu 2,904 sehingga tahap material extraction memberikan dampak lingkungan yang paling besar jika dibandingkan dengan tahap siklus hidup lainnya.

Tahapan siklus hidup yang dinilai untuk produk Cup Dolphin juga sama dengan tahapan pada produk Nyam-nyam. Nilai untuk setiap tahap siklus hidup pada produk Cup Dolphin, yaitu 6,666; 0,4242; 0,0013736 dan -4,242 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1. Berdasarkan nilai tersebut, tahap material extraction memiliki nilai yang paling besar, yaitu 6,666 sehingga tahap material extraction memberikan dampak lingkungan yang paling besar jika dibandingkan dengan tahap siklus hidup lainnya.

Tabel 5.1 Hasil Perhitungan LCA Produk Cup Nyam-nyam

Berdasarkan nilai dampak lingkungan dari kedua produk, tahap material extraction memiliki dampak lingkungan yang paling besar. Nilai material extraction diperoleh dari perkalian berat tiap komponen pada produk dengan

Cup Nyam-nyam Thermoforming

-1,848 1,19586 Cup Dolphin

Manufacturing Total

Processes

Material Extraction

Jenis Material

Produk Proses End of Life Disposal

Transportation

penggantian jenis material yang digunakan yang mempengaruhi nilai material extraction . Untuk itu, dilakukan pemberian alternatif material seperti, PP, LDPE dan HDPE dengan tujuan mencari jenis material yang dapat digunakan yang memiliki nilai LCA rendah. Untuk pengubahan bobot tidak dilakukan pada penelitian ini karena pemilihan bobot produk merupakan kebijakan dari konsumen perusahaan. Kedua, dilakukan penggantian proses yang memiliki indicator rendah yang mempengaruhi nilai manufacturing processes. Penggantian proses untuk pembuatan produk juga dilakukan dengan pemberian alternatif proses seperti thermoforming dan injection. Kedua proses ini merupakan proses yang dilakukan oleh perusahaan sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pengadaan mesin untuk proses baru.

Ketiga, dapat dilakukan penggantian jenis transportasi yang digunakan yang mempengaruhi nilai transportation. Keempat, ditentukan keputusan disposal yang tepat untuk produk. Terdapat beberapa keputusan disposal, yaitu direct disposal, incineration, reuse dan recycle. Pada penelitian ini keputusan direct disposal sangat dihindari, karena dengan langsung membuang produk bekas ke lingkungan maka produk ini akan susah untuk diuraikan. Keputusan incineration atau pembakaran juga dihindari pada penelitian ini. Dengan melakukan pembakaran, asap yang dihasilkan akan menyebabkan polusi udara yang membahayakan kesehatan manusia. Untuk keputusan selanjutnya, reuse, produk yang diteliti merupakan produk yang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan, sehingga keputusan reuse juga dihindari. Oleh karena itu, keputusan untuk mendaur ulang produk bekas ini atau recycling merupakan keputusan yang paling tepat. Produk bekas tempat makanan ini dapat didaur ulang menjadi produk lain yang juga terbuat dari plastik tetapi bukan digunakan sebagai tempat makanan.

dan polyethylene (PE) termasuk kedua jenis PE, yaitu low density polyethylene (LDPE) dan high density polyethylene (HDPE). Untuk memperoleh pasangan proses dan material yang memiliki nilai dampak lingkungan yang rendah dilakukan perhitungan pada tiap kombinasi yang dihasilkan dari proses dan material alternatif yang telah ditentukan. Pada tiap kombinasi proses dan material untuk tiap produk menghasilkan nilai dampak lingkungan yang berbeda.

Untuk produk Nyam-nyam dengan proses thermoforming menghasilkan dua kombinasi dengan material LDPE dan HDPE. Masing-masing memiliki nilai dampak lingkungan, yaitu 1,19586 dan 0,931856. Perbedaan nilai dampak lingkungan ini dipengaruhi dari nilai tahap material extraction, yaitu sebesar 3,168 dan 2,904. Tahap ini merupakan hasil perkalian berat tiap komponen pada produk dengan indicator material yang digunakan. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa nilai indicator material LDPE lebih besar daripada material HDPE karena berat komponen yang digunakan sama. Nilai dampak lingkungan ini lebih jelas ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan LCA Produk Cup Nyam-nyam Menggunakan

Proses Thermoforming dengan Material LDPE dan HDPE

Kombinasi antara proses dan material untuk produk Nyam-nyam selanjutnya adalah antara proses injection dengan material PP, LDPE dan HDPE. Masing- masing memiliki nilai dampak lingkungan yang berbeda dan perbedaan nilai dampak lingkungan ini dipengaruhi dari dua nilai tahap siklus hidup produk, yaitu material extraction dan end of life disposal. Pada material extraction diperoleh nilai sebesar 2,904; 3,168 dan 2,904. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa indicator material LDPE memiliki nilai yang paling besar, yaitu 360,

Jenis Material

Material Extraction

End of Life Disposal

Total

Thermo forming

Cup Nyam- nyam Cup Nyam- nyam

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan LCA Produk Cup Nyam-nyam Menggunakan

Proses Injection dengan Material PP, LDPE dan HDPE

Selanjutnya kombinasi antara proses dan material untuk produk cup Dolphin. Kombinasi yang pertama yaitu antara proses thermoforming dengan material PP, LDPE dan HDPE. Seperti produk sebelumnya, masing-masing kombinasi memliki nilai yang berbeda, yaitu 2,69623; 2,69623 dan 2,090234. Hal ini juga dipengaruhi dari dua tahap siklus hidup produk, yaitu material extraction dan end of life disposal . Pada tahap material extraction diperoleh nilai sebesar 6,666; 7,272 dan 6,666. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa indicator material LDPE memiliki nilai yang paling besar, yaitu 360, sedangkan indicator kedua material lainnya sama, yaitu 330. Selanjutnya, untuk tahap end of life disposal diperoleh nilai sebesar -4,242; -4,848 dan -4,848 yang menjelaskan bahwa indicator recycle material PP paling kecil diantara material lainnya, yaitu - 210 dan untuk material lainnya sebesar -240. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa untuk produk cup Dolphin dengan proses thermoforming dikombinasikan dengan material HDPE yang menghasilkan dampak lingkungan

Jenis Material

Material Extraction

End of Life Disposal

Total Cup Nyam-

nyam

Injection

Kombinasi proses dan material yang terakhir untuk produk cup Dolphin yaitu antara proses injection dengan material LDPE dan HDPE. Hasil yang berbeda dipengaruhi dari tahap material extraction dengan hasil sebesar 7,272 dan 6,666. Tahap ini merupakan hasil perkalian berat tiap komponen pada produk dengan indicator material yang digunakan. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa nilai indicator material LDPE lebih besar daripada material HDPE karena berat komponen yang digunakan sama. Berdasarkan perbedaan itu, nilai untuk masing- masing kombinasi, yaitu sebesar 2,84957 dan 2,243574. Nilai dampak lingkungan ini lebih jelas ditunjukkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan LCA Produk Cup Dolphin Menggunakan Proses

Injection dengan Material LDPE dan HDPE

5.3 Analisis Proses dan Material Terpilih

Kombinasi proses dan material yang memiliki nilai dampak lingkungan paling rendah untuk tiap produk adalah kombinasi antara proses thermoforming dengan material HDPE. Selain itu, kombinasi antara proses injection dan material HDPE memiliki nilai dampak lingkungan yang rendah. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 5.6, kedua kombinasi ini dapat diaplikasikan untuk kedua produk karena memiliki nilai dampak lingkungan yang lebih rendah daripada nilai dampak lingkungan produk saat ini.

Disposal Cup Dolphin

Thermo forming

Cup Dolphin Injection

Produk

Proses

Jenis Material

Material Extraction

End of Life Disposal

Total

Berdasarkan nilai dampak lingkungan produk saat ini dengan menggunakan proses dan material alternatif, dapat dilihat beberapa perbedaan. Pada produk cup Nyam-nyam dengan kombinasi thermoforming dan PP untuk produk saat ini, thermoforming dan HDPE serta injection dan HDPE untuk alternatif, tahap material extraction memiliki nilai yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya nilai indicator untuk kedua jenis material, PP dan HDPE adalah sama sebesar 330 milipoints per kg. Untuk tahap selanjutnya, manufacturing processes, perbedaan ditunjukkan karena adanya perbedaan proses produksi. Nilai indicator untuk proses injection, yaitu sebesar 21 milipoints per unit lebih besar daripada proses thermoforming yang memiliki indicator sebesar 9,1 milipoints per unit. Hal ini disebabkan karena pada proses injection menghasilkan produk-produk yang memiliki bobot lebih berat daripada pada proses thermoforming.

Tahap transportation memiliki nilai dampak lingkungan yang sama untuk ketiga macam kombinasi, yaitu sebesar 0,023936. Hal ini terjadi karena pada penelitian ini digunakan jenis transpotasi yang sama untuk semua kombinasi, yaitu truk 16t. Selanjutnya pada tahap end of life disposal, terdapat pernbedaan nilai dampak lingkungan untuk kedua jenis material yang digunakan. Nilai indicator untuk material PP sebesar -210 milipoints per unit lebih kecil dibanding dengan material HDPE yang memiliki nilai sebesar -240 milipoints per unit.

Sedangkan untuk produk cup Dolphin dengan kombinasi thermoforming dan PP untuk produk saat ini, thermoforming dan HDPE serta injection dan HDPE untuk alternatif. Pada tahap material extraction juga memiliki nilai yang sama. Hal ini pula dipengaruhi oleh besarnya nilai indicator untuk kedua jenis material, PP dan HDPE adalah sama sebesar 330 milipoints per kg. Untuk tahap selanjutnya, manufacturing processes, perbedaan ditunjukkan karena adanya

Cup Dolphin

Tahap transportation memiliki nilai dampak lingkungan yang sama untuk ketiga macam kombinasi, yaitu sebesar 0,0013736. Hal ini terjadi karena pada penelitian ini digunakan jenis transpotasi yang sama untuk semua kombinasi, yaitu truk 16t. Selanjutnya pada tahap end of life disposal, terdapat pernbedaan nilai dampak lingkungan untuk kedua jenis material yang digunakan. Nilai indicator untuk material PP sebesar -210 milipoints per unit lebih kecil dibanding dengan material HDPE yang memiliki nilai sebesar -240 milipoints per unit.

Berdasarkan hasil LCA, kombinasi thermoforming dan HDPE merupakan kombinasi yang memiliki nilai LCA paling rendah. Penggunaan material HDPE dalam pembuatan kedua produk ini dapat dilakukan. Akan tetapi terdapat kendala pada proses produksinya, yaitu pada saat proses thermoforming. Material HDPE memiliki sifat yang lentur sehingga pada saat proses pembuatan cup, material HDPE akan sulit untuk dipotong. Oleh karena itu, jika kombinasi proses dan material ini akan diterapkan, perlu dilakukan penggantian alat pada mesin proses thermoforming .

Selain kombinasi proses thermoforming dan material HDPE, terdapat kombinasi proses dan material lain yang memiliki nilai dampak lingkungan yang rendah, yaitu kombinasi proses injection dan material HDPE. Penerapan kombinasi ini lebih mungkin dilakukan karena proses injection dapat digunakan untuk berbagai macam jenis material, termasuk material HDPE. Oleh karena itu, kombinasi proses dan material yang memiliki nilai dampak lingkungan rendah dan dapat digunakan untuk membuat produk cup Nyam-nyam maupun cup Dolphin adalah kombinasi proses injection dan material HDPE.

mendukung dalam pemecahan masalah serta analisis yang terdapat pada penelitian ini.

2.1 Gambaran Umum PT. Supratama Aneka Industri

PT. Supratama Aneka Industri merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengemasan produk makanan dan minuman yang berbahan baku plastik. Perusahaan ini berdiri sejak bulan September 1990 dan memiliki dua kantor pemasaran yang berada di Jakarta dan Surabaya serta pabrik yang berada di Kompleks Industri Tangerang, Banten.

Perusahaan ini telah menjadi pemimpin pasar dalam industri pengemasan air mineral. Selain memproduksi kemasan air mineral, PT. Supratama Aneka Industri juga memproduksi kemasan soft drink, makanan ringan dan biskuit. Kemasan yang diproduksi akan dibuat sesuai dengan permintaan konsumen, baik ukuran, warna dan label kemasan. Berikut ini merupakan struktur organisasi dari PT. Supratama Aneka Industri yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Supratama Aneka Industri

Sumber: PT. Supratama Aneka Industri, 2012

2.2 Thermoplastic Material

Pada saat akan menggunakan plastik sebagai material dari suatu produk, sebelumnya perlu diketahui karakteristik dari masing-masing jenis thermoplastic.

polyethylene , yaitu high density dan low density polyethylene (John, 1983). Berikut ini merupakan beberapa sifat polyethylene (Baird, 1986):

• Sangat kuat pada suhu rendah • Daya tahan pada bahan kimia yang sangat baik • Penyebaran uap air yang rendah • Penyusutan yang cukup tinggi • Kelenturan sampai -100 o F • Isolator yang baik • Mudah dalam pewarnaan (transparan, bening dan buram) • Tidak berbau dan tidak berasa

Polyethylene dapat diproses dengan beberapa proses, seperti injection molding, fluidized bed coating, blow molding, extrusion, vacuum forming, casting dan calendering. Produk yang dapat dihasilkan menggunakan polyethylene , seperti, containers, isolator untuk listrik, perabotan rumah tangga, tempat bahan kimia, mainan, freezer bags, tempat es balok, komponen baterai.

2. Polypropylene (PP) Polypropylene dibentuk dari polimerisasi gas propylene. Jika dibandingkan dengan polyethylene, polypropylene lebih kuat dan lebih kaku. Daya tahan pada bahan kimia dan pelarut juga lebih baik daripada polyethylene. Daya tahan polypropylene juga sangat kuat ketika dibengkokkan berkali-kali tidak retak (John, 1983). Berikut ini merupakan beberapa sifat polypropylene (Baird, 1986):

• Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap goresan yang baik • Kestabilan ukuran • Kelenturan yang sangat baik • Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap goresan yang baik • Kestabilan ukuran • Kelenturan yang sangat baik

3. Polyethylene Terephthalate (PET) Polyethylene Terephthalate merupakan polimer yang dibentuk dari campuran dua monomer, yaitu ethylene glycol yang diubah dan terephthalic acid murni (NAPCOR, 2009). Berikut ini merupakan beberapa sifat polyethylene terephthalate :

• Transparan, ringan, kuat, tahan pecah • Mudah dibersihkan • Mudah dibentuk menjadi produk dengan bentuk baru • Melindungi dan menjaga isi dari kemasan

Polyethylene Terephthalate dapat diproses dengan beberapa proses, seperti injection , blow molding dan thermoforming. Produk yang dapat dihasilkan menggunakan polyethylene terephthalate, seperti botol, cups, take out container , kemasan minuman, kemasan makanan beku, kemasan kosmetik dan kemasan pembersih rumah tangga.

4. Polyvinyl Chloride (PVC) Polyvinyl Chloride dibentuk dari acetylene dan hydrogen chloride dan dapat dicampur untuk menghasilkan kelenturan pada produk dengan menambahkan plasticizer , fillers dan stabilizers. Berikut ini merupakan beberapa sifat polyvinyl chloride (Baird, 1986):

• Kekuatan yang baik • Daya tahan yang baik terhadap air dan bahan kimia • Warna yang tidak terbatas • Kekuatan yang baik • Daya tahan yang baik terhadap air dan bahan kimia • Warna yang tidak terbatas

5. Polystyrene (PS) Polystyrene dibentuk dari campuran polimerisasi styrene merupakan material yang transparan dan rapuh (John, 1983). Kerapuhan dan rendahnya ketahanan terhadap bahan kimia menjadi dua kekurangan dari polystyrene. Sifat yang rapuh ini diakibatkan oleh ketidakstabilan rantai molekul. Berikut ini merupakan beberapa sifat polystyrene (Baird, 1986):

• Tingkat kekerasan yang tinggi • Rapuh, kecuali telah dimodifikasi • Kejernihan yang baik dan permukaan yang halus • Penyerapan embun yang rendah • Mudah untuk diproses • Biaya rendah • Bersih dan tanpa warna • Daya tahan terhadap cuaca yang rendah • Daya tahan bahan kimia yang normal Polystyrene dapat diproses melalui beberapa proses, seperti molded, extruded, thermoforming dan injection molded. Produk yang dapat dihasilkan menggunakan polystyrene, seperti food container, komponen kulkas, perabot rumah tangga, bagian interior mobil, botol dan peralatan rumah tangga.

Material-material tersebut mempunyai kode angka seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut ini. Kode angka ini memiliki arti bahwa tiap produk yang memiliki kode ini diproduksi menggunakan material tersebut. Selain itu juga, kode ini digunakan untuk membantu konsumen dalam memilih produk dengan jenis material yang sama untuk didaur ulang secara bersamaan karena tiap

High Density Polyethylene

(HDPE)

Polyvinyl Chloride (PVC)

Low Density Polyethylene (LDPE)

Polypropylene (PP)

Polystyrene (PS)

Sumber: American Chemistry Council, 2012

2.3 Proses untuk Material Thermoplastic

Material plastik ini akan dapat digunakan setelah melalui beberapa proses. Produk yang dihasilkan oleh setiap proses akan memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa proses yang sering digunakan untuk plastik, antara lain (Clauser, 1975):

1. Injection Molding Injection molding merupakan proses yang terpenting dalam membentuk thermoplastic . Injection molding termasuk dalam proses yang cepat dan dalam sekali proses dapat menghasilkan produk yang banyak dengan berat berkisar 2-50 0z. Proses injection molding dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Injection Molding Sumber: Practical Action, 2010

2. Blow Molding Metode ini merupakan proses untuk membentuk thermoplastic yang terdiri dari stretching dan pengerasan plastik. Terdapat pula dua cara untuk melakukan metode ini, yaitu direct dan indirect way dengan variasi yang berbeda. Produk yang dihasilkan menggunakan proses ini, antara lain botol dan toples (NAPCOR, 2009). Proses ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Blow Molding

Sumber: Practical Action, 2010

3. Calendering Metode ini digunakan untuk membentuk thermoplastic menjadi film dan lembaran serta untuk melapisi bahan tekstil atau bahan lainnya. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 2.4. Ketebalan dari hasil akhir dipengaruhi oleh jarak antara rolls. Permukaan dari film dan lembaran dapat halus atau bergelombang sesuai dengan permukaan rolls.

Gambar 2.4 Calendering Sumber: Thai Nam, 2009

4. Thermoforming atau Vacuum Forming Metode ini (1) menggunakan bahan plastik berupa lembaran dan (2) dilakukan pemanasan lembaran thermoplastic ke cetakan lalu (3) diberikan udara dan/atau mekanik untuk membentuk thermoplastic sesuai dengan cetakannya. Proses ini ditunjukkan pada Gambar 2.5 berikut ini.

Gambar 2.5 Thermoforming Sumber: Sinotech, 2012

5. Extrusion Molding Metode ini digunakan untuk membentuk thermoplastic menjadi film, tubes, batangan dan untuk melapisi kawat dan kabel. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 Extrusion Molding Sumber: Practical Action, 2010

2.4 Design For Environment

Konsep Design for Environment atau sering juga disebut sebagai Eco-Design, Life Cycle Design dan Design for Eco-Efficiency sudah ada sejak awal tahun 1990, lalu mulai menyebar luas setelah adanya perjuangan dari suatu perusahaan pribadi yang mencoba membangun kesadaran mengenai lingkungan ke dalam perkembangan produknya. Sejak saat itu, Design for Environment menjadi topik umum dalam kesadaran mengenai lingkungan dan program penanggulangan polusi. Lingkup dari Design for Environment terdiri dari beberapa topik (Fiksel, 2009):

• Perlindungan terhadap lingkungan Jaminan bahwa udara, air, tanah dan sistem ekologi tidak terpengaruh oleh dilepaskannya polutan dan zat beracun.

• Kesehatan dan keamanan manusia Jaminan bahwa manusia tidak dibiarkan terpengaruh resiko keselamatan dan penyakit dalam lingkungan tempat bekerja dan lingkungan hidup mereka.

• Keberlanjutan dari sumber daya alam Jaminan bahwa penggunaan oleh manusia atau penggunaan sumber daya alam tidak mengancam tersedianya sumber daya alam ini untuk generasi yang akan datang.

Gambar 2.7 Keuntungan Design for Environment

Sumber: Fiksel, 2009

2.5 Sustainable Development

Keberlanjutan dalam perkembangan dan manufaktur dari suatu produk merupakan suatu strategi yang telah diyakini sebagai prinsip meskipun belum diterapkan seluruhnya. Penggabungan dari kebutuhan lingkungan termasuk keseluruhan waktu hidup dari produk memerlukan cara pemikiran dan alat bantu untuk mengambil keputusan yang baru. Untuk pendekatan ini diperlukan mengenali ciri khas lingkungan yang menonjol dari suatu produk yang dapat mengembangkan keseluruhan kualitas dari produk tersebut dari sisi konsumen yang dapat menciptakan pasar tambahan dan peningkatan keuangan (Kaebernick, 2003).

Pendekatan tradisional tidak menyertakan aspek lingkungan dalam proses pengembangan. Kebutuhan lingkungan dapat selanjutnya diperkenalkan dalam tahap pengembangan dengan menerapkan beragam alat bantu dan metodologi. Empat contoh metodologi yang menunjukkan pengaruh dalam tahap siklus hidup

Penerapan metodologi yang telah dijelaskan sebelumnya akan mengarahkan ke pendekatan keberlanjutan untuk pengembangan produk dan pemakaian seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8, termasuk kebutuhan lingkungan dalam empat tahap utama dari siklus hidup produk, antara lain:

• environmentally conscious quality function deployment (ECQFD), • sustainable trade-off model for design, • life cycle assessment, • end-of-life options (EOL).

Gambar 2.8 Metodologi untuk Sustainable Manufacturing pada tahap

Product Life Cycle Product Life Cycle

Siklus hidup suatu produk dapat ditunjukkan dalam delapan tahap, antara lain (Amaya, 2010):

1. Material Extraction and Transformation Pada tahap ini memperhatikan semua material yang penting untuk semua tahap, yang berarti material pada proses produksi dan material yang digunakan untuk proses remanufacture produk.

2. Components Manufacturing Pada tahap ini memperhatikan proses apa saja yang digunakan untuk memproduksi semua material menjadi komponen (turning, milling, drilling) dan input penting pada setiap proses (konsumsi energi listrik).

3. Component Distribution Pada tahap ini memperhatikan distribusi yang dilakukan (jarak, tansport) untuk memindahkan komponen awal ke tempat perakitan.

4. Product Assembly Pada tahap ini memperhatikan proses atau treatment khusus yang dilakukan untuk proses perakitan produk.

5. Product Distribution Pada tahap ini memperhatikan distribusi yang dilakukan (jarak, tansportasi yang digunakan) untuk memindahkan produk jadi ke final customer.

6. Product Use Pada tahap ini memperhatikan dampak pada lingkungan dari penggunaan produk tersebut.