Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta

a. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Letak Geografis

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu propinsi di Indonesia. Secara astronomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak antara 110°24'19" – 110°28'53" Bujur Timur dan antara 07°49'26" – 07°15'24" Lintang Selatan. Secara administratif terdiri dari

14 kecamatan dan 45 kelurahan dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Sleman, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Sleman.

2. Luas wilayah

Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 3.185,80 km 2 terdiri atas Kota Yogyakarta 32,50 km 2 , Kabupaten Sleman 574,82 km 2 , Kabupaten Bantul 506,85 km 2 , Kabupaten Kulon Progo 586,27 km 2 ,

Kabupaten Gunung Kidul 1485,36 km 2 .

3. Pemerintahan

Wilayah administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdiri dari satu kota dan empat kabupaten yaitu Kotamadya Yogyakarta,

Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo yang terbagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan.

4. Tata Ruang dan Infrastruktur

Kondisi bentang alam Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang beragam dan aspek filosofi kebudayaan mempengaruhi pengembangan

tata ruang/wilayah dan pembangunan infrastruktur. Model yang digunakan dalam tata ruang wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah corridor development atau disebut dengan pemusatan intensitas kegiatan manusia pada suatu koridor tertentu yang berfokus pada Kota Yogyakarta dan jalan koridor sekitarnya. Dalam konteks ini, aspek pengendalian dan pengarahan pembangunan dilakukan lebih menonjol dalam koridor prioritas, terhadap kegiatan investasi swasta, dibandingkan dengan investasi pembangunan oleh pemerintah yang dengan sendirinya harus terkendali. Untuk mendukung aksesibilitas global wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), maka diarahkan pengembangan pusat-pusat pelayanan antara lain Pusat Kegiatan Nasional (PKN)/Kota Yogyakarta, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sleman, Bantul, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2009 – 2029 mengatur pengembangan tata ruang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

5. Keadaan Alam

Secara garis besar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong, bagian tengah adalah Sungai Code dan sebelah barat adalah Sungai Winongo. Disebagian utara seluas lebih kurang 4% tanah miring (kelanjutan dari gunung berapi) dengan sifat-sifat wilayah hujan, kaya akan mata air dan sangat subur. Dibagian selatan/barat seluas lebih kurang 7% dari barat ke arah selatan dengan ketinggian semakin rendah berakhir pada daratan pantai alluvial dengan sifat tanah: wilayah hujan, banyak mata air. Dibagian tengah seluas 41% merupakan tanah datar/ngarai dengan sifat tanah cukup subur, jaringan pengairan baik dengan penduduk yang padat.

6. Iklim

Temperatur harian rata-rata berkisar antara 26,6°C sampai 28,8° C sedang temperatur minimum 18° C dan maximum 35°C. Kelembabab udara rata-rata 74% dengan kelembaban minimum 65% dan maximum 84%. Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Pebruari, April. Curah hujan tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Pebruari dan curah hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.

7. Penduduk

Pertambahan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari tahun ke tahun cukup tinggi. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084

jiwa per km 2 . Angka harapan hidup penduduk Kota Yogyakarta menurut jenis kelamin, laki-laki usia 72,25 tahun dan perempuan usia 76,31 tahun.

8. Penggunaan Tanah Sultan Ground Di Yogyakarta

Pemanfaatan tanah Sultan Ground digunakan untuk kepentingan rakyat. Pemberian kewenangan penggunaan tanah Sultan Ground semula mendasarkan pada hukum yang dilakukan oleh Kawedanan Penghageng Wahono Sarto Kriyo. Pemanfaatan penggunaan hak magersari dapat dilakukan oleh siapa pun (perorangan/instansi) yang berada di wilayah DIY melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Paniti Kismo. Bagi pemakai tanah Sultan Ground yang telah mempunyai surat kekancingan diberi kewajiban biaya penggunaan pinjam pakai pisungsung dan penanggalan. Pisungsung wajib dihaturkan ke keraton sekali pada saat penerbitan kekancingan dan penanggalan dibayarkan sekali setahun.