Hasil Penelitian Terkait

B. Hasil Penelitian Terkait

Penelitian yang relevan atau penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang memiliki kemiripan sehingga memungkinkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian berikutnya. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang relevan terhadap tesis Analisis Komposisi Ekonomi Kabupaten Ngawi sebagai berikut :

1. Siswanto, Saparuddin dan Eka Purwanda (2003) dalam Jurnal “Analisis Komposisi Ekonomi Jawa Barat”, menganalisis komposisi ekonomi Provinsi Jawa Barat dengan membandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia (Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan DKI Jakarta). Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat dan empat provinsi lain yang dibandingkan pada tahun 1998 dan 1999. Hasil analisis yang diperoleh pada Analisis Komposisi Ekonomi Jawa Barat pada tahun 1998-1999 adalah sebagai berikut :

a. Secara nasional ada 5 sektor yang mengalami presentase kenaikan yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa-jasa lain. Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang mengalami kenaikan presentase paling tinggi. Sedang kempat sektor lainnya

commit to user

mengalami penurunan dengan sektor keungan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan mengalami penurunan paling besar.

b. Provinsi Jawa Barat mempunyai 7 sektor yang mengalami presentase peningkatan dengan presentase peningkatan terbesar pada sektor listrik, gas dan air bersih dengan kata lain sama dengan dialami PDB nasional. Sedangkan sektor yang penurunan terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian kemudian diikuti sektor bangunan.

c. Tahun 1998 Provinsi Jawa Timur dan Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah sektor basis yang lebih banyak dibandingkan Provinsi Jawa Barat, provinsi yang lainnya meiliki jumlah sektor basis yang sama dengan Provinsi Jawa Barat. Kenyataan ini menunjukkan walaupun Provinsi Jawa Barat memiliki nilai PDRB terbesar, akan tetapi pertumbuhan dan kemandiriannya di bawah Provinsi Jawa Timur dan Provinsi DKI Jakarta.

d. Tahun 1999 jumlah sektor basis di Provinsi Jawa Barat berada di bawah provinsi lainnya. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa Provinsi Jawa Barat mengalami proses pemulihan dari krisis ekonomi yang relatif lebih lambat dibandingkan provinsi-provinsi lainnya.

2. Dewi (2006) dalam Skripsi “Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Semarang Tahun 1996-2003”, menganalisis pertumbuhan ekonomi sebelum dan sesudah krisis ekonomi pada tahun 1997-1998. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kasustik dengan kasus di Kabupaten Semarang. Variabel dalam penelitian ini yaitu Produk Domestik Regional Bruto dengan

commit to user

indikator Sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis Location Quotient (LQ)dan analisis Shift Share.

Berdasarkan hasil analisis LQ diketahui nilai LQ pada tahun 1996 – 2003 untuk sektor pertanian terjadi penurunan dari 0,91% turun menjadi 0,83%, sektor pertambangan turun dari 0,21% menjadi 0,11%, sektor industri meningkat dari 1,34% menjadi 1,37%, sektor listrik,gas dan air turun dari 1,44% menjadi 1,33%, sektor bangunan turun dari 1,25% menjadi 0,43%, sektor perdagangan turun dari 0,80% menjadi 0,73%, sektor pengangkutan meningkat dari 0,51% menjadi 0,58%, sektor keuangan naik dari 0,73% menjadi 1,01% dan sektor jasa-jasa meningkat dari 0,92% menjadi 1,42%. Hasil dari analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor- sektor yang memiliki kontribusi negatif adalah sektor pertanian, bangunan dan keuangna sedangkan yang memiliki kontribusi positif adalah sektor pertambangan, industri, listrik, gas dan air, perdagangan, pengangkutan dan jasa-jasa.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor yang diandalkan dan dapat dikembangkan berdasarkan analisis LQ adalah sektor industri, sektor listrik,gas dan air, sektor bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Dari hasil penelitian ini maka dapat disarankan kepada pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten

commit to user

Semarang kebijakan yang akan diambil harus diarahkan untuk lebih terkonsentrasi pada sektor-sektor basis dan sektor ekonomi yang secara propinsi tumbuh lebih cepat. Dari hasil analisis, pembangunan ekonomi Kabupaten Semarang perhatiannya harus lebih banyak ditujukan pada sektor pertanian.

3. Mangun (2007) dalam Tesis “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Propinsi Sulawesi Tengah”, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor basis/unggulan, yang mempunyai daya saing kompetitif dan spesialisasi di masing-masing Kabupaten/Kota, menentukan tipologi daerah dan prioritas sektor basis guna pengembangan pembangunan Kabupaten/Kota.

Data yang terpakai dalam penelitian ini adalah data sekunder kurun waktu tahun 2000-2005 bersumber dari BPS Propinsi, BPS Kabupaten/Kota, serta Bapeda Prop. Sulawesi Tengah. Model analisis yang digunakan yakni Analisis LQ, Shift-Share, Tipologi Klassen serta Model Rasio Pertumbuhan (MRP).

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Kabupaten/Kota mempunyai potensi masing-masing sesuai dengan kondisinya namun sektor Pertanian masih merupakan sektor basis yang dominan di Propinsi Sulawesi Tengah karena 9 Kabupatennya mempunyai basis/unggulan di sektor ini; sedangkan sektor lainnya bervariasi khusus sektor Pertambangan dan industri Pengolahan hanya dimiliki Kota Palu sekaligus sebagai kota yang paling banyak memiliki sektor basis (8 Sektor basis). Tidak satupun

commit to user

Kabupaten/Kota yang masuk kriteria pertama yakni notasi overlay ketiga komponen bertanda positif (+), sebaliknya terdapat 4 Kabupaten yang memiliki sektor ekonomi yang bernotasi negatif untuk ketiga komponen (-) dengan sektor yang sama. Demikian pula hasil analisis shift-share menunjukkan bahwa tidak terdapat sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif di semua kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Tengah, tetapi memiliki spesialisasi. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; sektor Perdagangan, Hotel, Restoran dan sektor jasa-jasa mempunyai spesialisasi di 6 Kabupaten/Kota; Sektor Industri Pengolahan; Pengangkutan Komunikasi dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5 Kabupaten/Kota ; Sektor Pertanian; sektor Pertambangan Penggalian 4 Kabupaten/Kota.

Pada Propinsi Sulawesi Tengah tidak ada Kabupaten/Kota masuk Tipologi daerah cepat maju dan cepat tumbuh dan Tipologi daerah berkembang cepat. Tiga kabupaten/kota masuk Tipologi daerah maju tapi tertekan dan 7 kabupaten masuk Tipologi daerah tertinggal. Dari hasil analisis LQ, shift-share, Tipologi daerah dan pertumbuhan sektoral, dapat ditentukan kabupaten/kota yang menjadi prioritas pengembangan sektor- sektor unggulan yang dimiliki. Kabupaten Tojo Una-Una mempunyai prioritas pertama untuk pengembangan wilayah semua sektor basis yang dimilikinya.

commit to user