ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS KABUPATEN NGAWI TAHUN 2001-2010
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat S-2 Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan
Oleh: TAUFIK ROHMAN
S4210096
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2011
commit to user
ii
commit to user
iii
commit to user
iv
commit to user
“Be the best from the best of you”
commit to user
vi
Kupersembahkan karya ini dengan tulus dan penuh rasa syukur kepada : § Ayah, Ibu, dan Istriku Serta Anak-Anakku Tercinta yang selalu memberikan
motivasi dan doanya § Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi § Serta UNS, Almamater yang selalu Aku Banggakan
commit to user
vii
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor basis dan non basis di Kabupaten Ngawi, serta penelitian ini juga bertujuan mengetahui komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen pertumbuhan proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij), serta untuk mengetahui model overlay antara analisis LQ dan Shift Share.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode yang dianalisis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi dan Bapedda Kabupaten Ngawi, alat analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis shift-share (SS), dan analisis Overlay.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa sektor basis di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Untuk pergeseran provinsi (Nij) Sektor pertanian menjadi sektor dengan pertumbuhan paling cepat dari pada sektor-sektor lainnya, sedangkan sektor paling lambat adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Untuk pertumbuhan proporsional (Mij) sektor yang maju di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang belum maju di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa. Untuk pertumbuhan pangsa wilayah (Cij) sektor yang memiliki daya saing di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; dan sektor konstruksi. Sedangkan berdasatkan analisis overlay Sektor basis yang memiliki Sektor yang tidak maju, memiliki daya saing adalah sektor pertanian dan sektor kontruksi, dan Sektor non basis yang memiliki Sektor yang maju, tidak memiliki daya saing adalah sektor pertambangan, sektor penggalian dan listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi
Kata Kunci : Sektor Basis, Pertumbuhan Ekonomi, Overlay
commit to user
viii
(Nij), components of proportional growth (Mij), and component share growth regions (CIJ), as well as to determine the overlay model between LQ and Shift Share analysis.
The data used in this study is secondary data are analyzed with the period from 2001 until 2010. Data obtained from the Central Bureau of Statistics and Bapedda Ngawi Regency Regency Ngawi, an analytical tool used is the analysis of Location Quotient (LQ), shift-share analysis (SS), and overlay analysis
The results of this study illustrates that the sector base Regency Ngawi are agriculture; construction sector; sector finance, leasing and services company and the services sector. To shift the province (Nij) agricultural sector has become the fastest growing sectors than in other sectors, while the slowest sector is the sector of electricity, gas and water supply. For the proportional growth (Mij) advanced sectors Regency Ngawi is mining and quarrying; electricity, gas and water supply; the trade, restaurant and hotel, transport and communications sector and financial sector, leasing and services company. While the sectors that have not advanced Regency Ngawi is the agricultural sector; manufacturing industry; construction sector and services sector. To share growth regions (Cij) sector has competitiveness in Ngawi Regency of is agriculture; manufacturing, and construction sectors. While based on the analysis of sector overlay a base that has not advanced sector, has the competitive edge is the agricultural and construction sectors, and non-base sector who have an advanced sector, not competitive is the sector of mining, quarrying sector and electricity, gas and water supply , trade, hotels & restaurants and transport and communications sector
Keywords: Base Sector, Economic Growth, Overlay
se of this research is to analyze how the growth, the effectiveness, and the elasticity of the mining group C taxes to reveneu of tax income in Ngawi Regency. Beside that, the writer also wants to analyze the form and connection between Gross Regional Domestic Product (GRDP) in construction sector and the mining group C taxes.
The data used in this research is a secunder data with time period from 2001 until 2010. The data obtained from Financial Bureau of Regional Secretariat of Ngawi Regency and the Central Bureau of statistic of Ngawi regency, the analyze’s instrument used are ratio, elasity, and simple corelation model analysis.
commit to user
ix
Puji syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala nikmat-nikmat yang tiada terhitung nilainya serta berkat keridhoanNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Tesis ini berjudul “ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS KABUPATEN NGAWI TAHUN 2001 - 2010”, disusun sebagai salah satu persyaratan mencapai derajat magister pada Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada tesis ini, ucapan terima kasih Penulis sampaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril dan materiil. Ucapan terima kasih secara khusus Penulis haturkan kepada ayahanda, lelaki yang mengucurkan keringatnya demi kesuksesanku dan Ibunda tercinta, sumber “mata air” semangat yang tak pernah kering, yang selalu berdoa dengan tulus ikhlas menempuh kepayahan sejati demi selesainya perjuangan penulis, Istri tersayang yang kasih sayangnya menjadi motivator dan kekuatan untuk menjadi lebih baik, anak-anakku tercinta, Daffa dan Zizi, serta keluarga besarku yang tiada hentinya mendukung dan berdoa untuk keberhasilan dan kesuksesanku.
Selain itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
commit to user
2. Dr. JJ. Sarungu, M.S selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Mulyanto, ME selaku Dosen Pembimbing II, atas segala informasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tesis ini;
3. Ir. H. Budi Sulistyono selaku Bupati Ngawi;
4. Bapak Dwi Rianto Jatmiko, SH selaku Ketua DPRD Kabupaten Ngawi;
5. Bapak Budi Purwanto selaku Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Ngawi dan
Semua Bapak – Bapak Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Ngawi;
6. Drs. Sugeng, Msi selaku Sekretaris DPRD Kabupaten Ngawi dan rakan – rekan Staf Sekretaris DPRD Kabupaten Ngawi:
7. Bapak-bapak dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada
Penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret Surakarta;
8. Teman-teman Angkatan XIV Kelas Ngawi, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan yang tak akan pernah luntur;
9. Rekan-rekan bimbingan, Tante Lina, Mbak Kar, Pak Eko, Tante Eny, Om Romeli, Tante Ita, Om Yanto, dan Pak Slamet, terima kasih atas kebersamaan dan kekompakannya selama bimbingan sampai dengan terselesaikannya tesis kita;
10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Laporan akhir ini, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik dan pahala yang memberatkan timbangan amal kebaikan di Yaumul Hisab nanti.
commit to user
xi
masukan bagi perbaikan di masa yang akan datang sangat Penulis harapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat. Atas segala kekurangan dalam tesis ini Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.
Surakarta, 2011 Penulis,
TAUFIK ROHMAN
commit to user
xiv
b. Sektor Kontruksi ............................................................ 64
c. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
....... 64
d. Sektor Jasa-Jasa ............................................................. 65
2. Pergeseran Pertumbuhan Ekonomi (Shift Share) di Kabupaten Ngawi ................................................................................. 65
a. Pengaruh Pertumbuhan Propinsi (Nij)
........................... 65
b. Pertumbuhan Proporsional atau Bauran Industri (Mij) ... 68
c. Pertumbuhan Pangsa Wilayah atau Keunggulan Kompetitif (Cij) .............. .............................................................................. 70
3. Analisis Overlay Antara LQ Dengan Shift Share ...............
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 78 LAMPIRAN ................................................................................................ 80
commit to user
xv
Halaman
Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku 2001 – 2010 (Juta
Rupiah) ............................................................................................ 5
Tabel 1.2 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta
Rupiah) ............................................................................................... 6
Tabel 3.1 Overlay Analisis LQ den Analisi Shift Share ) ................................. 41 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Ngawi Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006
........................................................................................................... 51
Tabel 4.2 Kesejahteraan Sosial Kabupaten Ngawi ........................................ 52 Tabel 4.3 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)
56
Tabel 4.4 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta
Rupiah) ............................................................................................ 57 Tabel 4.5 Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid
........................................... 58
Tabel 4.6 Panjang Jalan menurut Jenis, Kondisi dan Kelas Jalan di Kabupaten Ngawi
Tahun 2010 (km) .......................................................................... 59
Tabel 4.7 Nilai LQ Persektor di Kabupaten Ngawi Tahun 2001-2010 ......... 62 Tabel 4.8 Laju Pertumbuhan Propinsi Jawa Timur Tahun 2001 – 2010 (Juta Rupiah)
........................................................................................................... 66
Tabel 4.9 Pengaruh Pertumbuhan Propinsi Terhadap Kabupaten Ngawi Tahun 2001-
2010 (Juta Rupiah) ......................................................................... 67
Tabel 4.10 Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Ngawi Tahun 2001 - 2010 (Juta
Rupiah) ........................................................................................... 68
commit to user
xvi
Tabel 4.11 Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Ngawi Tahun 2001 - 2010 (Juta Rupiah) ............................................................................................. 70
Tabel 4.12 Hasil Analisis Overlay LQ Dengan Shift Share di Kabupaten Ngawi
........................................................................................................... 72
commit to user
xvii
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Analisis Ekonomi .................... 33 Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Ngawi
.............................................. 43 Gambar 4.2 Komposisi Penggunaan Lahan (%)
........................................ 44
commit to user
xviii
Lampiran 1 Data Pdrb Harga Konstan Kabupaten Ngawi Tahun 2000 – 2010
...................................................................................................... 81
Lampiran 2 Data Pdrb Harga Berlaku Kabupaten Ngawi Tahun 2000 – 2010
...................................................................................................... 82 Lampiran 3 Data Pdrb Harga Konstan Jawa Timur Tahun 2000 – 2010 ...................................................................................................... 83 Lampiran 4 Data Pdrb Harga Berlaku Jawa Timur Tahun 2000 – 2010 ...................................................................................................... 84
commit to user
TAUFIK ROHMAN S4210096
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor basis dan non basis di Kabupaten Ngawi, serta penelitian ini juga bertujuan mengetahui komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen pertumbuhan proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij), serta untuk mengetahui model overlay antara analisis LQ dan Shift Share.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode yang dianalisis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi dan Bapedda Kabupaten Ngawi, alat analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis shift-share (SS), dan analisis Overlay.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa sektor basis di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Untuk pergeseran provinsi (Nij) Sektor pertanian menjadi sektor dengan pertumbuhan paling cepat dari pada sektor-sektor lainnya, sedangkan sektor paling lambat adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Untuk pertumbuhan proporsional (Mij) sektor yang maju di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang belum maju di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa. Untuk pertumbuhan pangsa wilayah (Cij) sektor yang memiliki daya saing di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; dan sektor konstruksi. Sedangkan berdasatkan analisis overlay Sektor basis yang memiliki Sektor yang tidak maju, memiliki daya saing adalah sektor pertanian dan sektor kontruksi, dan Sektor non basis yang memiliki Sektor yang maju, tidak memiliki daya saing adalah sektor pertambangan, sektor penggalian dan listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi
Kata Kunci : Sektor Basis, Pertumbuhan Ekonomi, Overlay
commit to user
ii
(Nij), components of proportional growth (Mij), and component share growth regions (CIJ), as well as to determine the overlay model between LQ and Shift Share analysis.
The data used in this study is secondary data are analyzed with the period from 2001 until 2010. Data obtained from the Central Bureau of Statistics and Bapedda Ngawi Regency Regency Ngawi, an analytical tool used is the analysis of Location Quotient (LQ), shift-share analysis (SS), and overlay analysis
The results of this study illustrates that the sector base Regency Ngawi are agriculture; construction sector; sector finance, leasing and services company and the services sector. To shift the province (Nij) agricultural sector has become the fastest growing sectors than in other sectors, while the slowest sector is the sector of electricity, gas and water supply. For the proportional growth (Mij) advanced sectors Regency Ngawi is mining and quarrying; electricity, gas and water supply; the trade, restaurant and hotel, transport and communications sector and financial sector, leasing and services company. While the sectors that have not advanced Regency Ngawi is the agricultural sector; manufacturing industry; construction sector and services sector. To share growth regions (Cij) sector has competitiveness in Ngawi Regency of is agriculture; manufacturing, and construction sectors. While based on the analysis of sector overlay a base that has not advanced sector, has the competitive edge is the agricultural and construction sectors, and non-base sector who have an advanced sector, not competitive is the sector of mining, quarrying sector and electricity, gas and water supply , trade, hotels & restaurants and transport and communications sector
Keywords: Base Sector, Economic Growth, Overlay
se of this research is to analyze how the growth, the effectiveness, and the elasticity of the mining group C taxes to reveneu of tax income in Ngawi Regency. Beside that, the writer also wants to analyze the form and connection between Gross Regional Domestic Product (GRDP) in construction sector and the mining group C taxes.
The data used in this research is a secunder data with time period from 2001 until 2010. The data obtained from Financial Bureau of Regional Secretariat of Ngawi Regency and the Central Bureau of statistic of Ngawi regency, the analyze’s instrument used are ratio, elasity, and simple corelation
commit to user
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip tercapainya daya guna dan hasil guna serta pemanfaatan data dan informasi untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi. Secara umum, pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro, 2001: 110). Tujuan utama pembangunan ekonomi ini, selain untuk menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa otonomi daerah merupakan penyerahan kewenangan dari Pusat kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi daerah. Seharusnya dengan adanya otonomi daerah pelaksanaan pembangunan
commit to user
membawa manfaat kesejahteraan masyarakat. Otonomi daerah mengharuskan setiap daerah untuk menggali segenap potensinya di dalam upaya meningkatkan pembangunan di daerahnya dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Prioritas pembangunan seringkali menjadi salah satu permasalahan bagi pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunannya. Misalnya, apakah memprioritaskan wilayah pengembangan atau memprioritaskan sektoral sebagai prioritas utama pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan dari sebagian besar pemerintah di daerah. Namun, seringkali penggalian potensi dalam rangka pertumbuhan ekonomi menimbulkan masalah baru, yaitu kurang terperhatikannya masalah sosial (pendidikan dan kesehatan) serta masalah lingkungan. Dalam mencapai pembangunan ekonomi wilayah yang baik, diperlukan sumber daya manusia yang handal dan sehat. Selain itu, diperlukan ketersediaan sumber daya alam yang berkelanjutan guna memenuhi segala kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol dapat merusak tatanan sumber daya sebagai penyedia barang yang diperlukan oleh manusia. Bila hal tersebut terus dilakukan oleh suatu daerah tanpa memperhatikan lingkungan, maka akibat yang ditimbulkan adalah kerusakan lingkungan dan semakin langkanya sumber daya. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya manusia dan kelestarian lingkungan merupakan konsep dari pembangunan yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
commit to user
pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Kondisi ini, menghadapkan kepada pemerintah daerah untuk lebih bijak dalam menerapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan, dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik lokal (daerah) secara tepat. Perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi terhadap corak pembangunan yang akan diterapkan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah pola kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Begitu pula dengan Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam melaksanakan amanah pembangunan yang berdasarkan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Ngawi harus fokus dalam melaksanakan kebijakan pembangunan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Langkah-langkah yang arif dalam melaksakan kebijakan adalah dengan pengalokasian anggaran secara efektif. Salah satu indikator yang digunakan dalam komposisi ekonomi Kabupaten Ngawi adalah dengan melihat data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 di Kabupaten Ngawi, produk yang mendominasi PDRB kabupaten adalah sektor pertanian, karena pada sektor ini lebih dari 30% dari total PDRB.
commit to user
menjadi sektor unggulan kabupaten. Sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor yang memberikan sumbangan PDRB paling kecil dengan nilai kurang 0,58% dari total PDRB. Sektor ini tidak menjadi sektor unggulan karena di wilayah Kabupaten Ngawi hanya memiliki pertambangan mineral dan penggalian golongan C. Untuk lebih jelas berikut Tabel 1.1 tentang PDRB Kabupaten Ngawi pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2010
Lapangan Usaha (Sektor)
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9. Jasa - Jasa
2.310.766,16 100,00 3.265.122,01 100,00 5.031.428,99 100,00 7.245.842,43 100,00 Keteterangan : % =Kontribusi/Share
Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (data diolah)
Lapangan Usaha (Sektor)
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9. Jasa - Jasa
5,16 3.121.821,49 6,09 Keterangan : % = Daya Tumbuh
Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (data diolah)
commit to user
Berkaitan dengan peningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah, peran pemerintah daerah sangat diperlukan yaitu dalam membuat strategi dan perencanaan pembangunan daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Pemerintah daerah harus mengetahui bagaimana pengaruh terjadinya perubahan struktur ekonomi pada pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk mengetahuinya, pemerintah harus melakukan analisis terhadap perubahan struktur ekonomi yang terjadi di daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Analisis ini digunakan untuk menentukan kinerja atau produktivitas perekonomian daerah, karena dalam analisis ini ada tiga bidang yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya yaitu pertumbuhan ekonomi, pergeseran proporsional, dan pergeseran diferensial (Arsyad,1999:139).
Guna mendukung analisis tersebut diperlukan penggolongan setiap kegiatan (industri) yang ada, apakah itu industri basis atau non basis, yaitu usaha mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah, dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah Kabupaten, dengan peranan kegiatan (industri) sejenis dalam perekonomian daerah propinsi. Dengan demikian sektor unggulan daerah dapat diketahui, sehingga apabila pemerintah daerah fokus dan bersungguh-sungguh maka kemajuan daerah tersebut dapat terwujud.
commit to user
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan uraian di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam menganalisis komposisi ekonomi Kabupaten Ngawi adalah :
1. Sektor-sektor apa yang menjadi sektor basis dan sektor non basis dianalisis dengan Location Quotient di Kabupaten Ngawi?
2. Sektor-sektor apa yang berkembang jika dianalisis dengan Shif Share, komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen pertumbuhan proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij)?
3. Bagaimana hasil kesimpulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi jika dianalisis dengan metode Overlay antara analisis LQ dan Shift Share ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah :
1. Untuk mengetahui sektor basis dan sektor non basis dianalisis dengan Location Quotient di Kabupaten Ngawi.
2. Untuk mengetahui Sektor-sektor apa yang berkembang jika dianalisis dengan Shif Share, komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen pertumbuhan proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij).
3. Untuk mengetahui hasil kesimpulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi jika dianalisis dengan metode Overlay antara analisis LQ dan Shift Share.
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoristis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan di bidang pemerintahan dalam hal keuangan daerah. Selain itu diharapkan penelitian ini juga bermanfaat untuk memecahkan masalah dalam pembangunan daerah.
2. Manfaat Praktis Secara praktis atau terapan penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Ngawi.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
commit to user
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
Pendekatan masalah dilakukan berdasarkan teori dan konsep dari para ahli. Analisis teori dan konsep ini perlu dilakukan untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman yang ilmiah mengenai teori yang telah peneliti kelompokkan berdasarkan permasalahan yang ditemukan.
1. Ekonomi Regional
Analisis komposisi ekonomi wilayah merupakan bagian dari ilmu ekonomi regional. Ilmu ekonomi regional adalah ilmu ekonomi wilayah, menitik beratkan pada bahasan dimensi tata ruang/space/spatial. Mempelajari ilmu ini bertujuan untuk menentukan wilayah-wilayah yang sebaiknya dipilih untuk kegiatan ekonomi dan wilayah-wilayah yang tidak dipilih untuk kegiatan ekonomi. Peran ilmu ekonomi regional sangat penting untuk wilayah, karena dengan hasil analisis ilmu ini pemerintah dapat menetukan kebijakan awal perekonomian. Dengan demikian sektor yang dianggap strategis dan berdaya hasil yang besar dapat diperhatikan, serta dapat menyarankan kegiatan/komoditi yang perlu dijadikan unggulan dan di sub wilayah mana komoditi tersebut dapat dikembangkan.
Ekonomi regional atau ekonomi wilayah memiliki empat alat analisis untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah. Empat alat analisis tersebut adalah :
10
commit to user
a. Ketimpangan wilayah
b. Analisis komposisi
c. Analisis keterkaitan ekonomi
d. Analisis ketenagakerjaan. Berdasarkan empat alat analisis ekonomi wilayah tersebut, dititik beratkan pada analisis komposisi ekonomi. Alasan memilih analisis komposisi adalah untuk mengetahui produk unggulan wilayah serta pertumbuhan ekonominya. Pendekatan yang dilakukan penulis dalam analisis komposisi ekonomi adalah pada pendekatan nilai tambah atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah pada satu periode tertentu. PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dalam menghitung PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga barang dan jasa tahun berjalan, sedangkan pada PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar). Penghitungan PDRB saat ini menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Penggunaan tahun dasar ini ditetapkan secara nasional.
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang didapat atau diperoleh adalah :
commit to user
a. PDRB harga berlaku/nominal
1) Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah/propinsi. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar pula.
2) Menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh
penduduk suatu wilayah/propinsi.
b. PDRB harga konstan
1) Menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap
sektor ekonomi dari tahun ke tahun.
2) Mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan
luar negeri, perdagangan antara pulau/antar propinsi. Produk Domestik Regional Bruto dapat dihitung menggunakan tiga pendekatan (BPS, 2008:3-4), yaitu :
a. Pendekatan produksi (production approach) Menurut pendekatan ini, PDRB dihitung berdasarkan akumulasi nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah dalam waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun). Unit produksi tersebut dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha (sektor) yaitu :
1) Pertanian
2) Pertambangan dan Penggalian
3) Industri Pengolahan
4) Listrik, Gas dan Air Minum
commit to user
5) Konstruksi
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran
7) Angkutan dan Komunikasi
8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9) Jasa jasa.
b. Pendekatan pendapatan (income approach) PDRB menurut pendekatan ini, merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu.
c. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach). PDRB adalah semua komponen pengeluaran aktif seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor neto dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan pendekatan produksi (production approach), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi tahun 2010 menguraikan sektor-sektor PDRB berikut ini :
a. Sektor Pertanian Sektor pertanian mencakup segala usaha yang diperoleh dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, serta hasilnya akan dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri atau dijual kepada pihak lain.
commit to user
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Kegiatan pertambangan dan penggalian mencakup penggalian, pengeboran, penyaringan dan pengambilan segala macam barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam. Di kabupaten Ngawi belum ada kegiatan subsektor pertambangan, sehingga pada sektor ini hanya disumbang oleh subsektor penggalian.
c. Sektor Industri Pengolahan Kegiatan industri adalah kegiatan untuk mengubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Pengelompokan berdasarkan jumlah tenaga kerja, sektor ini dibagi menjadi 2 susektor yaitu susktor industri besar/sedang dengan jumlah tenaga kerja 20 arang atau lebih dan subsektor industri kecil/rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang.
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
1. Listrik Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh PLN maupun yang bukan dari PLN dan PLN pembangkit wilayah jawa timur.
2. Gas Komoditi yang dicakup dalam subsektor ini adalah gas produksi Perusahaan Negara Gas. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang
commit to user
digunakan diperoleh dari perusahaan tersebut. Kabupaten Ngawi karena belum ada perusahaan gas maka subsektor ini belum dihitung.
3. Air Bersih Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh dari laporan Perusahaan Air Minum Kabupaten Ngawi yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten Ngawi.
e. Sektor Konstruksi Sektor kostruksi mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi, eksplorasi minyak bumi maupun jaringan listrik, gas, air minum, telepon dan sebagainya.
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1) Perdagangan Subsektor perdagangan mencakup kegiatan membeli dan menjual barang, baik baru maupun bekas, untuk penyaluran/pendistribusian tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Subsektor perdagangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung.
commit to user
Perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga.
2) Hotel Subsektor hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagaian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan penginapan. Termasuk kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap.
3) Restoran Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha kegiatan penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan baik tempat tetap maupun tempat tidak tetap. Kegiatan subsektor ini antara lain rumah makan, warung nasi, warung kopi, kantin, tukang bakso, tukang es, penyediaan makanan dan minuman jadi serta usaha katering, pelayanan restoran kereta api dan kantin yang merupakan usaha sampingan.
g. Sektor Angkutan dan Komunikasi
1) Angkutan Kerata Api Kegiatan ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kereta api melalui jalan lintas khusus kereta api (rel). Kegiatan pengangkutan kereta api sepenuhnya dikelola oleh
commit to user
Perusahaan Umum Kerata Api secara monopoli. Pengangkutan barang menggunakan kereta oleh perusahaan seperti pengangkutan tebu dengan lori di pabrik gula tidak termasuk dalam kegiatan ini.
2) Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum angkutan jalan raya baik bermotor maupun tidak bermotor, meliputi bus, truk, taksi, mikrolet, becak, dokar dan sebagainya. Kendaraan tersebut dapat merupakan kendaraan wajib uji baik memakai plat nomor kuning (umum) maupun plat nomor hitam (pribadi) yang bertujuan untuk usaha komersial.
3) Jasa Penunjang Angkutan Jasa penunjang angkutan meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya. Kegiatan terminal dan parkir mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang. Kegiatan keagenan mencakup pelayanan keagenan barang dan penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan darat, udara, sungai maupun laut.
commit to user
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1) Bank Kegiatan yang mencakup dalam subsektor bank adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit, pengiriman (transfer), rekening koran, jual/beli surat berharga, jaminan bank dan tempat penyimpanan barang-barang berharga.
2) Lembaga Keuangan Bukan Bank
a) Asuransi Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko atas terjadinya kerugian finansial terhadap sesuatu barang atau jiwa manusia yang disebabkan oleh terjadinya musibah atau kecelakaan atas barang atau orang tersebut hingga mengakibatkan kematian.
b) Pegadaian
Kegiatan pegadaian mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang. Tugas pegadaian meliputi membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat. Kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada segolongan masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besar pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang yang dijaminkan.
commit to user
c) Koperasi Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum. Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini meliputi koperasi simpan pinjam baik yang berada di KUD maupun yang tidak di KUD.
3) Jasa Penunjang Keuangan Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi kegiatan berbagai kegiatan ekonomi antara lain perdagangan valuta asing, bursa efek dan perusahaan anjak piutang dan modal ventura.
4) Sewa Bangunan
a) Sewa Bangunan Bukan Tempat Tinggal Kegiatan subsektor ini mencakup kegiatan persewaan jual beli barang-barang tidak bergerak (bangunan dan tanah), termasuk agen real estate, broker, makelar yang mengurus persewaan, pembelian, penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas balas jasa atau kontrak.
b) Sewa Bangunan Tempat Tinggal
Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal oleg rumah tangga tanpa memperhatikan status kepemilikan rumah tersebut.
5) Jasa Perusahaan Subsektor ini meliputi kegiatan pemberian jasa yang pada umumnya melayani perusahaan seperti jasa hukum dan notaris, jasa akuntan dan
commit to user
pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa teknik dan arsitektur, jasa periklanan, jasa riset, jasa persewaan alat-alat dan jasa perusahaan lainnya.
i. Sektor Jasa-Jasa
1) Jasa Pemerintahan Umum Subsektor pemerintahan mencakup semua departemen dan bukan departemen, bdan tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan adminstrasi pemerintahan dan pertanahan. Termasuk juga kegiatan yang meliputi sekolah pemerintah, universitas pemerintah, rumah sakit pemerintah dan perpustakaan.
2) Jasa Swasta
3) Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Jasa sosial kemasyarakatan mencakup kegiatan jasa pendidikan, jasa kesehatan dan jasa sosial kemasyarakatan lainnya seperti panti asuhan dan panti wreda yang dikelola oleh swasta. Jasa pendidikan mencakup segala macam lembaga pendidikan swasta seperti play group sampai dengan perguruan tinggi. Termasuk kursus menjahit, menari, montir dan mengemudi. Jasa kesehatan mencakup lembaga kesehatan swasta seperti rumah sakit, rumah bersalin, poliklinik dan sejenisnya. Termasuk juga pelayanan kesehatan atas usaha sendiri seperti dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dokter hewan, psikiater, bidan tukang gigi dan dukun bayi.
commit to user
4) Jasa Hiburan dan Kebudayaan Kegiatan yang mencakup dalam subsektor jasa hiburan dan kebudayaan adalah seluruh kegiatan perusahaan/lembaga swasta yang bergerak dalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan. Termasuk juga pembuatan dan distribusi film, usaha pemutaran film, peyiaran radio dan televisi, produksi dan pertunjukan sandiwara, tari, museum serta jasa rekreasi lainnya seperti taman hiburan, objek wisata dan gelanggang olah raga.
5) Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Subsektor ini meliputi kegiatan yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (NTB) yang tercipta sebagai hasil proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah/region pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun. Rumus menghitung PDRB adalah sebagai berikut (BPS, 2008:8) :
PDRB = NTB sektor 1 + …..........… + NTB Sektor 9 ....... (2.1) Dari sisi pendekatan produksi (production approach), angka PDRB diperoleh dari hasil penghitungan total Nilai Produksi (kumulatif) seluruh sektor lapangan usaha perekonomian setelah dikurangi dengan Biaya Antara (biaya yang habis dalam proses produksi) yang disebut dengan Nilai Tambah Bruto (NTB). NTB dirumuskan sebagai berikut (BPS, 2008:9) :
commit to user
NTBi = Nilai Produksi (Output)i – Biaya Antara ................. (2.2) Sehingga dapat dirumuskan bahwa : PDRB = NTBi, ...................................................................... (2.3) Dimana i adalah sembilan sektor dalam PDRB, yaitu:
a. Pertanian
b. Pertambangan dan Penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Listrik, Gas dan Air Minum
e. Konstruksi
f. Perdagangan, Hotel dan Restoran
g. Angkutan dan Komunikasi
h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
i. Jasa jasa.
3. Pengertian Sektor Basis
Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996). Apabila sektor tersebut menjadi sektor basis (unggulan) sektor
commit to user
tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain, sebaliknya apabila sektor tersebut menjadi sektor non basis (bukan unggulan) sektor tersebut harus mengimpor produk sektor tersebut ke daerah lain.
North dalam Arsyad (1999) menyatakan bahwa sektor ekspor berperan penting dalam pembangunan daerah, karena sektor tersebut dapat memberikan konstribusi penting kepada perekonomian daerah, yaitu:
a. Ekspor akan secara langsung meningkatkan pendapatan faktor-faktor produksi dan pendapatan daerah,
b. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan terhadap produksi industri lokal yaitu industri yang produknya dipakai untuk melayani pasar di daerah.
Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan. Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan tingkat permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industriindustri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja.
4. Teori Sektor Basis Ekonomi
Dalam teori basis ekonomi (economic base) mengemukakan bahwa sebuah wilayah merupakan sebuah sistem sosio-ekonomi yang terpadu. Teori inilah yang mendasari pemikiran teknik Location Quotient, yaitu
commit to user
teknik yang membantu dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat keswasembadaan (Self-sufficiency) suatu sektor. Ada dua kerangka konseptual pembangunan daerah yang dipergunakan secara luas, (Azis,1994:96), yaitu :
a. Pertama adalah konsep basis ekonomi, teori basis ekonomi beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya akan meningkat melalui perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis (ekspor) dan sektor non basis (lokal).
b. Konsep kedua beranggapan bahwa perbedaan tingkat imbalan (rate of return ) diakibatkan oleh perbedaan dalam lingkungan atau prasarana, dari pada diakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio modal-tenaga. Dalam konsep ini, daerah terbelakang bukan karena tidak beruntung atau kegagalan pasar, tetapi karena produktivitasnya rendah. Namun tak banyak studi empirik yang mempergunakan konsep kedua ini, disebabkan kelangkaan data. Data yang lazim dipergunakan dalam studi empirik adalah metode location quotient.
Teori basis ekonomi digunakan sebagai dasar pemikiran teknik location quotient pada intinya adalah industri basis menghasilkan barang dan jasa baik untuk pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan hasil ke luar daerah itu mendatangkan arus pendapatan ke dalam daerah tersebut. Arus pendapatan menyebabkan baik kenaikan konsumsi maupun kenaikan investasi, dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja. Kenaikan pendapatan di
commit to user
daerah tidak hanya menaikkan permintaan terhadap hasil industri basis melainkan juga akan meningkatkan permintaan terhadap hasil industri lokal non basic, sehingga pada akhirnya akan menaikkan investasi di daerah tersebut. Oleh karena itu menurut teori basis ekonomi, ekspor daerah merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah, (Azis, 1994:96). Berdasarkan gagasan ini maka orang berpendapat bahwa industri-industri basislah yang patut dikembangkan di daerah.
Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk membagi daerah ke dalam kegiatan basis dan bukan basis (Azis, 1994:105) :
a. Metode langsung Metode ini mengukur basis dengan menggunakan survei standar dan kuesioner. Cara ini dapat menghindarkan digunakannya kesempatan kerja sebagai indikator. Tetapi metode ini memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar.
b. Metode tidak langsung Metode ini adalah metode location quotient dan cara pendekatan asumsi adhoc. Metode LQ juga digunakan dalam studi-studi basis empirik.
5. Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient (LQ) diterapkan pada masing-masing industri individual di daerah yang bersangkutan (dan bangsa sebagai keseluruhan sebagai norma referensi), dan konsumen yang lebih dari satu dipergunakan sebagai petunjuk adanya kegiatan ekspor (Tarigan, 2009:30). Asumsinya adalah bahwa, jika suatu daerah lebih berspesifik daripada
commit to user
bangsa yang bersangkutan dalam produksi suatu barang tertentu, maka daerah tersebut mengekspor barang sesuai dengan tingkat spesifikasinya dalam memproduksi barang tersebut. Jadi diasumsikan bahwa spesialisasi lokal dalam memproduksi mempunyai makna ekspor lokal dari produksi surplus.
6. Analisis Shift Share