61 b.
Untuk beberapa ruang yang dapat dikondisikan dengan penghawaan alami dapat menggunakan bukaan jendela atau lubang ventilasi yang memadai. Lubang ventilasi sebaiknya ditempatkan pada
kedua dinding ruang yang berseberangan sehingga memungkinkan terjadinya ventilasi silang dan memberikan kenyamanan di dalam ruang perpustakaan.
c. Pengudaraan buatan dapat diterapkan dengan memanfaatkan kipas angin atau exhaust van yang
dapat membantu pertukaran udara dalam ruangan, serta Air Conditioner juga dapat digunakan untuk mencapai suhu udara yang diinginkan.
d. Penempatan perabot dan benda-benda lain dalam ruangan perlu dipertimbangkan agar tidak
menghalangi aliran angin dalam ruangan. Rak buku harus ditempatkan pada posisi yang tidak menutupi lubang ventilasi. Selain itu bila perlu dilakukan penyekatan ruang, maka harus
dipertimbangkan agar tidak tercipta area yang tidak tercapai oleh aliran angin sehingga menjadi lebih panas atau pengap.
4.3.3 Sistem Jaringan Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari PDAM, yang akan didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Adapun system pendistribusiannya dapat dengan menggunakan up feed system dan
down feed system.
4.3.4 Sistem Pembuangan Air Kotor
a. Air kotor yang mengandung kotoran padat yang berasal dari kloset disalurkan ke septic tank.
b. Air kotor berupa cairan dari wastafel dilakukan treatment untuk menghasilkan air bersih kembali
untuk taman. c.
Air kotor dari air hujan disalurkan ke saluran kota dengan sistem saluran semi terbuka ditutup dengan grill.
4.3.5 Sistem Jaringan Listrik
Jaringan listrik ini menggunakan sumber energi berupa listrik dari PLN dan generator set sebagai sumber tenaga cadangan. Daya listrik ini melayani beban penerangan, pompa, penghawaan buatan, dan
mekanikal elektrikal lainnya.
4.3.6 Sistem Pembuangan Sampah
62 Pembuangan sampah pada bangunan pada umumnya adalah dengan menggunakan tempat
sampah, yaitu sampah dari masing-masing area atau lantai, dikumpulkan pada kantong-kantong sampah, kemudian dibuang melalui shaft sampah yang langsung sampai ke lantai dasar, di mana
terdapat penampungan sampah.
4.3.7 Sistem Pencegahan Kebakaran
Instalasi pemadam api pada bangunan tinggi menggunakan peralatan pemadam api instalasi tetap. Sistem deteksi awal bahaya Early Warning Fire Detection, yang secara otomatis memberikan
alarm bahaya atau langsung mengaktifkan alat pemadam. Terbagi atas dua bagian, yaitu system otomatis dan system semi otomatis.
Pada sistem otomatis, manusia hanya diperlukan untuk menjada kemungkinan lain yang terjadi. Sistem deteksi awal terdiri dari :
a.
Alat deteksi asap smoke detector Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di ruang tempat alat
tersebut dipasang. b.
Alat deteksi nyala api flame detector Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara menangkap sinar ultraviolet
yang dipancarkan nyala api tersebut. c.
Hydrant Kebakaran
•
Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Jumlah pemakaian hidran 1 satu buah per 800m2. Hidran ini dibagi
menjadi :
•
Hidran kebakaran dalam gedung. Selang kebakaran harus terbuat dari bahan yang tahan panas, dengan panjang 20-30 meter.
•
Hidran kebakaran di halaman. Hidran di halaman harus menggunakan katup pembuka dan mampu mengalirkan air 250 galonmenit atau 950 litermenit untuk setiap kopling.
d. Sprinkler
Alat ini akan bekerja bila suhu udara di ruangan mencapai 60°C-70°C. Penutup kaca pada sprinkler akan pecah dan menyemburkan air. Setiap sprinkler head dapat melayani luas area 10-
20m2 dengan ketinggian ruangan 3 meter.Jarak antara dua sprinkler head biasanya 4 meter di dalam ruangan dan 6 meter di koridor. Sprinkler biasanya diletakkan di dalam ruangan dan koridor.
e. Fire Extenghuiser
63 Berupa tabung yang berisi zat kimia, penempatan setiap 20-25 meter dengan jarak jangkauan seluas
200-250 cm.
4.3.8 Sistem Komunikasi