CHALARA LELYANI TAMBUNAN 21020110141039 BAB IV

(1)

43 BAB IV

PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

Pendekatan program perencanaan dan perancangan dimaksudkan sebagai dasar acuan yang akan dipakai dalam menyusun Landasan Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro, dengan prediksi perencanaan hingga tiga puluh mendatang. Dengan pendekatan-pendekatan tersebut diharapkan perencanaan dan perancangan Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro ini mampu mendekati desain yang baik, memenuhi kebutuhan dan fungsinya secara optimal serta selaras dengan lingkungan sekitar.

Adapun pendekatan program perencanaan dan perancangan Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro diuraikan dalam beberapa aspek, diantaranya:

4.1 Pendekatan Aspek Fungsional 4.1.1 Pendekatan Pelaku dan Aktivitas

Aktifitas yang terjadi pada UPT Perpustakaan UNDIP dapat dikelompokkan menjadi: a. Kelompok Aktifitas Pengelola

Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing bagian dari organisasi pengelola Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro adalah sebagai berikut

• Kepala UPT Perpustakaan bertugas sebagai pimpinan tertinggi dilingkungan Perpustakaan, memimpin seluruh kegiatan yang ada dan dilaksanakan oleh UPT Perpustakaan dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada pengguna sesuai dengan tugas dan fungsinya. • Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertugas memberikan pelayanan administrasi baik bagi staf

maupun bagi sivitas akademika yang meliputi surat menyurat, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga, dan pengelolaan data.

• Bidang Pengadaan Bahan Pustaka , bertugas menyiapkan data untuk pengadaan koleksi bahan pustaka yang dalam pelaksanaannya meliputi seleksi dan pengadaan, inventarisasi, dan pemeliharaan bahan pustaka.

• Bidang Pengolahan Bahan Pustaka, bertugas mengolah bahan pustaka khususnya buku dari awal hingga siap disajikan dan disebarluaskan. Dalam pelaksanaan kegiatan meliputi klasifikasi, katalogisasi, dan penyelesaian.


(2)

44

• Bidang Pelayanan Perpustakaan, bertugas memberikan pelayanan koleksi bahan pustaka khususnya buku yang meliputi pelayanan sirkulasi, pelayanan buku tandon/deposit, dan pelayanan referensi.

• Bidang Pelayanan Dokumentasi dan Informasi, bertugas memberikan pelayanan dokumentasi dan informasi kepada pengguna yang membutuhkan. Dalam pelaksanaan kegiatan meliputi: pelayanan serial, pelayanan koleksi khusus, dan pelayanan dokumentasi & bahan AVA.

• Bidang Kerjasama dan Publikasi Perpustakaan, yang dalam pelaksanaan kegiatan meliputi publikasi dan kerjasama perpustakaan.

• Kelompok Pustakawan, merupakan Forum Komunikasi pustakawan di lingkungan Universitas Diponegoro.

b. Kelompok Aktifitas Pengunjung/ Pengguna

Pengunjung merupakan pelaku utama pada Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro yang bertujuan untuk mencari dan menambah ilmu, mencari informasi, maupun menggunakan jasa Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro. Pengunjung terbagi menjadi pengunjung anggota (mahasiswa & dosen Universitas Diponegoro) dan pengunjung bukan anggota (masyarakat umum. Aktivitas kegiatan yang dilakukan pengunjung berdasarkan analisa adalah sebagai berikut :

• Kegiatan utama (cetak), yaitu mencari koleksi bahan pustaka, membaca koleksi bahan pustaka, kegiatan sirkulasi (meminjam atau mengembalikan bahan pustaka).

• Kegiatan utama (non-cetak), yaitu mencari informasi (browsing), menonton koleksi audio visual, mendengar koleksi audio.

• Kegiatan pendukung, seperti pengurusan kartu anggota, diskusi, seminar, pameran, penyimpanan barang, foto copy, menonton film.

• Kegiatan penunjang, seperti mengambil uang di ATM, ke toilet, sholat, makan dan minum, serta memarkirkan kendaraan.

4.1.2 Pendekatan Jumlah Pengguna, Pengelola dan Koleksi a. Pendekatan Kapasitas Pengelola

Pengelola Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro merupakan staf UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro, sehingga bagian atau bidang-bidang staf mengikuti struktur organisasi UPT Perpustakaan tersebut. Berikut ini jumlah pengelola tiap bidang:


(3)

45

Tabel 4.1 Data Pengelola UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro

No. Jabatan Jumlah

1. Kepala UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro 1 orang

2. Bidang Tata Usaha 1 kepala, 2 Staf

3. Bidang Pengadaan 1 kepala, 2 staf

4. Bidang Pengolahan 1 kepala, 6 staf

5 Bidang Pelayanan Perpustakaan 1 kepala, 10 staf 6. Bidang Dokumentasi dan Informasi 1 kepala, 1 staf 7. Bidang Kerjasama dan Publikasi 1 kepala, 1 staf 8. Karyawan

Keamanan 2 orang

Kebersihan 4 orang

Total 35 orang

Sumber : Analisis

b. Pendekatan Jumlah Pengunjung

Dalam menetapkan jumlah dan kapasitas dari fasilitas yang akan disediakan dalam Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro ini, maka akan dilakukan prediksi terhadap jumlah pengunjung Perpustakaan . Data yang dipergunakan hanya di tahun 2012-2014. Berikut akan dilakukan perhitungan prediksi jumlah pengunjung gedung Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro dengan menggunakan metode garis regresi yaitu dengan menggunakan time series dengan x sebagai variable waktu:

Tabel 4.2 Time Series Data Pengunjung UPT Perpustakaan UNDIP Tahun 2012-2014.

No Tahun Jumlah (P) x x2 Px

1 2012 26.871 -1 1 -26.871

2 2013 53.289 0 0 0

3 2014 49.822 1 1 49.822

Jumlah 129.982 0 2 22951

Sumber : UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro 2012-2014 Jumlah pengunjung pada tahun prediksi adalah:

P(t+y) = a+b.y (Cochran, 1977)

P(t+y) : jumlah pengunjung pada tahun (t+y) y : tambahan tahun terhitung dari tahun dasar


(4)

46 a = (∑P. ∑x2)-(∑x.∑Px) / (N.∑x2)-( ∑x)

b = (N. ∑Px)-( ∑x.∑P) / (N. ∑x

2

2 )-( ∑x) Karena ∑x=0, maka

2

a = (∑P. ∑x2) / (N. ∑x2 b = (N. ∑Px) / (N.∑x

) 2

dengan N : jumlah nilai data yang ada, sehingga: )

a = (129982x 2) / (3.2) = 259964 / 6 = 43327,3

b = (3 x 22951) / (3.2) = 68853 / 6

= 11475,5

Prediksi jumlah pengunjung perpustakaan tahun 2046 ialah: P(t+y)

P

= a+b.y (2046)

= 43327,3+ (378691,5) = 43327,3+ (11475,5. 33)

= 422018,8 dibulatkan 422.019 orang

Dengan demikian, jumlah prediksi pengunjung Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro pada tahun 2046 adalah sebanyak 422.019 orang dan rata-rata pengunjung perbulan adalah 35.169 orang. Prediksi tiap hari kunjungan (hari senin sampai dengan jumat) adalah: 35.169 orang / 20hari = 1759 orang. Dari hasil tersebut dapat diketahui kapasitas pengunjung untuk masing-masing ruang baca maupun ruang diskusi dengan perbandingan persentase berikut:

Tabel 4.3 Persentase Kapasitas Tempat Duduk Ruang Baca dan Ruang Diskusi

Ruang Persentase Jumlah

Ruang Baca Koleksi Sirkulasi 20% 352 Ruang Baca Koleksi Buku Tandon 8% 141

Ruang Baca Koleksi Referensi 8% 141

Ruang Baca Koleksi Serial 5% 88

Ruang Baca Koleksi Khusus 7% 123


(5)

47

Ruang Baca Khusus 20% 352

Ruang Diskusi 17% 299

Total 100% 1.759

Sumber : Analisis

c. Pendekatan Jumlah Koleksi

Gedung perpustakaan yang baik harus dapat menampung seluruh koleksi, staf, pengunjung saat ini dan mengantisipasi pertumbuhan setidaknya 30 tahun mendatang. Penambahan koleksi di tahun 2012 sebesar 2,7%, tahun 2013 sebesar 2,7% dan tahun 2014 sebesar 7,1%. Maka diambil persentase penambahan koleksi terbesar yaitu pada tahun 2014 yaitu 7,1%.

Tabel 4.4 Pendekatan Jumlah Koleksi Jenis Koleksi Jumlah

Awal (eks)

Penambahan Jumlah Setelah Penambahan

Koleksi Sirkulasi 130.036 7,1% 1.018.000 eks

Buku Tandon 54.971 7,1% 430.346 eks

Referensi 7.151 7,1% 55.982 eks

Koleksi Serial :

Jurnal cetak 732 100 jurnal, rata-rata terbit 2 kali setahun

6.732 eks

Majalah 675 15 eks per bulan, koleksi lama dijilid setahun 2 kali

2.700 jilid + 710 eks

Surat Kabar 22 6 eks per hari, koleksi lama dijilid per bulan

2.160 jilid +202 eks

Koleksi Khusus :

Tesis 5637 (penambahan koleksi

dalam bentuk digital)

5.637 eks

Disertasi 52 52

Karya Ilmiah 7.492 7.492

Koleksi Non Cetak 1.666 1% 3.018


(6)

48 4.1.3 Pendekatan Kebutuhan Ruang

4.1.3.1Kegiatan Utama

Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Utama

No. Kebutuhan Ruang 3 Ruang Katalog

Koleksi Sirkulasi 4 Ruang Petugas Layanan Serial

1 Ruang Koleksi Koleksi Khusus

2 Ruang Baca 1 Ruang Koleksi

3 Ruang Pelayanan Sirkulasi 2 Ruang Baca

4 Ruang Katalog 3 Ruang Katalog

Koleksi Buku Tandon 4 Ruang Petugas Layanan Koleksi Khusus

1 Ruang Koleksi Koleksi Non Cetak

2 Ruang Baca 1 Ruang Penyimpanan Koleksi Non

Cetak

3 Ruang Pelayanan Buku Tandon 2 Ruang Baca dan Akses Digital

4 Ruang Katalog 3 Ruang Audio Visual

4 Ruang Katalog

Koleksi Referensi 5 Ruang Petugas Layanan

1 Ruang Koleksi Ruang Baca Khusus

2 Ruang Baca Ruang Diskusi

3 Ruang Pelayanan Referensi Ruang Seminar 4 Ruang Katalog

Koleksi Serial

1 Ruang Koleksi 2 Ruang Baca Sumber : Analisis

4.1.3.2 Kelompok Kegiatan Penunjang

Tabel 4.6 Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Penunjang

No Kebutuhan Ruang

1 Lobby

2 Information Desk + Pelayanan Keanggotaan 3 Galeri


(7)

49 4 Ruang Pertemuan

5 Ruang penitipan barang 6 Ruang pelayanan fotocopy 7 Toko Buku

8 Foodcourt 9 Tenant 10 ATM center 11 Lavatory 12 Mushola

13 Ruang pelayanan ekstra/ corner Sumber : Analisis

4.1.3.3 Kegiatan Pengelola

Tabel 4.7 Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Pengelola

No Kebutuhan Ruang

1 Ruang Kepala UPT Perpustakaan 2 Ruang Bagian Tata Usaha 3 Ruang Bidang Administrasi 4 Ruang Bidang Pengadaan

5 Ruang Bidang Pengolahan Bahan Pustaka 6 Ruang Bidang Pelayanan

7 Ruang Bidang Dokumentasi dan Inormasi 8 Ruang Bidang Kerjasama dan Publikasi 9 Ruang Tamu

10 Ruang Rapat 11 Ruang Fumigasi 12 Gudang

13 Lavatory 14 Pantry 15 Mushola Sumber : Analisis


(8)

50 4.1.3.4 Kegiatan Servis

Tabel 4.8 Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Servis

No Kebutuhan Ruang

1 Ruang Genset 2 Ruang Panel Listrik 3 Ruang Chiller 4 Ruang AHU 5 Ruang Pompa 6 Loading Dock 7 Ruang Kontrol 8 Pos Keamanan Sumber : Analisis

4.1.4 Pendekatan Persyaratan Ruang a. Ruang Koleksi

Ruang ini memebutuhkan suhu udara berkisar 20-25ºC, dengan tingkat kelembaban udara 45-55%. Penggunaan kaca filter ultraviolet untuk menghindari kontak langsung bahan pustaka dengan sinar matahari, sedangkan penerangan buatan langsung maupun tidak langsung digunakan untuk keawetan bahan putaka. Untuk koleksi langka atau kuno, suhu 17-19ºC kelembaban 49%-55%, dan untuk koleksi mikrofilm tingkat kelembaban udara 20-21%.

b. Ruang Baca

Sistem penerangan yang digunakan adalah sistem penerangan alami untuk mendapatkan penerangan yang bersifat lebih natural. Sistem penghawaan yang digunakan dengan ventilasi buatan (AC) memiliki suhu antara 20-25ºC.

c. Ruang Fumigasi

Ruang yang digunakan pada saat-saat tertentu bertujuan untuk membasmi jamur pada bahan pustaka agar keawetan terjaga dengan menggunakan bahan kimia khusus. Ruangan ini dirancang dengan mempertimbangkan keamanan pemakaian utilitasnya (saluran pembuangan gas).

d. Ruang Audiovisual

Pertimbangan persyaratan khusus sebuah ruang untuk display audiovisual, baik sistem penerangan, akustik, serta dimensi peralatan.


(9)

51

Ruang cinema lebih ditekankan pada aspek penerangan, akustik, dan desain perabot yang ergonomis.

4.1.5 Pendekatan Hubungan Ruang dan Sirkulasi

Pendekatan sirkulasi perpustakaan dibagi berdasarkan beberapa faktor, antara lain: 1. Berdasarkan jenis pelaku aktifitas

Sirkulasi pelaku/manusia, (sirkulasi pengunjung dan pengelola)

Gambar 4.1 Sirkulasi Pengelola Sumber: Analisis R. Parkir Pengelola

Entrance

Ruang Penunjang Ruang Kegiatan Utama

Ruang Teknis

Ruang Tamu Ruang Kegiatan Pengelola

Ruang Rapat R. Bid Pelayanan R. Bidang Dokinfo R. Bid Kerjasama &

Publikasi Gudang Lavatory R. Kepala Perpustakaan

R. Bag Tata Usaha R. Bid Administrasi R. Bid Pengadaan R. Bid Pengolahan

Pantry Mushola


(10)

52

Ruang Bagian Pengadaan

Ruang Bagian Penggolahan

Ruang Koleksi &

Layanan Ruang Bagian Pengadaan atau Ruang

Koleksi • Sirkulasi Bahan Pustaka

Gambar 4.3 Sirkulasi Bahan Pustaka Sumber: Analisis

R. Keg. Pendukung Information Desk R. Penitipan Barang

R. Fotocopy R. Baca Khusus R. Belajar Mandiri

R. Diskusi R. Seminar R. Pertemuan Ruang Kegiatan Uama

R. Koleksi Sirkulasi R. Koleksi Buku Tandon

R. Koleksi Refrensi R. Koleksi Serial R. Koleksi Khusus R. Koleksi Non Cetak

Parkir Pengunjung

Main Entrance

Ruang Pengelola

Ruang Kegiatan Penunjang Lobby

Pengadaan Inventarisasi

Klasifikasi Katalogisasi

Penyusunan Pelayanan pengguna Pemeliharaan

Gambar 4.2 Sirkulasi Pengunjung Sumber: Analisis


(11)

53 2. Berdasarkan arah sirkulasi

• Sirkulasi vertikal, (ramp, booklift dan tangga).

• Sirkulasi horizontal, (hall, koridor, selasar dan pedestrian way).

4.1.6 Program Ruang

Adapun acuan yang dipakai untuk menentukan standar ruang dari masing-masing kegiatan adalah melalui literatur dan studi lapangan yaitu :

1. Architect’s Data, Ernst Neufert, John Wiley and Sons, New York, 1980. (DA)

2. Planning Academic and Research Library Building, Keyes D Metchalf, McGraw Hill Book Company,1965. (KM)

3. Time Saver Standarts for Building Types, Joseph de Chiara and john Calendaer. 1981, MC Graw Hiil Book Company, New York. (TS)

4. Studi Banding lainnya (SB) 5. Analisa Studi Ruang (AS)

6. Dasar Perencanaan Gedung Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesi, Poole, Frazer G. 1981.(P)

Tabel 4.9 Program Ruang Luas Bangunan

No Nama Ruang Kapasitas Besaran Total Sumber

Ruang Utama 1 Koleksi Sirkulasi

Ruang Koleksi 1.018.000 buku (1.358 rak)

3,65 m2 per 750 vol 4956,7 m (6 tingkat rak)

KM 2

Ruang Baca 70% x 352 = 246 orang

1,15 m2 282,9 m2 KM

Ruang Pelayanan 4 orang 11 m2 44 m2 P

Ruang Katalog 5 unit 1 m2 5 m2 AS

Sirkulasi 30% 1586,58 Total Ruang Koleksi Sirkulasi 6875,18 m2 2 Koleksi Buku Tandon

Ruang Koleksi 430.346 buku (574 rak)

3,65 m2 per 750 vol 2095,1 m (6 tingkat rak)

KM 2

Ruang Baca 141 orang 1,15 m2 162,15m2 KM

Ruang Pelayanan 2 orang 11 m2 22 m2 P


(12)

54

Sirkulasi 30 % 684,675 Total Ruang Koleksi Buku Tandon 2966,92 m2 3 Koleksi Referensi

Ruang Koleksi 55.982 buku (75 rak)

3,65 m2 per 750 vol 273,75m (6 tingkat rak)

KM 2

Ruang Baca 141 orang 1,15 m2 162,15m2 KM

Ruang Pelayanan 2 orang 11 m2 22 m2 P

Ruang Katalog 3 unit 1 m2 3 m2 AS

Sirkulasi 30 % 138,27 Total Ruang Koleksi Buku Referensi 599,17 m2 4 Koleksi Serial

Ruang Koleksi Baru

• Majalah 15 majalah (1 rak) 1 rak 15 eks, 0,5 m² 0,5 m2 SB • Surat Kabar 6 surat kabar (2 rak) 1 rak 5 eks, 0,35 m² 0,7 m2 SB • Jurnal 100 eks (2 rak) 1 rak 48eks, 1,15m² 2,3 m2 SB Ruang Koleksi Lama Terjilid

• Majalah 2700 jilid (16 rak) + 710 eks (4 rak)

175 jilid/ rak 0,9 m² 18 m2 SB • Surat Kabar 2160 jilid (21 rak) +

202 eks (1 rak)

105 jilid / rak 0,9m² 19,8 m2 SB • Jurnal 6732 eks (39 rak) 175 eks/ rak 0,9 m² 4,5 m2 SB

Ruang Baca 88 orang 3,7 m2 325,6m2 KM

Ruang Pelayanan 2 orang 11 m2 22 m2 P

Ruang Katalog 2 unit 1 m2 2 m2 AS

Sirkulasi 30 % 118,62 Total Ruang Koleksi Serial 514,02 m2 5 Koleksi Khusus

Ruang Koleksi 13.181 eks (18 rak)

3,65 m2 per 750 vol 65,7 m (6 tingkat rak)

KM 2

Ruang Baca 123 orang 3,7 m2 455,1m2 KM

Ruang Pelayanan 1 orang 11 m2 11 m2 P

Ruang Katalog 3 unit 1 m2 3 m2 AS

Sirkulasi 30 % 160,44 Total Ruang Koleksi Khusus 695,24 m2 6 Koleksi Non Cetak

Ruang Koleksi 3018 keping (6 rak)

0,52m2 (500 keping 3,12m VCD)

DA 2

Ruang Akses Digital 233 orang 2,8 m2 652,4 m2 P

Ruang Audio Visual 30 orang x 4,6 m2 138 m2 KM

Ruang Katalog 1 unit 1 m2 1 m2 AS


(13)

55

Sirkulasi 30 % 241,656 Total Ruang Non Cetak 1047,17 m2 7 Ruang Baca Khusus

Ruang baca carrel 30% x 352 = 106 2,3 m2 243,8m2 P

Ruang baca grup 70% x 352= 246 2,1 m2 516,6 m2 P

Sirkulasi 30 % 228,12 Total Ruang Baca Khusus 988,52 m2 8 Ruang Diskusi

Diskusi 4 orang 4 orang x 30 3,5 m2/ orang 420m2 P

Diskusi 6orang 6 orang x 20 3,2 m2/ orang 384 m2 P

Diskusi 12orang 12 orang x 5 3,2 m2/ orang 192 m2 P

Sirkulasi 30 % 298,8 m2 Total Ruang Diskusi 1294,8 m2 9 Ruang Seminar

R. Seminar A 40 orang x 2 unit 2,0 m2/ orang 160 m2 P

R. Seminar B 70 orang 2,0 m2/ orang 140 m2 P

R. Seminar C 100 orang 2,0 m2/ orang 200 m2 P

Lobby R. Seminar 100 m2 AS

Sirkulasi 30 % 180 m2 Total Ruang Seminar 780 m2 Jumlah 15761,02m2 Sirkulasi 30 % 4728,306m2 Total Luas Ruang Utama 20489,32m2 Ruang Penunjang

1 Lobby 10% x 1125 =112 0,8 m2/ orang 90m2 DA

2 Hall 1125 orang 300 m2 AS

3 Information Desk & Pelayanan

Keanggotaan

2 orang 0,8 m2/ orang 1,6 m2 DA

1 meja 1,65 m2 1,65 m2 DA

1 kursi 0,24 m2 0,48 m2 DA

Sirkulasi 40% 1,492 m2 Total Dibulatkan 6 m2

4 Ruang Pertemuan 250 orang 500 m2 DA

5 Galeri 200 m2 AS

6 Ruang Penitipan Barang

Loker 75 unit 1,9m2 142,5 m2 DA

Petugas 2 orang 1.8 m2/orang 3,6 m2 DA

Sirkulasi 30 % 43,8 m2 Total Dibulatkan 190 m2 7 Ruang Pelayanan

Fotocopy

4 unit 5 m2/ unit 20 m2 DA

8 Lavatory

Lavatory Pria 2 toilet 1,5 m2 3 m2 DA

3 urinoir 0,88 m2 2,64 m2 DA


(14)

56

Sirkulasi 40% 3,264 m2 Dibulatkan 14 m2

Lavatory Wanita 5 toilet 1,5 m2 7,5 m2 DA

3 wastafel 0,84 m2 2,52 m2 DA

Sirkulasi 40% 4,08 m2 Dibulatkan 14m2 1 unit setiap lantai (5

lantai)

5 unit lv pria 5 unit lv wanita

Total 140 m2

9 R. Pel. Ekstra/Corner 3 unit 30 m2/ unit 90 m2 AS

10 Musholla 100 orang 1,25 m2 125 m2 AS

5 t. wudhu pria 1 m2 5 m2 AS

5 t. wudhu wanita 1 m2 5m2 AS

Sirkulasi 40% 54 m2 Total Dibulatkan 189 m2

11 Toko Buku 1 unit 80 m2 80 m2 SB

12 Food Court

Ruang Makan 100 orang 1,25 m2 / orang 125 m2 DA

Dapur/Kios 5 unit 10 m2 50 m2 DA

Sirkulasi 30% 52,5 m2 Total Dibulatkan 250 m2

13 ATM Corner 3 unit 4 m2 12 m2 DA

14 Tenant 5 unit 20m2 100 m2 AS

Jumlah 2167m2 Sirkulasi 30 % 650 m2 Total Luas Ruang Penunjang 2817 m2 Ruang Pengelola

1 Ruang Kepala UPT Perpustakaan

1 orang 60 m2 60 m2 SB

2 Bidang Tata Usaha

Ruang Kepala 1 orang 12 m2 12 m2 DA

Ruang Staf Subbid 2 orang 9 m2 18 m2 DA

Sirkulasi 30% 9 m2 Total Dibulatkan 40 m2 3 Bidang Administrasi

Ruang Kepala 1 orang 12 m2 12 m2 DA

Ruang Staff Subbid 2 orang 9 m2 18 m2 DA

Sirkulasi 30% 9 m2 Total Dibulatkan 40 m2 4 Bidang Pengadaan

Ruang Kepala 1 orang 12 m2 12 m2 DA

Ruang Staff Subbid 2 orang 9 m2 18 m2 DA

Sirkulasi 30% 9 m2 Total Dibulatkan 40 m2 5 Bidang Pengolahan


(15)

57

Ruang Staff Subbid 6 orang 9 m2 54 m2 DA

Sirkulasi 30% 19,8 m2 Total Dibulatkan 86 m2 6 Bidang Pelayanan

Ruang Kepala 1 orang 12 m2 12 m2 DA

Ruang Staff Subbid 10 orang 9 m2 90 m2 DA

Sirkulasi 30% 30,6m2 Total Dibulatkan 133m2 7 Bidang Dokumentasi dan Informasi

Ruang Kepala 1 orang 12 m2 12 m2 DA

Ruang Staff Subbid 1 orang 9 m2 9 m2 DA

Ruang Digitalisasi Koleksi

1 unit 60 m2 60 m2 SB

Sirkulasi 30% 24,3m2 Total Dibulatkan 106m2 8 Bidang Pelayanan

Ruang Kepala 1 orang 12 m2 12 m2 DA

Ruang Staff Subbid 1 orang 9 m2 9 m2 DA

Sirkulasi 30% 6,3 m2 Total 28m2

9 Ruang Tamu 2 Sofa Tamu (3 seat) 1,08 m2 2,16 m2 TS

4 Sofa Tamu (1 seat) 0,36 m2 1,44 m2 TS

2 Meja Tamu 0,9 m2 1,8 m2 TS

Sirkulasi 50% 2,7 m2 Total Dibulatkan 20 m2

10 Ruang Rapat 10 orang 0,8 m2 8 DA

10 kursi 0,24 m2 2,4 m2 DA

1 meja 6 m2 6 m2 DA

Sirkulasi 40% 12,56m2 Total Dibulatkan 45m2

11 Musholla 8 orang 1,25 m2 10 m2 AS

2 t. wudhu pria 1 m2 2 m2 AS

2 t. wudhu wanita 1 m2 2m2 AS

Sirkulasi 40% 5,28 m2 Total Dibulatkan 20 m2 12 R. Istirahat Staf

Pantry 1 unit 5,4 m2 5,4 m2

R. makan/ istirahat 10 orang 2,5 m2 25 m2

Sirkulasi 50% 15,2 m2 Total Dibulatkan 50 m2

13 R. Fumigasi 1 unit 40 m2 40 m2 SB

14 Gudang Buku 1 unit 50 m2 50 m2 SB

15 Gudang ATK 1 unit 48 m2 48 m2 SB

16 Janitor dan Gudang Kebersihan

1 unit 20 m2 20 m2 SB


(16)

58

Sirkulasi 30 % 247,8 Total Luas Ruang Pengelola 1.073,8 m2 Ruang Servis

1 Ruang Genset 1 unit 16 m2 16 m2 SB

2 Ruang Panel Listrik 1 unit 9 m2 9 m2 SB

3 Ruang Chiller 1 unit 10 m2 10 m2 SB

4 Ruang AHU 1 unit 5 lantai 9 m2 45 m2 SB

5 Ruang Pompa (Air Bersih + Pemadam Kebakaran)

1 unit 16 m2 16 m2 SB

6 Loading Dock 1 unit 20 m2 20 m2 SB

7 Ruang Kontrol 1 unit 12 m2 12 m2 SB

8 Lift Umum 2 unit 3,06 m2 6,12 m2 DA

9 Lift Barang 1 unit 2,431 m2 2,431 m2 DA

10 Tangga Tiap lantai Tiap lantai 19,95 m2 19,95 m2 KM

11 Tangga Darurat Tiap lantai 32 m2 32 m2 AS

12 Shaft Sampah 1 unit 5 lantai 1,5 m2 7,5 m2 DA

13 Pos Keamanan 2 orang 4 m2 8 m2 SB

Jumlah 204 m2 Sirkulasi 30% 61,2 m2 Total Luas Ruang Servis 265,2 m2

Total 24645,32 m2 Sirkulasi antar ruang 30% 7393,56 m2 Total Luas Lantai Bangunan 32038,9m2 Sumber : Analisis

Kapasitas parkir untuk pengelola sesuai jumlah staf dan karyawan UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro yaitu 35 orang (asumsi 5 mobil dan 30 motor). Sedangkan untuk kapasitas parkir

pengunjung, asumsikan bahwa telah disediakan fasilitas transportasi kampus berupa bus, sehingga hanya disediakan 25 kantung parkir mobil dan 150 kantung parkir motor.

Tabel 4.10 Program Ruang Untuk Parkir

Ruang Parkir

1 Parkir Pengelola 5 mobil 3 m x 5 m/unit 75 m2 DA

30 motor 0,75m x 2m/unit 45 m2 DA

Sirkulasi 100% 120 m2

Total 240 m2

2 Parkir Pengunjung 25 mobil 3 m x 5 m/unit 375 m2 DA

150 motor 0,75m x 2m/unit 225 m2 DA

Sirkulasi 100% 600 m2

Total 1200 m2 Total Luas Ruang Parkir 1440 m2 Sumber : Analisis


(17)

59 4.2 Pendekatan Aspek Kontekstual

Lokasi rencana Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro berada di dekat pintu masuk wilayah kampus Universitas Diponegoro.

Gambar 4.3 Tapak Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Semarang

Luas: ± 18.000 m

KDB 40%, GSB 17 meter 2

Batas-Batas:

• Sebelah Utara : Kampus Fakultas FISIP • Sebelah Timur: Gedung PKM Baru • Sebelah Selatan: Lahan Kosong • Sebelah Barat: Permukiman warga 4.3 Pendekatan Aspek Kinerja

4.3.1 Sistem Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting bagi perpustakaan. Dengan pemilihan penerangan yang tepat akan memberikan kenyamanan dan keawetan pada buku. Besar pengaturan pencahayaan untuk perpustakaan adalah sebagai berikut:

- Area baca (majalah dan surat kabar) 200 lumen

- Meja baca (ruang baca umum) 400 lumen

- Meja baca 9 ruang baca rujukan 600 lumen


(18)

60

- Area pengolahan 400 lumen

- Area akses tertutup (closed access) 100 lumen

- Area koleksi buku 200 lumen

- Area kerja 400 lumen

- Area pandang dengar 100 lumen

Terdapat dua sistem penerangan yang dapat dimanfaatkan, yaitu : 1. Penerangan alami

Pada area atau ruang-ruang tertentu tidak memerlukan penerangan buatan pada siang hari, sehingga dibutuhkan penerangan alami. Penerangan alami didapat dari bukaan dinding seperti jendela, dinding kaca, maupun skylight. Sedangkan untuk silau yang ditimbulkan dari sinar matahari dapat dicegah atau dikurangi menggunakan sun shading atau peredam panas/sinar.

2. Penerangan buatan

Penerangan buatan digunakan pada ruang-ruang yang tidak dapat diterangi oleh sinar matahari, ketika sinar matahari berkurang karena cuaca, atau sebagai penerangan di malam hari. Penerangan buatan pada siang hari utamanya digunakan pada ruang-ruang dengan fungsi khusus.

Sistem penerangan buatan yang digunakan ada 2 macam, antara lain : a. Sistem penerangan umum

Sistem penerangan ini memberikan sistem penerangan yang tersebar merata ke seluruh ruangan. Sistem ini baik digunakan untuk ruangan yang luas dengan aktivitas yang sama. b. Sistem penerangan khusus

Pada sistem ini cahaya diarahkan secara khusus pada tempat tertentu. Digunakan untuk bagian ruang yang memerlukan penerangan lebih dibandingkan yang lain.

4.3.2 Sistem Penghawaan / Pengkondisian Ruang

Penataan ruang perpustakaan harus dapat memungkinkan pengkondisian udara yang baik, sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna yang berkegiatan. Beberapa prinsip di bawah ini dapat diupayakan untuk mencapai kondisi pengudaraan yang baik:

a. Idealnya sebuah ruang perpustakaan memiliki suhu ruang 20-25°C dan kelembaban berkisar 45-55% untuk ruang koleksi buku dan 20-21% untuk ruang koleksi microfilm. Karena kondisi tersebut sangat sulit dicapai pada iklim tropis di Indonesia hanya dengan mengandalkan penghawaan alami, maka sistem penghawaan buatan dapat diterapkan juga untuk mencapai kenyamanan bagi pengguna.


(19)

61

b. Untuk beberapa ruang yang dapat dikondisikan dengan penghawaan alami dapat menggunakan bukaan jendela atau lubang ventilasi yang memadai. Lubang ventilasi sebaiknya ditempatkan pada kedua dinding ruang yang berseberangan sehingga memungkinkan terjadinya ventilasi silang dan memberikan kenyamanan di dalam ruang perpustakaan.

c. Pengudaraan buatan dapat diterapkan dengan memanfaatkan kipas angin atau exhaust van yang dapat membantu pertukaran udara dalam ruangan, serta Air Conditioner juga dapat digunakan untuk mencapai suhu udara yang diinginkan.

d. Penempatan perabot dan benda-benda lain dalam ruangan perlu dipertimbangkan agar tidak menghalangi aliran angin dalam ruangan. Rak buku harus ditempatkan pada posisi yang tidak menutupi lubang ventilasi. Selain itu bila perlu dilakukan penyekatan ruang, maka harus dipertimbangkan agar tidak tercipta area yang tidak tercapai oleh aliran angin sehingga menjadi lebih panas atau pengap.

4.3.3 Sistem Jaringan Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM, yang akan didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Adapun system pendistribusiannya dapat dengan menggunakan up feed system dan down feed system.

4.3.4 Sistem Pembuangan Air Kotor

a. Air kotor yang mengandung kotoran padat yang berasal dari kloset disalurkan ke septic tank.

b. Air kotor berupa cairan dari wastafel dilakukan treatment untuk menghasilkan air bersih kembali untuk taman.

c. Air kotor dari air hujan disalurkan ke saluran kota dengan sistem saluran semi terbuka (ditutup dengan grill).

4.3.5 Sistem Jaringan Listrik

Jaringan listrik ini menggunakan sumber energi berupa listrik dari PLN dan generator set sebagai sumber tenaga cadangan. Daya listrik ini melayani beban penerangan, pompa, penghawaan buatan, dan mekanikal elektrikal lainnya.


(20)

62

Pembuangan sampah pada bangunan pada umumnya adalah dengan menggunakan tempat sampah, yaitu sampah dari masing-masing area atau lantai, dikumpulkan pada kantong-kantong sampah, kemudian dibuang melalui shaft sampah yang langsung sampai ke lantai dasar, di mana terdapat penampungan sampah.

4.3.7 Sistem Pencegahan Kebakaran

Instalasi pemadam api pada bangunan tinggi menggunakan peralatan pemadam api instalasi tetap. Sistem deteksi awal bahaya (Early Warning Fire Detection), yang secara otomatis memberikan alarm bahaya atau langsung mengaktifkan alat pemadam. Terbagi atas dua bagian, yaitu system otomatis dan system semi otomatis.

Pada sistem otomatis, manusia hanya diperlukan untuk menjada kemungkinan lain yang terjadi. Sistem deteksi awal terdiri dari :

a.

Alat deteksi asap (smoke detector)

Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di ruang tempat alat tersebut dipasang.

b. Alat deteksi nyala api (flame detector)

Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara menangkap sinar ultraviolet yang dipancarkan nyala api tersebut.

c. Hydrant Kebakaran

Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Jumlah pemakaian hidran 1 (satu) buah per 800m2. Hidran ini dibagi menjadi :

Hidran kebakaran dalam gedung. Selang kebakaran harus terbuat dari bahan yang tahan panas, dengan panjang 20-30 meter.

Hidran kebakaran di halaman. Hidran di halaman harus menggunakan katup pembuka dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.

d. Sprinkler

Alat ini akan bekerja bila suhu udara di ruangan mencapai 60°C-70°C. Penutup kaca pada sprinkler akan pecah dan menyemburkan air. Setiap sprinkler head dapat melayani luas area 10-20m2 dengan ketinggian ruangan 3 meter.Jarak antara dua sprinkler head biasanya 4 meter di dalam ruangan dan 6 meter di koridor. Sprinkler biasanya diletakkan di dalam ruangan dan koridor. e. Fire Extenghuiser


(21)

63

Berupa tabung yang berisi zat kimia, penempatan setiap 20-25 meter dengan jarak jangkauan seluas 200-250 cm.

4.3.8 Sistem Komunikasi

Berdasarkan penggunaannya, sistem telekomunikasi dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : a. Komunikasi Internal

Komunikasi yang terjadi dalam satu bangunan. Alat komunikasi ini antara lain menggunakan LAN (Lokal Area Network) dan sistem komunikasi telepon antar ruang Biasanya digunakan untuk komunikasi antar pengelola atau bagian keamanan.

b. Komunikasi Eksternal

Komunikasi dari dan keluar bangunan. Alat komunikasi ini dapat berupa telepon PABX, internet, dan faximile. Biasanya digunakan untuk komunikasi keluar oleh pengelola.

4.3.9 Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir yang digunakan harus mampu melindungi bangunan dan lingkungan perpustakaan dari bahaya petir. Terdapat dua sistem penangkal petir, yaitu:

a. Sistem Franklin. Prinsip kerjanya adalah melindungi isi kerucut yang jari-jari alasnya sama dengan tinggi kerucut.

b. Sistem faraday. Sistem yang banyak dipakai berupa tiang-tiang 30 cm, yang saling dihubungkan dengan kawat dan kabel tembaga sebagai penghantar aliran listrik ke tanah.

4.3.10 Sistem Keamanan

Sistem pengamanan terhadap tindak kriminal (pencurian), antara lain dengan:

a. RFID (Radio Frequency Identification), poses pembacaannya tidak perlu kontak langsung dengan obyek yang dibaca. Karena reader otomatis akan menghasilkan frekuensi radio magnetik yang dipancarkan oleh antena pada area tertentu dimana kartu tag tersebut ditempel. Selain itu, adanya tag anti pencurian (anti-thef) dan kemampuan untuk menyimpan data lebih banyak daripada yang dapat disimpan oleh barcode (Fatmawati,2010).

b. CCTV (Central Cirucuit Television), cara ini dengan memasang kamera pada sudut-sudut tertentu untuk mendeteksi keadaan. Untuk pengoperasiannya memerlukan ruang pengawas dan operatornya.


(22)

64 4.3.11 Sistem Transportasi Vertikal

Kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung, termasuk sarana transportasi vertikal berupa penyediaan tangga, ramp, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan dalam bangunan gedung. Dalam perencanaan bangunan perpustakaan ini, pendekatan transportasi vertikal meliputi:

a. Tangga, memiliki keuntungan dapat digunakan setiap saat, tidak seperti elevator/lift yang sangat tergantung terhadap ketersediaan tenaga penggeraknya. Kekurangannya adalah pengguna akan mengeluarkan tenaga lebih banyak untuk menaiki tangga. Penempatannya harus mudah terlihat dan dijangkau dengan radius pelayanan maksimal 25 meter dengan lebar minimum 1.5 meter. Tangga terdiri dari dua jenis yaitu tangga biasa dan tangga darurat (ketika terjadi kecelakaan. b. Lift, merupakan sarana sirkulasi vertikal yang menggunakan tenaga penggerak berupa listrik, secara

dua sistem yaitu sistem katrol ataupun sistem hidrolik (maksimum hanya sampai 17- 34 m). Lift dipisahkan antara lift manusia (lift darurat dan lift panorama) dan lift barang. Lift manusia dibedakan menjadi lift kecil(400kg), lift sedang (630 kg) dan lift besar (1000 kg). Lift memiliki fasilitas tombol rendah bagi pemakai kursi roda serta memiliki cadangan energy apabila listrik mati dan saluran telekomunikasi ke bagian keamanan di luar lift. Ruang di depan lift minimal harus sebesar ruang di dalam lift. Lift darurat memiliki kemapuan tahan api dan hawa panas, dengan adanya sistem cadangan energy (ketika listrik mati). Lift panorama merupakan lift yang memiliki dinding kaca sehingga dapat menarik perhatian, lift ini memberikan perjalanan tanpa sentakan, perlahan, tenang dalam jangkauan kecepatan. Memiliki bahan kaca dengan baja yang digosok, disikat atau berkilat, ataupun kuningan atau perunggu sebagai tambahan. Untuk lift barang (dumb waiter), dipakai untuk barang-barang kecil, dokumen, makanan, dan lain-lain yang tidak mudah masuk (Neufert,1996)

c. Ramp, digunakan untuk pengguna bangunan khususnya para penyandang cacat dan kepentingan kemudahan pemindahan materi. Penempatannya mudah terjangkau oleh pengunjung dan pengelola.

4.4 Pendekatan Aspek Teknis

Untuk struktur, dibedakan menajdi dua bagiannya yaitu:

a. Up struktur: biasa digunakan struktur rangka yang terdiri dari balok dan kolom. Perencanaandan perancangan struktur harus kuat dan kekar (rigid) untuk mengantisipasi daya vertikal dan horizontal.


(23)

65

b. Sub struktur: dapat menggunakan pondasi umpak, pondasi rakit, dan pondasi tiang. Untuk bangunan di atas tiga lantai harus menggunakan pondasi tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor, sedangkan bangunan satu atau dua lantai dapat menggunakan pondasi telapak dari batu kali.

4.5 Pendekatan Aspek Arsitektural

Pendekatan aspek arsitektural Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro harus sesuai dengan perannya sebagai fasilitas pendukung utama visi UNDIP sebagai universitas riset dan letaknya di kawasan sebagai pusat kampus. Hal tersebut dapat dicapai dengan perlakuan khusus yaitu universal design terhadap seluruh elemen bangunan yang ada. Elemen tersebut antara lain:

• Site Landscaping

• Kenyamanan aksesbilitas

• Ukuran dan detail, baik railing, pintu, rak buku, dll • Susunan dan pembagian ruang dalam

Perancangan yang tanggap dengan penggunanya tentu saja melibatkan semua elemen baik eksterior maupun interior. Untuk itu diperlukan sebuah perlakuan yang khusus.


(1)

60

- Area pengolahan 400 lumen

- Area akses tertutup (closed access) 100 lumen

- Area koleksi buku 200 lumen

- Area kerja 400 lumen

- Area pandang dengar 100 lumen

Terdapat dua sistem penerangan yang dapat dimanfaatkan, yaitu : 1. Penerangan alami

Pada area atau ruang-ruang tertentu tidak memerlukan penerangan buatan pada siang hari, sehingga dibutuhkan penerangan alami. Penerangan alami didapat dari bukaan dinding seperti jendela, dinding kaca, maupun skylight. Sedangkan untuk silau yang ditimbulkan dari sinar matahari dapat dicegah atau dikurangi menggunakan sun shading atau peredam panas/sinar.

2. Penerangan buatan

Penerangan buatan digunakan pada ruang-ruang yang tidak dapat diterangi oleh sinar matahari, ketika sinar matahari berkurang karena cuaca, atau sebagai penerangan di malam hari. Penerangan buatan pada siang hari utamanya digunakan pada ruang-ruang dengan fungsi khusus.

Sistem penerangan buatan yang digunakan ada 2 macam, antara lain : a. Sistem penerangan umum

Sistem penerangan ini memberikan sistem penerangan yang tersebar merata ke seluruh ruangan. Sistem ini baik digunakan untuk ruangan yang luas dengan aktivitas yang sama. b. Sistem penerangan khusus

Pada sistem ini cahaya diarahkan secara khusus pada tempat tertentu. Digunakan untuk bagian ruang yang memerlukan penerangan lebih dibandingkan yang lain.

4.3.2 Sistem Penghawaan / Pengkondisian Ruang

Penataan ruang perpustakaan harus dapat memungkinkan pengkondisian udara yang baik, sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna yang berkegiatan. Beberapa prinsip di bawah ini dapat diupayakan untuk mencapai kondisi pengudaraan yang baik:

a. Idealnya sebuah ruang perpustakaan memiliki suhu ruang 20-25°C dan kelembaban berkisar 45-55% untuk ruang koleksi buku dan 20-21% untuk ruang koleksi microfilm. Karena kondisi tersebut sangat sulit dicapai pada iklim tropis di Indonesia hanya dengan mengandalkan penghawaan alami, maka sistem penghawaan buatan dapat diterapkan juga untuk mencapai kenyamanan bagi pengguna.


(2)

61

b. Untuk beberapa ruang yang dapat dikondisikan dengan penghawaan alami dapat menggunakan bukaan jendela atau lubang ventilasi yang memadai. Lubang ventilasi sebaiknya ditempatkan pada kedua dinding ruang yang berseberangan sehingga memungkinkan terjadinya ventilasi silang dan memberikan kenyamanan di dalam ruang perpustakaan.

c. Pengudaraan buatan dapat diterapkan dengan memanfaatkan kipas angin atau exhaust van yang dapat membantu pertukaran udara dalam ruangan, serta Air Conditioner juga dapat digunakan untuk mencapai suhu udara yang diinginkan.

d. Penempatan perabot dan benda-benda lain dalam ruangan perlu dipertimbangkan agar tidak menghalangi aliran angin dalam ruangan. Rak buku harus ditempatkan pada posisi yang tidak menutupi lubang ventilasi. Selain itu bila perlu dilakukan penyekatan ruang, maka harus dipertimbangkan agar tidak tercipta area yang tidak tercapai oleh aliran angin sehingga menjadi lebih panas atau pengap.

4.3.3 Sistem Jaringan Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM, yang akan didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Adapun system pendistribusiannya dapat dengan menggunakan up feed system dan down feed system.

4.3.4 Sistem Pembuangan Air Kotor

a. Air kotor yang mengandung kotoran padat yang berasal dari kloset disalurkan ke septic tank.

b. Air kotor berupa cairan dari wastafel dilakukan treatment untuk menghasilkan air bersih kembali untuk taman.

c. Air kotor dari air hujan disalurkan ke saluran kota dengan sistem saluran semi terbuka (ditutup dengan grill).

4.3.5 Sistem Jaringan Listrik

Jaringan listrik ini menggunakan sumber energi berupa listrik dari PLN dan generator set sebagai sumber tenaga cadangan. Daya listrik ini melayani beban penerangan, pompa, penghawaan buatan, dan mekanikal elektrikal lainnya.


(3)

62

Pembuangan sampah pada bangunan pada umumnya adalah dengan menggunakan tempat sampah, yaitu sampah dari masing-masing area atau lantai, dikumpulkan pada kantong-kantong sampah, kemudian dibuang melalui shaft sampah yang langsung sampai ke lantai dasar, di mana terdapat penampungan sampah.

4.3.7 Sistem Pencegahan Kebakaran

Instalasi pemadam api pada bangunan tinggi menggunakan peralatan pemadam api instalasi tetap. Sistem deteksi awal bahaya (Early Warning Fire Detection), yang secara otomatis memberikan alarm bahaya atau langsung mengaktifkan alat pemadam. Terbagi atas dua bagian, yaitu system otomatis dan system semi otomatis.

Pada sistem otomatis, manusia hanya diperlukan untuk menjada kemungkinan lain yang terjadi. Sistem deteksi awal terdiri dari :

a.

Alat deteksi asap (smoke detector)

Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di ruang tempat alat tersebut dipasang.

b. Alat deteksi nyala api (flame detector)

Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara menangkap sinar ultraviolet yang dipancarkan nyala api tersebut.

c. Hydrant Kebakaran

Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku air. Jumlah pemakaian hidran 1 (satu) buah per 800m2. Hidran ini dibagi menjadi :

Hidran kebakaran dalam gedung. Selang kebakaran harus terbuat dari bahan yang tahan panas, dengan panjang 20-30 meter.

Hidran kebakaran di halaman. Hidran di halaman harus menggunakan katup pembuka dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.

d. Sprinkler

Alat ini akan bekerja bila suhu udara di ruangan mencapai 60°C-70°C. Penutup kaca pada sprinkler akan pecah dan menyemburkan air. Setiap sprinkler head dapat melayani luas area 10-20m2 dengan ketinggian ruangan 3 meter.Jarak antara dua sprinkler head biasanya 4 meter di dalam ruangan dan 6 meter di koridor. Sprinkler biasanya diletakkan di dalam ruangan dan koridor. e. Fire Extenghuiser


(4)

63

Berupa tabung yang berisi zat kimia, penempatan setiap 20-25 meter dengan jarak jangkauan seluas 200-250 cm.

4.3.8 Sistem Komunikasi

Berdasarkan penggunaannya, sistem telekomunikasi dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : a. Komunikasi Internal

Komunikasi yang terjadi dalam satu bangunan. Alat komunikasi ini antara lain menggunakan LAN (Lokal Area Network) dan sistem komunikasi telepon antar ruang Biasanya digunakan untuk komunikasi antar pengelola atau bagian keamanan.

b. Komunikasi Eksternal

Komunikasi dari dan keluar bangunan. Alat komunikasi ini dapat berupa telepon PABX, internet, dan faximile. Biasanya digunakan untuk komunikasi keluar oleh pengelola.

4.3.9 Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir yang digunakan harus mampu melindungi bangunan dan lingkungan perpustakaan dari bahaya petir. Terdapat dua sistem penangkal petir, yaitu:

a. Sistem Franklin. Prinsip kerjanya adalah melindungi isi kerucut yang jari-jari alasnya sama dengan tinggi kerucut.

b. Sistem faraday. Sistem yang banyak dipakai berupa tiang-tiang 30 cm, yang saling dihubungkan dengan kawat dan kabel tembaga sebagai penghantar aliran listrik ke tanah.

4.3.10 Sistem Keamanan

Sistem pengamanan terhadap tindak kriminal (pencurian), antara lain dengan:

a. RFID (Radio Frequency Identification), poses pembacaannya tidak perlu kontak langsung dengan obyek yang dibaca. Karena reader otomatis akan menghasilkan frekuensi radio magnetik yang dipancarkan oleh antena pada area tertentu dimana kartu tag tersebut ditempel. Selain itu, adanya tag anti pencurian (anti-thef) dan kemampuan untuk menyimpan data lebih banyak daripada yang dapat disimpan oleh barcode (Fatmawati,2010).

b. CCTV (Central Cirucuit Television), cara ini dengan memasang kamera pada sudut-sudut tertentu untuk mendeteksi keadaan. Untuk pengoperasiannya memerlukan ruang pengawas dan operatornya.


(5)

64 4.3.11 Sistem Transportasi Vertikal

Kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan gedung, termasuk sarana transportasi vertikal berupa penyediaan tangga, ramp, dan sejenisnya serta lift dan/atau tangga berjalan dalam bangunan gedung. Dalam perencanaan bangunan perpustakaan ini, pendekatan transportasi vertikal meliputi:

a. Tangga, memiliki keuntungan dapat digunakan setiap saat, tidak seperti elevator/lift yang sangat tergantung terhadap ketersediaan tenaga penggeraknya. Kekurangannya adalah pengguna akan mengeluarkan tenaga lebih banyak untuk menaiki tangga. Penempatannya harus mudah terlihat dan dijangkau dengan radius pelayanan maksimal 25 meter dengan lebar minimum 1.5 meter. Tangga terdiri dari dua jenis yaitu tangga biasa dan tangga darurat (ketika terjadi kecelakaan. b. Lift, merupakan sarana sirkulasi vertikal yang menggunakan tenaga penggerak berupa listrik, secara

dua sistem yaitu sistem katrol ataupun sistem hidrolik (maksimum hanya sampai 17- 34 m). Lift dipisahkan antara lift manusia (lift darurat dan lift panorama) dan lift barang. Lift manusia dibedakan menjadi lift kecil(400kg), lift sedang (630 kg) dan lift besar (1000 kg). Lift memiliki fasilitas tombol rendah bagi pemakai kursi roda serta memiliki cadangan energy apabila listrik mati dan saluran telekomunikasi ke bagian keamanan di luar lift. Ruang di depan lift minimal harus sebesar ruang di dalam lift. Lift darurat memiliki kemapuan tahan api dan hawa panas, dengan adanya sistem cadangan energy (ketika listrik mati). Lift panorama merupakan lift yang memiliki dinding kaca sehingga dapat menarik perhatian, lift ini memberikan perjalanan tanpa sentakan, perlahan, tenang dalam jangkauan kecepatan. Memiliki bahan kaca dengan baja yang digosok, disikat atau berkilat, ataupun kuningan atau perunggu sebagai tambahan. Untuk lift barang (dumb waiter), dipakai untuk barang-barang kecil, dokumen, makanan, dan lain-lain yang tidak mudah masuk (Neufert,1996)

c. Ramp, digunakan untuk pengguna bangunan khususnya para penyandang cacat dan kepentingan kemudahan pemindahan materi. Penempatannya mudah terjangkau oleh pengunjung dan pengelola.

4.4 Pendekatan Aspek Teknis

Untuk struktur, dibedakan menajdi dua bagiannya yaitu:

a. Up struktur: biasa digunakan struktur rangka yang terdiri dari balok dan kolom. Perencanaandan perancangan struktur harus kuat dan kekar (rigid) untuk mengantisipasi daya vertikal dan horizontal.


(6)

65

b. Sub struktur: dapat menggunakan pondasi umpak, pondasi rakit, dan pondasi tiang. Untuk bangunan di atas tiga lantai harus menggunakan pondasi tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor, sedangkan bangunan satu atau dua lantai dapat menggunakan pondasi telapak dari batu kali.

4.5 Pendekatan Aspek Arsitektural

Pendekatan aspek arsitektural Perpustakaan Pusat Universitas Diponegoro harus sesuai dengan perannya sebagai fasilitas pendukung utama visi UNDIP sebagai universitas riset dan letaknya di kawasan sebagai pusat kampus. Hal tersebut dapat dicapai dengan perlakuan khusus yaitu universal design terhadap seluruh elemen bangunan yang ada. Elemen tersebut antara lain:

• Site Landscaping

• Kenyamanan aksesbilitas

• Ukuran dan detail, baik railing, pintu, rak buku, dll • Susunan dan pembagian ruang dalam

Perancangan yang tanggap dengan penggunanya tentu saja melibatkan semua elemen baik eksterior maupun interior. Untuk itu diperlukan sebuah perlakuan yang khusus.