Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 19 prasarana persalinan di polindes, puskesmas maupun sarana rujukan. Upaya tersebut menampakkan hasil yang cukup signifikan, dapat di lihat dari cakupan pelayanan komplikasi juga mengalami peningkatan dari 69,5 pada tahun 2011 menjadi 100 pada tahun 2015. Gambar 2.2 : Cakupan pelayanan ibu hamil komplikasi yang ditangani di Lombok Tengah Tahun 2011-2015

3. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sebesar 90 persen dari target 95 persen, jika dibandingkan tahun 2014 sebesar 89,4 persen mengalami peningkatan sebesar 0.6 persen namun masih dibawah target yang ditetapkan. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 20 Gambar 2.3 : Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Lombok Tengah Tahun 2011-2015 4. Pelayanan Nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu ; 1 Kunjungan nifas pertama KF1 pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari ; 2 Kunjungan nifas ke-2 KF2 dilakukan dalam waktu hari 4 sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan dan 3 Kunjungan nifas ke-3 KF3 dilakukan dalam waktu hari ke 29 sampai dengan hari ke 42 setelah persalinan. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 21 Gambar 2.4 : Cakupan Pelayanan Nifas di Lombok Tengah Tahun 2011-2015 Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2015 sebesar 91,91 persen dari target sebesar 95 persen, meningkat 0,07 persen bila dibandingkan tahun 2014 tetapi menurun 7,59 persen bila dibandingkan tahun 2011. 5. Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani Neonatal ristikomplikasi meliputi asfiksia, tetanuis neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR berat badan lahir 2500 gram, sindroma, gangguan pernapasan dan kelainan neonatal. Neonatal ristikomplikasi yang ditangani adalah neonates ristikomplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 22 Gambar 2.5 : Cakupan Neonatal dengan komplikasi ditangani tahun 2011 - 2015 Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani pada tahun 2015 sebesar 79.79 persen dari target sebesar 85 persen, meningkat 10,15 persen bila dibandingkan tahun 2014 tetapi masih dibawah taeget sebesar 85 persen. 6. Kunjungan bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan dokter, bidan, dan perawat minimal 4 kali dalam setahun yaitu 1 kali saat berumur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali pada umur 6 – 9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 23 Gambar 2.6 : Kunjungan bayi di Lombok Tengah tahun 2011-2015 Cakupan kunjungan bayi yang mendapat pelayanan kesehatan tahun 2015 sebesar 95.03 persen dari target 95 persen menurun bila dibandingkan tahun 2014 sebesar 0.63 persen. 7. DesaKelurahan UCI Pencapaian Universal Child Immunization UCI pada dasarnya merupakan proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi 0-11 bulan. Desa UCI merupakan gambaran desak elurahan dengan ≥ 80 persen jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Cakupan desa UCI universal child immunization di tahun 2015 mencapai 100 persen dari target sebesar 100 persen, capaian UCI lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 24 Gambar 2.7 : Cakupan UCI di Lombok Tengah tahun 2011-2015 8. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak balita umur 12 – 59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun dan pemberian Vitamin A 2x setahun bulan pebruari dan agustus. Pada tahun 2015 cakupan pelayanan kesehatan anak balita 1 – 4 tahun sebesar 81,25 persen dari target sebesar 80 persen. Pelayanan kesehatan pada anak balita pada tahun 2015 sudah mencapai target. Gambaran capaian 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 25 Gambar 2.8 : Pelayanan kesehatan anak balita di Lombok Tengah tahun 2011-2015 9. Pemberian Makanan Pendamping ASI MPASI Pemberian MP-ASI dilakukan dalam upaya mempertahankan dan perbaikan status gizi balita 6 – 24 bulan di Kabupaten Lombok Tengah. Pemberian MP-ASI secara khusus kepada balita gizi kurang keluarga miskin berupa makanan pabrikan kepada anak usia 12 – 23 bulan bulan. Cakupan pemberian MP-ASI sampai dengan tahun 2015 sebesar 12.2 persen, dari target sebesar 100 persen. Perincian lengkap dapat dilihat pada gambar berikut : RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 26 Gambar 2.9 : Pemberian MP-ASI di Lombok Tengah tahun 2011-2015 10. Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Kegiatan pelacakan kasus dilakukan oleh petugas puskesmas, bidan desa dibantu oleh kader dan masyarakat. Indikator yang dipergunakan adalah BBTB atau adanya gejala klinis gizi buruk. Tahun 2015 Kasus gizi buruk sebanyak 45 kasus dengan penanganan sebesar 100 11. Penjaringan kesehatan siswa SD sederajat Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD sederajat pada tahun 2015 sebesar 94.61 persen dari target 100 persen, Gambaran pencapaian 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 27 Gambar 2.10 : Penjaringan kesehatan siswa SD sederajat di Lombok Tengah tahun 2011-2015 12. Cakupan peserta KB aktif Salah satu strategi MPS Making Pregnancy Safer adalah setiap WUS mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanggulangan komplikasi keguguran. Ini artinya Pelayanan Program Keluarga Berencana KB merupakan salah satu pilar dari 4 pilar Safe Motherhood. Pelayanan Keluarga Berencana KB diharapkan dapat memutuskan rantai sebab tidak langsung kematian ibu dan bayi, dimana mengurangi faktor risiko 4 terlalu : Terlalu sering hamil, terlalu banyak anak, terlalu muda dan terlalu tua untuk kehamilan. Cakupan KB aktif tahun 2015 sebesar 77.91 persen dari target sebesar 80 persen, cakupan KB aktif periode lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 28 Gambar 2.11 : Cakupan KB aktif di Lombok Tengah tahun 2011-2015 13. Penemuan dan penanganan penderita AFP Acute Flaccid Paralysis AFP adalah semua anak yg berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yg sifatnya flaccid layuh, terjadi secara akut mendadak dan bukan disebabkan oleh ruda paksa. Untuk anak 15 tahun, dapat dilaporkan sebagai kasus AFP jika terdapat gejala klinis yang pasti misalnya penyakit polio. Penyakit polio harus dibuktikan atau sudah tidak ada dengan penemuan kasus AFP. Pada tahun 2015 di Lombok Tengah ditemukan 0.32 per 100.00 penduduk kurang dari 15 tahun kasus AFP non Polio dari target 2 per 100.000 penduduk 15 tahun, dibandingkan tahun 2014 ditemukan kasus sebesar 2.21 per 100.000 penduduk 15 tahun. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 29 14. Penemuan dan penanganan penderita penyakit pneumonia pada balita Penemuan dan penanganan penyakit pneumonia pada balita tahun 2014 sebesar 30.7 persen meningkat di tahun 2015 dengan capaian sebesar 34.6 persen dari target 100 persen Gambar 2.12 : Penemuan dan penanganan pnemopnia pada balita di Lombok Tengah tahun 2011-2015 15. Penemuan dan penanganan penderita penyakit TB BTA positif Cakupan penemuan dan penanganan TB BTA positif tahun 2014 sebesar 36.71 meningkat di tahun 2015 dengan capaian 38.25 persen dari target sebesar 70 persen. Gambar dibawah menujukkan penemuan dan penanganan TB BTA positif lima tahun terakhir : RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 30 Gambar 2.13 : Penemuan dan penanganan penderita penyakit TB BTA positif di Lombok Tengah tahun 2011-2015 16. Penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Dari grafik dibawah ini dapat dijelaskan bahwa kasus DBD merupakan penyakit menular bersumber binatang yang akan muncul setiap lima tahun, pada grafik tersebut pada tahun 2015 bulan Januari mulai naik , terus puncak kasus pada bulan Mei dan berkurang pada bulan Agustus sehingga kasus menjadi dibawah 5 kasus tiap bulan, tetapi mengalami kenaikan lagi sejak bulan September, Oktober, Nopember dan Desember. Ketidak pedulian petugas tentang data yang ada di laporan bulanan DBD serta kurang optimalnya melakukan promosi kesehatan berupa PSN, ABJ setiap triwulanan, sehingga kasus ini terus berkembang. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 31 Gambar 2.14 : Kasus DBD positif di Lombok Tengah tahun 2009 - 2015 17. Penemuan dan penanganan penderita Diare Gambar dibawa ini memberikan informasi bahwa kasus Diare yang berhasil ditemukan oleh Tenaga Kesehatan dan Kader sebesar 60,56 , ini masih jauh dari SPM Kabupaten Lombok Tegah sebesar 100 , untuk mencapai target yang besar diperlukan upaya dari beberapa kordinasi lintas program dan lintas sektoral.Tetapi semua kasus diare yang ditemukan di sarana Kesehatan sudah dilayani dan ditatalaksana dengan baik, untuk tahun 2015 sudah menggunakan tablet Zinc selama 10 hari RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 32 Gambar 2.15 : Penemuan dan penanganan penderita Diare di Lombok Tengah tahun 2011-2015 18. Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial. Penyelenggaraan Program Jamkesmas dibedakan dalam dua kelompok berdasarkan tingkat pelayanannya yaitu: 1Jamkesmas untuk pelayanan dasar di puskesmas termasuk jaringannya; 2 Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan lanjutan di rumah sakit dan balai kesehatan. Capaian pelayanan dasar masyarakat miskin tahun 2013 sebesar 35.87 dengan target sebesar 85 persen sedangkan pelayanan kesehatan rujukan sebesar 0.83 persen dari target sebesar 75 persen. Sedangkan tahun 2015 dan 2014 perkembangan jamkesmas tidak dapat diukur Sejak diberlakukan Undang- Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. UU 402004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional JKN melalui suatu Badan Penyeleng gara Jaminan Sosial BPJS. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 33 19. Pelayanan gawat darurat level 1 Rumah Sakit dengan kemampuan pelayanan gawat darurat level 1 diharapkan memiliki dokter on site berada ditempat 24 jam dengan kualifikasi general emergency life GELS dan atau advance trauma life support ATLS + advance cardiac life support ACLS, di Kabupaten Lombok Tengah dari 2 Rumah Sakit yang ada yaitu RSUD Praya dan RSI Yatofa Realisasi pelayanan gawat darurat level 1 tahun 2015 sebesar 100 persen dari target 100 persen 20. Desakelurahan mengalami KLB yang harus dilakukan penyelidikan Epidemiologi Desakelurahan mengalami kejadian luar biasa KLB yang ditangani kurang 24 jam oleh petugas tahun 2015 ditargetkan 100 persen realisasinya 100 sama dengan realisasi di tahun 2014 yaitu target 100 persen dengan realisasi 100 persen. 21. Desa siaga Aktif Cakupan desa siaga aktif tahun 2015 mencapai 89.21 persen dari target 80 persen sedangkan tahun 2014 89.21 mencapai dari target 80 ersen. Kegiatan yang dilakukan dalam mendudkung keberhasilan pencapaian program ini adalah advokasi desa siaga kepada pemegang kebijakan, mengaktifkan forum desa siaga, pembangunan poskesdes, peningkatan kemitraan dengan Da’i. Gambar dibawah menunjukkan perkembangan desa siaga di Lombok tengah. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 34 Gambar 2.16 : Cakupan desa Siaga Aktif di Lombok Tengah tahun 2011-2015 22. Rasio puskesmas per penduduk Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat digambarkan secara umum oleh indikator rasio puskesmas terhadap penduduk. Untuk rasio puskesmas per penduduk di Lombok Tengah tahun 2015 sebesar 1 : 36.005 dari target sebesar 1 : 30.000 penduduk 23. Prosentase kesehatan yang sudah D3 keatas SDM Kesehatan khususnya tenaga kesehatan minimal pendidikanya Diploma 3 ke atas karena hanya tenaga kesehatan yang pendidikan Diploma III mempunyai kewenagan untuk melakukan upaya kesehatan. Untuk asisten tenaga kesehatan yang berpendidikan dibawah D III jika bekerja harus didamping oleh tenaga kesehatan sehingga ada korelasi positif antara jumalah tenaga kesehatan yang pendidikan Diploma III dengan upaya kesehatan yang dilakukannnya. Prosentase tenaga kesehatan yang sudah D3 keatas pada tahun 2015 mencapai 71.99 persen dari target sebesar 100 persen Faktor-faktor yang mempengaruhi SDM Kesehatan belum seluruhnya berpendidikan D3 ke atas adalah beberapa SDM yang berpendidikan SPK, SMA, SPPH, SPRG masih RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 35 menempuh pendidikan ketingkat lebih tinggi dengan status ijin belajar, beberapa SDM Kesehatan yang telah lulus pendidikan ijazahnya belum disesuaikan dan SDM kesehatan enggan melanjutkan pendidikan karena usia tugasnya kurang dari 5 tahun. 24. Persentase tenaga kesehatan yang telah memiliki kompetensi Uji Kompetensi dilakukan pada tenaga kesehatan yang menempuh pendidikan vokasi atau profesi pada akhir masa pendidikan. Sehingga semua tenaga kesehatan yang pendidikan diploma tiga atau profesi ketika bekerja telah lulus uji kompetensi kompetensi yang diadakan oleh lembaga pendidikan dan bekerjasama dengan lembaga profesi. Sebagai bukti lulus kompetensi diterbitkanlah sertifikat kompetensi oleh perguruan tinggi. Prosentase tenaga kesehatan yang telah memiliki kompetensi pada tahun 2015 sebesar 77.5 persen dari target sebesar 95 persen Gambar 2.16 : Persentase tenaga kesehatan yang telah memiliki kompetensi di Lombok Tengah tahun 2011-2015 Dalam mempertahankan dan meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, Dinas Kesehatan kabupaten Lombok Tengan bekerjasama dengan organisasi profesi melakukan uji kompetensi untuk masing-masing tenaga kesehatan dan melalui pelatihan. Sedangkan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dilakukan RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 36 melalui pengiriman pegawai negeri untuk mengikuti ijin atau tugas belajar baik dalam daerah maupaun di luar daerah 25. Rasio kapasitas rawat inap per penduduk Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari puskesmas, pelayanan kesehatan perseorangan juga menjadi perhatian dari pemerintah. Bagi daerah yang termasuk Daerah Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan DTPK, Dana Alokasi Khusus DAK digelontorkan dengan tujuan salah satunya adalah peningkatan puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Rasio Rawat inap terhadap penduduk di Lombok Tengah tahun 2015 sebesar 1 : 2.876 dari target sebesar 1 : 2.000 penduduk. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 37 Anggaran dan realisasi pendanaan Dinas kesehatn dapat dilihat pada table 2.6 berikut : RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 38 APBD adalah Rencana Pendapatan dan Belanja suatu Daerah APBD untuk satu tahun berjalan 1 periode yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Perda. Anggaran mempunyai beberapa fungsi yang dikelompokan menjadi dua yaitu sebagai fungsi kebijakan fiskal dan sebagai fungsi manajemen. Sebagai fungsi kebijakan fiskal, Pertama, anggaran dapat digunakan untuk menagtur alokasi belanja untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa publik public good and services. Kedua, sebagai alat distribusi yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah, kelas sosial maupun sektoral. Ketiga, sebagai fungsi stabilisasi, misalnya jika terjadi ketidakseimbangan yang sangat ekstrem maka pemerintah dapat melakukan intervensi melalui anggaran untuk mengembalikan pada keadaan normal. Sebagai fungsi manajemen, Pertama, memberi pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugas-tugasnya pada periode mendatang. Kedua, anggaran sebagai alat kontrol masyarakat terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Ketiga, untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dan program- program yang direncanakan. Sebagai gambaran, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Lombok Tengah 5 tahun terakhir sebagai berikut : Gambar 2.17 : Anggaran dan Realisasi anggaran di Lombok Tengah tahun 2011-2015 RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 39 Dari gambar diatas Realisasi keuangan pada tahun 2015 mencapai 100 persen, sedangkan tahun 2014 realisasi 73.2 persen.

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD