Analisis Renstra KL dan SKPD Provinsi NTB

RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 39 Dari gambar diatas Realisasi keuangan pada tahun 2015 mencapai 100 persen, sedangkan tahun 2014 realisasi 73.2 persen.

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

Keberhasilan rencana strategis Dinas kesehatan Lombok Tengah tidak terlepas dari lingkungan strategis yang melingkupinya, baik dalam skala nasional maupun kedaerahan.

1. Analisis Renstra KL dan SKPD Provinsi NTB

Tabel 2.7 Komparasi Capaian Sasaran Renstra SKPD terhadap Sasaran Renstra SKPD Provinsi dan Renstra KL No Indikator Kinerja Capaian Sasaran Renstra SKPD KabupatenKota Sasaran pada Renstra SKPD Provinsi Sasaran pada Renstra KL 1 2 3 4 5 1 Usia Harapan Hidup 64.45 64.9 70.59 2 Angka Kematian Bayi 199 10.32 1.070 10 ; 57 : SDKI 2012 19 2012 3 Angka Kematian Ibu Melahirkan 18 93.36 111 106 237 : SDKI 2012 359 SDKI 2012 4 Cakupan Desa UCI 100 86.96 81.82 5 Bayi dengan Imunisasi lengkap 97.81 88.17 86.9 6 Persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan 89.46 89.95 88.64 7 Prevalensi Gizi Kurang 15.5 16.78 13.9 8 Prevalensi Gizi Buruk 4.96 4.83 5.7 2014 RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 40 Umur Harapan Hidup Dalam kurun waktu 2011-2014, Angka Harapan Hidup di Kabupaten Lombok Tengah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, Angka Harapan Hidup Lombok Tengah mencapai 63,79 tahun yang berarti anak yang lahir di Lombok Tengah berpeluang untuk hidup hingga berusia 63 tahun. Angka harapan hidup tersebut terus meningkat hingga mencapai 64,45 pada tahun 2014. Peningkatan terendah terlihat pada periode 2013 – 2014 dimana angka harapan hidup hanya meningkat 0,15 poin. Capaian UHH Lombok Tengah bila dibandingkan dengan UHH provinsi NTB sudah mendekatisama tetapi masih jauh bila dibandingkan UHH Nasional. Gambar 2.18 : Angka Harapan Hidup di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2014 Sumber: Inkesra Lombok Tengah, 2015 Angka Kematian bayi Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal AKN, Angka Kematian Bayi AKB, dan Angka Kematian Balita AKABA. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal 0-28 hari menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59 kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012, secara nasional angka Kematian Neonatus AKN pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 7 2007 dan hanya menurun 1 point dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 41 Angka kematian bayi di Kabupaten Lombok Tengah dalam kurun waktu 2011-2015 mengalami fluktuasi sebagaimana pada gambar berikut. Gambar 2.19 : Angka kematian ibu dan bayi dalam kurun waktu 2011-2015 Sumber: Laporan Capaian MDGs Kabupaten Lombok Tengah, 2015 Angka Kematian Ibu Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka kematian ibu AKI. AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012, AKI yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Lombok Tengah juga terus mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 107 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 84,68 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Perhatian pemerintah dalam rangka menekan AKI terus menampakkan hasil. Identifikasi faktor risiko kehamilan sejak dini, dengan semakin meningkatnya kunjungan antenatal, deteksi dini komplikasi, perencanaan persalinan sampai masa nifas merupakan faktor penting dalam upaya menekan angka kematian ibu. Dukungan Jaminan persalinan juga meningkatkan akses terhadap pelayan persalinan oleh tenaga kesehatan. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 42 Adanya ambulan desa juga merupakan salah satu upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan khususnya kepada Ibu Hamil, untuk mengurangi risiko keterlambatan penangan saat ibu bersalin. Gambar 2.20 : Angka Kematian Ibu dari tahun 2011 – 2015 dan Distribusinya Penyebab utama kematian ibu di Lombok Tengah adalah toksemia 27,8, infeksi 22,2, perdarahan 11,1, abortus 5,6, dan sebab lain yang tidak dapat dijelaskan 33,3. Gambar 2.21 : Penyebab utama kematian ibu RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 43 Universal Child Imunization Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1611MENKESSKXI2005, program pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan; imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu; imunisasi DPT-HB pada bayi umur dua bulan, tiga bulan empat bulan dengan interval minimal empat minggu; dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan. Seorang anak semestinya telah mendapatkan semua jenis imunisasi tersebut secara lengkap sampai umur 1 tahun. Cakupan imunisasi dasar lengkap secara Nasional terus mengalami perbaikan. Hasil Riskesdas 2013 NTB baru mencapai 75,4, tidak sebesar seperti yang dilaporkan secara program, namun terdapat peningkatan yang cukup signifikan. Di Lombok Tengah cakupan desa dengan Universal Chid Imunization UCI sampai tahun 2015 telah mencapai target yaitu 100, semua desa telah mencapai UCI. Pengerahan sasaran di Posyandu memegang peranan penting dalam peningkatan cakupan imunisasi, peran lintas sektor sangat penting dalam identifikasi dan mobilisasi sasaran imunisasi di posyandu dan menjamin tidak ada satupun bayi di wilayahnya tidak terimunisasi. Gambar 2.22 : Cakupan Desa Kelurahan UCI di Lombok Tengah RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 44 Imunisasi Lengkap Hasil Riskesdas Tahun 2013 Cakupan anak diimunisasi lengkap secara Nasional hanya mencapai 59,2. Sedangkan di Lombok Tengah berdasarkan catatan program imunisasi rutin telah mencapai 97,12 pada tahun 2015.Demikian halnya dengan cakupan anak yang diimunisasi campak secara Nasional pada tahun 2013 baru mencapai 82,1 dan NTB sebesar 90,6. Sedangkan di Lombok Tengah pada tahun yang sama berdasarkan catatan program imunisasi rutin telah mencapai 100. Adanya perbedaan tersebut memungkinkan terjadi karena adanya perbedaan dalam cara pengambilan data. Walaupun demikian hasil survei tersebut memberikan kita peringatan bahwa masih adanya kemungkinan anak yang tidak terimunisasi. Gambar 2.23 : Cakupan Imunisasi Campak dan sebarannya di Lombok Tengah Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu. Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Proses persalinan dihadapkan pada kondisi kritis terhadap masalah kegawatdaruratan persalinan, sehingga sangat diharapkan persalinan RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 45 dilakukan di fasilitas kesehatan. Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten merupakan salah satu indikator SPM. Tenaga kesehatan yang kompeten sebagai penolong persalinan linakes menurut PWS-KIA adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum dan bidan. Kementerian Kesehatan menetapkan target 95 persen persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015. Hasil Riskesdas 2013, persalinan di fasilitas kesehatan adalah 70,4 dan masih terdapat 29,6 di rumahlainnya. Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dokter spesialis, dokter umum dan bidan mencapai 87,1. Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan NTB berada diatas rata-rata nasional sekitar 82. Gambar 2.24 : Cakupan Persalinan di tolong tenaga kesehatan dan sebarannya di Lombok Tengah tahun 2011 – 2015 Berdasarkan laporan rutin Dinas Kesehatan angka persalinan oleh tenaga kesehatan di Lombok telah mencapai angka yang cukup menggembirakan walaupun masih fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan yaitu dari 92,9 pada tahun 2011 menjadi 90 pada tahun 2015. Dukungan Jaminan Persalinan Universal JAMPERSAL kelihatannya cukup sigifikan dalam meningkatkan persalinan tenaga kesehatan, dimana pada 2 tahun terakhir. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 46 Apapun upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kepada ibu hamil termasuk dalam rangka persalinannya tidak akan optimal apabila tidak didukung oleh peran serta masyarakat, kader, tokoh masyarakat dan keluarga terdekat dari Ibu Hamil. Perencanaan persalinan sangat penting untuk mewaspadai kemungkinan komplikasi pada saat persalinan, sehingga resiko kematian ibu dan bayi dapat diminimalisir. Peningkatan peran serta masyarakat dan keluarga ibu hamil dalam perncanaan persalinan menunjukan hasil yang menggembirakan dalam 5 tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan oleh trend persalinan oleh tenaga kesehatan terus mengalami peningkatan, dari 78,2 pada tahun 2010 menjadi 89,5 pada tahun 2015. Sementara sebaliknya trend persalinan oleh dukun terus mengalami penurunan dari 8 pada tahun 2010 menjadi hanya 2,7 pada tahun 2015. Upaya untuk meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih terus ditingkatkan dan menekan sekecil mungkin persalinan tidak aman. Gizi Kurang dan Buruk Secara nasional berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahu 2013, angka kekurangan gizi Nasiona mencapai 19,6. Sedangkan prevalensi kekurangan gizi di NTB sebesar 25 berada diatas angka nasional dan termasuk dalam kategori dengan Prevalensi mendekati amat tinggi. Tabel : status gizi di Lombok Tengah tahun 2015 Indikator Status Gizi Status Gizi BB sgt kurangsgt pendeksgt kurus BB Kurangpende kkurus Baiknorma l Gizi Lebihgemuk BBU 3,55 14,29 81,19 0,98 TBU 14,89 23,46 61,65 - BBTB 2,30 4,83 84,64 8,23 Berdasarkan standar masalah gizi menurut Depkes RI 2009 dikategorikan menjadi masalah kesehatan yang serius. Besarnya masalah kekurusan kurus dan sangat kurus pada balita yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah jika prevalensi kekurusan 5. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kekurusan antara 10.1 – 15.0 dan dianggap kritis bila prevalensi kekurusan sudah diatas RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 47 15 UNHCR. Secara keseluruhan di Kabupaten Lombok Tengah BBTB balita mencapai 7,32. Artinya masalah kekurusan pada anak balita di Kabupaten Lombok Tengah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu penanganan secara multisektoral. RENSTRA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH Page 48

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Kesehatan. Pelaksanaan Rencana strategis pada 5 tahun sebelumnya 2011-2015 yang tergambarkan oleh indicator kinerja sebagian telah mencapai target, namun ada beberapa yang belum terealisir di akhir tahun 2015, berikut rinciannya permasalahan dapat dilihat pada table berikut : Tabel 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD Dinas KesehatanKabupaten Lombok Tengah AspekKajian CapaianKond isiSaatini Standar yang Digunak an Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pelayanan SKPD Internal kewenangan SKPD Eksternal diluarkewenanga n SKPD 1 2 3 4 5 6 1. Gambaran Pelayanan SKPD Pada tahun 2015 baru sebagian indikator yang mencapai target. Beberapa indikator yang belum mencapai target antara lain : 1. Kunjungan Bumil K4 2. Persalinan Ditolong Nakes yang memiliki Kompetensi Kebidanan 3. Pelayanan Nifas 4. Pemberian SPM 741 tahun 2008 1 DO, Migrasi, tidak terjaring, pasive care 2 Monitoring persalinan oleh nakes kurang optimal kantong persalinan, Catpor, monev, sarana dan prasarana yang belum memadaibel um standard, 3 Komitmen petugas dalam melaksanaka n pelayanan nifas masih kurang. 4 Komitmen Pemda dalam 1 Kurang berperannya Toma, Toga, dukungan keluarga, dll 2 Kurangnya Pembiayaan, Kurang kemitraan Toma, Toga, dukungan keluarga, masih adanya persalinan dukun, dll 3 Lemahnya Koordinasi dengan fasyankes swasta maupun kilinikRS Mutu layanan kesehatan masih belum optimal Angka kematian Bayi masih