13
3. Klasifikasi Sistem Kepartaian
Banyak ahli yang memberikan klasifikasinya tentang partai politik, hanya saja, yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem kepartaian sebagaimana
dijelaskan oleh Maurice Duverger. Sistem kepartaian Party System pertama kali dijelaskan oleh Maurice Duverger dalam bukunya Political Parties. Duverger
mengklasifikasi sistem kepartaian dalam tiga kategori, sistem partai-tunggal, sistem dwi-partai, dan sistem multi-partai.
a. Sistem Partai Tunggal
Istilah ini telah tersebar luas di kalangan masyarakat dan dipakai baik untuk partai yang benar-benar merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara maupun
untuk partai yangmempunyai kedudukan dominan di antara beberapa partai lain. Pola partai tunggal terdapat di beberapa negara: Afrika, China, dan Kuba,
sedangkan dalam masa jayanya Uni Soviet dan beberapa negara Eropa Timur terdapat dalam kategori ini. Suasana kepartaian dinamakan non kompetitif karena
semua partai harus menerima pimpinan dari partai yang dominan, dan tidak dibenarkan bersaing dengannya.
11
Terutama di negara-negara yang baru merdeka, ada kecenderungan kuat untuk memakai pola partai tunggal karena pimpinan dihadapkan pada kondisi
bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, serta suku bangsa yang berbeda corak sosial serta pandangan hidupnya. Di Indonesia pada tahun 1945 ada
usaha mendirikan partai tunggal sesuai dengan pemikiran yang pada saat itu banyak dianut di negara-negara yang baru melepaskan diri dari rezim kolonial. Diharapkan
partai itu akan menjadi “motor perjuangan”. Akan tetapi sesudah beberapa bulan
11
Sukarna, Op. Cit, hal. 415.
Universitas Sumatera Utara
14
usaha itu dihentikan sebelum terbentuk secara kongkret. Penolakan ini antara lain disebabkan karena dianggap berbau fasis.
12
b. Sistem Dwi Partai
Dalam sistem ini, partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang berkuasa karena menang dalam pemilihan umum dan partai oposisi karena kalah
dalam pemilihan umum. Dalam persaingan memenangkan pemilihan umum, kedua partai berusaha untuk merebut dukungan orang-orang yang ada ditengah duapartai
dan yang sering dinamakan pemilih terapung floating vote atau pemilih di tengah median vote. Dewasa ini hanya beberapa negara yang memiliki ciri-ciri sistem dwi
partai, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Filipina, Kanada, dan Selandia Baru. Oleh Maurice Duverger malahan dikatakan bahwa sistem ini adalah khas Anglo Saxon.
Inggris biasanya digambarkan sebagai contoh yang paling ideal dalam menjalankan sistem dwi partai ini. Partai buruh dan partai konservatif boleh
dikatakan tidak mempunyai pandangan yang jauh berbeda mengenai azaz dan tujuan politik, dan perubahan pimpinan umumnya tidak terlalu menganggu kontinuitas
kebijakan pemerintahan. Perbedaan yang pokok antara kedua partai hanya berkisar pada cara serta kecepatan melaksanakan berbagai program pembauran yang
menyangkut masalah sosial, perdagangan dan industri. Partai buruh lebih condong agar pemerintah melaksanakan pengendalian dan pengawasan terutama di bidang
ekonomi, sedangkan partai Konservatif cenderung memilih cara-cara kebebasan berusaha.
13
Di Indonesia pada tahun 1968 ada usaha untuk mengganti sistem multi partai yang telah berjalan lama dengan sistem dwi partai agar sistem ini dapat membatasi
12
Sukarna, Op. Cit, hal. 416.
13
Sukarna, Op. Cit, hal. 417.
Universitas Sumatera Utara
15
pengaruh partai-partai yang telah lama mendominasi kehidupan politik. Beberapa ekses
dirasakan menghalangi
badan eksekutif
untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang baik. Akan tetapi eksperimen dwi partai ini, sesudah diperkenalkan di beberapa wilayah, ternyata mendapat tantangan dari partai yang
merasa terancam eksistensinya. Akhirnya gerakan ini dihentikan pada tahun 1969.
14
c. Sistem Multi Partai